You are on page 1of 9

PAPUA MENGGUGAT: Praktek Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat!

I-2

BAGIAN KESATU: BAB - I:

Seputar Peristiwa PROSES POLITIK OTONOMISASI NKRI DI PAPUA BARAT &


& REAKSI-REAKSI YANG MUNCUL
Reaksi Terhadap Otsus  Riwayat Pembuatan UU Otsus untuk Papua Barat penuh rekayasa,
intimidasi, terror, dan lumuran darah manusia Papua dan juga banyak
sekali keanehan yang muncul.
 Dari variasi pandangan dan reaksi terhadapnya, tergambar jelas
hasilnya tidak menguntungkan Papua Barat atau NKRI, kedua-duanya
justru rugi. Ada sesuatu yang salah dalam proses penggagasan,
perancangan, penggodokan, sosialisasi, pengesahan dan implementasi
RUU & UU Otsus II untuk Papua Barat. Ada kesan kuat, "Pasti ada pihak
lain yang mencari untung. Itupun karena kesalahan NKRI tidak mau
belajar dari kesalahan."
I-3 Catatan Praktek Politik Otsus NKRI di Papua Barat PAPUA MENGGUGAT: Praktek Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat! I-4

fundamental yang dilandasi dengan hukum universal dan internasional,


dihubungkan dengan sejarah integrasi Papua Barat ke dalam NKRI tahun
Pasal Satu 1960-an.

Jadi, proses perkawinannya berbeda, tetapi karena kedua "gadis" (daerah)


SSEEKKIILLAASSSSEEJJAARRAAHHOOTTSSUUSSDDAANN itu berselingkuh (melacur) dengan satu lelaki (penguasa), maka hasilnya masing-
PPRROOSSEESS IINNPPUUTTTTIINNGG RRUUUU OOTTSSUUSS masing satu anak dari satu ayah, yang satu bernama Otda, yang lain Otsus.

Nama mereka berbeda karena mereka hasil dari dua gadis yang berbeda.
Riwayat penggagasan sampai implementasi politik otonomisasi NKRI di Yang satu diberi Otsus, karena gadis itu mau minta cerai. Yang lain cuman
Papua Barat memang sarat dengan pelanggaran-pelanggaran dari berbagai
dikasih Otda, karena dia hanya minta kasih-sayang lebih besar daripada
aspek: moral, hukum, demokrasi, HAM dan keadilan.
sebelumnya.

1.1 Asal-Usul Ide "O" di Indonesia Secara awam terlihat bahwa pada umumnya Otsus diberlakukan bagi
wilayah di dalam suatu negara yang dipersiapkan untuk "F" dan atau "M";
Ide "O" tidak muncul begitu saja. Rupanya bukan sekedar karena Jakarta yang artinya wilayah itu punya latar belakang sosial, budaya, politik, atau
merasa sudah saatnya untuk memberlakukannya. Bukan juga karena Jakarta historis tersendiri atau tak sama dengan wilayah lain di wilayah negara yang
begitu berbaik hati saat ini. Tidak dengan alasan regime sekarang lebih baik bersangkutan. Dengan mengingat kekhususan itu, maka wilayah itu
dari regime Orde Baru. Sama sekali tidak. diperlakukan secara khusus. Entah "kekhususan" itu menguntungkan rakyat
di wilayah yang diberi otonomi khusus itu atau tidak tergantung kepada
Yang jelas, khususnya untuk Papua Barat, ide "O" adalah hasil apakah kebijakan itu hanya sekedar politik hiasan yang isinya racun atau
perkawinan antara aspirasi "M" dengan nasionalisme NKRI yang sempit. memang benar-benar hendak membantu orang-orang di wilayah itu secara
Nasionalisme yang sempit adalah lawan dari nasionalisme modern, beradab tulus dan manusiawi.
dan berwawasan global. Nasionalisme sempit menghalalkan segala cara
dalam mempertahankan ‘nasionalisme’ itu dan terutama dengan kekerasan. Sedangkan Otda diberikan kepada wilayah yang punya kesamaan dalam
Sedangkan kalau seandainya ada nasionalisme yang modern, yang luas dan berbagai aspek antara wilayah yang diberi otonomi itu dengan kekuasaaan/
beradab, interaksi "M" dan nasionalisme itu akan melahirkan "F" atau "M". penguasa pusat.
Tetapi itu tidak terjadi dalam kasus ini.
Dulu pernah ada UU Otda, dan Papua Barat juga pernah diundangkan
Menurut pendapat umum di Indonesia, ide "O" lahir dari hasil perkawinan sebagai wilayah Otonom. Mahfud (1999) dalam buku karya Tim Lapera
tuntutan "keadilan" berhubung "sentralisasi" dan "konsentrasi kekuasaan di (2000)1 yang cukup kritis tetapi sedang berputar-putar dalam lingkaran setan
pusat dan pemusatan kegiatan perekonomian di Pulau Jawa." Dalam versi istilah dan kelemahan-kekurangan pasal ayat Otda tanpa memperhatikan ada
perjuangan Papua Barat, ide "O" justru lahir karena tuntutan "hak" apa dan siapa dan dimana dibalik yang tertulis itu, memperlihatkan pasang-
I-5 Catatan Praktek Politik Otsus NKRI di Papua Barat PAPUA MENGGUGAT: Praktek Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat! I-6

surut demokrasi NKRI, khususnya dalam hubungan pusat-daerah sebagai produk hukum ini tidak menunjukkan kemajuan: dari mana ide itu datang,
berikut: bagaimana dan siapa yang memproses ide UU itu, dan bagaimana dan siapa
Table 1. Bentuk Hubungan Kekuasaan Pusat – Daerah Berdasarkan saja yang punya akses untuk mempengaruhi atau memanipulasi
Perkembangan Konfigurasi Politik implementasinya.
Konfigura-si Tekanan Pola Hubungan
Periode Produk Hukum Dr. Mohtar Mas’oed2 memakai nama pembangunan dengan "ekonomi-
Hukum Kekuasaan
1945-1959 Demokratis Otonomi Luas, UU NO. 1/ 1945 sebagai-panglima", "politik-sebagai-panglima" dan "moral-sebagai-panglima."
Desentralisasi UU No. 22/1948 Yang jelas yang mempengaruhi kebijakan pembangunan di Indonesia
UU No. 1/1957
bukanlah moral, bukan juga politik, tetapi karena dorongan ekonomi yang
1956-1966 Otoriter Sentralistik, dekonsentrasi Penpres No.6/1959
UU No.18/1965 dipolesi dengan bahasa politik.
1966- Otoriter Otonomi Luas, Tap MPRS No.XXI/1966
1969/71 Desentralisasi Jadi, terlihat, produk hukum yang terkait dengan program
1971-1998 Otoriter Sentralistik, dekonsentrasi Tap MPR No.IV/1973 ; demokratisasi dan Otonomisasi di Indonesia bukan berjalan di tempat
UU No. 5 th.1974 ;
UU No. 5 th.1979 ; tetapi berjalan ke belakang alias mundur.
1998 - Menuju Menuju otonomi luas TAP MPR No. V/1998 ;
sekarang demokratis UU No.22/1999 •Nah, adakah harapan bagi Papua Barat untuk "lebih maju", dalam
demokrasi dan HAM dengan UU Otsus daripada wilayah Indonesia lain?
Menarik sekali melihat Lima Babak yang berarti dalam sejarah •Maju kemana? Maju ke belakang seperti NKRI?
kehidupan NKRI ini ditandai dengan pasang-surut antara otonomi daerah dan •Siapa yang sebenarnya diuntungkan dengan penerapan Otsus ini?
sentralisasi, dari sentralisasi ke desentralisasi, kembali lagi ke sentralisasi
begitu seterusnya. Yang menggelisahkan, pertama, proses itu tidak Ide Otonomisasi di Indonesia muncul pasca krisis ekonomi dimulai (1997
disebabkan karena kemajuan politik NKRI. Kedua, bahwa proses menuju ke depan). Puncaknya pasca keruntuhan kerajaan Soeharto, tumbuh
demokratisasi yang bergulir selalu tidak jelas, entah arusnya mau bergulir ke bersamaan dengan semangat reformasi (total), demokratisasi, dan perang
mana? Contoh paling jelas dilihat dari reformasi yang kita mulai sejak 1998. melawan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN), yang semuanya identik
•Apakah kita mau kembali ke era 1971-1998 atau mundur lagi ke 1945- dengan regime Orde Baru.
1959?
Politik otonomisasi dibumbui dengan isu lain, yaitu federalisasi, atau
Jadi, Otda dan Otsus rupanya muncul dari hasil gesekan kepentingan kembali ke RIS (Republik Indonesia Serikat). Tetapi ide "F" ini mati bersama
sosial dan politik, yang bermotif ekonomis, bukan hukum, demokrasi atau kematian karier pencetusnya, Prof. Dr. Amien Rais, karena beliau gagal
kemanusiaan. Tim Lapera dengan kritis mengatakan rupanya produk-produk menduduki posisi eksekutiv dan gagal membuktikan dirinya sebagai politikus
hukum seperti dilihat dalam Table 1. kebanyakan muncul menanggapi dan guru besar ilmu politik yang berpegang pada kata-katanya.
perubahan konstalasi politik di dalam NKRI (bersifat reaktif), dan bukanlah
karena Indonesia sedang maju dari suatu tempat lama (proaktif), ke suatu Karena waktu yang bersamaan dengan penggulingan kekuasaan orde
tempat yang baru (lebih maju). Dengan kata lain, mereka bilang isi produk- baru itulah, regime berkuasa dalam NKRI sekarang, entah karena kurang
I-7 Catatan Praktek Politik Otsus NKRI di Papua Barat PAPUA MENGGUGAT: Praktek Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat! I-8

paham atau karena sengaja, melihat Otsus ini sebagai langkah pokok untuk menjawabnya.
membenahi hubungan Papua Barat – NKRI, yaitu jalan untuk memaksa
rakyat Papua melupakan saja masa lalu, dan memandang ke masa depan, Sebelum NKRI memberlakukan Otsus, mereka berusaha untuk
saat yang katanya, "lebih baik daripada era orde baru." membentuk opini seperti:

Mari kita lihat drama politik otonomisasi untuk Papua Barat bergulir, Pertama, bahwa Suharto telah lengser, karena itu pengalaman masa
khususnya sejak regime orde baru lengser dari singgasana Jl. Merdeka Timur, regime orde baru tidak bakal terulang lagi. Pengalaman itu antara lain
Jakarta Pusat dan apa pandangan orang yang diberi Otsus dan apa anggapan pemerkosaan, intimidasi, teror, pengejaran, perburuan manusia, pemiskinan,
yang memberinya. Juga motif-motif pemberlakukan Otonomi Khusus (yang pembodohan, dan serangkaian hal-hal yang dipandang melanggar HAM, tidak
kami sebut politik otonomisasi)3 demokratis dan melanggar hukum. (Walaupun perihal hukum di Indonesia
tergantung hukum siapa, untuk siapa dan oleh siapa, bukan masalah benar
tidaknya hukum dan masalahnya).
1.2 Proses Penggagasan dan Penggodokan (Inputting) RUU
Otsus untuk Papua Barat Kedua, "Karena itu terimalah Otsus! Tidak boleh tidak! Kalau tidak
menerima, akan ditindak tegas." Sampai-sampai Susilo Bambang Yudhoyono
mengatakan bahwa siapa yang menolak Otsus berarti mereka menentang
1.2.1 Pendahuluan integritas NKRI. Karena itu mereka yang demikian harus ditindak tegas.
Kebiasaan atau lebih cocok "budaya politik" Jakarta yang tidak Ketiga, maka dengan demikian menganggap bahwa apa yang dianggap
proactive4 tetapi responsive5 dan over-reactionary6 menanggapi rakyatnya terbaik bagi Jakarta haruslah diterima sebagai yang terbaik bagi orang Papua.
yang mau berdemokrasi, mau menghargai dan melindungi HAM mereka serta
mau diperlakukan sederajad di hadapan hukum seperti sedikit tergambar di Jadi, kesan secara umum, penguasa sekarang mau bersikap seolah-olah
atas terlihat kembali dalam proses penggagasan dan penggodokan RUU demokratis, seolah-olah lebih melindungi HAM, dan seolah-olah ingin
Otsus untuk Papua Barat, yaitu dalam proses inputting. menegakkan supremasi hukum. Dan mereka kira Otsus untuk Papua Barat
adalah cara yang tepat untuk wilayah jajahan itu.
Kita akan lihat:
•Siapa yang melahirkan anak bernama "O": orang Papua atau Jakarta? Tetapi sebenarnya mereka gagal menampakkan ambisi itu. Kegagalan
Dari rambutnya, kulitnya, bahasanya, logatnya dan wajahnya pasti utama karena mereka menempatkan porsi peran dan fungsi Polri dan TNI
ketahuan. dalam kebijakan mereka sebagai poros penting, sama saja dengan Suharto.
•Siapa yang terlibat dalam inputting process itu: Rakyat dan penguasa atau Bedanya hanyalah regime sekarang berpura-pura mau menegakkan
penguasa dengan penguasa sendiri? Dari NIP-nya dan NRP-nya akan supremasi politik sipil dan hukum tetapi di dalamnya mereka tidak sanggup.
ketahuan. Sedangkan Suharto mengundangkan keterlibatan TNI/Polri dalam seluruh
•Bagaimana inputting process itu terjadi: demokratis atau penuh dengan kehidupan rakyat.
aksi-aksi state-terrorism? Darah, jeritan dan air mata orang Papua akan
I-9 Catatan Praktek Politik Otsus NKRI di Papua Barat PAPUA MENGGUGAT: Praktek Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat! I-10

Dampaknya lebih bahaya sekarang daripada era Suharto, karena waktu nasionalis Papua Barat yang mendukung perjuangan Sukarno yang katanya
itu rakyat dapat melihat persoalan dan bisa belajar lalu melawan. Kebijakan "membebaskan Irian Barat" dari cengkeraman penjajah. Megawati muncul
yang terang-terangan di era orde baru, yang sudah diketahui pasti merugikan dalam konteks ingatan itu, dan mulai menunjukkan seolah-olah benar bahwa
itu tak pernah dilawan atau diprotes oleh siapapun juga. Orang pintar janji Sukarno itu dapat terwujud dalam masa anak Sukarno berkuasa.
Indonesia manapun tidak pernah sama sekali, kecuali Dr. Sri Bintang
Pamungkas, dan itupun dapat dikatakan sangat terlambat, setelah nasi sudah Selain itu, dalam pidato kenegaraan memperingati HUT NKRI pada
menjadi bubur. Agustus 2001, Megawati juga secara pribadi minta maaf kepada bangsa
•Apalagi, orang Indonesia mau memprotes peran Polri/TNI yang Papua atas pelanggaran HAM yang telah terjadi selama ini. "Wahduh, luar
terselubung dalam kekuasaan kabinet sekarang? biasa. Pejabat nomor satu NKRI meminta maaf atas kesalahan pejabat pada
Tidak ada bayangan sama sekali siapa yang sanggup dan siapa yang posisi sebagai orang nomor satu di masa silam! Betapa manusiawinya!"
berani. Karena rupanya orang Indonesia tidak tahu, atau lebih mungkin tidak
mau tahu-menahulah. Kesan kuat janji Sukarno, dicampur dengan permohonan maaf, jadinya
"gado-gado politik" yang enak disantap, khususnya setelah era orde baru
Bangsa Papua dapat menunjuk dan sekarang sudah menentang peran barusan lewat. Rupanya permintaan maaf itu kartu pertama, tetapi kartu As
TNI/ Polri yang begitu kuat karena dirasakan jelas di Papua Barat. Salah satu dan kartu Joker belum naik.
wujud perlawanan kami adalah MENGGUGAT Politik Otonomisasi NKRI di
Papua Barat, yaitu melawan UU Otsus.
2) Mereka kembangkan beberapa wacana untuk membentuk opini bahwa "Otsus
itu Jalan Terbaik !"8
1.2.2 Garis Besar Proses Pemaksaan Otsus Regime Mega-Hamzah pertama-tama mau katakan kepada bangsa
Papua bahwa Otsus akan dan dapat meningkatkan kesejahteraan. Mereka
1) Mereka lontarkan ide bahwa regime sekarang lebih baik daripada regime samakan atau menggantikan ide PJP I, PJP II, Repelita, era tinggal landas, era
sebelumnya lepas landas dan istilah pembangunan lain yang pernah dipakai Suharto atas
dasar teori Rostow (seperti kita akan lihat nanti) dengan Otsus.
Megawati - Taufik Kiemas7 disambut begitu gembira di Papua Barat
karena beliau dilihat sebagai sosok perlawanan rakyat terhadap kekuasaan Otsus dilihat sebagai jalan yang lebih baik dan lebih cepat untuk
yang otoriter dan militeristik. Waktu anaknya yang diangkat, orang Papua mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur atau masyarakat makmur
bersemangat dan menagih janji ayahnda, Alm. Ir. Sukarno. yang berkeadilan.
Janji Sukarno kepada tokoh kemerdekaan Papua Barat di tahun 1960-an Kita akan lihat di bagian berikut:
adalah bahwa, "Setelah NKRI dan Papua Barat mengusir Belanda keluar, •Apa dampak Otsus I di Papua Barat (1963 – 1988)?
NKRI akan membantu Papua Barat merdeka." Janji ini sama saja dengan janji •Berapa banyak orang Papua yang sudah kehilangan nyawa?
yang diberikan kepada Kapiten Pattimura di Moluccas dan kepada leluhur •Berapa banyak sumberdaya alam yang dikeruk?
Hasan Di Tiro di Acheh. Dia memanggil bangsa Acheh sebagai kakak, Maluku •Berapa banyak ketidakadilan dan kekerasan militer yang dilahirkan oleh
sebagai sahabat dan Papua sebagai adiknya. Oleh karena itu banyak tokoh Otsus I di Papua Barat?
I-11 Catatan Praktek Politik Otsus NKRI di Papua Barat PAPUA MENGGUGAT: Praktek Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat! I-12

dan rakyat Papua, tetapi merugikan para pemain dibalik layar itu. Oleh karena
Kita juga akan lihat, itulah, begitu cepat Gus Dur dilengserkan, karena kebijakan-kebijakannya
•Berapa banyak kekerasan militer yang sudah terjadi menjelang memang punya dampak luas terhadap nasib pemain dibalik layar itu.
pemaksaan Otsus II (2002 – 2027) di Papua Barat?
Lalu kita bertanya balik: Tetapi regime Mega-Hamzah masih berkeyakinan juga bahwa Otsus
•Apa benar, Otsus akan mengurangi kekerasan militer di Papua Barat? adalah jalan untuk menuju NKRI yang demokratis dan berdiri diatas hukum
serta berdikari.
Bukti terkuat dan masih segar di otak semua manusia di dunia untuk •Benarkah demikian?
menjawab pertanyaan ini adalah peristiwa sadis dan barbaric tanggal 11
November 2001, yaitu kasus penculikan dan pembunuhan Tokoh Politik, 1.2.3 Garis Besar Proses Sosialisasi RUU Otsus
Tokoh Adat dan Pemimpin Besar Bangsa Papua, Dortheys Hiyo Eluay.9
1) Riwayat singkat Panitia Otsus Provinsi dan seminar sosialisasi Otsus
•Bukanlah ini sebuah awal yang penuh dengan lumuran darah?
•Bukanlah pembunuhan atas orang nomor satu Papua Barat ini sekaligus Setelah RUU itu dirancang oleh para akademisi, yaitu orang-orang pintar
dan jelas-jelas berarti pembunuhan atas hak berpendapat, hak berserikat di Papua Barat, sekarang saatnya untuk mengatakan: "Orang Papua harus
dan berkumpul dan hak-hak lain dari seluruh orang Papua yang sudah terima karena ini hasil optimal dari orang-orang pintar di Papua Barat. Kalau
dijamin dalam hukum nasional, internasional dan hukum universal – ada yang menolak, itu bukti kebodohan rakyat Papua !"
kemanusiaan?
•Benarkah bahwa Otsus sebagai jalan untuk mengurangi kekerasan militer Waktu sosialisasi Otsus pertama di Port Numbay, hampir semua
di Papua Barat? komponen rakyat Papua datang. Setelah Gubernur Papua berpidato, beliau
mempersilahkan rekan-rekannya pro-Otononomi seperti Barnabas Suebu, SH,
3) Mereka bertindak seolah-olah Proses Perancangan, Penggodokan dan Drs. August Kafiar, MA, dll. untuk menyampaikan arahan-arahan. Mereka
Pengajuan sampai Pengesahan RUU Otsus adalah demokratis, atau disetujui mulai berteori dan memanipulasi rakyat Papua bahwa: "Otsus itu jalan
oleh orang Papua sendiri, maka sah sebagai hukum yang diberlakukan di terbaik !"
Papua Barat
Tetapi syukur, rakyat Papua tidak sebodoh yang mereka sangka.
Pertama, ide Otsus yang dilontarkan sewaktu Habibie berkuasa itu Pelajaran politik di lapangan lebih berbobot daripada pengetahuan politik di
kemudian dikemas dalam proyek "reformasi total" oleh Bapak Reformasi bangku pendidikan NKRI. Begitu Ketua Panitia Tim Assistensi Otsus Provinsi
Indonesia, K.H. Abdurrahman Wahid. Tetapi rupanya ada kekuatan lain di Papua mulai membacakan makalahnya, ada tokoh adat Papua yang
balik layar, di belakang semua yang kelihatan di mata politik kita yang mengatakan:
memandang proyek "reformasi total" sama persis dengan proyek "revolusi "Untuk perhatian, semuanya, berdiri gerak!"
total" milik Soekarno. Kalau ini yang terjadi, berarti NKRI akan "berdikari."
Lalu komando itu berlanjut: "Balik kanan maju, jalan!"
Dan dampak dari NKRI berdikari pasti tidak merugikan rakyat Indonesia
I-13 Catatan Praktek Politik Otsus NKRI di Papua Barat PAPUA MENGGUGAT: Praktek Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat! I-14

Maka SEMUA orang Papua yang duduk itu berdiri, balik kanan dan jalan
bubar, keluar menuju pintu utama dan pintu-pintu samping, dengan rapi, •Apa alasan mereka?
dengan tenang, dan dengan teratur. Alasannya dijawab Theys Hiyo Eluay, pemimpin besar mereka, yaitu:
Pertama, mereka tidak dilibatkan dalam penggodokan RUU Otsus itu, jadi:
Setelah mereka keluar, mereka bertanya kepada semua orang Papua: •mengapa harus dipaksakan untuk menerima hal yang mereka sendiri
•Siapa yang bilang orang Papua Pantai menerima Otsus dan karena itu tidak ikut campur?
musuh dari orang Papua Pedalaman (Koteka)?
•Siapa yang bilang ada orang Papua yang mau menerima Otsus? Kedua, bahwa yang diminta oleh rakyat Papua, atas nama HAM dan
•Siapa yang bilang ada perbedaan pendapat diantara orang Papua dalam demokrasi, BUKAN Otsus, tetapi DIALOG. Karena itu, DIALOG yang akan
menyikapi Otsus? menentukan apakah perlu ada Otsus di Papua Barat atau tidak, bukan Tim
Assistensi Otsus, bukan Tim Sosialisasi DPR RI, bukan penambahan pasukan
Lalu mereka menandatangani pernyataan yang menolak tegas otonomi TNI, bukan ancaman dan terror Polri/ Brimob.
di Papua Barat dalam bentuk apapun, khusus, istimewa ataupun biasa.
•Tetapi apa tindak lanjutnya? Dengan kata lain, yang menentukan:
•Apakah Otsus itu untuk lebih menghargai HAM orang Papua?
Tindak lanjutnya adalah: •Apakah Otsus itu untuk lebih menunjukkan keadilan Jakarta untuk rakyat
Papua?
2) Hasil Sosialisasi Panitia Otsus Jakarta? •Apakah Otsus itu untuk menunjukkan regime Mega-Hamzah lebih
Walaupun DPRD dan pemerintah Provinsi Papua sadar betul bahwa demokratis atau tidak?
rakyat mereka menolak Otsus, mereka masih juga mengundang tim dari •Apakah Otsus itu sebuah legitimasi hukum untuk menghalalkan apa saja?
Jakarta untuk melakukan hal yang sama, yaitu sosialisasi Otsus. Kemungkinan adalah wacana demokrasi dan penghargaan HAM yang setara,
alasan pertama karena mereka mau supaya orang Jakarta juga melihat reaksi seimbang, dan bermartabat, yang dapat hanya diwujudkan lewat DIALOG
rakyat Papua. Politik. (Hasil sosialisasi Tim Otsus ini akan dilihat di bagian selanjutnya
berdasarkan hasil survey IFES10.)
Juga ada kemungkinan mereka mau mengintimidasi orang Papua bahwa yang
menggagas Otsus bukan orang Papua pejabat NKRI di Papua Barat tetapi
orang Indonesia sendiri, yang punya TNI, punya Polri, yang punya senjata dan 1.3 Peristiwa Pemekaran Otsus vs Evolusi
peluru yang mampu menghabisi orang Papua dalam sekejap. Yaitu sebuah
tindakan intimidasi.
1.3.1 Evolusi Pemekaran
Tetapi tanggapan orang Papua tidak berubah setitikpun. Di semua Evolusi pemekaran dan Otsus penting untuk memahami betapa
tempat yang dikunjungi Tim Sosialisasi Otsus DPR RI ditanggapi keduanya begitu tidak masuk akal.
sama: "Rakyat Papua DENGAN TEGAS MENOLAK Otsus !
MERDEKA HARGA MATI"
I-15 Catatan Praktek Politik Otsus NKRI di Papua Barat PAPUA MENGGUGAT: Praktek Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat! I-16

Pada 26 Februari 1999, Presiden Habibie menerima delegasi Tokoh Kemudian 19 Oktober 1999, dalam Sidang Umum MPR, Sesi ke 12 MPR
Papua dengan nama "Team-100" di Istana Negara Jakarta. Mengejutkan bagi menetapkan resolusi No. IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan
Habibie waktu itu ketika Tim-100 menyampaikan keinginan bangsa Papua Negara untuk tahun 1999-2004. Pasal IV G, Item 2 berisi kebijakan Otonomi
untuk merdeka dari Indonesia. Tanggapan Habibie yang paling kelihatan Khusus untuk Acheh dan Irian Jaya. Formula kebijakan ini adalah: "dalam
sebagai tanggapan atas tuntutan ini adalah kebijakan Pemekaran. kerangkan mengembangkan otonomi daerah dalam kerangkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan menyelesaikan, secara adil dan tuntas,
Retorika yang dikembangkan sebagai alasan adalah untuk efisiensi permasalahan yang ada di daerah, membutuhkan penanganan yang segera
administrasi pemerintahan dan percepatan pembangunan. Padahal tujuan dan serius dengan langkah-langkan sebagai berikut: membela integritas
terselubung dan yang sebenarnya adalah untuk membatasi tuntutan dan nasional menghargai keanekaragaman dan perbedaan kehidupan sosial dan
ancaman disintegrasi yang mengudara dengan deras di Papua Barat. budaya dalam masyarakat Irian Jaya, melalui penerbitan sebuah otonomi
khusus, yang akan diatur dengan Undang-Undang …".
Tanggal 4 Oktober tahun itu terbitlah yang dikenal sekarang UU No.
45/99 Tengan Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Irian Jaya Barat, dan Formula TAP MPR ini hanya menyebutkan Irian Jaya (bukan Irian Jaya
tiga kabupaten serta satu kota. Herman Monim yang tadinya Wagub I dan Let. Tengah atau Irian Jaya Barat), dan secara politis, isi UU No. 45/99 dianulir,
Purn. Abraham Atururi masing-masing diangkat sebagai gubernur Irian Jaya khususnya pasal-pasal tentang pembentukan provinsi baru.
Tengah dan Barat.
Akan tetapi tidak ada tindakan konkrit yang diambil untuk menerapkan
Kebijakan pemekaran mengenai pembentukan Provinsi Irian Jaya Tap MPR 1999. Menyusul sebuah evaluasi atas penerapan Otonomi Khusus
Tengah dan Irian Jaya Barat ditolak keras, ditandai dengan petisi, demonstrasi untuk Acheh dan Irian Jaya khususnya, SU MPR tahun berikutnya meloloskan
besar-besaran di kantor gubernur dan DPRD Papua (14-19 Oktober 1999) dan TAP MPR No. IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
akhirnya secara resmi direstui oleh Pemda dan DPRD Papua. Penerapan Otonomi Daerah. Salah satu bagian resolusi dimaksud berbunyi:
Tiga alasan penolakan waktu itu: "…UU untuk Otsus bagi Daerah Istimewa Acheh dan Irian
(1)pemekaran diputuskan tanpa konsultasi dengan rakyat Papua Jaya, sesuai dengan mandat TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang
(2)pemekaran tidak sesuai dengan rekomendasi Pemda setempat GBHN untuk 1999-2000, akan dikeluarkan ute for Otsus for the
Extraordinary Regions of Aceh and Irian Jaya, akan dikeluarkan,
(3)pemekaran dianggap lebih condong untuk memperkuat integritas
selambat-lambatnya 1 Mei 2001, dengan secara teliti memperhatikan
NKRI di Papua Barat daripada membangun Papua. Formal pemekaran
aspirasi relevan dari daerah dan masyarakat …".
dengan jelas-jelas menunjukkan betapa UU itu tidak menyebut sedikitpun
mengenai manusia Papua selain wilayahnya.
Akan tetapi, Otsus untuk Provinsi Irian Jaya tidak dideklarasikan dalam
tempo yang ditetapkan secara jelas dalam TAP MPR. Kemungkinan besar hal
DPR RI menanggapinya dengan tindakan menunda pembentukan Provinsi
ini disebabkan oleh dua hal:
baru dimaksud. Sedangkan pembentukan 3 Kabupaten dan 1 Kota dijalankan
(1)eskalasi politik di Provinsi Irian Jayaw waktu itu sebelum dan setelah
sesuai rencana.
Kongres Rakyat Papua II 2000 yang mengeluarkan resolusi untuk
melepaskan diri dari NKRI
1.3.2 Evolusi Otsus
I-17 Catatan Praktek Politik Otsus NKRI di Papua Barat PAPUA MENGGUGAT: Praktek Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat! I-18

(2)Pemerintahan Gus Dur yang terbuka mendengarkan sepenuhnya Provinsi Papua. Ditetapkan bahwa Otsus dimaksud dimulai tanggal 1 Januari
aspirasi rakyat Papua. 2002.

Pembahasan tentang Otsus dimulai secara serius ketika Jaap Solossa


(yang sebelumnya adalah salah satu anggota Tim-100) dilantik menjadi
Gubernur Provinsi Papua akhir tahun 2000. 

Atas inisiatif Solossa, maka terbentuklah Tim Assistensi RUU Otsus yang
Catatan Kaki dan Referensi:
telah menghasilkan dua dokumen penting dalam sejarah Otsus di Papua
Barat:
o Sebuah Paper Latar Belakang Otsus
1
Otonomi Pemberian Negara: Kajian Kritis Atas Kebijakan Otonomi Daerah, Tim Lapera,
Yogyakarta , 2000:42.
o Sebuah RUU Otsus untuk Provinsi Papua Barat. 2
Politik, Birokrasi dan Pembangunan, Dr Mohtar Mas’eod, Pustaka Pelajar, April 2003:21.
3
Otsus adalah sebuah kebijakan politik, bukan ekonomi, sosial atau budaya. Karena itu
Kedua dokumen ini tidak membuat perbedaan adanya tiga provinsi di Otsus lebih cocok disebut Politik Otonomisasi, yaitu perlakuan khusus kepada wilayah jajahan;
bagian Barat pulau New Guinea itu. Anggapan saat itu adalah hanya ada satu merupakan bagian integral dari kebijakan politik sedunia.
provinsi. Jelaslah di sini bahwa proses Otsus tidak ada kaitan dengan
4
Proactive – bertindak lebih dahulu sebelum sesuatu terjadi atau tindakan antisipatif.
Lawannya responsive atau reactive.
pemekaran yang sudah gagal, tetapi sama sekali baru sebagai satu provinsi. 5
Responsive action – tindakan bersifat tanggapan, manggapi apa yang sudah terjadi.
6
Over-reaction, tanggapan alias reaksi yang melebihi proporsi seharusnya. Berkonotasi
Dua dokumen ini kemudian dibahas di Numbay bulan Maret 2001. negatif karena bertindak yang tidak-tidak atau berlebihan.
7
Kami tidak menggunakan Sukarnoputri dengan dua alasan. Pertama, nama Taufik
Kiemas tidak dipakai berarti menyangkal bahwa Mega secara manusia sudah berkeluarga dan
Sepertiga dari delegasi yang hadir melakukan walk-out dengan alasan suaminya bernama Taufik Kiemas. Sengaja tidak menuilsnya sama saja dengan tidak mengakui
mereka mendukung Papua Merdeka. Sebuah tanda bahwa ada orang Papua status Mega sebagai Ibu rumah-tangga. Kedua, karena ke-Sukarno-an Mega tidak kelihatan
yang saat itu sudah bersedia melawan aspirasi rakyat mereka sendiri dan sama sekali, jadi kami merasa "sakit di hati" kalau memanggilnya "Sukarnoputri". Beliau lebih
mau berkompromi dengan kemauan Jakarta, karena walupun sebagian besar mengikuti Taurik Kiemas daripada ayah biologisnya. Jadi percuma menyandang nama
"Sukarno" pada nama itu. Kami tidak berhak menghapus nama itu tetapi kami dapat memanggil
keluar, para pembicara yang semuanya orang Papua tetap tinggal di situ.
sesuai dengan peran, fungsi dan ideologi yang dianut Presiden NKRI sekarang.
Alasan mereka karena mereka mau menerapkan Otsus secara sepenuhnya di 8
Lebih lengkap lagi dibahas dalam Pasal yang berisi topi: Papua Membantah !
Papua Barat. 9
Cerita lengkap kasus ini ada dalam buku: PAPUA MENGGUGAT I: 11 November 2001…,
WestPaC (Demmak) – AMP, Yogyakarta: 2002.
RUU ini disiapkan oleh orang Papua, dan menjadi rujukan utama dalam
10
IFES singkatan dari International Foundation for Election System, lembaga yang dibiayai
oleh USAID.
rancangan UU Otsus. Setelah lima bulan debat dan pembahasan, banyak
elemen penting dalam RUU itu yang dirombak secara mendasar, lalu DPR RI
mensahkan RUU itu menjadi UU tanggal 22 Oktober 2001. Kemudian
diserahkan kepada Presiden untuk diundangkan, dan tanggal 21 November
2001, Presidan menerbitkan UU No. 21/ 2001 Tentang Otonomi Khusus untuk

You might also like