Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan ini tidak diatur secara
khusus didalam HIR, RBg maupun RV, namun dalam praktek menurut yurisprudensi,
perlawanan yang diajukan pihak ketiga selaku pemilik barang yang disita tersebut dapat
diterima (putusan Mahkamah Agung RI tanggal 31 Oktober 1962 No.
306K/Sip/1962. Rangkuman Yurisprudensi II halaman 270)
Ketentuan hukum acara yang membahas tentang perlawanan pihak ketiga ini
masuk pada bagian menjalankan putusan yaitu pasal 206 R.Bg / HIR 195 ayat 6 dan 7
yang ditegaskan sebagai berikut;
Ayat (6) Perlawanan terhadap putusan juga dari orang lain yang menyatakan barang
yang disita itu miliknya serta diadili seperti semua perselisihan tentang upaya paksa
yang diperintahkan oleh Pengadilan (Negeri/Agama) yang dalam daerah hukumnya
terjadi pelaksanaan putusan itu.Ayat (7) Perselisihan yang timbul dan putusan tentang
perselisihan itu harus tiap-tiap kali selekas-lekasnya diberitahukan dengan surat oleh
Ketua Pengadilan (Negeri/Agama) itu kepada Ketua Pengadilan yang semula
memeriksa perkara itu. (R.Bg)
Perselisihan yang timbul dan putusan tentang perselisihan itu Ketua
Pengadilan memberitahukan dengan surat tiap-tiap kali dalam tempo dua kali
dua puluh empat jam kepada Ketua pengadilan yang semula memeriksa
perkara itu. (HIR).
Dari ketentuan pasal 206 R.Bg / 195 HIR ayat (6) dan (7) tersebut dapat dipahami
bahwa:
Bagi pemegang hipotik atau credietverband, apabila tanah dan atau rumah
yang dijaminkan kepadanya itu disita, berdasarkan klausula yang selalu terdapat dalam
perjanjian yang dibuat dengan debiturnya, maka bukan upaya hukum derden verzet
yang harus dilakukan melainkan langsung dapat meminta eksekusi kepada Pengadilan
Negeri atau kepala PUPN.
Dalam praktek sering terjadi perlawanan pihak ketiga (Derden Verzet) ini
diajukan oleh suami / isteri dari sitersita.Perlawanan pihak ketiga (Derden Verzet) yang
diajukan isteri atau suami tersebut, jika barang yang disita tersebut adalah harta
bawaan atau harta asal isteri atau suami, maka ia dapat mengajukan perlawanan pihak
ketiga tersebut, kecuali:
Perlawanan pihak ketiga yang diajukan oleh isteri atau suami dalam hal harta
bersama yang disita sudah barang tentu tidak dapat dibenarkan, oleh karena harta
bersama selalu merupakan jaminan untuk pembayaran hutang suami atau isteri yang
terjadi dalam perkawinan dan memang harus ditanggung bersama.
Pihak ketiga yang tidak pernah dipanggil (tidak mengetahui) atau tidak
mengajukan permohonan untuk melibatkan diri dalam suatu perkara (intervensi), dan ia
merasa dirugikan oleh putusan terhadap perkara tersebut dapat mengajukan
perlawanan terhadap putusan dan atau tindakan hukum yang dilakukan oleh
Pengadilan seperti sita jaminan dan atau sita eksekusi.
Pihak ketiga yang akan mengajukan perlawanan terhadap sita tersebut dapat
mengajukan permohonannya secara lisan atau tertulis kepada Ketua Pengadilan yang
secara nyata melaksanakan sita tersebut, hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam
pasal 206 R.Bg / 195 HIR ayat 6 yang ditentukan sebagai berikut:
“ Perlawanan terhadap putusan juga dari orang lain yang menyatakan bahwa barang
yang disita miliknya, dihadapkan serta diadili seperti segala perselisihan tentang upaya
paksa yang diperintahkan oleh Pengadilan yang dalam daerah hukumnya terjadi
pelaksanaan putusan itu”
Jadi jelas Perlawanan, termasuk perlawanan pihak ketiga atas dasar hak milik
atau penyewa dari barang yang telah disita itu, yang akan dilaksanakan; juga
mengenai semua sengketa yang timbul karena upaya paksaan itu diajukan pada dan
diadili oleh Pengadilan dalam daerah hukum dimana tindakan-tindakan pelaksanaan
dijalankan.
Ayat (1) Tergugat yang dikalahkan dengan putusan verstek dan tidak menerima
putusan itu, dapat mengajukan perlawanan (verzet) terhadap putusan itu.
Ayat (2) Jika putusan itu diberitahukan kepada tergugat sendiri, maka perlawanan
(verzet) dapat diterima dalam 14 hari sesudah pemberitahuan.
Jika putusan itu tidak diberitahukan kepada Tergugat sendiri, maka perlawanan (verzet)
masih diterima sampai pada hari ke 8 sesudah peneguran seperti yang tersebut dalam
pasal 207 R.Bg / 196 HIR, atau dalam hal tidak hadir sesudah dipanggil dengan patut
sampai pada hari
- ke 14 (R.Bg)
- ke 8 (HIR)
sesudah dijalankan surat perintah seperti tersebut dalam pasal 208 R.Bg / 197
HIR.
Dari ketentuan153 R.Bg / 129 HIR tersebut dapat difahami sebagai berikut:
Bahwa tenggang waktu untuk mengajukan perlawanan (verzet / derden verzet) adalah:
PENUTUP
KESIMPULAN:
1. Perlawanan pihak ketiga terhadap sita yang dilakukan oleh Pengadilan (derden
verzet) hanya dapat diajukan atas dasar hak milik atau sewa.
2. Perlawanan pihak ketiga adalah merupakan upaya hukum luar biasa, oleh
karenanya pada asasnya tidak menangguhkan eksekusi.
3. Apabila segera nampak bahwa perlawanan benar-benar beralasan, maka
eksekusi mutlak harus ditangguhkan oleh Ketua Pengadilan yang memimpin
eksekusi tersebut.
SARAN-SARAN:
- Meskipun perlawanan pihak ketiga yang merupakan upaya hukum luar biasa yang
pada asasnya tidak menangguhkan eksekusi, namun perlu diperhatikan pasal 153
R.Bg/129 HIR ayat (4).