You are on page 1of 5

PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN DAN PERLUNYA AKHLAK

TASAWUF

Posted by lovephobe#2 on Senin, 26 Oktober 2009

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan zaman modern memberikan dampak tersendiri dalam kehidupan
manusia. Ada bagian yang positif, namun juga dampak negatif yang tidak kalah
mendominasi. Bukan berarti kemajuan zaman modern adalah sesuatu yang buruk,
namun persepsi tiap individu menghadapi hal seperti ini berbeda-beda. Hal itu
menjadi semakin rumit karena tidak setiap manusia mampu beradaptasi dengan baik
dengan dunia modern. Akhirnya, muncullah penyimpangan, kemerosotan dan
ketidakpastian dalam menjalani hidup yang mengakibatkan manusia semakin tidak
bernilai.
Dalam merespon revolusi industri, manusia pun terpecah-belah menjadi tiga
golongan yang mengakibatkan masalah tersendiri bagi tiap golongan. Namun sangat
beruntung bagi umat manusia –khususnya umat Islam- akhlak tasawuf datang
dengan konsep yang rapi dan telah teruji sebagai salah satu alternatif agar manusia
mampu keluar dari kegalauan dan penyimpangan itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Masyarakat Modern itu?
2. Permasalah apa saja yang timbul dalam masyarakat modern?
3. Bagaimana jalan keluar atas permasalahan masyarakat modern?
4. Apa peran akhlak tasawuf dalam permasalahan masyarakat modern?

BAB II
PEMBAHASAN

PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN


DAN PERLUNYA AKHLAK TASAWUF

A. PENGERTIAN MASYARAKAT MODERN


Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, W. J. S. Poerwadarminta mengartikan masyarakat
sebagai pergaulan hidup manusia. Sedangkan modern diartikan yang terbaru,
secara baru, mutakhir. Dengan demikian secara harfiah masyarakat modern berarti
suatu himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan
aturan tertentu yang bersifat mutakhir.
Masyarakat modern selanjutnya sering disebut sebagai lawan dari masyarakat
tradisional. Deliar Noer misalnya, menyebutkan cirri-ciri masyarakat modern sebagai
berikut:
a. Bersifat rasional, lebih menekankan akal daripada emosi.
b. Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang
bersifat sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
c. Menghargai waktu, yakni menganggap waktu sebagai sesuatu yang bernilai dan
perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
d. Bersifat terbuka, yakni mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik,
gagasan dan perbaikan dari manapun datangnya.
e. Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari segi fungsi dan kegunaan bagi
masyarakat.
Dalam hal ini, Alfin Toffler, sebagai dikemukakan Jalaludin Rahmat, membagi
masyarakat ke dalam tiga bagian. Pertama, Masyarakat Pertanian (agricultural
society), kedua Masyarakat Industry (industrial society), dan yang ke tiga
Masyarakat Informasi (informatical society).

B. PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN


“Revolusi Teknologi” atau yang terkadang dikaitkan dengan revolusi industri lahir
dari sebuah perkembangan zaman. Revolusi ini telah menjadi titik awal dimana
mayoritas manusia meningkatkan kontrol pada materi, ruang dan waktu. Selain itu
juga menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, pola fikir dan sistem rujukan. Dalam
kaitan ini terdapat tiga keadaan dalam mensikapi revolusi industri, yaitu kelompok
yang optimis, pesimis dan pertengahan antara keduanya.
Bagi kelompok yang optimis, revolusi teknologi justru menguntungkan, seperti yang
dikatakan Ziauddin Sardar. Menurutnya, revolusi teknologi yang sekarang sedang
dijajakan sebagai suatu rahmat besar bagi umat manusia. Penjajanya yang agresif
di televisi, surat-surat kabar, dan majalah-majalah begitu menarik. Pada lingkungan
yang terpelaajar, lain lagi caranya, yaitu di dalam jurnal-jurnal penelitian dan buku-
buku akademis. Disebutkan bahwa revolusi informasi akan menyebabkan timbulnya
desentralisasi, dan karena itu akan melahirkan suatu masyarakat yang lebih
demokratis.
Sementara itu bagi kelompok yang pesismis memandang kemajuan di bidang
teknologi akan memberikan dampak yang negatif, karena hanya akan memberikan
kesempatan dan peluang kepada orang-orang yang dapat bersaing saja, yaitu
mereka yang memiliki kekuasaan, ekonomi, kesempatan, kecerdasan dan lain-lain.
Sementara bagi mereka yang terbelakang, akan tetap menjadi terbelakang.
Penggunaan teknologi dalam bidang pertanian misalnya, akan menyebabkan
keuntungan bagi mereka, para petani yang memiliki modal saja. Sedangkan bagi
yang tidak memiliki modal semakin menghadapi masalah yang serius. Lapangan
kerja yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja, sudah mulai ditangani oleh
teknologi yang hemat tenaga kerja, akibatnya terjadilah pengangguran.
Disisi lain, kelompok yang mengambil sikap antara optimis dan pesimis terhadap
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengatakan bahwa, iptek itu
positif atau membahayakan pada pengangguran, inflasi dan pertumbuhan,
tergantung pada cara orang mengelolanya, tanpa harus ditangguhkan, dan demi
kepentingan kerjasama dan perdamaian. Dalam kaitan ini menarik sekali apa yang
dikemukakan seorang Sosiolog Prancis, Jacques Ellul yang mengatakan bahwa
kemajuan dalam bidang teknologi akan memberikan pengaruh sebagai berikut:
a. Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbanan, yakni dari satu sisi teknologi
memberikan nilai tambah, tapi pada sisi lain dapat mengurangi.
b. Nilai-nilai manusia yang tradisional misalnya, harus dikorbankan demi efisiensi.
c. Semua kemajuan teknologi lebih banyak menimbulkan masalah daripada
pemecahan.
d. Efek negatif teknologi tidak dapat dipisahkan dari efek positif,nya. Teknologi tidak
pernah netral. Efek negatif dan positif terjadi serentak dan tidak terpisahkan.
e. Semua penemuan teknologi mempunyai efek yang tidak terduga.
Sikap manakah dari ketiga sikap yang dikermukakan di atas itu yang akan diambil?
Itu semua tergantung pada cara pandang dan sistem nilai yang dianut oleh
masyarakat yang bersangkutan. Bagi umat Islam yang selalu diajarkan bersikap adil
terhadap berbagai masalah, tampaknya sikap yang pertengahan yang perlu diambil.
Yaitu berupa sikap yang dari satu sisi mau menerima dan memanfaatkan kemajuan
di bidang iptek, sedangkan pada sisi lain kita berusaha menjaga agar iptek tidak
disalahgunakan.
Kehadiarn Ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika
masyarakat modern. Diantaranya:
1. Desintegrasi Ilmu Pengetahuan
Kehidupan modern ditandai oleh adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan.
Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki paradigma (cara pandang) nya sendiri
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Jika seseorang menghadapi masalah
lalu ia pergi kepada kaum teolog, ilmuan, politisi, sosiolog, ahli biologi, psikolog dan
lain-lain. maka jawaban yang ia dapatkan akan berbeda satu sama lain. Bahkan
terkadang jawaban tersebut sering bertolak belakang. Inilah yang akan membuat
manusia kebingungan.
2. Kepribadian Yang Terpecah (Split Personality)
Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya
kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak. Ini akan menyebabkan manusia menjadi
pribadi yang terpecah (split personality). Kehidupan manusia modern diatur menurut
rumus ilmu ynag eksak dan kering. Akibatnya, kini tengah menggelinding proses
hilangnya kekayaan rohaniah.
Jika proses keilmuan yang berkembang itu tidak berada di bawah kendali agama.
Maka proses kehancuran pribadi manusia akan terus berjalan. Dengan
berlangsungnya proses tersebut, semua kekuatan yang lebih tinggi untuk
meningatkan derajat kehidupan manusia akan musnah. Sehingga, tidak hanya
kehidupan kita yang mengalami kemerosotan, tetapi juga kecerdasan dan moral kita.
3. Penyalahgunaan Iptek
Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual,
maka iptek telah disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya. Kemampuan
membuat senjata telah diarahkan untuk tujuan penjajahan suatu bangsa atau
bangsa lain, subversi dan lain-lain. Kemampuan dibidang rekayasa genetika
diarahkan untuk tujuan jual-beli manusia. Kecanggihan dibidang teknologi komuniasi
dan lain-lain telah menghancurkan umat manusia.
4. Pendangkalan Iman
Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan yang disebut diatas, khususnya ilmu-
ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia
dangkal imannya. Ia tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu.
Bahkan informasi yang dibawa oleh wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan
diannggap tidak ilmiah dan kampungan.
5. Pola Hubungan Materialistik
Semangat persaudaraan dan rasa saling tolong-menolong yang didasarkan atas
panggilan iman sudah tidak tampak lagi. Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan
oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan keuntungan yang
bersifat material.
Demikian pula penghormatan yang diberikan seseorang atas orang lain banyak
diukur oleh sejauh mana orang tersebut dapat memberikan manfaat secara
materialis. Akibatnya ia menempatkan perimbangan material diatas pertimbangan
akal sehat, hati nurani, kemanusiaan dan imannya.
6. Penghalalan Segala Cara
Sebagai imbas atas pola hidup yang matelialis dan dangkalnya iman seseorang,
maka seseorang akan mengedepankan segala yang sekiranya mampu memenuhi
kebutuhannya. Termasuk dalam hal ini adalah dengan menghalalkan segala cara
tanpa memikirkan dampak spiritual bagi dirinya sendiri.
7. Stress dan Frustasi
Kehidupan modern yang demikian kompleks menggiring manusia untuk
mengarahkan seluruh fikiran, tenaga, kemampuan. mereka terus bekerja dan
memenuhi hasrat tanpa mengenal batas dan waktu. Dampaknya, mereka begitu
mendewakan sesuatu yang bersifat duniawi. Dan ketika segala yang mereka gagal,
mereka cenderung tertekan dalam dinaamika zaman.
Hal buruk lainnya, karena dari awal mereka tidak mempunyai pegangan yang jelas
maka ketika hancurpun mereka tetap tidak memiliki pegangan yang bisa di jadikan
dasar. Sehingga nantinya mereka akan frustasi akan segala hal buruk yang
menimpa mereka.
8. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
Terdapat sejumlah orang yang terjerumus dan salah memilih jalan. Masa mudanya
dihabiskan untuk menuruti hawa nafsu dan segala daya dan cara telah ditempuhnya.
Ada suatu saat diaman ia sudah tua renta. Secara fisik sudah tak lagi berdaya.
Tenaga sudah tidak mendukung lagi untuk beraktifitas. Manusia yang demikian ini
akan merasa kehilangan harga diri dan masa depannya. Kemana ia harus berjalan?
ia tidak tahu. Mereka perlu bantuan dari kekuatan yang berada di luar dirinya. Dan
hal Itu adalah bantuan dari Tuhan.

C. PERLUNYA PENGMBANGAN AKHLAK TASAWUF


Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi problematika modern. Salah
satu cara yang hampir disepakati secara bulat oleh para ahli adalah dengan cara
mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf. Bertasawuf disini
diartikan sebagai jalan atau proses untuk menuju pada ketenangan batin. Yaitu
melalui jalan untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
Tujuan ajaran tasawuf sendiri adalah memperoleh hubungan langsung dan disadari
dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu berada di
dekat hadirat-Nya. Upaya ini antara lain dilakukan dengan kontemplasi, melepaskan
diri dari jeratan dunia yang senantiasa berubah dan bersifat sementara.
Sikap dan pandangan sufistik ini sangat diperlukan oleh masyarkat modern yang
mengalami jiwa yang terpecah sebagaimana disebutkan diatas. Dengan catatan,
asalkan pandangan terhadap tujuan tasawuf tidak dilakukan secara eklusif dan
individual, melainkan berdaya aplikatif dalam merespon segala masalah yang
diihadapi.
Kemampuan berhubungan dengan Tuhan ini dapat mengintegrasikan seluruh ilmu
pengetauan yang berserakan itu. Karena melalui tasawuf ini, seseorang di sadarkan
bahwa sumber segala sesuatu, termasuk ilmu adalah Tuhan. Selanjutnya tasawuf
melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti. Sikap
batin dan kehalusan ini akan membuat seseorang untuk mengutamakan
pertimbangan kemanusiaan pada setiap masalah yang dia hadapi.
Demikian pula tarikat yang terdapat dalam tasawuf akan membawa manusia
memiliki jiwa istiqomah dan jiwa yang selalu diisi dengan nilai-nilai ketuhanan. Ia
selalu mempunyai pegangan dalam hidupnya. Keadaan demikian menyebabkan ia
tetap tabah dan tidak mudah terhempas oleh cobaan yang akan membelokkan ke
jurang kehancuran. Dengan demikian, stress, putus asa dan lainya akan dapat
dihindari.
Poin terakhir problematika masyarakat modern diatas adalah kehilangan masa
depannya, merasa sunyi dan kehampaan jiwa di tengah laju dunia modern.
Menanggapi hal itu dalam tasawuf diajarkan untuk ibadah, berdoa, dzikir, taubah
dan lain-lainnya. Inilah yang memberikan harapan pada kehidupan yang lebih
bermakna, kehidupan yang lebih kekal yaitu akhirat.
Itulah beberapa sumbangan positif dari akhlak tasawuf dalam rangka memecahkan
atau memberika solusi atas beberapa permasalahan yang terjadi dalam dunia
modern. Akhlak tasawuf benar-benar menjadi alternatif terbaik yang mampu
diterapkan dalam konsep kehidupan manusia. Maka sudah sewajarnya, kita
bersama menyisipkan sedikit demi sedikit akhlak tasawuf dalam kehidupan kita agar
segala sesuatu menjadi seimbang dan bermakna.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat modern adalah lawan dari masyarakat tradisional dimana segala aspek
dalam kehidupan masyarakat berkembang sangat pesat. Kemudian lahirnya revolusi
yang disebut sebagai “Revolusi Teknologi” yang mengedepankan evolusi ekonomi,
gaya hidup, pola fikir dan sistem rujukan. Dalam kaitan ini terdapat tiga keadaan
dalam mensikapi revolusi industri, yaitu kelompok yang optimis, pesimis dan
pertengahan antara keduanya.
Akhlak tasawuf menganjurkan umat manusia untuk memilih jalan tengah (antara
optimis dan pesimis) agar tidak tertinggal dan masih menerapkan sistem yang lama
dianut kebenarannya. Akhlak tasawuf juga hadir sebagai sarana dalam
mengentaskan masalah-masalah yang timbul dalam dunia modern. contoh beberapa
masalah tersebut adalah stess, kehilangan harga diri, masa depan dan lain-lain. Ini
semua akan teratasi dengan baik asalkan manusia mampu dan mau menerapkan
akhlak tasawuf dalam kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 1997. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Amin, Ahmad. 1983. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: PT Bulan Bintang
Nasr, Husein. 1985. Tasawuf Dulu dan Sekarang. Jakarta: Pustaka Firdaus
Poerwadarminta, W. J. S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka

You might also like