You are on page 1of 15

JURUSAN TAMBANG UNDANA

Mining Never Die


 Beranda
 PROFIL

 Survei Fatumetan 09
 Rocker's 09
 Mining 07

Faktor Produksi
16 01 2010

Kegiatan penambangan selalu berhubungan dengan alat-alat mekanis. Faktor yang


mempengaruhi produksi alat-alat mekanis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahanan Gali (Digging Resistance)

Adalah tahanan yang dialami oleh alat-alat pada waktu melakukan penggalian meliputi :

a. Gesekan antara alat gali dan Tanah


b. Kekerasan tanah/batuan

2. Tahanan Gulir/Gelinding (Rolling Resistance)

Besarnya tahanan gulir dinyatakan dalam “pounds” lbs dari tractive pull yang diperlukan untuk
menggerakkan tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada jalur jalan mendatar dengan
kondisi jalan tertentu.

Keadaan bagian kendaraan yang berkaitan dengan permukaan jalur jalan :

a. Kalau memakai ban karet yang akan berpengaruh adalah ukuran ban, tekanan dan keadaan
permukaan bannya apakah masih baru atau gundul dan macam kembangan pada ban tersebut.

b. Jika memakai crawler track maka keadaan dan macam track kurang berpengaruh tetapi yang
lebih berpengaruh adalah keadaan jalan.

Tabel Angka-Angka Tahanan Gulir Untuk Berbagai Macam Jalan


Ban Karet
Crawler Type
Macam Jalan Tek. Ban Tek. Ban Rata-
(lb/ton)
Tinggi Rendah Rata
1. Smooth concrete 55 35 45 40
2. Good aspalt 60 – 70 40 – 65 50 – 60 45 – 60
3. Hard earth, smooth, well
60 – 80 40 – 70 50 – 70 45 – 70
maintained
4. Dirt road, average
85 –
construction road, little  70 – 100 90 – 100 80 – 100
100
maintenance
5. Dirt road, soft, rutted, 85 –
80 – 110 100 – 140 70 – 100
poorly maintained 120
6. Earth, muddy, rutted, no 165 –
140 – 180 180 – 220 150 – 220
maintenance 210
240 –
7. Loose sand and gravel 160 – 200 260 – 290 220 – 260
275
290 –
8. Earth, very muddy & soft 200 – 240 300 – 400 280 – 340
370

3. Tahanan Kemiringan (Grade Resistance)

Yaitu besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan
jalur jalan yang dilaluinya. Kalau jalur jalan itu naik disebut kemiringan positif (plus slope)
maka tahanan kemiringan (grade resistance) akan melawan gerak kendaraan sehingga
memperbesar tractive effort atau rimpull yang diperlukan. Sebaliknya jika jalur jalan itu turun
disebut kemiringan negative (minus slope) maka tahanan kemiringannya akan membantu gerak
kendaraan artinya mengurangi rimpull yang dibutuhkan.

Tahanan kemiringan itu terutama tergantung dari dua faktor yaitu :

1. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan 1 %


berarti jalur jalan itu naik atau turun 1 meter untuk tiap jarak mendatar sebesar 100
meter ; atau naik turun 1 ft untuk setiap 100 ft jarak mendatar.
2. Berat kendaraan itu sendiri yang dinyatakan dalam “gross ton”.
Besarnya rimpull untuk mengatasi tahanan kemiringan ini harus dijumlahkan secara
aljabar dengan rimpull untuk mengatasi tahanan gulir.

Pengaruh Kemiringan Jalan Terhadap Tahanan Kemiringan

Kemiringan GR Kemiringan GR Kemiringan GR


(%) (lb/ton) (%) (lb/ton) (%) (lb/ton)
1 20,0 9 179,2 20 392,3
2 40,0 10 199,0 25 485,2
3 60,0 11 218,0 30 574,7
4 80,0 12 238,4 35 660,6
5 100,0 13 257,8 40 742,8
6 119,8 14 277,4 45 820,8
7 139,8 15 296,6 50 894,4
8 159,2

Akan tetapi perlu diingat bahwa alat-alat pemindahan mekanis itu jarang yang dapat mengatasi
kemiringan lebih besar dari 15 %. Jadi kalau dipakai tahanan kemiringan 20 lb/ton/%, maka
angka-angkanya tidaklah terlalu menyimpang sampai kemiringan 15 %.

Cara menentukan tahanan kemiringan itu dapat dengan memakai teori mekanika (ilmu pesawat)
yang sederhana.

Cara Menentukan Tahanan Kemiringan

Dari gambar diatas terlihat bahwa DEF sebangun ABC, maka :

EF BC P BC BC
— = — —> — = — atau P = W —
DF AC W AC AC

Bila W = 1 ton = 2.000 lbs

1m AB 100m/100ft
Sedangkan BC = —– dan AC = ———- = ——————
1 ft Cos α Cos α

sedangkan 1 % = 1 / 100  dan cos α = 10

maka persamaan diatas menjadi :

1
P = 2000 lbs —————– = 20 lbs
1000/Cos 10

Perlu diingat bahwa kemiringan negative itu selalu membantu mengurangi rimpull kendaraan,
maka sedapat mungkin harus diusahakan agar pada waktu alat itu mengangkut muatan melalui
jalur jalan yang menurun, sedangkan pada waktu kosong menaiki atau mendaki jalur jalan itu.

Sehingga dengan demikian pada waktu berisi muatan dapat bergerak lebih cepat dan membawa
muatan lebih banyak karena rimpull yang diperlukan sudah dikurangi dengan kemiringan
negative yang membantu. Ini berarti bahwa sedapat mungkin tempat penimbunan atau tempat
membuang material harus dipilihkan yang letaknya lebih rendah pada tempat penggaliannya
sendiri.
4. Coefficient of Traction/Tractive Coefficient
Merupakan suatu faktor yang menunjukan berapa dari seluruh berat kendaraan itu pada ban atau
track yang dapat dipakai untuk menarik atau mendorong. Jadi harus dikali untuk menunjukan
rimpull maksimum antara ban atau track dengan permukaan jalur jalan tepat sebelum selip. Jadi
CT itu terutama tergantung :

1. Keadaan ban, yaitu keadaan dan macamnya bentuk kembangan ban tersebut, untuk
crawler track tergantung dari keadaan dan bentuk tracknya.
2. Keadaan permukaan jalur jalan, basah atau kering, keras atau lunak, bergelombang atau
rata, dst.
3. Berat kendaraan yang diterima oleh roda penggeraknya.

Coefficient of Traction Untuk Bermacam-Macam Keadaan Jalur Jalan

Ban Karet Crawler Track


Macam Jalan
% %
1. Dry, rough concrete 0,80 – 1,00 80 – 100 0,45 45
2. Dry, clay loam 0,50 – 0,70 50 – 70 0,90 90
3. Wet, clay loam 0,40 – 0,50 40 – 50 0,70 70
4. Wet sand & gravel 0,30 – 0,40 30 – 40 0,35 35
5. Loose, dry sand 0,20 – 0,30 20 – 30 0,30 30

Contoh perhitungan :

Sebuah kendaraan mempunyai jumlah berat 40.000 lbs (20 ton) yang seluruhnya diterima oleh
roda penggeraknya dan akan bergerak pada jalur jalan yang terbuat dari tanah liat yang kering
dengan CT = 0,50 (50%), RR = 100 lb/ton dan kemiringan 5 %.

Jawab :

Rimpull yang dapat diberikan oleh mesin kendaraan pada macam jalan seperti diatas sebelum
selip bila beban yang diterima roda penggerak 100 % adalah sebesar :
RP/TP/TE/DBP = 40.000 lbs x 0,50 = 20.000 lbs

Sedangkan rimpull untuk mengatasi tahanan kemiringan dan tahanan gulir adalah sebesar :

RP/TP/TE/DBP = Berat kendaraan x GR x kemiringan


20 ton x 20 lbs/ton/% x 5 % = 2.000 lbs

RP/TP/TE/DBP = Berat kendaraan x RR


20 ton x 100 = 2.000 lbs

Jumlah RP/TP/TE/DBP = 4.000 lbs

Maka kendaraan itu pada keadaan jalur jalan tersebut tidak akan selip
Seandainya kendaraan yang sama bergerak pada jalur jalan yang terbuat dari pasir lepas dengan
RR 250 lbs/ton dan CT =0,20 serta kemiringan 5 % sedangkan berat kendaraan yang diterima
oleh roda penggerak 50 % yaitu :

Untuk mengatasi RR :

RP/TP/TE/DBP = 20 ton x 250 lbs/ton = 5.000 lbs

Untuk mengatasi GR :

RP/TP/TE/DBP = 20 ton x 20 lbs/ton/% x 5 % = 2.000 lbs

Jumlah RP/TP/TE/DBP = 7.000 lbs

Sedangkan rimpull yang dapat diterima oleh kendaraan 50 % nya adalah :


40.000 lbs x 0,20 x 50 % = 4.000 lbs,

maka kendaraan tersebut tidak akan dapat bergerak atau selip.

5. Rimpull/Tractive Pull/Tractive Effort/Drawbar Pull

Merupakan besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin suatu alat
kepada permukaan jalur jalan atau ban penggeraknya yang menyentuh permukaan jalur jalan.
Bila coeffisien of traction cukup tinggi untuk menghindari terjadinya selip maka rimpull
maksimum adalah fungsi dari tenaga mesin (HP) dan gear ratios (persnelling) antara mesin dan
roda-rodanya, tetapi jika selip maka rimpull maksimum akan sama dengan besarnya tenaga pada
roda penggerak dikalikan coeffisien of traction.

Rimpull biasanya dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dihitung dengan rumus :

HP x 375 x effesiensi mesin


RP = —————————————-
kecepatan, mph

dimana :
RP = Rimpull atau kekuatan tarik (lb)
HP = Tenaga mesin, HP
375 = Angka konversi

Istilah rimpull itu hanya dipakai untuk kendaraan yang beroda ban karet, untuk yang memakai
roda rantai (crawler track) maka istilah yang dipakai ialah drawbar pull (DBP).

Kecepatan Maksimum Pada Tiap-Tiap Gigi (Gear)

Kendaraan Roda Ban Karet 140 HP Crawler Track/Tractor 15 ton


Kecepatan (mph) RP (lb) Kecepatan (mph) RP (lb)
3,25 13.730 1,72 28.019
7,10 6.285 2,18 22.699
12,48 3.576 2,76 17.265
21,54 2.072 3,50 13.769
33,86 1.319 4,36 10.074
7,00 5.579

6. Percepatan (Acceleration)

Merupakan waktu yang diperlukan untuk mempercepat gerak kendaraan dengan memakai
kelebihan rimpull yang tidak digunakan untuk menggerakkan kendaraan pada keadaan jalur jalan
tertentu. Lamanya waktu yang diperlukan untuk mempercepat gerak kendaraan tergantung dari
beberapa faktor yaitu :

1. Berat kendaraan, semakin berat maka semakin lama waktu yang digunakan untuk
mempercepat gerak kendaraan
2. Kelebihan rimpull yang ada, semakin besar rimpull yang berlebihan semakin cepat
kendaraan itu dapat dipercepat. Jadi kalau kelebihan rimpull itu tidak ada maka
percepatan pun tidak akan timbul artinya kendaraan tersebut tidak bisa dipercepat.Untuk
menghitung percepatan secara tepat dapat diperkirakan dengan rumus newton yaitu :

W Fg
F = —— α atau α = —
g W

dimana :
F = Kelebihan rimpull (lbs)
g = Percepatan karena gaya grafitasi (32,2 ft per sec2)
W = Berat alat yang harus dipercepat (lbs)

Cara lain untuk menghitung percepatan secara tidak langsung adalah dengan menghitung
kecepatan rata-ratanya. Rumus sederhana yang dipakai adalah :

Kecepatan rata-rata   =   Kecepatan maximal   x   Faktor kecepatan

Faktor kecepatan dipengaruhi jarak yang ditempuh kendaraan, semakin jauh jaraknya maka
semakin besar factor kecepatan kendaraan tanpa memperhatikan bagaimana keadaan jalur jalan
yang dilalui.

Faktor Kecepatan

Jarak Yang Ditempuh (ft) Faktor Kecepatan


500 – 1.000 0,46 – 0,78
1.000 – 1.500 0,59 – 0,82
1.500 – 2.000 0,65 – 0,82
2.000 – 2.500 0,69 – 0,83
2.500 – 3.000 0,73 – 0,83
3.000 – 3.500 0,75 – 0,84
3.500 – 4.000 0,77 – 0,85

Contoh :
Sebuah kendaraan bergerak diatas suatu jalur jalan sehingga memiliki kecepatan maksimum
12,48 mph pada gigi ketiga. Bila jarak yang ditempuh adalah 1.250 ft berarti faktor kecepatannya
= 0,70 (lihat tabel diatas), maka kecepatan rata-ratanya adalah : 12,48   x   0,70   =   8,74 mph.

7. Ketinggian Permukaan Air Laut (Altitude or Elevation)


Ketinggian letak suatu daerah ternyata berpengaruh terhadap hasil kerja mesin-mesin karena
mesin-mesin tersebut bekerjanya dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur udara luar. Semakin
rendah tekanan udaranya maka semakin sedikit jumlah oksigennya.

Dari pengalaman ternyata untuk mesin 4 tak (four cycle engines) maka kemerosotan tenaga
karena berkurangnya tekanan, rata-rata adalah ± 3% dari HP diatas permukaan air laut untuk
setiap kenaikan tinggi 1.000 ft kecuali 1.000 ft yang pertama. Sedangkan untuk mesin 2 tak
ternyata kemerosotan lebih kecil yaitu sebesar ± 1% dari HP diatas permukaan air laut untuk
setiap kenaikan tinggi 1.000 ft kecuali 1.000 ft yang pertama.

Contoh :

Sebuah mesin 4 tak dan 2 tak dengan tenaga 100 HP diatas permukaan air laut pada ketinggian
10.000 ft hanya akan memiliki HP sebesar :

3% x 100 x (10.000 – 1.000)


100 – ————————————– = 73
1.000
1% x 100 x (10.000 – 1.000)
100 – ————————————– = 91
1.000

Akan tetapi semakin tinggi letak tempat itu maka temperaturnya semakin rendah dan hal ini akan
membantu mesin menaikkan hasil kerja mesin-mesin bakar (bensin dan diesel). Untuk
menghitung pengaruh temperature udara biasanya dihitung dengan suatu rumus dimana sudah
diperhitungkan pengaruh tekanannya pula, yaitu :

Ps To
Ho = —- √ —-
Po Ts

Dimana :

Hc    = HP yang harus dikoreksi dari pengaruh ketinggian yaitu pada ketinggian 0 ft
Ho     = HP yang dicatat pada ketinggian tertentu
Ps     = Tekanan barometer baku (standart), 29,92 inciHg
Po     = Tekanan barometer pada ketinggian tertentu, inciHg
Ts     = Temperatur absolute pada keadaan baku (standart), (4600 + 600 F) = 5200 F (=2730 C)
To     = Temperatur absolute pada ketinggian tertentu dalam 0 F atau (460 + Temp)

8. Efisiensi Operator (Operator Efficiency)

Merupakan faktor manusia yang menggerakkan alat-alat yang sangat sukar untuk ditentukan
effisiensinya secara tepat karena selalu berubah-ubah dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam
tergantung dari keadaan cuaca, keadaan alat yang dikemudikan, suasana kerja, dll. Kadang-
kadang suatu perangsang dalam bentuk upah tambahan (insentive) dapat mempertinggi effisiensi
operator.

Sebenarnya effisiensi operator tidak hanya disebabkan karena kemalasan pekerjaan itu tetapi
juga karena kelambatan-kelambatan dan hambatan-hambatan yang tak mungkin dihindari seperti
melumasi kendaraan, mengganti yang aus, membersihkan bagian-bagian penting sesudah sekian
jam dipakai, memindahkan ketempat lain, tidak adanya keseimbangan antara alat muat dan alat
angkut, menunggu peledakan disuatu daerah yang akan dilalui, perbaikan jalan, dll.

Karena hal-hal tersebut diatas selama satu jam jarang ada operator betul-betul dapat bekerja
selama 60 menit. Berdasarkan pengalaman maka bila operator dapat bekerja selama 50 menit
dalam satu jam, ini berarti effisiensinya adalah 83 %, maka hal ini dianggap baik sekali jika
alatnya berban karet. Sehubungan dengan effisiensi operator diatas maka perlu juga diingat
keadaan alat mekanisnya karena hal tersebut mempengaruhi effisiensinya.

Operator Efficiency

Effisiensi
Macam Alat Kurang Baik
Baik Sekali Sedang
(Malam Hari)
Crawler 92 % = 55 83 % = 50 75 % = 45
Tracktor min/jam min/jam min/jam
83 % = 50 75 % = 45 67 % = 40
Berban Karet
min/jam min/jam min/jam

Beberapa pengertian yang dapat menunjukan keadaan alat mekanis dan effektifitas
penggunaannya antara lain :

a. Availability Index atau Mechanical Availability

Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat yang
sedang dipergunakan.

W
AI = ——– x 100%
W+R
Dimana :

W    = Working hours atau jumlah jam kerja alat

Waktu yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam kondisi dapat
dioperasikan artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi pula tiap hambatan (delay time) yang ada.
Termasuk dalam hambatan tersebut adalah waktu untuk pulang pergi ke permuka kerja, pindah
tempat, pelumasan dan pengisian bahan bakar, hambatan karena keadaan cuaca, dll.

R    = Repair hours atau jumlah jam untuk perbaikan

Waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menuggu alat perbaikan termasuk juga
waktu untuk penyediaan suku cadang (spare parts) serta waktu untuk perawatan preventif.

b. Physical Availability atau Operational Availability


Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan.

W+S
PA = ———— x 100%
W+R+S

S = Standby hours

Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam
keadaan siap beroperasi
W+R+S    = Schedule hours
Jumlah seluruh jam jalan dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi

Physical Availability pada umumnya selalu lebih besar daripada Availability Index. Tingkat
effisiensi dari sebuah alat mekanis naik jika angka Physical Availability mendekati angka
Availability Index

c. Use of Availability

Menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat
alat tersebut dapat dipergunakan (Availability).

W
UA = ——- x 100%
W+S

Angka Use of Availability biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif suatu alat yang tidak
sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan
(management) peralatan yang dipergunakan.
d. Effective Utilization

Menunjukan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk
kerja produktif. Effective Utilization sebenarnya sama dengan pengertian effisiensi kerja.

W
EU = ———— x 100%
W+R+S

Dimana :

W+R+S = T = Total Hours Available atau Schedule hours (Jumlah jam kerja tersedia)

Contoh :

Dari pengoperasian sebuah power shovel dalam sebulan dapat dicatat data sebagai berikut :

Jumlah jam kerja (working hours)                                             = W  = 300
Jumlah jam untuk perbaikan (repair hours)                                = R   = 100
Jumlah jam siap tunggu (hours on standby)                              = S   = 200
Jumlah jam yang dijadwalkan (schedule hours or Total hours)    = T   = 600

Maka :

300
AI = ———— x 100% = 75 %
300 + 100
300 + 200
PA = ———— x 100% = 83 %
600
300
UA = ———— x 100% = 60 %
300 + 200
300
EU = —– x 100% = 50 %
600

Dalam keadaan lain datanya sebagai berikut :

W                = 450


R                 = 150
S                 = 0, berarti alat tersebut tak pernah menunggu (standby)
W+R+S    = 600

Maka :
450
AI = ———— x 100% = 75 %
450 + 150
450 + 0
PA = —————- x 100% = 75 %
450 + 150 + 0
450
UA = ———— x 100% = 100 %
450 + 0
450
EU = —– x 100% = 75 %
600

Terlihat bahwa operasi alat pada contoh kedua lebih effisien daripada operasi alat pada contoh
pertama.

9. Faktor Pengembangan (Swell Factor)


Material dialam diketemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik, sehingga
hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau ruangan-ruangan yang terisi udara (voids) diantara
butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali. Akan tetapi bila material tersebut
digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi pengembangan atau pemuaian volume (swell).

Jadi 1,00 cu yd tanah liat dialam bila telah digali dapat memiliki volume kira-kira 1,25 cu yd. ini
berarti terjadi penambahan volume sebesar 25% dan dikatakan material tersebut mempunyai
faktor pengembangan (swell factor) sebesar 0,80 atau 80%. Sebaliknya bila bank yard ini
dipindahkan lalu dipadatkan ditempat lain dengan alat gilas (roller) mungkin volumenya
berkurang, karena betul-betul padat sehingga menjadi berkurang dari 1,00 cu yd. tanah sesudah
dipadatkan hanya memiliki volume 0,90 cu yd, ini berarti susut 10%, dan dikatakan shrinkage
factor nya 10 %.

Contoh :

Sebuah power scraper yang memiliki kapasitas munjung 15 cu yd akan mengangkut tanah liat
basah dengan factor pengembangan 80%, maka alat itu sebenarnya hanya mengangkut 80% x 15
cu yd = 12 cu pay yard atau bank cu yd atau insitu cu yd.

Beberapa persamaan faktor -faktor diatas :

V loose
Percent Swell = ( ———————-  – 1) x 100%
V undisturbed
V undisturbed
Swell Factor = ( ———————- ) x 100%
V loose
V compacted
Shrinkage Factor = ( 1 – ———————– ) x 100%
V undisturbed

Kalau angka untuk shrinkage factor tidak ada biasanya dianggap sama dengan percent swell.
Beberapa istilah penting yang berkaitan dengan kemampuan penggalian yaitu :

1. Faktor Bilah (blade factor), yaitu perbandingan antara volume material yang mampu
ditampung oleh bilah terhadap kemampuan tampung bilah secara teoritis.
2. Faktor Mangkuk (bucket factor), yaitu perbandingan antara volume material yang dapat
ditampung oleh mangkuk terhadap kemampuan tampung mangkuk secara teoritis.
3. Faktor Muatan (payload factor), yaitu perbandingan antara volume material yang dapat
ditampung oleh bak alat angkut terhadap kemampuan bak alat angkut menurut
spesialisasi teknisnya.10. Berat material (Weight of Material)Berat material yang akan
diangkut oleh alat-alat angkut dapat mempengaruhi :

1.
o Kecepatan kendaraan dengan HP mesin yang dimilikinya.

o Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan


tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.
o Membatasi volume material yang dapat diangkut.Oleh sebab itu berat jenis material
harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap kapasitas alat muat maupun alat
angkut.Bobot Isi dan Faktor Pengembangan dari Berbagai Material

Bobot Isi
Swell Factor
(Density)
Macam Material
(in bank correction
lb/cu yd insitu
factor)
1. Bauksit 2.700 – 4.325 0,075
2. Tanah liat, kering 2.300 0,85
3. Tanah liat, basah 2.800 – 3.000 0,82 – 0,80
4. Antrasit (anthracite) 2.200 0,74
5. Batubara bituminous (bituminous
1.900 0,74
coal)
6. Bijih tembaga (cooper ore) 3.800 0,74
7. Tanah biasa, kering 2.800 0,85
8. Tanah biasa, basah 3.370 0,85
9. Tanah biasa bercampur pasir dan
3.100 0,90
kerikil (gravel)
10. Kerikil kering 3.250 0,89
11. Kerikil basah 3.600 0,88
12. Granit, pecah-pecah 4.500 0,67 – 0,56
13. Hematit, pecah-pecah 6.500 – 8.700 0,45
14. Bijih besi (iron ore), pecah-
3.600 – 5.500 0,45
pecah
15. Batu kapur, pecah-pecah 2.500 – 4.200 0,60 – 0,57
16. Lumpur 2.160 – 2.970 0,83
17. Lumpur sudah ditekan (packed) 2.970 – 3.510 0,83
18. Pasir, kering 2.200 – 3.250 0,89
19. Pasir, basah 3.300 – 3.600 0,88
20. Serpih (shale) 3.000 0,75
21. Batu sabak (slate) 4.590 – 4.860 0,77

Komentar : Tinggalkan sebuah komentar »

Kategori : Uncategorized

Geology
16 01 2010
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi. Bumi merupakan salah satu
planet yang ada di sistem tatasurya kita. Bumi didiskripsikan berbentuk bulat pepat dan
berputar pada poros pendeknya. Jari-jari bumi ± 6.370 km, yang terdiri dari benda padat
(batuan), benda cair, dan gas (udara). Bisa juga diartikan bahwa geologi adalah ilmu
yang mempelajari batuan karena unsur bumi yang terdiri dari benda padat (batuan), cair
dan gas.
Sedangkan Batuan merupakan suatu bentuk padatan alami yang disusun oleh satu
atau lebih mineral, dan kadang-kadang oleh material non-kristalin. Kebanyakan batuan
merupakan heterogen (terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa
yang merupakan homogen (disusun oleh satu mineral atau monomineral). Tekstur dari
batuan akan memperlihatkan karakteristik komponen penyusun batuan, sedangkan
struktur batuan akan memperlihatkan proses pembentukannya (dekat atau jauh dari
permukaan).
Batuan kristalin terbentuk dari tiga proses (fisika-kimia) dasar, yaitu kristalisasi dari
suatu larutan panas (magma), presipitasi dari larutan, serta rekristalisasi dari suatu
bentuk padatan. Proses-proses tersebut akan menghasilkan tipe atau produk akhir dari
batuan sesuai dengan kondisi atau tahapan pembentukannya, dan kadang-kadang
muncul sebagai suatu produk residual. Berdasarkan proses pembentukannya batuan
dapat dikelompokkan sebagai batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.

A. Batuan Beku

Batuan beku merupakan produk akhir dari magma, yang merupakan suatu massa
larutan silikat panas, kaya akan elemen-elemen volatil, dan terbentuk jauh di bawah
permukaan bumi melalui reaksi panas (fusion) dari massa padatan. Bagian dari
pelarutan pada bagian tengah lapisan kerak bumi (hasil dari magma primer), biasanya
mempunyai komposisi basaltik, dan muncul di permukaan bumi melalui proses erupsi
membentuk batuan volkanik atau ekstrusif, atau melalui pen-injeksian pada perlapisan
atau rekahan-rekahan dalam kerak bumi pada kedalaman yang bervariasi membentuk
batuan hipabissal (hypabyssal rocks). Magma-magma lain yang berasal dari larutan
basaltik yang melalui proses differensiasi kadang-kadang juga muncul ke permukaan
bumi.
Mineral-mineral yang pertama kali mulai mengkristal dari basalt (pada temperatur
11000C – 12000C) membentuk mineral spinels (kromit) & sulfida, mineral-mineral
jarang, serta logam-logam berharga (spt platinum), yang sering dikenal sebagai
mineral-mineral aksesoris yang terbentuk dalam jumlah yang sedikit pada tipe batuan
tersebut. Kadang-kadang pada temperatur terendah (pada range temperatur
pembentukan), mengkristal silikat yang kaya akan besi & magnesium (olivin), sodium &
kalsium (piroksen), serta kadang-kadang juga mengandung potasium & air (mika dan
amfibol). Seri (reaksi-reaksi) pembentukan mineral pada batuan beku (basaltis)
dipelajari oleh N.L. Bowen, dan urutannya dikenal dengan Deret (Series) Reaksi Bowen
seperti yang terlihat pada Gambar berikut :

Deret Reaksi Bowen

Deret reaksi Bowen, yang memperlihatkan


sekuen kristalisasi dari larutan magma

Pada deret ini dapat dipresentasikan dua urutan pararel, yaitu :

Seri kontinious, dimana tipe plagioklas berupa feldspar (mineral-mineral felsik) yang
terbentuk setelah kristalisasi, dan dengan proses yang berkesinambungan dengan
turunnya temperatur terbentuk komposisi yang kaya akan kalsium (anortit) s/d
komposisi yang kaya akan sodium (albit).
Seri diskontinious, dimana mineral-mineral besi dan magnesium terbentuk pada awal
kristalisasi dari larutan dan terendapkan dengan sempurna membentuk mineral-mineral
baru dengan suatu sekuen reaksi yaitu :
Olivine —> hypersthene —> augit —> hornblende —> biotit
Berdasarkan letak dan bentuknya, batuan beku dapat digambarkan seperti yang terlihat
pada Gambar berikut :
Gambar Sketsa pembentukan, letak, dan bentuk batuan beku

Batuan beku juga dapat dikelompokkan berdasarkan perbedaan susunan kimianya,


yaitu :

1. Batuan beku asam, dengan kandungan SiO2 > 55% (granit, monzonit).
2. Batuan beku sedang, dengan kandungan SiO2 50-55% (granodiorit, diorit,
andesit).
3. Batuan beku basa, dengan kandungan SiO2 < 50% (basalt, gabro).
4. Batuan beku sangat basa (ultra basa), tidak mengandung SiO2, tetapi
mengandung banyak plagioklas dan ortoklas (peridotit, hazburgit).

You might also like