Professional Documents
Culture Documents
Ampas (sisa) padat pengolahan tahu dapat diolah menjadi kecap. Cara pengolahannya sama
dengan pengolahan kecap kedelai. Kecap yang dihasilkan dari ampas tahu sulit dibedakan aroma,
rasa, dan warnanya dari kecap kedelai. Usaha ini cocok untuk usaha kecil berskala rumah tangga.
[sunting] Links
(id)Pembuatan Kecap Ampas Tahu di Situs Warintek
Artikel bertopik makanan atau minuman Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda
dapat membantu Wikipedia dengan
Ampas tahu dapat diolah menjadi kerupuk yang bernilai tambah lebih tinggi. Pembuatan
kerupuk ampas tahu mudah dilakukan dan murah biayanya. Dalam pembuatan kerupuk
ampas tahu, digunakan tapioka sebagai pengikat ampas. Garam, bawang putih, dan
merica ditambahkan sebagai bumbu.
2. BAHAN
1. Ampas tahu yang telah dikukus (2 kg).
2. Tapioka (1 kg)
3. Garam (30 gram)
4. Bawang putih (100 gram).
5. Merica (25 gram)
6. Udang saih kering (50 gram)
7. Monosodium glutamat (20 gram)
3. PERALATAN
1. Pemeras.
2. Pengaduk adonan.
3. Pengukus.
4. Pisau dan talenan
5. Tempat penjemuran.
6. Wajan
7. Kompor atau tungku
8. Timbangan.
4. CARA PEMBUATAN
1. Pengukusan ampas tahu. Ampas tahu diperas untuk mengurangi airnya.
Pemerasan dapat dilakukan dengan tangan, atau dipres dengan alat pres. Setelah
itu, ampas dikukus selama 30 menit.
2. Persiapan bumbu. Bawang, garam, merica dan udang saih digiling sampai halus.
3. Pengadonan. Ampas yang telah dikukus (2 kg) dicampur dengan tapioka, dan
bumbu, kemudian diaduk sampai rata, licin dan kompak. Adonan ini dibentuk
seperti selinder dengan diameter 5-6 cm dan panjang 20 cm. Adonan yang telah
dibentuk ini disebut dengan dodolan.
4. Pengukusan dodolan. Dodolan dikukus selama 2 jam sampai bagian tengah
dodolan menjadi matang. Dodolan matang ini diangkat dan didinginkan.
5. Pengangin-anginan. Dodolan matang diangin-anginkan selama 3-5 hari sampai
dodolan mengeras dan mudah dipotong.
6. Pengirisan. Dodolan diiris tipis-tipis setebal 2-3 mm. Hasil pengirisan disebut
kerupuk basah.
7. Penjemuran. Kerupuk basah dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering
sampai kering. Kerupuk yang sudah kering akan gemersik jika diaduk-aduk, dan
mudah dipatahkan. Hasil pengeringan disebut kerupuk kering.
8. Pengemasan kerupuk kering. Kerupuk kering dapat disimpan lama. Kerupuk ini
harus disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat, atau dikemas di dalam
kantong plastik yang di seal secara rapat.
9. Penggorengan. Kerupuk kering digoreng di dalam minyak panas (170°C) sambil
dibalik-balik sampai kerupuk matang dan mekar.
Penggunaan bahan selain jagung akan meningkatkan diversifikasi produk olahan dan dapat pula
untuk meningkatkan nilai gizi dari tortilla. Peningkatan nilai gizi dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan baku di antaranya ampas tahu dan susu.
Tortilla Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan hasil samping dalam proses pembuatan tahu berbentuk padat dan
diperoleh dari bubur kedelai yang diperas. Wahyu mengatakan, penggunaan ampas tahu sebagai
bahan lain dalam pembuatan tortilla dapat meningkatkan kandungan protein pada tortilla,
mengingat ampas tahu mengandung kadar protein yang relatif tinggi. Adapun cara untuk
membuat tortilla dari ampas tahu adalah sebagai berikut:
Bahan baku :
Jagung 0,7 kg
Ampas tahu 0,3 kg
Garam dapur 12,5 gram
Bawang Putih 20 gram
Penyedap, air dan minyak goreng secukupnya.
Cara pembuatan:
1. jagung yang telah direndam dalam larutan kapur kemudian digiling.
2. Ampas tahu dikukus. Jika menggunakan ampas tahu segar sebaiknya dipres (ditekan) terlebih
dahulu sedangkan jika menggunakan tepung ampas tahu, lakukan penambahan air dengan jumlah
sesuai berat ampas atau sampai basah.
3. Campur ampas tahu, bumbu, dan jagung giling (dapat juga dari jagung yang belum digiling)
lakukan penggilingan agar adonan tercampur rata.
4. lakukan pemipihan adonan dengan mesin pembuat pasta sampai ketebalan 1-2 mm.
TAHU
1. PENDAHULUAN
Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji
kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan
lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino
yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun
penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau menir adalah sangat baik
untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut.
Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin)
sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan
tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti
keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai.
Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar
proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung,
tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai
mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar
protein susu skim kering.
Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein
hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi
dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai.
Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan
lain-lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada
umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan
cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin
pengupas, penggiling, dan cetakan.
Tabel 1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan
KOMPONEN KADAR (%)
Protein 35-45
Lemak 18-32
Karbohidrat 12-30
Air 7
TTG PENGOLAHAN PANGAN
Hal. 2/ 4
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Tabel 2. Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai Dengan Beberapa Bahan
Makanan Lain
BAHAN MAKANAN PROTEIN (% BERAT)
Susu skim kering 36,00
Kedelai 35,00
Kacang hijau 22,00
Daging 19,00
Ikan segar 17,00
Telur ayam 13,00
Jagung 9,20
Beras 6,80
Tepung singkong 1,10
Dasar pembuatan tahu adalah melarutkan protein yang terkandung dalam
kedelai dengan menggunakan air sebaagai pelarutnya. Setelah protein tersebut
larut, diusahakan untuk diendapkan kembali dengan penambahan bahan
pengendap sampai terbentuk gumpalan-gumpalan protein yang akan menjadi
tahu.
Salah satu cara pembuatan tahu ialah dengan menyaring bubur kedelai
sebelum dimasak, sehingga cairan tahu yang sudah terpisah dari ampasnya.
2. BAHAN
1) Kedelai 5 kg
2) Air secukupnya
3) Batu tahu 1 gram
3. ALAT
1) Ember besar
2) Tampah (nyiru)
3) Kain Saring atau kain blancu
4) Kain pengaduk
5) Cetakan
6) Keranjang
7) Rak bambu
8) Tungku atau kompor
9) Alat penghancur (alu)
TTG PENGOLAHAN PANGAN
Hal. 3/ 4
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
4. CARA PEMBUATAN
1) Pilih kedelai yang bersih, kemudian dicuci;
2) Rendam dalam air bersih selama 8 jam (paling sedikit 3 liter air untuk 1 kg
kedelai). Kedelai akan mengembang jika direndam;
3) Cuci berkali-kali kedelai yang telah direndam. Apabila kurang bersih maka
tahu yang dihasilkan akan cepat menjadi asam;
4) Tumbuk kedelai dan tambahkan air hangat sedikit demi sedikit hingga
berbentuk bubur;
5) Masak bubur tersebut, jangan sampai mengental pada suhu 70 0 ~ 800C
(ditandai dengan adanya gelembung-gelembung kecil);
6) Saring bubur kedelai dan endapkan airnya dengan menggunakan batu tahu
(Kalsium Sulfat = CaSO4) sebanyak 1 gram atau 3 ml asam cuka untuk 1 liter
sari kedelai, sedikit demi sedikit sambil diadauk perlahan-lahan.
7) Cetak dan pres endapan tersebut.
5. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN TAHU
TTG PENGOLAHAN PANGAN
Hal. 4/ 4
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Catatan:
1) Hasil pemasakan ini sangat dipengaruhi oleh suhu. Tujuan pemanasan
tersebut adalah untuk:
a. Menghilangkan bau kedelai.
b. Agar proses penyaringannya dapat berjalan lebih baik.
2) Perlu diingat, bahwa pemanasan juga berpengaruh terhadap kandungan
proteinnya. Pengaruh panas dapat menyebabkan kerusakan protein,
sehingga harus dilakukan dengan hati-hati.
3) Penggilingan dengan ari dingin menyebabkan bau khas kedelai tidak hilang,
shingga tahu kurang disukai.
6. DAFTAR PUSTAKA
Tri Radiyati et.al. Pengolahan Kedelai. Subang: BPTTG Puslitbang Fisika
Terapan – LIPI, 1992. Hal. 9 – 14.
7. KONTAK HUBUNGAN
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan, PDII, LIPI, Jl. Jend. Gatot
Subroto 10 Jakarta 12910.
Jakarta, Maret 2000
Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi
Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI
bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.
Editor : Esti, Agus Sediadi
Industri tahu dan tempe merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota
besar dan kecil. Tempe dan tahu merupakan makanan yang digemari oleh banyak orang.
Akibat dari banyaknya industri tahu dan tempe, maka limbah hasil proses pengolahan
banyak membawa dampak terhadap lingkungan. Limbah dari pengolahan tahu dan tempe
mempunyai kadar BOD sekitar 5.000 - 10.000 mg/l, COD 7.000 - 12.000 mg/l.
Besarnya beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan yang cukup
serius terutama untuk perairan disekitar industri tahu dan tempe. Teknologi pengolahan
limbah tahu tempe yang ada saat ini pada umumnya berupa pengolahan limbah sistem
anaerob. Dengan proses biologis anaerob, efisiensi pengolahan hanya sekitar 70-80 %,
sehingga air lahannya masih mengandung kadar polutan organik cukup tinggi, serta bau
yang ditimbulkan dari sistem anaerob dan tingginya kadar fosfat merupakan masalah yang
belum dapat diatasi.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara kombinasi proses
biologis anaerob-aerob yakni proses penguraian anaerob dan diikuti dengan proses
pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Dengan kombinasi proses
tersebut diharapkan konsentrasi COD dalan air olahan yang dihasilkan turun menjadi 60
ppm, sehingga jika dibuang tidaklagi mencemari lingkungan sekitarnya.
KATA KUNCI : Industri Tahu Tempe, Pencemaran, Limbah Cair, Sistem Biofilter
Anaerob-Aerob
JENIS TEKNOLOGI : Teknologi Pengolahan Limbah Cair
TARGET PENGGUNAAN : Pabrik Industri Tahu/Tempe
I. PENDAHULUAN
Tahu dan tempe merupakan makanan yang digemari masyarakat, baik masyarakat
kalangan bawah hingga atas. Keberadaannya sudah lama diakui sebagai makanan yang
sehat, bergizi dan harganya murah. Hampir ditiap kota di Indonesia dijumpai industri tahu
dan tempe. umumnya industri tahu dan tempe termasuk ke dalam industri kecil yang
dikelola oleh rakyat dan beberapa di antaranya masuk dalam wadah Koperasi Pengusaha
Tahu dan Tempe (KOPTI).
Proses pembuatan tahu dan tempe masih sangat tradisional dan banyak memakai
tenaga manusia. Bahan baku utama yang digunakan adalah kedelai (Glycine spp).
Konsumsi kedelai Indonesia pada Tahun 1995 telah mencapai 2.287.317 Ton (Sri Utami,
1997). Sarwono (1989) menyatakan bahwa lebih dari separuh konsumsi kedelai Indonesia
dipergunakan untuk diolah menjadi tempe dan tahu. Shurtleff dan Aoyagi (1979)
memperkirakan jumlah pengusaha tahu di Indonesia sekitar 10.000 buah, yang sebagian
besar masih berskala rumah tangga, dan terutama terpusat di Pulau Jawa, sebagai
bandingan di Jepang sekitar 38 000 buah, di Korea 1 470 buah, Taiwan 2 500 buah dan
Cina 158 000 buah.
Air banyak digunakan sebagai bahan pencuci dan merebus kedelai untuk proses
produksinya. Akibat dari besarnya pemakaian air pada proses pembuatan tahu dan tempe,
limbah yang dihasilkan juga cukup besar. Sebagai contoh limbah industri tahu tempe di
Semanan, Jakarta Barat kandungan BOD 5 mencapai 1 324 mg/l, COD 6698 mg/l, NH 4
84,4 mg/l, nitrat 1,76 mg/l dan nitrit 0,17 mg/l (Prakarindo Buana, 1996). Jika ditinjau dari
Kep-03/MENKLH/11/1991 tentang baku mutu limbah cair, maka industri tahu dan tempe
memerlukan pengolahan limbah.
Pada saat ini sebagian besar industri tahu tempe masih merupakan industri kecil
skala rumah tangga yang tidak dilengkapi dengan unit pengolah air limbah, sedangkan
industri tahu dan tempe yang dikelola koperasi beberapa diantaranya telah memiliki unit
pengolah limbah. Unit pengolah limbah yang ada umumnya menggunakan sistem anaerobik
dengan efisiensi pengolahan 60-90%. Dengan sistem pengolah limbah yang ada, maka
limbah yang dibuang ke peraian kadar zat organiknya (BOD) masih terlampau tinggi yakni
sekitar 400 – 1 400 mg/l. Untuk itu perlu dilakukan proses pengolahan lanjut agar
kandungan zat organik di dalan air limbah memenuhi standar air buangan yang boleh
dibuang ke saluran umum.
Tujuan :
Tujuan Kegiatan ini adalah mengkaji dan mengembangkan teknologi pengolahan air limbah
khususnya pengolahan air limbah industri tahu-tempe yang sederhana, murah dan dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi di Indonesia, sehingga dapat digunakan langsung oleh
masyarakat.
Sasaran :
Sasaran dari kegiatan ini adalah membuat prototipe unit alat pengolahan air limbah industri
tahu-tempe yang murah dan sederhana, serta mengkaji karakteristik dan efisiensi
pengolahan terhadap beberapa parameter kualitas air limbah serta mengkaji kelayakan alat
secara ekonmis.
1.3. Manfaat Teknologi tersebut dapat disebarluaskan dan dapat dimanfaatkan atau ditiru
oleh masyarakat.
Tahu merupakan makanan yang terbuat dari bahan baku kedelai, dan prosesnya
masih sederhana dan terbatas pada skala rumah tangga. Suryanto (dalam Hartaty, 1994)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tahu adalah makanan padat yang dicetak dari
sari kedelai (Glycine spp) dengan proses pengendapan protein pada titik isoelektriknya,
tanpa atau dengan penambahan zat lain yang diizinkan.
Pembuatan tahu pada prinsipnya dibuat dengan mengekstrak protein, kemudian
mengumpulkannya, sehingga terbentuk padatan protein. Cara penggumpalan susu kedelai
umumnya dilakukan dengan cara penambahan bahan penggumpal berupa asam. Bahan
penggumpal yang biasa digunakan adalah asam cuka (CH3COOH), batu tahu (CaSO4nH 2O)
dan larutan bibit tahu (larutan perasan tahu yang telah diendapkan satu malam).
Kedelai yang telah dipilih dibersihkan dan disortasi. Pembersihan dilakukan dengan
ditampi atau menggunakan alat pembersih.
Perendaman dalam air bersih agar kedelai dapat mengembang dan cukup lunak
untuk digiling. Lama perendaman berkisar 4 - 10 jam.
Pencucian dengan air bersih. Jumlah air yang digunakan tergantung pada besarnya
atau jumlah kedelai yang digunakan.
Penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai dengan mesin giling. Untuk
memperlancar penggilingan perlu ditambahkan air dengan jumlah yang sebanding
dengan jumlah kedelai.
Pemasakan kedelai dilakukan di atas tungku dan dididihkan selama 5 menit. Selama
pemasakan ini dijaga agar tidak berbuih, dengan cara menambahkan air dan diaduk.
Penyaringan bubur kedelai dilakukan dengan kain penyaring. Ampas yang diperoleh
diperas dan dibilas dengan air hangat. Jumlah ampas basah kurang lebih 70%
sampai 90% dari bobot kering kedelai.
Setelah itu dilakukan penggumpalan dengan menggunakan air asam, pada suhu
50oC, kemudian didiamkan sampai terbentuk gumpalan besar. Selanjutnya air di atas
endapan dibuang dan sebagian digunakan untuk proses penggumpalan kembali.
Langkah terakhir adalah pengepresan dan pencetakan yang dilapisi dengan kain
penyaring sampai padat. Setelah air tinggal sedikit, maka cetakan dibuka dan
diangin-anginkan.
Diagram proses pembuatan tahu ditujukkan seperti pada gambar 1, sedangkan diagram
neraca masa untuk proses pembuatan tahu ditunhjukkan pada gambar 2.
Gambar 1 : Diagram proses pembuatan tahu.
Tempe merupakan hasil fermentasi kedelai, dan secara garis besar urutan proses
pembuatan tempe adalan sebagai berikut :
Kedelai dimasak, setelah masak kedelai direndam 1 malam hingga lunak dan terasa
berlendir, kemudian kedelai dicuci hingga bersih.
Kedelai dipecah dengan mesin pemecah, hingga kedelai terbelah dua dan kulit
kedelai terpisah.
Kulit kedelai dipisahkan dengan cara hasil pemecahan kedelai dimasukkan ke dalam
air, sehingga kulit kedelai mengambang dan dapat dipisahkan.
Kedelai kupas dicuci kembali hingga bersih, kemudian peragian dengan cara kedelai
dicampurkan ragi yang telah dilarutkan dan didiamkan selama lebih kurang 10
menit.
Kedelai yang telah mengandung ragi ditiriskan hingga hampir kering, kemudian
dibungkus dengan daun pisang. Setelah fermentasi selama 2 hari diperoleh tempe.
Untuk limbah industri tahu tempe ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni
karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, suhu, warna dan
bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas.
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah
cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400C sampai 46 0C. Suhu yang
meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan
oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan.
Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada
umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat
berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut,
protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987),
yang mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak (Sugiharto,
1987). Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin banyak, dalam hal ini
akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh
mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk menentukan besarnya kandungan
bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD, COD dan TOM. Uji BOD
merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan
organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga (Greyson, 1990; Welch, 1992).
Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang digunakan.
Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air buangannya biasanya
rendah (Nurhasan dan Pramudya, 1987). Pada umumnya konsentrasi ion hidrogen buangan
industri tahu ini cenderung bersifat asam. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu
protein (N-total) sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l. sehingga masuknya limbah cair tahu
ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di peraian tersebut.
Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah adalah gas nitrogen (N2 ), oksigen (O2
), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3 ), karbondioksida (CO2 ) dan metana (CH4). Gas-
gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air
buangan. Beberapa contoh hasil pengukuran kadar BOD Dan COD di dalam air limbah tahu
dan tempe di daerah DKI Jakarta ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
TAHU
1. PENDAHULUAN
Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro,
kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang
sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung dalam
proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti wijen,
jagung atau menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut.
Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat
mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau,
daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih
tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering.
Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani
lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan
yang berasal dari 157,14 gram kedelai.
Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya.
Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses
yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai
di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.
Dasar pembuatan tahu adalah melarutkan protein yang terkandung dalam kedelai dengan
menggunakan air sebaagai pelarutnya. Setelah protein tersebut larut, diusahakan untuk
diendapkan kembali dengan penambahan bahan pengendap sampai terbentuk gumpalan-
gumpalan protein yang akan menjadi tahu.
Salah satu cara pembuatan tahu ialah dengan menyaring bubur kedelai sebelum dimasak,
sehingga cairan tahu yang sudah terpisah dari ampasnya.
2. BAHAN
1. Kedelai 5 kg
2. Air secukupnya
3. Batu tahu 1 gram
3.
DIAGRAM ALIR PEMBUATAN TAHU
4. ALAT
1. Ember besar
2. Tampah (nyiru)
3. Kain Saring atau kain blancu
4. Kain pengaduk
5. Cetakan
6. Keranjang
7. Rak bambu
8. Tungku atau kompor
9. Alat penghancur (alu)
5. CARA PEMBUATAN
1. Pilih kedelai yang bersih,
kemudian dicuci;
2. Rendam dalam air bersih selama 8
jam (paling sedikit 3 liter air
untuk 1 kg kedelai). Kedelai akan
mengembang jika direndam;
3. Cuci berkali-kali kedelai yang
telah direndam. Apabila kurang
bersih maka tahu yang dihasilkan
akan cepat menjadi asam;
4. Tumbuk kedelai dan tambahkan
air hangat sedikit demi sedikit
hingga berbentuk bubur;
5. Masak bubur tersebut, jangan
sampai mengental pada suhu 70 0
~ 80 0 C (ditandai dengan adanya
gelembung-gelembung kecil);
6. Saring bubur kedelai dan
endapkan airnya dengan
menggunakan batu tahu (Kalsium Sulfat = CaSO4) sebanyak 1 gram atau 3 ml
asam cuka untuk 1 liter sari kedelai, sedikit demi sedikit sambil diadauk perlahan-
lahan.
7. Cetak dan pres endapan tersebut.
Catatan:
Tri Radiyati et.al. Pengolahan Kedelai. Subang: BPTTG Puslitbang Fisika Terapan –
LIPI, 1992. Hal. 9 – 14.