You are on page 1of 2

Menggairahkan Semangat Belajar Siswa dengan Memotivasi

Tahun ajaran baru menyuntikkan harapan dan semangat baru. Harapan dan semangat baru yang
terdorong oleh motivasi baru. Bagi warga sekolah, agaknya memotivasi memang sangat elok bila
dilakukan oleh jajaran para guru. Sebagai salah satu konstituen yang mempunyai interaksi intensif dalam
hal konsistensi dan frekuensi dengan siswa, hal-hal tersebut bisa menjadi modal yang prospektif bagi
guru dalam hal memotivasi siswa.

Sungguh sesuatu yang sangat positif kiranya, bila awal tahun ajaran baru ini para guru menghidupkan
kembali sosok seorang Bu Mus. Sosok yang bukan hanya sekedar menjalankan profesinya sebagai guru
pengajar, tetapi juga sosok guru pengajar yang selalu memotivasi anak didiknya, seperti apapun kondisi
siswa-siswanya. Guru yang menggelitik sisi-sisi positif anak-anak justru untuk memantik potensi mereka
yang masih kuncup agar mekar menjadi bunga. Guru yang dengan sabar dan arif memandu anak
didiknya menapaki tapak-tapak keingintahuan.

Memotivasi sesungguhnya sesuatu yang menyenangkan. Banyak hal yang bisa dijadikan sebagai bahan
memotivasi. Hal-hal kecil keseharian yang diambil hikmahnya, bila disampaikan kepada anak didik, dapat
menjadi sesuatu yang memotivasi. Kejadian remeh yang kita temui di jalan dalam perjalanan sekolah,
kita ambil hikmahnya, sampaikan pada anak-anak didik, sudah menjadi sesuatu yang memotivasi. Kagum
pada sepak terjang seorang pengangkut sampah di komplek dekat rumah, kita sampaikan pada anak-
anak, berarti kita sudah memotivasi anak didik untuk menghargai orang lain apapun profesi mereka.
Menceritakan bagaimana mantan presiden Habibie, dengan kapasitas keilmuannya, kerja kerasnya yang
mengantarkannya menjadi seseorang yang diakui di mata dunia, beliau dengan isi kepala yang luar biasa
namun rendah hati pada siapapun.

Alangkah banyak kejadian, pengetahuan, hasil refleksi diri, apresiasi atas keberhasilan orang lain, dan
semacamnya sebagai bahan memotivasi yang bisa kita sampaikan kepada anak didik. Satu kali
pertemuan pada jam pelajaran, dengan rutin kita sampaikan kepada anak didik, paling tidak kita telah
memotivasi sejumlah jam yang kita miliki. Anak didik sudah menabung sekian kisah positif dalam benak
mereka. Kita sebagai guru tanpa kita sadari kita telah menabung sekian mutiara pada setiap anak didik
kita. Barangkali dari sekian kisah memotivasi yang kita sampaikan, satu dua kisah menancap secara
permanen dalam benak anak-anak. Tak jadi soal bila kisah itu tak memantikkan potensi anak didik kita
hari ini. Mungkin kata-kata kita, atau potongan kata-kata kita, menancap dalam sanubari mereka dan
baru akan menuntun mereka melakukan sesuatu yang luar biasa positif, sekian tahun lagi. Artinya, kita
telah menabungkan sesuatu yang positif di dalam benak seseorang. Siapa tahu kata-kata kita, yang
mungkin kita sendiri sudah tak mengingatnya lagi, justru menjadi pengingat, seseorang yang pernah
menjadi anak didik kita, untuk selalu berbuat baik sepanjang hidupnya. Sebagaimana arti kata seorang
kepala sekolah semasa TK bagi seorang Toto Chan yang selalu mencegahnya berbuat tidak baik (dalam
Totto Chan Gadis di Bawah Jendela).

Sebagaimana yang dikatakan oleh Howard Gardner, setiap orang mempunyai kecerdasan ganda. Dari
tujuh macam kecerdasan yang ada pada setiap orang, pasti ada satu atau beberapa kecerdasan yang
paling dominan. Kecerdasan yang paling dominan inilah yang disinyalir bakal membuat si orang bersinar.
Tentu saja, kecerdasan yang akan membuat bersinar ini mestilah kecerdasan yang memang dikenali
sebagai kecerdasan yang dominan dan terus menerus dikembangkan.

Sayangnya, kebanyakan anak didik kita mayoritas biasa-biasa saja dan tampak buram semua. Kondisi
yang memang tak dapat disangkal ini, secara tak disengaja tercipta oleh budaya dan kebiasaan umum di
sekolah maupun di luar sekolah. Perlakuan terhadap anak yang cenderung menyamaratakan, kurang
menghargai perbedaan, kenakalan sebagai perilaku yang belum ditelusuri penyebabnya, anak
disibukkan oleh hal-hal yang kurang menggugah potensi (monoton) semisal kurang bermain atau terlalu
banyak menghabiskan waktu bersama televisi, minim momen yang membangkitkan potensi, kepekaan
membaca perilaku anak kurang, dan sebagainya.

Setiap anak didik kita mempunyai mutiara dalam diri mereka. Mutiara-mutiara itu sedang menunggu
disentuh untuk dibangkitkan. Mutiara itu menunggu ada yang menggosoknya hingga mengkilap.
Manakala kilapnya menunjukkan sinarnya, kilaunya akan benar-benar menyilaukan. Demikian pula anak
didik kita. Potensi terpendam mereka sedang menunggu ada sesuatu yang membangunkan dan
membangkitkannya. Ketika potensi itu mulai tersentuh, saat itulah si anak didik itu mulai menunjukkan
pendar mutiaranya. Ketika pendarnya ini dikenali, kemudian diupayakan untuk dikembangkan, dirawat
dan dipelihara, rumput-rumput pengganggu disiangi, jalur menuju puncaknya ditunjukkan, dipandu
dengan arif, sungguh, perjalanan menuju puncak adalah masa nan penuh perjuangan penggosokan
mutiara. Ketika si anak didik tiba dipuncak, siapakah di antara mereka yang berbahagia? Tentulah sang
penyentuh mutiara itu pertama kalinya dan mereka yang membersamai selama perjuangan menuju
puncak. Andakah, wahai para guru?

Memotivasi kadang menjadi sesuatu yang sulit. Kadang menjadi sesuatu yang mudah juga. Memotivasi
menjadi sesuatu yang sulit, bisa jadi, karena sedang tidak ada sesuatu yang bisa dijadikan sebagai bahan
memotivasi. Memotivasi menjadi sesuatu yang menyenangkan bila hati dan pikiran kita penuh dengan
hal-hal positif yang bisa dibagikan kepada orang lain. Untuk itu, membiasakan diri positive thinking pada
segala sesuatu yang kita lakukan, lihat, dan dengar bagus sekali untuk dijadikan kebiasaan pribadi.
Kebiasaan baik ini akan membiasakan kita melihat sisi lain. Inilah modal awal mencari bahan
memotivasi. Ditambah dengan kemampuan berbicara dan menggunakan kata-kata positif, para guru
siap melimpahi hati dan pikiran anak didiknya dengan semangat dan gairah mengejar cita-cita. Satu hal
yang tak boleh diabaikan, memotivasi hendaknya berawal dari hati. Karena, memotivasi adalah upaya
menyinari hati. Maka, faktor yang paling membuatnya berhasil adalah memotivasi dengan
mengawalinya dari hati.

You might also like