You are on page 1of 12

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN.

0852-
5426

RENCANA TATA TANAM DALAM UPAYA HEMAT AIR


di JI. JEPUN KIRI UPTD LENTENG KABUPATEN SUMENEP

Indiah Kustini
Dosen Jurusan Teknik Sipil FT UNESA

ABSTRACT

The purpose of intend expedient to compare water economical, because year in


year to increase water requirement just water circulate constant and experiences earth
obstruction. Any thing vegetation that water is subsistence vegetation season this rice
plant, crop and tobacco that water supply from irrigation net work. The obyek of the
research is to practise agriculture in irrigation net work Jepun UPTD Lenteng Kabupaten
Sumenep with plant areal 1396 ha. Design practise agriculture this one rice-crop/tobacco-
crop, with vegetation tobacco 40 – 60 % with intensitas 220 %.
The method this research is descriptive qualitative which is supported by
numeric data or percentage, that is analisis data space whith theory than artificials net
field water requirement. The factor which influence product minimum water requirement
are the: perfumes to practise agriculture in November, for tree group area rice field
which rotasi method, land preparation wich substratum or stagnant water 1 month 1/20
land rice and dry season water supply too rotasi metod.
The research results show that the net field water requirement at the rainy season
per hectar about 0,23 - 0,29 lt/sec/crop, minimum level is 0,20 lt/sec/crop. before income
data space 0,29 - 0,35 , minimal 0,25 lt/sec/crop, so possible expendient economical
water vegetation  0,06 lt/sec. Economical water 0,06 lt/sec, to make possible ascend
intensitas dry season  60 % form intensitas vegetation 220 % up to 280 % per year

Keyword: water economical, net field water requirement

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan dalam upaya melaksanakan hemat air, karena tahun demi
tahun, kebutuhan air makin bertambah sedang siklus air tetap dan banyak mengalami
gangguan alam. Salah satu tanaman yang kehidupnya tergantung dari air adalah
tanaman semusim yaitu padi, palawija dan tembakau yang pemberian airnya melalui
jaringan irigasi. Sebagai obyek penelitian adalah rencana tata tanam di jaringan irigasi
Jepun UPTD Lenteng, Kabupaten Sumenep dengan baku sawah 1396 ha. Pola tanam
yang ada padi – palawija/tembakau – palawija, dengan tanaman tembakau 40 – 60 %
dengan intensitas 220 %.
Metode yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif dengan didukung data
sekumder dan data lapangan kemudian dianalisis dengan teori yang ada kemudian
dibuat beberapa alternatip kebutuhan air tanaman padi. Faktor yang mempengaruhi agar
memiliki kebutuhan air yang minimum antara lain: pelaksanaan awal rencana tata
tanam, baku sawah dibagi menjadi 3 golongan yang dilaksanakan secara rotasi, penyiapan
lahan untuk pembibitan atau yang perlu digenangi dalam 1 bulan hanya 1/20 lahan dan
pemberian air pada MK dilaksanakan secara giliran.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kebutuhan air tanaman di sawah pada
MH/normal setiap ha 0,23 s/d 0,29, minimal 0,20 lt/dt pol , yang sebelum dilapangan
(hasil pengamatan) 0,29 s/d 0,35, minimal 0,25 lt/dt.pol jadi didapat hemat air  0,06

978
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-
5426

lt/dt.pol. Hemat air 0,06 lt/dt dapat dimanfaatkan.untuk menaikkan intensitas pada musim
kemarau  60 % dari intensitas tanaman 220 % menjadi 280 % per tahun.

Kata kunci: hemat air, kebutuhan air tanaman di sawah

979
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

PENDAHULUAN DI nya, dengan intensitas tanam 240 %, MH


dan MK I 80 %, sedang MK II 60% dengan
Pulau Madura terletak di sebelah timur tanam tembakau  40 %.
kota Surabaya, di pulau tersebut sebagaian Kehidupan penduduk di Kecamatan
besar masyarakat menganda kan kehidupan Lenteng dan sekitarnya 80 % meng harapkan
dengan bertani. Kebutuhan air tanaman di dari hasil pertanian, terutama pada MK 1
jaringan irigasi (JI) dicukupi oleh ketersediaan mengharapkan hasil tembakau yang baik. Dari
air dari sungai atau dari beberapa sumber air, hasil study ketersediaan air di bendung pada
misalnya Sumber air Pasosongan, Tambak MK cukup, apabila di hulu bendung dan di
Agung, Sindir dan lain-lain. Namun yang jaringan ada pekerjaan penggalian sedimen
sering terjadi ketersediaan air yang ada kurang sehingga dapat untuk menampung air. Adanya
mencukupi karena beberapa hal antara lain sedimentasi menunjukkan bahwa jaringan
:kemungkinan pengelolaan air kurang irigasi kurang dikelola dengan baik, sehingga
diperhatikan, kondisi jaringan terjadi rusak, pengunuaan air kurang optimum.
dan terjadinya sedimentasi.
Seperti halnya di daerah Kabupaten
Sumenep khususnya di UPTD Lenteng, KERANGKA KONSEP
terdapat sebuah bendung bernama Bendung
Jepun yang ketersediaan airya sangat berguna Dalam menghitung rencana kebutuh an
bagi pertanian khususnya untuk tanaman padi air tanaman di sawah harus mem perhatikan
dan palawija di sawah. Bendung Jepun neraca air di bangunan peneng kap air. Neraca
meninggikan air Kali Sarokah, tepatnya di air adalah keseimbangan debit andalan dengan
Desa Lenteng Kecamatan Lenteng, guna kebutuhan air irigasi dan memperhitungkan
mengairi daerah irigasi (DI) Jepun 1396 Ha. efisiensi saluran.
Kebutuhan air tanaman padi di sawah
dilayani oleh 2 (dua) pengam bilan yaitu: 1. Debit Andalan
pengambilan kiri digunakan menyalurkan Ketersediaan air pada bangunan pe
ketersediaan air ke JI Jepun kiri dengan baku nangkap air (bendung),dianalisis ber dasar kan
sawah 931 Ha dan pengambilan kanan debit andalan atau Q 80%, yaitu debit
digunakan menya-lurkan ketersediaan air ke JI kemungkinan terjadi atau tidak terpenuhi 20 %
Jepun kanan dengan baku sawah 465 Ha dari , pengamatan ke- n. dimana n = (N/5) +
(Gambar 1) Luas dan jenis tanaman DI. Jepun 1 dan N = Total pengamatan debit selama T
pada musim-musim yang lalu, dari data tahun.. (Srandart Perencanaan Irigasi 1986).
lapangan 10 tahun terakhir yang tercatat di Data debit ditunujkkan pada Tabel 1
kantor UPTD Lenteng sama dengan luas baku

4
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Gambar 1 . Skema Jaringan Irigasi Jepun

2. Kebutuhan Air Irigasi Kc = koefisien tanaman


Kebutuhan air irigasi tiap hektar di sawah P = kehilangan air akibat perkolasi
dihitung berdasarkan beberapa faktor yang Re = curah hujan efektif (mm/hari)
berpengaruh yaitu: e = efisiensi irigasi keseluruhan.

a. Kebutuhan Air Tanaman b. Evapotranspirasi Potensial (ETo)


Kebutuhan air tanaman adalah air Evapotranspirasi potensial dihitung
yang diperlukan tanaman untuk tum-buh, air dengan metode Penman yang dimodifi-kasi.
yang diserap oleh tanaman, air yang hilang dengan rumus:
karena penguapan, jenis tanaman, jenis tanah,
kehilangan air, pemakaian air yang efektif ETo = c{ W.R n + (1-W) . f(U) (ea - ed)}
(titik layu tanaman, klimatologi, cara = c{W.R n+(1-W).f(U)(e a-
pemberian air, pengolahan tanah, jadwal ed)}/8,64lt/dt/ha
tanam, keadaan saluran dll). Hitungan ed = RH x ea
dianjurkan menggunakan ketentuan Srandart f (U) = 0,27(1 + (U2)/100)
Perencanaan Irigasi, 1986, dengan rumus U2 = f(u) x ((2 /(x)0.15 )
seperti berikut ini: W = (t - 22) x {(0,73 - 0,71)/(24 - 22)} + 0,71
Rn = Rns - Rn1
NFR = ETc + P - Re + WLR + ( IR) Rns = (1 -  ) x Rs --->  = 0,25

Kebutuhan air irigasi DR = NFR /e Rs = (0,25 + (0,54 x (n/N/100))) x Ra, di mana


Ra adalah besaran nilai angot dalam
Kebutuhan air irigasi untuk palawija. hubungannya dengan letak lintang
NFR = (ETc - Re) / e
ETc = kc . Eto Rnl = f(T) x f(ed) x f(n/N)
f ( T ) = s x T 4 , T = t + 273o K
WLR = Pergantian lapisan air dilakukan = (117,74 x 10-9) / 59 mm/ /hari.
dua kali, masing-masing 50 mm (2.5 mm/hari) f(ed)
dilakukan selama 20 hari pada bulan pertama = 0,34 - 0,044 x e 0.5
dan setelah tranplantasi. f(n/N) = 0,1 + 0,9 x (n/N)
Etc = kebutuhan air untuk tanaman
penggunaan konsumtif, mm/hari Rekap data dan hasil hitungan eva
Eto = evapotranspirasi potensial (mm/hr) -potranspirasi ditunjukkan pada Tabel 2

5
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Sesuai pola tanam seperti yang disajikan pada


Gambar2.

c. Kebutuhan Air Pengolahan Tanah g. Efisiensi Irigasi.


Kebutuhan air irigasi selama jangka Ketentuan dari Kriteria Perencanaan
waktu penyiapan/pengolahan tanah dihitung Irigasi untuk efisiensi saluran primer 90%,
dengan rumus (Petunjuk Perencanaan sekunder 90 % dan tersier80%
Irigasi,1986) dengan persamaan sebagai
berikut : h. Kebutuhan air irigasi di lapangan
Kebutuhan air irigasi rencana, perlu
IR = M ek/(ek-1), dimana : mempertimbangkan kebutuhan air di lapangan
M = Eo + P, mm/hari , k = (M . T) / S (FPR), FPR adalah besar debit yang digunakan
Eo = 1.1 x ETo selama penyiapan lahan dilapangan untuk tanaman palawija . Dari data
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hr) nilai FPR di lapangan adalah 0,35 lt.dt/ha
S = 300 mm (ketentuan).

Perkolasi adalah peristiwa kehilangan air METODE PENELITIAN


akibat pergerakan air tanah yang disebabkan
oleh penurunan air secara gravitasi ke dalam Penelitian ini termasuk penelitian
tanah Besar perkolasi dipengaruhi oleh sifat diskriptif, dengan cara pengamatan,
fisik tanah (Braja, 1998). Berdasarkan hasil dokumentasi, menganalisis data-data lapangan
penelitian dari Laboratorium Mekanikan Tanah dalam rumus statistik dan rumus pengairan.
Teknik Sipil UNESA adalah 2 mm /hari Dari hasil perhitungan digunakan untuk
(Retno, 2004). mencari kebutuhan air tanaman di sawah dan
merencana tata tanam dalam upaya hemat air
d. Penggantian Genanangan di JI. Jepun. Data pengamatan dan
Pergantian lapisan air dilakukan dua kali, dokumentasi , yang dimaksud adalah kondisi
masing-masing 50 mm (2.5 mm/hari) bangunan.
dilakukan selama 20 hari pada bulan pertama
dan dua bulan setelah tranplantasi.

e. Hujan Efektif
Hujan efektif merupakan hujan yang
meresap ke dalam tanah dan dimanfaatkan oleh
tanaman. Hujan efektif terjadi pada dependable
rainfall antara 70 % sampai 80% curah hujjan
dengan rumus:

M
P = 100% dan Re =0.70 x R80
N 1

Keterangan: P = Probabilitas; M = Nomor urut


data besar ke kecil; N = Total pengamatan
selama T tahun. Hasil hitungan ditulis pada
Tabel 3.
f. Pola Tanam dan Intensitas Tanam
Pola tanam dan tata taman hasil
observasi lapangan adalah: Padi - Palawija /
Tembakau - Palawija . Periode bero selama
musim kemarau mencapai luas lahan sekitar
60%. Awal tanam dimulai pada awal hujan ,
Desember periode 1 atau 2, Umur tanaman
padi 3 bulan, tembakau 2,5 bulan dan umur
palawija (jagung) 3 bulan pada MK 1 Dan pada
MK 2 hanya berumur 2 bulan yang diman
faatkan untuk makanan ternak, karena pada
saat itu biasanya tidak ada air. Hasil tanaman
per tahun (intensitas tanaman) adalah 220 %.
6
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

GOLLuas NOV DES JAN PEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGS SEP OKT
(Ha)

I 330 Padi 330 Ha Tembakau 132 Ha 3. Palawija198 Ha

Palawija198 Ha

II 261 Padi 261 Ha Tembakau 104 Ha Palawija


1'57 Ha

Palawija 157 Ha

III 340 Padi 340 Ha Tembakau 136 Ha Palawija 204

Penangkap Air
dan jaringan Palawija204 Ha
irigasnya. Data
lapangan pada tahun
terakhir yaitu: data Gambar 2 Rencana Pola Tanam DI Jepun UPTD Lenteng Sumenep
klimatologi selama 5
tahun (tempe ratur, kelembaman udara relatif Awal rencana tanam kurang teratur
lama jam penyinaran, kecepatan angin dan 4. Pada MK2 bisa dikatakan tidak ada air
tinggi -dan tinggi alat pengukuran), debit di perlu dibuat giliran glondong
bangunan penangkap air (10 tahun), hujan (7 5. Rekap hasil pengukuran dan analisisis data
tahun) dan data perkolasi. sekunder disajikan dalam uraian berikut
6. Besar debit rerata dan andalan pada
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada awal
HASIL DAN PEMBAHASAN MH terjadi debit besar, kemudian menurun
sampai awal MK2. Hal ini menunjakan
Dari data pengamatan dan dokumentasi, bahwa pada MK 2 sudah tidak ada air
diketahui bahwa, terjadi: 7. Besar evapotransparasi pada Tabel 2,
1. Sedimentasi di bangunan penangkap air, di besarnya pada MH (0,50 – 0,65 lt/dt/ha)
bawah bangunan ukur saluran primer lebih besar dibanding MK 1 (0,70 – 0,85
tepatnya ada di saluran sepanjang saluran lt/dt/ha), sedang pada awal
belokan, dan di saluran sekunder bagian 8. MK 2 mulai mengecil (0,40 – 0,50
hilir lt.dt/ha). Hal ini menunjukkan kebenaran
2. Kondisi bangunan ukur perlu di kalibrasi

7
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

karena tidak semua areal pada MK 2 pintu tersier di setiap bangunan sadap
ditanami. sesuai instruksi dan sesuai keputusan
9. Besar hujan efektif sebanding dengan dalam rapat HIPPA.
debit, hal ini menunjukkan memang ada
hubungan variable tersebut dalam Tabel 3.
10. Kebutuhan air untuk tanaman dengan KESIMPULAN
memperhatikan point a s/d h disajikan pada
Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa Kebutuhan air tanaman di lahan sawah
kebutuhan air di pinu intake intake (DR), dari hasil analisa data klimatologi dan data
pintu tersier (TOR) dan di sawah tidak tetap lapangan, dapat ditentukan setiap hektar pada
atau bervariasi antara 0,10 – 0,34 lt/dt/ha. MH 0,14 s/d 0,29 lt/dt/ha; sedangkan nilai
kebutuhan air berdasarkan pengamatan
lapangan sebesar 0,20 s/d 0,35; sehingga dapat
ANALISA DATA hemat air  0,06 lt/dt. Dari surplus (hemat)
air 0,06 lt/dt dapat menaikkan intensitas 
Tata tanam merupakan upaya pengaturan 60 % dari intensitas tanaman 220 % menjadi
waktu, tempat, jenis dan luas tanaman baik 280 % per tahun.
pada MH maupun MK disertai penggunaan air
yang efisien untuk mendapatkan produksi yang Saran
optimal, sehingga perencanaan tata tanam
merupakan perpaduan antara kebutuhan air Untuk daerah irigasi lainnya perlu
untuk tanaman dengan ketersediaan air irigasi. dianalisis neraca airnya, informasi neraca air
Dari beberapa alternatif seperti ditunjukkan ini dapat digunakan untuk mengetahui
pada Tabel 5 dapat direncana tata tanam jumlah kelebihan air yang dapat
dengan intensitas maksimum 280 % dengan dimanfaatkan serta mengantisipasi dampak
pola tanam sesuai lapangan dan dapat ditanam kekeringan.
PG! sebesar 10 %. Apabila terjadi kekeringam sebaiknya
Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam digunakan pola pergiliran tanaman yang
melaksanakan rencana tanam adalah: optimal, dengan memperhitungkan Luas
- Pada akhir MK tanah dibalik, untuk Palawija Relatif.
memperbaiki sifat olah tanah.
- Pada awal tanam padi musim hujan dimulai
awal MH atau dilakukan pada bulan DAFTAR PUSTAKA
November Periode 2 s/d Periode 3.
- Awal periode pembibitan dilakukan
bersamaan dengan penyiapan lahan selama Darmanto dan Fatchan Nurrochmad. 1986.
20 - 30 hari. Irigasi dan Bangunan Air. Yogyakarta :
- Luas pembibitan dibuat 1/20 dari luas lahan UGM
sawah. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten
- Besar LPR : (Luas Pembibitan x 20) + Sumenep, 2002, Riview Design
(Luas Garapan x 6) + (Luas Tanaman x 4) Jaringan Irigasi Jepun UPTD Lenteng,
+ (Luas Palawija /tembakau x 1) Kabupaten Sumenep,2002. Sumenep:
- Kekurangan air MH dicukupi dengan air CV Tata Surya Konsultan.
hujan/awal tanam tiap golongan dibagi 3 DPU Dirjen Pengairan. 1986, Standart
kelompok atau awal tanam di undur Perencanaan Irigasi , Saluran KP – 03,
- FPR min 0,10 lt/dt/ha.pol (Tabel 6) KP - 05. Jakarta : DPU Pengairan
- FPR yang disetujui oleh pihak pengairan Indiah Kustini 2003, Irigasi I, Surabaya :
dan pertanian adalah 0,14 s/d 0,29 University Press Unesa Surabaya
lt/dt/ha.pol Indiah Kustini 2003, Irigasi II, Surabaya :
- Apabila debit air lebih kecil dari 0,80 Q University Press Unesa Surabaya
normal, harus dilaksanakan pergiliran antar Retno Widorini, 2004, Studi Tata Tanam Pada
Blok/Rotasi I dan II Jaringan Irigasi Jepun di UPTD Lenteng
- Selisih waktu tanam untuk setiap golongan Sumenep, Teknik Sipil FPTK : Unesa
10 hari surabaya.
- Apabila terjadi pergiliran, pemberian air Moch. Soleh. Irigasi I & II. . Surabaya :
dilakukan periode 7 hari, sesuai dengan Teknik Sipil ITS
LPR dan memperhatikan kehilangan air di Suhardjono , 1989. Kebutuhan Air Tanaman,
sekunder 10 %, sedangkan pembukaan Malang: ITN
8
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Soejadi dkk, 2000, Pedoman penulisan dan Praktek Irigasi. Terjemahan : Endang
Ujian Skripsi Universitas Negeri Pipin Tacyan, Soetjipto. Jakarta :
Surabaya Surabaya: University Press Erlangga.
Unesa Surabaya
Vaughn E.Hansen, Orson W. Israelsen, Glen
E.Stringham. 1986. Dasar-dasar dan

Tabel 5 Contoh Perhitungan Kebutuhan Air/Neraca Air (Alternatif 1) Pola tanam Padi - Tembakau/Palwijo - Palawija 80 % Bero 20 %

TANAMAN BLOK M H. 1 M K.1 M K.2 NOV DES JAN PEB MAR


(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) I II III I II III I II III I II III I II III I
Pawinihan A 6 11.00 16.50 11.00 5.50 0.00 0.00 0.00
Garapan 330 105 209 314 209 105 0 0 0
- Tan.Padi . 330 110 220 330 330 330 330 330 110 0
- Tembakau 297 0 110 220
- Pol 1 264
Pawinihan B 4 8.70 13.05 8.70 4.35 0.00 0.00
Garapan 261 83 165 248 165 83 0 0
- Tan.Padi . 261 87 174 261 261 261 261 261 87 0
- Tembakau 261 0 87
- Pol 1 261
Pawinihan C 5.67 11.33 17.00 11.33 5.67 0.00
Garapan v340 108 215 323 215 108 0
- Tan.Padi . 340 113 227 340 340 340 340 340 113 0
- Tembakau 340 0
- Pol 1 340 0
Pawinihan 0 6 15 31 35 31 16 6 0 0 0 0 0 0 0 0
Garapan 0 105 292 586 672 593 298 108 0 0 0 0 0 0 0 0
- Tan.Padi 818 0 0 0 0 0 110 307 617 818 931 931 931 711 427 113 0 0
- Tembakau 931 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 110 307
- Pol 1 0 729 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Luas Total 931 818 931 729 0 110 307 617 818 931 931 931 931 931 931 711 427 113 110 307
LPR (lt/dt/ha pol.) 0 737 2,057 4,136 5,181 5,409 4,571 4,030 3,724 3,724 3,724 2,844 1,708 453 110 307
FPR Minimum (hit klimatologi-lt/dt/ha.pol) 0.14 0.26 0.36 0.32 0.24 0.21 0.19 0.18 0.19 0.12 0.08 0.05 0.04 0.02 0.08 0.15
FPR yang disarankan (lt/dt/pol) 0.22 0.22 0.15 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22
FPR giliran (lt/dt/pol) 0.10 0.10 0.15 0.20 0.20
Efosiensi irigasi di tersier-primer 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 0.22 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33
Q Renc. = (LPR x FPR) / koef sal (lt/dt) 0 216 410 1210 1516 1583 221 1179 1090 1090 1090 832 500 133 32 90
0 74 206 620 1,036 1,082 221 1,179 1,090 1,090 1,090 832 500 133 32 90
Q tersedia (Q rata-rata) (lt/dt) 49 65 107 565 1043 1110 1100 1250 1914 1165 1193 1046 1033 1034 676 343
Kekurangan debit saat debit nornal (lt/dt) 49 (9) (99) (55) 7 28 879 71 824 75 103 214 533 901 643 253
Kekurangan debit saat ada giliran (lt/dt) 49 (9) (99) (55) 7 28 879 71 824 75 103 214 533 901 643 253

9
400

350

300
Debit Tersedia (debit Andalan, Tabel 1)
250
Debit rencana tanam yang ada menurut hitungan
Debit (lt/dt)

200 Debit rata-2 di intake-tabel 1

150 Debit yang dimanfaatkan untuk menaikkan intensitas

100

50

0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Bulan APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKT

Gambar 3.a Neraca Air Rencana Tanam yang ada

400

350
Debit Tersedia (debit Andalan)
300
Neraca air dari rencana tanam alternatif 1, dan intensitas 280 %"
250 neraca air dari rencana tanam alternayif 2, dengan intensitas 280 % dan PGI 10 %"
Debit (lt/dt)

200
Debit yang dimanfaatkan pafa bulan berikutnya
150

100

50

0
III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Bulan APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKT

Gambar 3.b Neraca Air Rencana Tanam Alternatif 1 dan 2 Awal Tanam Nopember 3

You might also like