Professional Documents
Culture Documents
0852-
5426
Indiah Kustini
Dosen Jurusan Teknik Sipil FT UNESA
ABSTRACT
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan dalam upaya melaksanakan hemat air, karena tahun demi
tahun, kebutuhan air makin bertambah sedang siklus air tetap dan banyak mengalami
gangguan alam. Salah satu tanaman yang kehidupnya tergantung dari air adalah
tanaman semusim yaitu padi, palawija dan tembakau yang pemberian airnya melalui
jaringan irigasi. Sebagai obyek penelitian adalah rencana tata tanam di jaringan irigasi
Jepun UPTD Lenteng, Kabupaten Sumenep dengan baku sawah 1396 ha. Pola tanam
yang ada padi – palawija/tembakau – palawija, dengan tanaman tembakau 40 – 60 %
dengan intensitas 220 %.
Metode yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif dengan didukung data
sekumder dan data lapangan kemudian dianalisis dengan teori yang ada kemudian
dibuat beberapa alternatip kebutuhan air tanaman padi. Faktor yang mempengaruhi agar
memiliki kebutuhan air yang minimum antara lain: pelaksanaan awal rencana tata
tanam, baku sawah dibagi menjadi 3 golongan yang dilaksanakan secara rotasi, penyiapan
lahan untuk pembibitan atau yang perlu digenangi dalam 1 bulan hanya 1/20 lahan dan
pemberian air pada MK dilaksanakan secara giliran.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kebutuhan air tanaman di sawah pada
MH/normal setiap ha 0,23 s/d 0,29, minimal 0,20 lt/dt pol , yang sebelum dilapangan
(hasil pengamatan) 0,29 s/d 0,35, minimal 0,25 lt/dt.pol jadi didapat hemat air 0,06
978
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-
5426
lt/dt.pol. Hemat air 0,06 lt/dt dapat dimanfaatkan.untuk menaikkan intensitas pada musim
kemarau 60 % dari intensitas tanaman 220 % menjadi 280 % per tahun.
979
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426
4
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426
5
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426
e. Hujan Efektif
Hujan efektif merupakan hujan yang
meresap ke dalam tanah dan dimanfaatkan oleh
tanaman. Hujan efektif terjadi pada dependable
rainfall antara 70 % sampai 80% curah hujjan
dengan rumus:
M
P = 100% dan Re =0.70 x R80
N 1
GOLLuas NOV DES JAN PEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGS SEP OKT
(Ha)
Palawija198 Ha
Palawija 157 Ha
Penangkap Air
dan jaringan Palawija204 Ha
irigasnya. Data
lapangan pada tahun
terakhir yaitu: data Gambar 2 Rencana Pola Tanam DI Jepun UPTD Lenteng Sumenep
klimatologi selama 5
tahun (tempe ratur, kelembaman udara relatif Awal rencana tanam kurang teratur
lama jam penyinaran, kecepatan angin dan 4. Pada MK2 bisa dikatakan tidak ada air
tinggi -dan tinggi alat pengukuran), debit di perlu dibuat giliran glondong
bangunan penangkap air (10 tahun), hujan (7 5. Rekap hasil pengukuran dan analisisis data
tahun) dan data perkolasi. sekunder disajikan dalam uraian berikut
6. Besar debit rerata dan andalan pada
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada awal
HASIL DAN PEMBAHASAN MH terjadi debit besar, kemudian menurun
sampai awal MK2. Hal ini menunjakan
Dari data pengamatan dan dokumentasi, bahwa pada MK 2 sudah tidak ada air
diketahui bahwa, terjadi: 7. Besar evapotransparasi pada Tabel 2,
1. Sedimentasi di bangunan penangkap air, di besarnya pada MH (0,50 – 0,65 lt/dt/ha)
bawah bangunan ukur saluran primer lebih besar dibanding MK 1 (0,70 – 0,85
tepatnya ada di saluran sepanjang saluran lt/dt/ha), sedang pada awal
belokan, dan di saluran sekunder bagian 8. MK 2 mulai mengecil (0,40 – 0,50
hilir lt.dt/ha). Hal ini menunjukkan kebenaran
2. Kondisi bangunan ukur perlu di kalibrasi
7
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426
karena tidak semua areal pada MK 2 pintu tersier di setiap bangunan sadap
ditanami. sesuai instruksi dan sesuai keputusan
9. Besar hujan efektif sebanding dengan dalam rapat HIPPA.
debit, hal ini menunjukkan memang ada
hubungan variable tersebut dalam Tabel 3.
10. Kebutuhan air untuk tanaman dengan KESIMPULAN
memperhatikan point a s/d h disajikan pada
Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa Kebutuhan air tanaman di lahan sawah
kebutuhan air di pinu intake intake (DR), dari hasil analisa data klimatologi dan data
pintu tersier (TOR) dan di sawah tidak tetap lapangan, dapat ditentukan setiap hektar pada
atau bervariasi antara 0,10 – 0,34 lt/dt/ha. MH 0,14 s/d 0,29 lt/dt/ha; sedangkan nilai
kebutuhan air berdasarkan pengamatan
lapangan sebesar 0,20 s/d 0,35; sehingga dapat
ANALISA DATA hemat air 0,06 lt/dt. Dari surplus (hemat)
air 0,06 lt/dt dapat menaikkan intensitas
Tata tanam merupakan upaya pengaturan 60 % dari intensitas tanaman 220 % menjadi
waktu, tempat, jenis dan luas tanaman baik 280 % per tahun.
pada MH maupun MK disertai penggunaan air
yang efisien untuk mendapatkan produksi yang Saran
optimal, sehingga perencanaan tata tanam
merupakan perpaduan antara kebutuhan air Untuk daerah irigasi lainnya perlu
untuk tanaman dengan ketersediaan air irigasi. dianalisis neraca airnya, informasi neraca air
Dari beberapa alternatif seperti ditunjukkan ini dapat digunakan untuk mengetahui
pada Tabel 5 dapat direncana tata tanam jumlah kelebihan air yang dapat
dengan intensitas maksimum 280 % dengan dimanfaatkan serta mengantisipasi dampak
pola tanam sesuai lapangan dan dapat ditanam kekeringan.
PG! sebesar 10 %. Apabila terjadi kekeringam sebaiknya
Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam digunakan pola pergiliran tanaman yang
melaksanakan rencana tanam adalah: optimal, dengan memperhitungkan Luas
- Pada akhir MK tanah dibalik, untuk Palawija Relatif.
memperbaiki sifat olah tanah.
- Pada awal tanam padi musim hujan dimulai
awal MH atau dilakukan pada bulan DAFTAR PUSTAKA
November Periode 2 s/d Periode 3.
- Awal periode pembibitan dilakukan
bersamaan dengan penyiapan lahan selama Darmanto dan Fatchan Nurrochmad. 1986.
20 - 30 hari. Irigasi dan Bangunan Air. Yogyakarta :
- Luas pembibitan dibuat 1/20 dari luas lahan UGM
sawah. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten
- Besar LPR : (Luas Pembibitan x 20) + Sumenep, 2002, Riview Design
(Luas Garapan x 6) + (Luas Tanaman x 4) Jaringan Irigasi Jepun UPTD Lenteng,
+ (Luas Palawija /tembakau x 1) Kabupaten Sumenep,2002. Sumenep:
- Kekurangan air MH dicukupi dengan air CV Tata Surya Konsultan.
hujan/awal tanam tiap golongan dibagi 3 DPU Dirjen Pengairan. 1986, Standart
kelompok atau awal tanam di undur Perencanaan Irigasi , Saluran KP – 03,
- FPR min 0,10 lt/dt/ha.pol (Tabel 6) KP - 05. Jakarta : DPU Pengairan
- FPR yang disetujui oleh pihak pengairan Indiah Kustini 2003, Irigasi I, Surabaya :
dan pertanian adalah 0,14 s/d 0,29 University Press Unesa Surabaya
lt/dt/ha.pol Indiah Kustini 2003, Irigasi II, Surabaya :
- Apabila debit air lebih kecil dari 0,80 Q University Press Unesa Surabaya
normal, harus dilaksanakan pergiliran antar Retno Widorini, 2004, Studi Tata Tanam Pada
Blok/Rotasi I dan II Jaringan Irigasi Jepun di UPTD Lenteng
- Selisih waktu tanam untuk setiap golongan Sumenep, Teknik Sipil FPTK : Unesa
10 hari surabaya.
- Apabila terjadi pergiliran, pemberian air Moch. Soleh. Irigasi I & II. . Surabaya :
dilakukan periode 7 hari, sesuai dengan Teknik Sipil ITS
LPR dan memperhatikan kehilangan air di Suhardjono , 1989. Kebutuhan Air Tanaman,
sekunder 10 %, sedangkan pembukaan Malang: ITN
8
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426
Soejadi dkk, 2000, Pedoman penulisan dan Praktek Irigasi. Terjemahan : Endang
Ujian Skripsi Universitas Negeri Pipin Tacyan, Soetjipto. Jakarta :
Surabaya Surabaya: University Press Erlangga.
Unesa Surabaya
Vaughn E.Hansen, Orson W. Israelsen, Glen
E.Stringham. 1986. Dasar-dasar dan
Tabel 5 Contoh Perhitungan Kebutuhan Air/Neraca Air (Alternatif 1) Pola tanam Padi - Tembakau/Palwijo - Palawija 80 % Bero 20 %
9
400
350
300
Debit Tersedia (debit Andalan, Tabel 1)
250
Debit rencana tanam yang ada menurut hitungan
Debit (lt/dt)
100
50
0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Bulan APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKT
400
350
Debit Tersedia (debit Andalan)
300
Neraca air dari rencana tanam alternatif 1, dan intensitas 280 %"
250 neraca air dari rencana tanam alternayif 2, dengan intensitas 280 % dan PGI 10 %"
Debit (lt/dt)
200
Debit yang dimanfaatkan pafa bulan berikutnya
150
100
50
0
III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Bulan APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKT
Gambar 3.b Neraca Air Rencana Tanam Alternatif 1 dan 2 Awal Tanam Nopember 3