Professional Documents
Culture Documents
Pada awal masa pubertas, kadar hormon LH (luteinizing hormone) dan FSH
(follicle-stimulating hormone) akan meningkat, sehingga merangsang pembentukan
hormon seksual. Pada remaja putri, peningkatan kadar hormon tersebut menyebabkan
pematangan payudara, ovarium, rahim, dan vagina serta dimulainya siklus menstruasi. Di
samping itu juga timbulnya ciri-ciri seksual sekunder, misalnya tumbuhnya rambut
kemaluan dan rambut ketiak.
Pubertas pada remaja putri umumnya terjadi pada usia 9-16 tahun. Tampaknya
usia pubertas dipengaruhi oleh faktor kesehatan dan gizi, juga faktor sosial-ekonomi dan
keturunan. Remaja putri yang gemuk cenderung mengalami siklus menstruasi pertama
lebih awal. Sedangkan remaja putri yang kurus dan kekurangan gizi cenderung
mengalami siklus menstruasi pertama lebih lambat. Siklus menstruasi pertama juga
terjadi lebih awal pada remaja putri yang tinggal di kota.
Menstruasi pertama (menarke) pada remaja putri sering terjadi pada usia 11 tahun.
Namun tidak tertutup kemungkinan terjadi pada rentang usia 8-16 tahun. Menstruasi
merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang perempuan, yang dimulai
dari menarke sampai terjadinya menopause.
Awal siklus menstruasi dihitung sejak terjadinya perdarahan pada hari ke-1 dan berakhir
tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Umumnya, siklus menstruasi yang terjadi
berkisar antara 21-40 hari. Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari.
Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat
sebelum menopause.
Bagi remaja putri, mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur pada masa-masa awal
adalah hal yang normal. Mungkin saja remaja putri mengalami jarak antar 2 siklus
berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan terjadi 2 siklus. Namun jangan khawatir,
setelah beberapa lama siklus menstruasi akan menjadi lebih teratur.
Pengetahuan akan siklus menstruasi yang dialami sangatlah penting bagi remaja putri.
Dengan mengetahui pola siklus menstruasi akan membantu dalam memperkirakan siklus
menstruasi yang akan datang.
Siklus dan lamanya menstruasi dapat diketahui dengan membuat catatan pada kalender.
Tandai setiap hari ke-1 siklus menstruasi yang terjadi setiap bulannya dengan tanda
silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya. Dengan cara ini, Anda dapat
mengetahui pola siklus menstruasi pada diri Anda.
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan
menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke-
14 terjadi pelepasan telur dari ovarium (disebut ovulasi). Sel telur ini masuk ke dalam
salah satu tuba falopii. Di dalam tuba falopii dapat terjadi pembuahan oleh sperma. Jika
terjadi pembuahan, sel telur akan masuk ke dalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin
sehingga terjadilah kehamilan.
Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan, maka endometrium akan
dilepaskan dan terjadilah perdarahan atau disebut sebagai siklus menstruasi. Siklus dapat
berlangsung selama 3-5 hari, terkadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan
penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.
Siklus menstruasi dibagi menjadi 3 fase, yakni fase folikuler, fase ovulatoir, dan fase
luteal.
• Fase Folikuler
Fase folikuler dimulai dari hari ke-1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat
dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada
saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase
folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar
3-30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel
yang terus tumbuh, yang lainnya hancur.
Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang
hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika
perdarahannya sangat hebat.
• Fase Ovulatoir
Fase ovulatoir dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan
sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi
peningkatan kadar LH.
Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan
melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada
perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama
beberapa menit sampai beberapa jam.
• Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah
melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus
luteum yang menghasilkan sejumlah besar progesteron.
Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase luteal dan
tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan
untuk memperkirakan terjadinya ovulasi.
Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai,
kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai
menghasilkan HCG (human chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara
korpus luteum yang menghasilkan progesteron sampai janin bisa menghasilkan
hormonnya sendiri.
Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.
Nyeri Haid
Kebanyakan remaja putri sering mengalami kram sewaktu menstruasi. Rasa sakit di perut
bagian bawah, kadang meluas ke pinggul, punggung bagian bawah atau paha. Bahkan
ada yang merasa mual, muntah, atau diare.
Sedikit kram perut pada hari pertama atau kedua haid yang terjadi merupakan hal yang
biasa. Lebih dari separuh perempuan mengalaminya. Namun sekitar 10% perempuan
mengalami rasa sakit yang demikian hebat hingga perlu minum obat untuk dapat
mengatasi rasa sakit tersebut.
Bila tidak ada kelainan ginekologis, rasa nyeri tersebut disebut dismenorea primer. Hal
ini disebabkan karena tingginya kadar prostaglandin (zat yang membuat otot-otot rahim
berkontraksi dan melepaskan dindingnya). Meskipun sakit, dismenorea primer tidak
berbahaya. Rasa nyeri ini biasanya lenyap pada pertengahan usia 20-an atau setelah
melahirkan.
Rasa nyeri yang disebabkan oleh gangguan ginekologis disebut dismenorea sekunder.
Hal ini bisa disebabkan oleh tumor fibroid (suatu tumor jinak pada dinding rahim),
penyakit yang ditularkan akibat hubungan seksual, endometriosis, penyakit radang
panggul, adanya kista atau tumor pada indung telur.
Untuk mengatasi nyeri haid, Anda dapat meminum obat untuk menghilangkan rasa nyeri.
Atau cobalah berendam dengan air hangat. Namun segeralah ke dokter jika nyeri haid
menghebat atau disertai demam, merasa mual yang tidak biasa, muntah atau nyeri perut,
atau jika tetap nyeri setelah hari ketiga haid.
Di sinilah pentingnya mengetahui pola siklus menstruasi Anda. Buatlah catatan siklus
menstruasi Anda selama 3 bulan. Catat hari pertama menstruasi, pada hari ke berapa
darah banyak keluar, kapan menstruasinya berhenti. Catatan ini diperlukan untuk
mengevaluasi perubahan menstruasi.
Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow
maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi
tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai
periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds
(2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan
secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11
hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja
awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18
tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja
akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-
kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa
pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam
hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita
merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-
kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock,
1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis
misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara
lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan
kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia &
Olds, 2001).
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang
kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya
pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir
secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan
manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang
dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan
kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.
Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami
dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja
secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak
langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu
membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu
remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja
mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara
berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir
secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta
pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja
dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan
alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang
baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan
untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah
mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan
(Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini
dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja
mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan
yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana
mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan.
Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan
seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir
sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai
suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya
ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam
Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah
“ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds,
2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001)
mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah
personal fabel.
Personal fabel adalah "suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri
kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar" . Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak
berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi
keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang
hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta
sebenarnya. Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan “personal
fable” sebagai berikut :
“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh
oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-
destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari
bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil
[karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia
tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja
yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami
kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain,
bukan pada dirinya”.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun
orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan
perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan
adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-
invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan
kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja
dan orang dewasa adalah sama.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya
dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-
kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah,
ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001).
Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat.
Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk
menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak
dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa
remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa
remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa
ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka
diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih
mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan
terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir
yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh
sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa
kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini
juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja,
maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-
hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang
sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka
takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama
remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5
dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini
bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa
yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat
(Papalia, Olds & Feldman, 2001).
Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya,
apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada
akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan
menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.
Beberapa isu perkembangan remaja: seksualitas, harga diri, orientasi masa depan,
konsumsi, keluarga
Sumber Pustaka
Beyth-Marom, R., Austin, L., Fischhoff, B., Palmgren, C., & Jacobs-Quadrel, M. (1993).
Perceived consequences of risky behaviors: Adults and adolescents. Journal of
Developmental Psychology, 29(3), 549-563
Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth (4th ed). New York: Harper Collins
Deaux, K.,F.C,and Wrightman,L.S. (1993). Social psychology in the ‘90s (6th ed.).
California : Brooks / Cole Publishing Company.
Gunarsa, S.D. (1988). Psikologi remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, S.D. (1990). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human development (8th ed.).
Boston: McGraw-Hill
Rice, F.P. (1990). The adolescent development, relationship & culture (6th ed.). Boston:
Ally & Bacon
Sekitar dua tahun pertumbuhan berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan
kematangan seksual remaja. Anak remaja putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh
pada usia rata-rata 8-9 tahun, dan mengalami menarche
2.5 Menstruasi
2.5.1 Pengertian
Perempuan dewasa yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan secara teratur mengeluarkan
darah dari alat kandungannya
2.5.2 Cyclus Menstruasi (haid)
Selaput rahim (endometrium), mengalami perubahan-perubahan selama ± 1 bulan,
dibedakan masa:
Stadium Menstruasi (Desquamasi)
Pada masa ini endometrium dicampakkan dari dinding rahim disertai perdarahan, hanya
lapisan tipis yang tinggal (stratum basale) berlangsung 4 hari
Haid adalah darah, potongan-potongan endometrium dan lendir dari serviks
Darah tidak membeku karena ada fermen yang mencegah pembekuan darah dan
mencairkan potongan-potongan mukosa
Banyaknya perdarahan selama haid normal ± 50 cc
Stadium Post Menstruasi atau Regenerasi
Luka yang terjadi karena endometrium di lepaskan berangsur-angsur ditutup kembali
oleh selaput lender baru yang terjadi dari cestel kelenjar-kelenjar endometrium
Saat ini tebalnya endometrium ± 0,5 mm
Berlangsung ± 4 hari
2.5.3.1 PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitive, saraf
tegang, perasaan lebih. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang
saat sebelum mendapatkan haid. Gejala ini timbul akibat ketidak seimbangan hormone
estrogen dan progesterone, hormone estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan
hormone progesterone. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan
berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
2.5.3.2 PMS tipe H (chyperhedration) memiliki gejala edema (pembengkakan), perut
kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat
badan sebelum haid. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan
diluar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam / gula pada diet penderita. Untuk
mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula
pad diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
2.5.3.3 PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan
yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada
umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala
hipogukemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai
pingsan. Hiplogikemia timbul karena pengeluaran hormone insulin dalam tubuh
meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stress.
Tingginya garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6)
atau kurangnya magnesium.
2.5.3.4 PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis,
lemah, gangguan tidur, pelupa bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi)
bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya
PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A. PMS tipe D murni disebabkan
oleh ketidak seimbangan hormone progesterone dan estrogen, dimana hormone
progesterone dalam siklus haid terlalu tinggi di bandingkan dengan hormone
estrogennya. Kombinasi PMS D dan A dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu
stress.kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbale ditubuh,
atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B 6). Meningkatkan konsumsi
makanan yang mengandung vitamin B 6 dan magnesium dapat membantu mengatasi
gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
2.5.3.5 Diet Tepat Mencegah PMS
Pencegahan PMS (sindrom pra-menstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang tepat
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
batasi konsumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah, (sapi dan kambing),
alcohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
Kurangi rokok atau berhenti merokok
Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang)
Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan dan biji-bijian sebagai sumber
protein.
Batasi konsumsi makanan produk susu dan olah raga (keju,ice crem dan lainnya) dan
gunakan kedelai sebagai pengantinya.
Batasi konsumsi lemak dari bahan hewan dan lemak dari makanan yang di goring.
Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
Disamping diet, perhatikan pula hal-hal berikut ini untuk mencegah munculnya PMS.
Melakukan olah raga dan aktifitas fisik secara teratur
Menghindari dan mengatasi stress
Menjaga berat badan, berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan resiko penderita
PMS
Catat jadwal siklus haid anda serta kenali gejala PMSnya
Perhatikan pula apakah anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus dating bulan
berikutnya.
Ada 2 penyebab utama gangguan menstruasi. Pertama, kelainan organ seperti miamo,
kanker atau polip. Kedua , kelainan hormonal. Dan kelima gangguan menstruasi diatas,
ada yang berbahaya dan ada yang tidakberbahaya. Ougomenore tidak berbahaya, namun
perempuan dapat memiliki potensi sulit hamil, karena tidak terjadi ovulasi. Polienore dan
hipermenore adalah gangguan menstruasi yang berbahaya. Terlalu sering haid
(polimenore) misalnya 2 minggu sekali dapat menyebabkan anemia, begitu juga dengan
hipermenore dapat menyebabkan anemia. Polimenore dan hipermenore juga berhubungan
dengan gangguan bekuan darah dan miamo. Polimenore yang terkait dengan ganguan
hormoral, dapat terjadi pada perempuan yang mengalami peralihan dari masa subur
kemasa menopause. Polimenore juga dapat terjadi pada perempuan muda menjelang haid
pertama kali. Factor penyebab hipermenore adalah miamo uteri. Polip endeetrium,
endometritis, dan la-n-lain. Suntuk KB pil atau suntik, oligomenore berhubungan dengan
penyakit polikistik ovarium. Yang menyebabkan perempuan tidak dapat menghasilkan
sel telur, sehingga terjadi ovulasi yang pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan
hormone, akibatnya jangka watu haid sangat lama.
Perempuan dikatakan amenorea jika tidak menstruasi lebih dari 5 bulan sejak menstruasi
terakhir. Amenore dibagi menjadi dua yaitu primer dan skunder. Amenore primer terjadi
pada perempuan yang tidak pernah mendapatkan haid, tapi kemudian berhenti karena
anovulasi. Amenore primer biasanya disebabkan oleh gengguan dari lahir. Sedangkan
amenore skunder dapat disebabkan karena kehamilan, penggunaan KB. Dan lain-lain.
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI
TENTANG MENARCHE DI SMP NEGERI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menempati urutan nomor 4 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan
remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Lampung pada tahun 2006
dihuni oleh 222.051.298 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 110.873.335 jiwa dan
penduduk perempuan 111.177.963 jiwa (Hasil Sensus BPS Lampung, 2006).
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut
sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap
ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri
dalam masa pubertas. Dan dari berbagai ciri pubertas tersebut, menarche merupakan
perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita. Menarche adalah saat
haid/menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari
serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak
dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu hamil.
Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16
tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche
dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum
(Sarwono, 2005).
Peristiwa ini menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan tanda seks skunder wanita
itu. Tanda seks skunder pada wanita meliputi pertumbuhan rambut dengan patrun/pola
tertentu pada ketiak, rambut monfeneris (rambut kemaluan), pertumbuhan dan
perkembangan buah dada, pertumbuhan distribusi jaringan lemakterutama pada pinggang
wanita. Dari sudut perasaan kewanitaan sudah memperhatikan jasmani serta kecantikan,
mulai ingin dipuja dan mulai memuja seseorang karena jatuh cinta. Masa pancaroba ini
yang memerlukan perhatian orang tua karena sejak masa menstruasi pertama berarti ada
kemungkinan menjadi hamil bila berhubungan dengan lawan jenisnya. (Manuaba,1998)
Sebab itu, sosialisasi program kesehatan reproduksi dikalangan remaja harus lebih pada
menanamkan kesadaran akan arti pentingnya kesehatan reproduksi. Mengingat masih
banyak keluarga atau orang tua yang tidak memberi cukup ruang bagi anak-anaknya
untuk bertanya tentang kespro. Juga agar remaja memiliki pemahaman tentang kesehatan
reproduksi dari sisi medis tentunya.
(Lampung post, jumat 5 oktober 2007)
Menurut Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1475/MENKES/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Kesehatan
Kabupaten/Kota mentargetkan 80% untuk cakupan pelayanan kesehatan remaja tahun
2010.
Jumlah penduduk Kabupaten ................. 929.234 jiwa dengan jumlah remaja usia 10-14
tahun sebanyak 46.507 jiwa penduduk laki-laki dan 52.154 jiwa penduduk perempuan.
Dan jumlah remaja usia 15-19 tahun sebanyak 46.795 jiwa penduduk laki-laki dan 43.245
jiwa penduduk perempuan.
(Hasil Sensus BPS Lampung, 2006)
Di SMP Negeri 1 ................. ................. terdapat 331 remaja Putri. Dari hasil prasurvei
terhadap 150 siswi SMP Negeri 1 ................. ................. sebanyak 133 orang siswi belum
pernah mendapatkan informasi tentang menarche (haid pertama) dan 17 orang siswi
menyatakan sudah pernah mendapatkan informasi tentang menarche oleh ibu mereka.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche
di SMP Negeri
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering
disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada
tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri
dalam masa pubertas. Dan dari berbagai ciri pubertas tersebut, menarche merupakan
perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita. Menarche adalah saat
haid/menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari
serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak
dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu hamil.
Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-
16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia
menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum
(Sarwono, 2005).
Sebab itu, sosialisasi program kesehatan reproduksi dikalangan remaja harus lebih
pada menanamkan kesadaran akan arti pentingnya kesehatan reproduksi. Mengingat
masih banyak keluarga atau orang tua yang tidak memberi cukup ruang bagi anak-
anaknya untuk bertanya tentang kespro. Juga agar remaja memiliki pemahaman tentang
kesehatan reproduksi dari sisi medis tentunya.
Jumlah penduduk Kabupaten ................. 929.234 jiwa dengan jumlah remaja usia 10-14
tahun sebanyak 46.507 jiwa penduduk laki-laki dan 52.154 jiwa penduduk perempuan.
Dan jumlah remaja usia 15-19 tahun sebanyak 46.795 jiwa penduduk laki-laki dan 43.245
jiwa penduduk perempuan.
Di SMP Negeri 1 terdapat 331 remaja Putri. Dari hasil prasurvei terhadap 150
siswi SMP Negeri sebanyak 133 orang siswi belum pernah mendapatkan informasi
tentang menarche (haid pertama) dan 17 orang siswi menyatakan sudah pernah
mendapatkan informasi tentang menarche oleh ibu mereka.
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan :
Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang pengertian menstruasi, siklus
menstruasi, pre menstruasi sindrom dan ganguan menstruasi. Pengertian tersebut
kemudian dikategorikan baik, cukup, kurang.
Keterangan :
P : Presentasi
n : Jumlah pertanyaan yang dijawab dengan benar
N : Jumlah seluruh pertanyaan
Setelah hasil diperoleh, kemudian dimasukkan kedalam kategori pengetahuan, yaitu :
Kategori baik, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden sebanyak (76-
100%)
Kategori cukup, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden sebannyak (56-
75%)
Kategori kurang, apabila dijawab dengan benar oleh responden sebanyak (≤55%
3.6 Etika Penelitian
Penelitian ini tidak mengandung resiko yang mengancam rasa aman responden sebelum
melakukan penelitian klien, yang bersedia menjadi responden, kepada klien akan
dijelaskan tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Setelah klien mengerti dan paham
penjelasan tersebut, apabila bersedia ikut serta dalam penelitian maka harus
menandatangani lembar persetujuan.
Penelitian akan menjamin hak-hak subjek penelitian serta tidak ada paksaan dan dapat
mengundurkan diri setiap saat.
Mengurus perizinan penelitian di daerah atau wilayah yang akan diteliti, penelitian
mengadakan pendekatan kepada remaja putrid yang akan dijadikan responden.
Arikunto S. 1998. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian dan Ilmu Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
http//google.com/ensiklopedia.Pms