You are on page 1of 7

c  

    


c
Oleh Andy Adom

Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari tentang sifat unsur transisi periode keempat, reaksi
kimia dan pengolahan unsur transisi periode keempat, pemanfaatan unsur transisi periode
keempat dalam kehidupan sehari-hari, sifat senyawa kompleks yang terbentuk dari berbagai
unsur transisi periode keempat, serta penulisan nama senyawa kompleks yang terbentuk.

Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang belum
terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi
periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan
utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk
senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium
(Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel
(Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn). (— —— 
     
      —)

Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama, tidak
meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari unsur) serta
energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan
bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa.
Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat signifikan
dalam satu periode (›  
 
   ).

Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan yang lebih besar
dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga kereaktifan unsur transisi tersebut
lebih rendah bila dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur transisi
periode keempat mudah teroksidasi (memiliki E°red negatif), kecuali unsur Tembaga yang
cenderung mudah tereduksi (E°Cu = + 0,34 V). Hal ini berarti bahwa secara teoritis, sebagian
besar unsur transisi periode keempat dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti HCl)
menghasilkan gas hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Akan tetapi, pada kenyataanya, kebanyakan
unsur transisi periode keempat sulit atau bereaksi lambat dengan larutan asam akibat
terbentuknya lapisan oksida yang dapat menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini terlihat jelas
pada unsur Kromium. Walaupun memiliki potensial standar reduksi negatif, unsur ini sulit
bereaksi dengan asam akibat terbentuknya lapisan oksida (Cr2O3) yang inert. Sifat inilah yang
dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).

Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi periode keempat memiliki
susunan atom yang lebih rapat (=
=  ). Akibatnya, unsur transisi tersebut memiliki
kerapatan (densitas) yang jauh lebih besar dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Dengan
demikian, ikatan logam ( =
) yang terjadi pada unsur transisi lebih kuat. Hal ini
berdampak pada titik didih dan titik leleh unsur transisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan
unsur logam golongan utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan entalpi penguapan unsur transisi
juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi) yang bervariasi.
Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat
unsur transisi melepaskan elektron pada subkulit 4s membentuk ion positif (kation), sejumlah
elektron pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap
unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada
unsur transisi periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah
umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan
oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.

Perubahan bilangan oksidasi ditunjukkan oleh perubahan warna larutan. Sebagai contoh, saat ion
Cr+7 direduksi menjadi ion Cr3+, warna larutan berubah dari orange (jingga) menjadi hijau.

Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 e- ²²> 2 Cr3+(aq) + 7 H2O(l)

Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa kerak bumi).
Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya ditemukan dalam bentuk
mineral (bijih besi), seperti ` ,   , dan   .

Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :

Fe(s) + 2 H+(aq) ²²> Fe2+(aq) + H2(g)

Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+. Sementara larutan
asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat menghambat reaksi lebih
lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3.
Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2
(kuning), dan FeS (hitam). Ion Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila
terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung
ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).

Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (=


 ). Tembaga
umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti 
  
dan 
 . Logam Tembaga dapat diperoleh melalui pemanggangan 
  ,
seperti yang dinyatakan dalam persamaan reaksi di bawah ini :

2 CuFeS2(s) + 4 O2(g) ²²> Cu2S(s) + 2 FeO(s) + 3 SO2(g)

Cu2S(s) + O2(g) ²²> 2Cu(l) + SO2(g)

Logam Tembaga dapat dimurnikan melalui proses elektrolisis (›  ›  ).
Logam Tembaga memiliki koduktivitas elektrik yang tinggi. Dengan demikian, logam tembaga
sering digunakan sebagai kawat penghantar listrik. Selain itu, Tembaga juga digunakan pada
pembuatan ››(sebagai contoh,   , merupakan ››dari),bahan
pembuatan pipa, dan bahan dasar pembuatan koin (uang logam).
Logam Tembaga bereaksi hanya dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat pekat panas
(dikenal dengan istilah  ). Bilangan oksidasi Tembaga adalah +1 dan +2. Ion Cu+
kurang stabil dan cenderung mengalami  


 dalam larutan. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :

2 Cu+(aq) ²²> Cu(s) + Cu2+(aq)

Semua senyawa Tembaga (I) bersifat    dan tidak berwarna (kecuali Cu2O yang
berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat   dan berwarna.
Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang
mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).

 c

  adalah senyawa yang terbentuk dari ion sederhana (kation maupun anion)
serta

  . Unsur transisi periode keempat dapat membentuk berbagai jenis


  . !

  terdiri dari 

  dan . "  
 — 
   —   —    . Interaksi antara 

  dengan
 merupakan reaksi #" . Menurut " , merupakan " yang
berperan sebagai spesi pendonor (donator) elektron. Sementara itu, 

  
merupakan " yang berperan sebagai spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan
demikian, terjadi ikatan — —   ) antara  dengan 

 
pada proses pembentukan

  . c

  kekurangan elektron,
sedangkan memiliki sekurangnya sepasang elektron bebas ($%). Beberapa contoh
molekul yang dapat berperan sebagai adalah H2O, NH3, CO, dan ion Cl-.

%  

  adalah jumlah yang terikat pada 



  . Sebagai
contoh,   

  Ag+ pada ion [Ag(NH3)2]+ adalah dua,   

  Cu2+
pada ion [Cu(NH3)4]2+ adalah empat, dan   

  Fe3+ pada ion [Fe(CN)6]3- adalah


enam. %  

      &  `'.

Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki pasangan elektron bebas ($%) pada ,
dapat dibedakan menjadi   ,   , dan ›  ëH2O dan NH3 merupakan




    
. Sedangkan Etilendiamin (H2N-CH2-
CH2-NH2, sering disebut dengan istilah ) merupakan contoh  

 
   
. "  
sering disebut sebagai  =` 
(mampu mencengkram 

  dengan kuat).

Muatan

  adalah penjumlahan dari muatan 

  dengan 
yang mengelilinginya. Sebagai contoh, pada ion [PtCl6]2-, bilangan oksidasi masing-masing

 #adalah -1. Dengan demikian, bilangan oksidasi Pt ( 

  ) adalah
+4. Contoh lain, pada ion [Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi masing-masing 
  ()
adalah 0 (nol). Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu ( 

  ) adalah +2.

Berikut ini adalah beberapa aturan yang berlaku dalam penamaan suatu

   maupun
 
   :

1. Penamaan kation mendahului anion; sama seperti penamaan senyawa ionik pada umumnya.
2. Dalam

  , nama disusun menurut urutan abjad, kemudian dilanjutkan
dengan nama 

  .

3. Nama yang sering terlibat dalam pembentukan



  dapat dilihat pada  
(" .

4. Ketika beberapa sejenis terdapat dalam



  , digunakan awalan   
 
dan sebagainya.

5. Bilangan oksidasi 

  dinyatakan dalam bilangan Romawi.

6. Ketika

  bermuatan negatif, nama 

  diberi akhiran *.
Nama 

  pada

  bermuatan negatif dapat dilihat pada  
(c
+
c
  .

 (" 

"  (" 
Bromida, Br- Bromo
Klorida, Cl- Kloro
Sianida, CN- Siano
Hidroksida, OH- Hidrokso
Oksida, O2- Okso
Karbonat, CO32- Karbonato
Nitrit, NO2- Nitro
Oksalat, C2O42- Oksalato
Amonia, NH3 Amina
Karbon Monoksida, CO Karbonil
Air, H2O Akuo
Etilendiamin Etilendiamin (en)

 (c
+
c
  

c
 (c
+
c
  
Aluminium, Al Aluminat
Kromium, Cr Kromat
Kobalt, Co Kobaltat
Cuprum, Cu Cuprat
Aurum, Au Aurat
Ferrum, Fe Ferrat
Plumbum, Pb Plumbat
Mangan, Mn Manganat
Molibdenum, Mo Molibdat
Nikel, Ni Nikelat
Argentum, Ag Argentat
Stannum, Sn Stannat
Tungsten, W Tungstat
Zink, Zn Zinkat

Berikut ini adalah beberapa contoh penulisan namamaupun rumus kimia dari berbagai  

   :

1. Ni(CO)4

Bilangan koordinasi = 4

Muatan ion kompleks = 0

Muatan ligan = 0

Muatan kation logam transisi = 0

Nama senyawa =  


   , atau    


2. NaAuF4

Terdiri dari kation sederhana (Na+) dan anion kompleks (AuF4-)

Bilangan koordinasi = 4

Muatan anion kompleks = -1

Muatan ligan = -1 x 4 = -4

Muatan kation logam transisi = +3

Nama senyawa =  - 



!!!

3. K3[Fe(CN)6]

Terdiri dari kation sederhana (3 ion K+) dan anion kompleks ([Fe(CN)6]-3)

Bilangan koordinasi = 6

Muatan anion kompleks = -3


Muatan ligan = -1 x 6 = -6

Muatan kation logam transisi = +3

Nama senyawa =  `  


-!!! atau  -   

4. [Cr(en)3]Cl3

Terdiri dari kation kompleks ([Cr(en)3]3+) dan anion sederhana (3 ion Cl-)

Bilangan koordinasi = 3 x 2 (bidentat) = 6

Muatan kation kompleks = +3

Muatan ligan = 3 x 0 = 0

Muatan kation logam transisi = +3

Nama senyawa =  #    


 !!!
 

5. Pentaamin kloro kobalt (III) klorida

Terdapat 5 NH3, satu Cl-, satu Co3+, dan ion Cl-

Muatan kation kompleks = (5 x 0) + (1 x -1) + (1 x +3) = +2

Untuk membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan dua ion Cl-

Rumus senyawa kompleks = .


()/ 0 

6. Dikloro bis-(etilendiamin) platinum (IV) nitrat

Terdapat 2 Cl-, 2 en, satu Pt4+, dan ion NO3-

Muatan kation kompleks = (2 x -1) + (2 x 0) + (1 x +4) = +2

Untuk membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan dua ion NO3-

Rumus senyawa kompleks = . 0(

7. Natrium heksanitro kobaltat (III)

Terdapat 6 NO2-, satu Co3+, dan ion Na+

Muatan anion kompleks = (6 x -1) + (1 x +3) = -3


Untuk membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan tiga ion Na+

Rumus senyawa kompleks = (.


('0

8. Tris-(etilendiamin) kobalt (III) sulfat

Terdapat 3 en, satu Co3+, dan ion SO42-

Muatan kation kompleks = (3 x 0) + (1 x +3) = +3

Untuk membentuk senyawa kompleks, dua kation kompleks membutuhkan tiga ion SO42-

Rumus senyawa kompleks = .


0

Bentuk

  dipengaruhi oleh jumlah , jenis , dan jenis 


  . Secara umum, bentuk

  dapat ditentukan melalui   

  .
Hubungan antara   

  terhadap bentuk



  dapat dilihat pada tabel
berikut :

%  c

  % !
c
  
2 Linear
4 Tetrahedral atau °  › 
6 Oktahedral

- 1

+ë,,2ë#
 ` ë



3ë+  
--4 
ë5262ëc  +
  7ë8 1
 !

` 3
ë,,9ë` ( `$ 
ë( :
 1;=  ) ë

= --3% 3 ë,,'ë+"< +"< ` ë7 1  ë

38
` ë,,ëc  
7 ë!
 1 ë

Tag: Chemistry for Grade XII Students, Oksidasi, Potensial Standar Reduksi, Titik Didih, Inert,
Unsur Transisi Periode Keempat, Golongan B, Warna Ion, Sifat Magnetik, Aktivitas Katalitik,
Lapisan Oksida, Densitas, Titik Leleh, Bilangan Oksidasi, Anion Oksida, Besi, Tembaga,
Pemanggangan, Elektrolisis, Alloy, Paramagnetik, Diamagnetik, Ion Kompleks, Senyawa
Kompleks, Senyawa Koordinasi, Ligan, Kation Logam Transisi, Asam-Basa Lewis, Bilangan
Koordinasi, Muatan Ion Kompleks, Tata Nama Ion Kompleks, Bentuk Ion Kompleks, Linear,
Tetrahedral, Oktahedral, Square Planar

You might also like