Professional Documents
Culture Documents
Adapun sesudah itu, sungguh saya telah membaca Kitab karya saudaraku
yang mulia, As Syaikh Fawaz bin Yahya Al Ghuslaan yang semoga Allah
memberinya taufiq dengan segenap kebaikan,j pada permasalahan seputar
Bai’at dan Imamah. Saya berpendapat beliau telah melakukannya dengan
baik, perkataannya benar dan tepat dalam permasalahan yang sangat
penting ini. Hal ini adalah termasuk pokok agama dan tidak ada ikhtilaf
dikalangan para imam dalam permasalahan ini.
Hal ini adalah perkara yang membersihkan hati dari kedengkian dan
kebencian karena orang yang berpegang dengan jamaah Muslimin tersebut
akan mencintai mereka sebagaimana mereka mencintai dirinya dan benci
dengan apa-apa yang mereka benci dan senang dengan apa-apa yang
menyenangkan mereka. Berbeda dengan orang yang menyempal dari
mereka dan sibuk mencela mereka serta mencari aib-aib mereka seperti
perbuatan kaum Rafidlah, Khawarij, Mu’tazilah dan lainnya yang mana
tidaklah mereka berbicara kecuali dengan kedengkian dan kebencian. Oleh
karena itu kalian dapati Rafidlah adalah orang yang paling jauh dari
keikhlasan dan paling benci kepada penguasa beserta umatnya dan paling
jauh dari Jamaatul Muslimin.” Selesai dari Imam Asy Syaukani.
“Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutlah ia dan
janganlah kalian mengikuti jalan-jalan selainnya karena akan memecah-
belah kalian dari jalan Allah. Demikianlah aku wasiatkan kalian agar kalian
bertakwa.” (QS. Al An’am : 157)
Yang fakir kepada ampunan Rabbnya, Syaikh Abdullah bin Shalih Al ‘Ubailan.
BAB I
Bismillahirrahmaanirrahiim
Amma ba’du,
Sungguh keadaan jahiliyah sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam, manusia saat itu berada pada perpecahan dan permusuhan yang
dahsyat, yang kuat memangsa yang lemah. Setiap kabilah mencari
kesempatan untuk menyerang saingannya. Maka Allah mengutus Rasul-Nya
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam untuk menyeru kepada persatuan dan
berpegang teguh dengannya. Dan juga memperingatkan dari perpecahan.
Hadits-hadits dalam permasalahan ini mencapai derajat mutawatir dari
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, shahabatnya, dan juga para
pengikutnya dari kalangan para imam Salaf yang mudah-mudahan ridha
Allah atas mereka semua.
Dan firman-Nya :
“Al Jamaah itu adalah rahmat dan perpecahan itu adalah adzab.” (HR.
Ahmad dan Ibnu Abi Ashim)
Dan kami telah meringkas beberapa hadits dalam permasalahan ini karena
terlalu panjang. Wallaahul Muwaafiq.
BAB II
“Barangsiapa yang mentaati aku maka dia telah mentaati Allah, barangsiapa
yang bermaksiat kepadaku maka ia telah bermaksiat kepada Allah.
Barangsiapa yang mentaati amir/pemimpin maka ia telah mentaatiku,
barangsiapa yang bermaksiat kepada amir/pemimpin maka ia telah
bermaksiat kepadaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
13. Dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhu berkata, berkata Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“Wajib bagi seorang Muslim untuk taat dalam hal-hal yang dia sukai ataupun
yang ia benci kecuali kalau diperintah untuk berbuat maksiat maka tidak
boleh mendengar dan taat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
14. Dari Auf bin Malik radliyallahu 'anhu berkata, berkata Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“Ketahuilah, barangsiapa yang di bawah seorang wali/pemimpin dan ia
melihat padanya ada kemaksiatan kepada Allah maka hendaklah ia
membenci kemaksiatannya. Akan tetapi janganlah (hal ini menyebabkan)
melepaskan ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
16. Dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhu berkata, telah bersabda Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“Barangsiapa yang mengacungkan senjata kepada kami maka dia bukan
golongan kami.” (Hadits shahih riwayat Bukhari-Muslim)
“Bertakwalah kalian kepada Allah, wajib bagi kalian untuk mendengar dan
taat walaupun pemimpin kalian adalah budak dari Habasyah. Dan
sesungguhnya barangsiapa yang hidup panjang di antara kalian akan
melihat perselisihan yang sangat banyak maka wajib bagi kalian berpegang
teguh dengan sunnahku dan sunnah khalifah yang lurus dan terbimbing
sesudahku.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud, At Tirmidzi, dan Ad
Darimi)
18. Dari Ubadah bin Shamit radliyallahu 'anhu berkata, bersabda Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
19. Dari Adi bin Hatim radliyallahu 'anhu berkata, kami berkata :
“Ya Rasulullah, kami tidak bertanya padamu tentang sikap terhadap
penguasa-penguasa yang bertakwa/baik. Akan tetapi penguasa yang
melakukan ini dan itu (disebutkan kejelekankejelekan).” Maka Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Bertakwalah kalian kepada Allah,
mendengar dan taatlah kalian.” (HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Al
Albani dalam Adz Dzilal)
20. Dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhu berkata, datang seorang laki-laki
kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan berkata :
Dan Rasul juga menjelaskan bahwa memberontak kepada penguasa itu tidak
boleh kecuali dalam dua keadaan, yaitu jika telah
“Kami membaiat Rasul untuk mendengar dan taat dalam sirr maupun
terang-terangan, untuk menunaikan hak penguasa, baik dalam keadaan
sulit maupun lapang serta ketika mereka mementingkan pribadi mereka.
Dan tidak memberontak kepada penguasa. Kecuali ketika kita melihat
kekufuran yang nyata dan ada bukti di sisi Allah.” (HR. Bukhari-Muslim)
22. Dari Ummu Salamah radliyallahu 'anha berkata, telah bersabda
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
BAB III
24. Dari Zaid bin Tsabit radliyallahu 'anhu berkata, bersabda Rasul
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“Tiga golongan yang dengannya hati seorang Muslim tidak akan mendendam
: Ikhlas dalam beramal untuk Allah, menasihati penguasa, dan menetapi
persatuan umat. Maka sesungguhnya doa-doa mereka meliputi dari
belakang mereka.” (HR. Ashaabus Sunan)
Dan Nabi melarang mencela, mencaci para penguasa, dan menyebarkan aib-
aib mereka. Beliau memerintahkan untuk menasihati mereka dan
mendoakan kebaikannya. Berkata Imam At Thahawi dalam aqidahnya yang
banyak diterima oleh ummat ini :
25. Dari Anas radliyallahu 'anhu berkata, telah melarang kami para
pembesar kami dari shahabat Rasul Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam,
mereka berkata :
“Lima hal yang barangsiapa yang melakukan salah satunya maka dia akan
mendapat jaminan dari Allah : Siapa yang menjenguk orang sakit, yang
mengantar jenazah, yang keluar untuk berperang, atau masuk pada
penguasanya ingin menasihatinya dan memuliakannya atau orang yang
diam di rumahnya sehingga dengannya selamatlah manusia.” (HR. Ahmad,
Ibnu Abi Ashim, Al Bazar, Al Hakim, dan At Tabrani)
“Aku mendatangi Usamah bin Zaid radliyallahu 'anhu dan aku katakan :
“Kenapa engkau tidak menasihati Utsman bin Affan untuk menegakkan
hukum had atas Al Walid?” Maka Usamah berkata : “Apakah kamu mengira
aku tidak menasihatinya kecuali harus dihadapanmu? Demi Allah sungguh
aku telah menasihatinya secara sembunyi-sembunyi antara aku dan ia saja.
Dan aku tidak ingin membuka pintu kejelekan dan aku bukanlah orang yang
pertama kali membukanya.” (Atsar yang shahih diriwayatkan Bukhari
dan Muslim)
Tidak ada toleransi sedikitpun dalam syariat ini untuk boleh memberontak
pada penguasa ketika mereka tidak mau mendengar nasihat. Bahkan yang
ada adalah perintah untuk bersabar, sesungguhnya dosanya akan
ditanggung mereka. Barangsiapa yang telah menasihati mereka dan
mengingkari kemungkarannya dengan cara yang benar maka ia telah
terlepas dari dosa.
30. Dari Wail bin Hujr radliyallahu 'anhu berkata :
“Wahai Abu Dzar, angkatlah bendera bersama kami maka orangorang akan
mendatangi kamu dan tunduk kepadamu.” Maka Abu Dzar berkata :
“Tenang-tenang wahai Ahlul Islam, sesungguhnya aku mendengar Rasul
bersabda :
“Apa yang kamu lakukan jika kamu diusir dari negerimu?” Aku menjawab :
“Aku akan pergi ke Syam!” Beliau bertanya lagi : “Apa yang kamu lakukan
jika kamu diusir dari Syam?” Aku menjawab : “Aku akan lawan dengan
pedangku ya Rasulallah!” Maka beliau bersabda : “Maukah aku tunjukan
dengan yang lebih baik dari itu semua dan lebih mencocoki petunjuk?
Mendengar dan taatlah dan turutilah kemana pun mereka menggiringmu.”
(HR. Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Ad Darimi, dan Ibnu Hibban.
Dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)
“Jika berkata seorang laki-laki : ‘Manusia telah binasa.’ Maka ia orang yang
paling binasa diantara mereka.” (HR. Muslim)
36. Dari Miqdad bin Aswad radliyallahu 'anhu berkata, bersabda Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“Sesungguhnya orang yang bahagia itu adalah yang telah menjauhi fitnah
dan ketika ditimpa musibah maka ia bersabar, alangkah bahagianya ia.”
(HR. Abu Dawud. Berkata Al Albani : “Shahih atas syarat Muslim.”)
Dalam akhir pembahasan ini saya akhiri kumpulan hadits ini dengan
perkataan Imam As Syaukani dalam Sailul Jarar dalam judul Kitabul
Baghyi, beliau berkata : “Pemberontak adalah siapa saja yang keluar dari
ketaatan kepada pemimpin. Pelakunya tercela walaupun bertujuan untuk
kemaslahatan Muslimin tanpa dalil dan tanpa menasihatinya terlebih
dahulu.” Sampai pada ucapan beliau : “Dan tidak boleh memberontak
kepada penguasa walaupun mereka pada puncak kedzaliman selama tidak
nampak pada mereka kekufuran yang nyata. Hadits-hadits yang
menerangkan hal ini mutawatir.”
Muhammad Shidiq Hasan Khan juga menukil riwayat yang sama dalam kitab
Ar Raudhatun Nadiyah dan Beliau sebutkan juga dalam Kitabul Baghyi
‘Alas Sulthani.
Dan yang terakhir, aku serukan kepada segenap dai untuk merealisasikan
perintah Allah dan Rasul-Nya yaitu menasihati para penguasa secara
sembunyi-sembunyi. Dan menjauhi tasyhir (membeberkan aib-aib penguasa
di hadapan umum, pent.). Dan tidak mendahulukan pendapat siapa pun
selain dari pendapat Allah dan Rasul-Nya.
Saya memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar menjadikan kita semua
bisa beramal untuk keridhaan-Nya di atas manhaj Rasul-Nya. Dan agar
menjauhkan kita dari fitnah, baik yang nampak maupun yang tersembunyi.
Sesungguhnya Ia Maha Mampu untuk melakukan itu semua.