You are on page 1of 11

Martin Edward

Subject: Comparative Politics


Universitas Indonesia

NEP Vietnam dan Laos


BAB I

A. Latar Belakang

Studi perbandingan politik (comparative politics) merupakan studi yang sangat


penting. Studi ini adalah dasar dari segala pemikiran manusia. Seperti yang dikatakan
Alexis Tocqueville,”without comparison to make, the mind does not know how to
proceed”1. Pemikiran-pemikiran politik akan terklarifikasi dengan baik apabila kita
menaruhnya ke dalam sebuah perbandingan. Dengan berbagai pendekatan kita dapat
mengukur dan melakukan perbandingan sistem politik di berbagai negara dan
mempelajari kegiatan-kegiatan politik dalam cakupan lebih luas, termasuk mengenai
pemerintahan dan lembaganya, serta aneka ragam organisasi yang tidak secara langsung
berhubungan dengan pemerintahan (antara lain adalah suku-suku bangsa, masyarakat,
berbagai macam asosiasi, dan serikat-serikat yang ada). Studi ini pun telah diperkaya
dengan banyak sekali penelaahan masalah-masalah termasuk pembangunan politik dan
modernisasi.
Sejak terjadinya perubahan cepat dan besar-besaran atas banyak pemerintahan di
dunia sesudah perang dunia kedua yang meruntuhkan banyak kekuasaan kolonial dan
melahirkan banyak negara merdeka, muncullah sejumlah besar pemerintahan-
pemerintahan baru dan sering berubah dalam waktu singkat2. Perubahan-perubahan
tersebut mencakup serangkaian perubahan cepat baik politis dan ekonomis, serta
timbulnya gelombang baru proses modernisasi.
Dengan menggunakan pendekatan developmentalisme dan modernisasi, kami
akan membandingkan dua negara yaitu: Vietnam dan Laos yang keduanya merupakan
1
Almond, Powell, Strom, Dalton, Comparative Politics, A Theoretical Framework, 2001, hal.39. See also
Goerge Pierson, Tocqueville and Beaumont in America (NY: Oxford Press, 1938).
2
Drs. Yahya Muhaimin, DR. Colin MacAndrews, Masalah-masalah Pembangunan Politik, Gajah Mada
University Press, 1982. Hal. xi

1
negara komunis. Walaupun negara Laos dan Vietnam mempunyai kesamaan tetapi
terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan-perbedaan tersebutlah yang akan
kami analisa dalam makalah tutorial dengan menggunakan pendekatan
developmentalisme dan modernisasi.

B. Pokok Permasalahan

Walaupun Laos dan Vietnam memiliki latar belakang politik yang sama, yaitu
pernah sama-sama dijajah Perancis, memiliki pemerintahan komunis, memiliki sistem
pemerintahan yang sama, tetapi dalam perkembangan proses pembangunannya kedua
negara tersebut mempunyai perbedaan. Adanya gejala-gejala baru seperti perubahan yang
cepat dalam masyarakatnya, dan kebijakan baru ekonomi yang terjadi menimbulkan
pertanyaan, manakah proses pembangunan yang paling baik antara Vietnam dan Laos?

C. Kerangka Teori

Dari perkembangan yang telah terjadi muncul teori pembangunan di sekitar tahun
lima puluhan. Pada mulanya bentuk pemerintahan yang paling baik adalah tipe demokrasi
barat. Namun, kenyataan yang terjadi menyimpang jauh ketika negara-negara yang baru
merdeka menghancurkan pemerintahan-pemerintahan yang didasarkan pada gagasan
Barat ini. Kemudian pusat perhatian teori pembangunan politik berpusat keapada
pendefinisian ciri-ciri dan tahapan-tahapan pembangunan politik, serta terhadap
pembangunan politik berujud pembahasan mengenai modernisasi3.
Kepustakaan perbandingan politik tentang pembangunan dapat dipilih menjadi
lima kategori, yaitu:
1. Konsep Almond dkk, mencoba memanfaatkan konsep tradisional seperti
demokrasi dan demokrasi politik, serta mengolah dan menampilkannya kembali
dalam sosok yang lebih cangih, dan terkadang abstrak.

3
Drs. Yahya Muhaimin, DR. Colin MacAndrews, Masalah-masalah Pembangunan Politik, Gajah Mada
University Press, 1982. Hal. xiii

2
2. Berfokus pada konsepsi bangsa (nation building). Studinya mencoba memadukan
konsep lama seperti nasionalisme dengan penafsiran baru tentang makna
pembangunan itu sendiri.
3. Modernisasi merupakan fokus ketiga dalam studi-studi politik tentang
pembangunan. Selanjutnya Modernisasi akan dibahas lebih terperinci pada
halaman selanjutnya.
4. Studi-studi tentang perubahan.
5. Studi-studi krisis yang kemudian memunculkan teori pembangunan etnosentris4.

Menururt Chilcote, pembangunan politik terbagi menjadi tiga tipe. Pertama,


berasosiasi dengan gagasan-gagasan demokrasi. Kedua, fokus pada aspek-aspek
pembangunan dan perubahan politik. Kemudian yang terakhir adalah menguji krisis dan
konsekuensi-konsekuensi pembangunan politik5.
Lucian Pye (1965-1966) menguraikan beberapa pandangan mengenai
pembangunan politik untuk lebih memahami beberapa pengertian yang membingungkan
dan yang sering dikaitkan dengan ”pembangunan politik”6. Pertama, pembangunan
politik sebagai prasayarat politik bagi pembangunan ekonomi. Kenapa hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan kondisi sosial dan politik begitu erat? Ketika pertama kali
perhatian diarahkan pada masalah-masalah pertumbuhan ekonomi dan perlunya
mengubah perekonomian yang berjalan lambat menjadi dinamis dengan pertumbuhan
yang swa sembada, ahli-ahli ekonomi dengan cepat menunjukkan bahwa kondisi-kondisi
sosial dan politik dapat memainkan peranan penentu yang dapat menghalangi ataupun
membantu peningkatan pendapatan per kapita. Sehingga pantaslah bila pembangunan
politik dipandang sebagai keadaan masyarakat politik yang dapat membantu jalannya
pertumbuhan ekonomi7. Tetapi hal tersebut menjadi pandangan negatif karena kita akan
melihat bagaimana sistem politik di sebuah negara memberikan pengaruh negatif kepada
perkembangan ekonomi daripada memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan
4
Ronald H. Chilcote, Teori Perbandingan Politik: Penelusuran Paradigma, 2004, Hal. 13
5
Ibid Hal. 368
6
Drs. Yahya Muhaimin, DR. Colin MacAndrews, Masalah-masalah Pembangunan Politik, (Gajah Mada
University Press, 1982). Lihat sumber: Lucian W. Pye, Aspect of Political Development (Boston: Little,
Brown and Company, 1966)
7
Ibid Hal 6. Lihat studi serupa oleh Paul A. Baran, The Political Economy of Growth (New York Monthly
Review Press, 1957)

3
ekonominya. Keberatan ini akan semakin jelas saat dimana pembangunan politik yang
cepat bagi banyak negara miskin nampak semakin muram. Perekonomiannya jauh lebih
lambat daripada perubahan tata kehidupan politiknya, begitu juga sebaliknya. Oleh sebab
itu, menghubungkan pembangunan politik semata-mata hanya dengan kejadian-kejadian
ekonomi akan melalaikan banyak hal yang jauh lebih penting di negara-negara yang
sedang berkembang8.
Pembangunan politik sebagai modernisasi politik juga berkaitan erat. Apa yang
dimaksud dengan modernisasi? Seorang ahli sejarah menyebutkan bahwa masyarakat
modern bercirikan pertumbuhan ilmu pengetahuan baru dan ini mensyaratkan adanya
orang-orang yang memiliki suatu kemampuan yang selalu meningkat untuk memahamai
rahasia alam dan menerapkan pengetahuan barunya ini demi kebaikan hidup manusia. Di
buku Modernization (1967) Prof. Myron Wiener memberikan petunjuk jelas untuk
memahami ciri-ciri kompleks dari konsep modernisasi. Tidak ada satupun yang cukup
umum untuk bisa meliputi suatu kehidupan ekonomi, masyarakat, dan politik yang
”modern”. Beberapa sarjana menyarankan bahwa titik tolak definisi modernisasi
bukanlah pada ciri masyarakatnya, tetapi pada ciri individu yang menelitinya9.
Samuel P. Huntington (1965&1968) meletakkan penekanan pada stabilitas dalam
menghadapi pesatnya perubahan sosial dan ekonomi yang mengiringi modernisasi.
Modernisasi menyiratkan industrialisasi, pertumbuhan ekonomi, meningkatkan mobilitas
sosial, dan partisipasi politik. Tetapi tidak ada jaminan bahwa negara-negara baru dapat
berhasil mengembangkan sistem politik seperti itu. Adanya kemacetan atau kemerosotan
politik juga bisa terjadi10. Sedangkan menurut Walt W. Rostow, ia memberikan garis
besar evolusi masyarakat dari pertanian menuju industri modern melalui 5 tahap, yaitu:
1. Masyarakat tradisional.
2. Prakondisi untuk tinggal landas.
3. Tinggal landas.
4. Bergerak menuju kematangan.
5. Zaman konsumsi massal tingkat tinggi.

8
Ibid Hal 6-7. Lihat David Apter, Steps Toward a Theory of Political Development dan System Process,
and the Politics of Economic Development.
9
Ibid Hal 22
10
Ronald H. Chilcote, Teori-teori Perbandingan Poltik, 2003, Hal 379

4
Tahap ke-6 ditambahkannya yaitu pencarian kualitas11

BAB II

Perubahan Mekanisme Ekonomi Baru di Laos (1986-1992)

Setelah dijajah oleh Perancis dan Cina selama 600 tahun dan baru merdeka pada
tanggal 2 Desember 1975 terdeklarasilah Republik Rakyat Laos. Laos mendapatkan
bantuan dari Uni Soviet, Cina, Kuba, dan negara komunis lainnya. Tetapi hal ini
menyebabkan Laos mempunyai relasi yang sangat terbatas dengan negara Barat. Dua
puluh tahun setelah perang saudara terjadi perbedaan visi dan misi di dalam
pemerintahan Laos itu sendiri. Ada kubu yang ingin memperbaiki bahasa dengan tujuan
memfasilitasi literatur bahasa Laos untuk mengurangi pemikiran-pemikiran hirarki.
Sementara Kaysone Phom Vihane, yang merupakan pemimpin dari gerakan revolusioner
Laos, ingin membangun kembali struktur ekonomi dan lingkungan Laos yang rusak
akibat perang berkepanjangan yang telah terjadi. Tetapi mayoritas masyarakat Laos lebih
mengikuti pemerintah karena setelah perang berakhir masyarakat yang tersisa di Laos
mayoritas adalah golongan petani yang berpendidikan rendah. Kesulitan yang dihadapi
Laos saat itu adalah tidak memadainya infrastruktur negara dan krisis ekonomi. Oleh
sebab itu pada tahun 1978 pemerintah Laos memperkenalkan sebuah rencana di bidang
pertanian12.
Setahun berikutnya Laos merubah gerakan koperatif tersebut dan memulai
dekolektifikasi pertanian. Sementara pemerintah memulai perdagangan liberal dan
melaksanakan perbaikan orientasi pasar yang disebut Kebijakan Ekonomi Baru/New
Economic Policies (NEP). Tahun 1980 Uni Soviet memainkan peran yang cukup besar
dalam hal bantuan luar negeri terhadap Laos. Setelah tahun 1982-1983 terjadi inflasi
yang mengindikasikan tidak mencukupinya kordinasi di antara berbagai level
11
Ibid, Hal 378-379
12
Patrick Heenan dan Monique Lamontage, The South East Asian Handbook, (Lihat Gerald W Fry dan
Manynooch N. Faming, Nation States: Laos) Fitzroy Dearborn Publishers London-Chicago, 2001, Hal 147-
148.

5
administrasi pemerintahan di Laos. Negara Barat mempunyai keinginan bekerjasama
dengan Laos, namun yang menjadi pokok permasalahan adalah Laos tidak ingin
bekerjasama karena Laos hanya ingin berelasi dengan Uni Soviet dan negara komunis
lainnya. tahun 1985 Perubahan kearah kebijakan NEP / Kebijakan Ekonomi Baru masih
diimplementasikan. Partai yang berkuasa dengan terbuka mengakui untuk memperlambat
langkah menuju “transisi ke arah sosialisme” yang dikarenakan berbagai persoalan
ekonomi yang muncul. Hal itu disebabkan oleh dua pokok permasalahan, yaitu badan
infrastruktur negara yang lemah dan tidak tercukupinya pendorong untuk membangun
ekonomi. Barulah tahun 1986 menjadi titik tolak Laos untuk menuju perubahan
mekanisme ekonomi baru (Jintangan Mai). Reformasi program tersebut semata-mata
dilakukan untuk membuka ekonomi Laos kepada investasi asing dan mendahulukan
kegunaan harga dan mekanisme pasar lainnya daripada perencanaan negara. Hukum yang
pertama yang berkaitan dengan investasi asing diumumkan secara resmi pada tanggal 25
Juli 1988 dan pada kongres ke-5 pada tahun 199113.
Sejak saat itu Laos meningkatkan ekspornya, mempromosikan sektor pariwisata,
pembangunan di daerah pedesaan, mereformasi sistem finansial, membuka lapangan
kerja dan memperkenalkan administratif secara luas dan reformasi legal, dalam upayanya
membuat ekonomi dan investasi lebih transparan. Dampak dari hal tersebut, pada bulan
Juli 1997 Laos mulai berani untuk menjadi anggota ASEAN dan pada tahun 1998
pemerintah Laos mengajukan aplikasi untuk bergabung dalam WTO (World Trade
Organization). Oleh sebab itu pula pada tahun 1991 citra palu dan sabit yang melekat
dalam simbol negara Laos digantikan dengan kuil Budha yang paling dipuja yaitu That
Luang dengan tujuan agar Laos dapat diterima mata internasional14.
Setelah pemerintah Laos - salah satu dari sekian negara komunis yang tersisa -
memulai melepas kontrol ekonomi dan mengizinkan berdirinya perusahaan swasta pada
tahun 1986. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi melesat dari sangat rendah menjadi rata-rata
6% per tahun periode 1988-2004 kecuali pada saat krisis finansial Asia yang dimulai
pada 199715.

13
Patrick Heenan dan Monique Lamontage, The South East Asian Handbook, Fitzroy Dearborn Publishers
London-Chicago, 2001, Hal 148-149
14
Ibid
15
www.wikipedia.com, Ekonomi Laos

6
Perubahan Mekanisme Ekonomi Baru di Vietnam (1986)

September 1945, Republik Demokrasi Vietnam yang dikenal dengan Vietnam


Utara diproklamasikan di Hanoi pada bulan September setelah Jepang menyerah pada
Inggris. Oktober 1955, Amerika memberikan bantuan berupa keuangan dan militer
kepada rezim yang berbasis di Saigon dan dipimpin oleh Ngo Dinh Diem. Namun rezim
ini runtuh oleh serangan gerilya dan pasukan dari utara. November 1963, Diem tewas
semasa Revolusi Militer. Januari 1973, walaupun Amerika memilih untuk meyerang
kembali Vietnam selatan dengan militer, namun Amerika diserang oleh peduduk
setempat lalu akhirnya menarik diri dari Vietnam selatan. Desember 1978, Jan1979,
Vietnam melakukan invasi ke Kamboja untuk meruntuhkan regim Pol Pot yang
mengakibatkan terhambatnya perdamaian yang terjadi di Vietnam. September 1989,
rangkaian peperangan yang total terjadi selama 43 tahun berakhir, ketika hampir semua
kekuatan Vietnam berakhir dengan seri di Kamboja. Peperangan ini berpengaruh pada
perekonomian dan struktur politik. Vietnam juga terisolasi secara internasional16.
Tahun 1986 bisa dianggap sebagai batas dari sejarah ekonomi dan politik di
Vietnam sejak disahkannya oleh Majelis Nasional, Program Perubahan Radikal Ekonomi
dan perubahan politik menjadi lebih sederhana atau yang juga dikenal dengan Doi Moi.
Desember 1986, Kongres Partai Komunis Vietnam yang ke-6 mengkritik dengan keras
keselahan-kesalahannya sendiri, menganalisanya beserta masalah-masalah yang dihadapi
lalu kemudian membuat perbaikan kebijakan secara besar. Prioritas utama perbaikan
tersebut berada di bidang ekonomi17. Hingga akhir 1986, Vietnam masih menggunakan
sistem Pertanian Kolektif dimana pemerintah memonopoli pasar agrikultur, pertanian dan
menerapkan sistem ekonomi komando. Kaum petani diperintah oleh pemerintah
Vietnam, mulai dari apa yang harus diproduksi, pada siapa memesan , hingga kepada

16
Patrick Heenan dan Monique Lamontage, The South East Asian Handbook, (Lihat Athar Hussain, Nation
States: Vietnam) Fitzroy Dearborn Publishers London-Chicago. Hal 123
17
Embassy of the Socialist Republic of Vietnam in USA, Economic Renovation: Doi Moi

7
hasil produksi itu dijual. Sistem harga dan pasar sebagian besar mati. Pertanian
diorganisasi oleh sebuah tim yang terdiri dari beberapa keluarga. Sebuah tanah milik
kolektif. Semua Industrial dan bisnis komersial adalah milik umum. Saat itu sebagian
besar masyarakat Vietnam hidup dibawah garis kemiskinan dan terjadi pertukaran barang
sehari-hari, pasar gelap dan barang selundupan menggunakan US Dollar18.
Sejak tahun 1989, Vietnam mulai mengekspor sekitar 1 - 1.5 ton beras, inflasi
berkurang secara bertahap (67.4% pada tahun 1990)19. Pada pertengahan tahun 90an,
mulai terjadi perubahan. Mulai dari pertanian yang dimiliki perseorangan dan sistem
ekonomi komando tidak lagi diterapkan. Pemerintah Vietnam yang dahulu tertutup dari
dunia luar, mulai terbuka lebar kepada investasi asing dan perdagangan internasional.
Bisnis industrial Negara merosot hingga setengahnya. Perubahan yang paling signifikan
adalah harga kebanyakan komoditas yang dahulu ditentukan pemerintah, kemudian
ditentukan oleh pasar. Standar hidup penduduknya mulai meningkat. Bisnis pribadi tidak
hanya ditoleransi namun juga didukung. Perdagangan asing tidak lagi dimonopoli oleh
perdagangan pemerintah. Kemudian, perekonomian mulai banyak di dominasi oleh
keputusan perusahaan.
Kombinasi faktor internal dan eksternal menuntun program Doi Moi melakukan
perubahan pasar ekonomi. Faktor Internal seperti meningkatnya perputaran harga inflasi
1,000% di tahun 1987 dan karena keseimbangan pembayaran defisit maka ada perbedaan
yang luas antara Dong dan Dollar. Sementara meningkatnya ketidakinginan Uni soviet
untuk memberi kredit, serta runtuhnya komunis di Eropa tengah dan timur (dua tahun
kemudian di Uni Soviet itu sendiri) adalah dua faktor eksternalnya.
Program stabilisasi dimulai di Vietnam dengan harapan dapat dapat
mengendalikan inflasi dan menurunkan keseimbangan pembayaran defisit. Namun terjadi
perubahan-perubahan yang cukup signifikan diantaranya merusak fondasi ekonomi
terpimpin. Merusak perubahan menuju ekonomi pasar. Kurs inflasi meningkat.
Pengeluaran beras meningkat, sehingga tahun 1989 berhenti mengimport beras dan pada
tahun 1990 menjadi pengekspor ketiga di dunia. Dapat menangani kelaparan lebih cepat
beberapa tahun.

18
Patrick Heenan dan Monique Lamontage, The South East Asian Handbook, (Lihat Athar Hussain, Nation
States: Vietnam) Fitzroy Dearborn Publishers London-Chicago, 2001, Hal. 127
19
Embassy of the Socialist Republic of Vietnam in USA, Economic Renovation: Doi Moi

8
Beberapa pengamat menganggap Vietnam sebagai generasi baru dari “Ekonomi
Naga” di Asia, hal ini ditandai oleh penggabungan Vietnam membuatnya menjadi
internasional Ekonomi dan menjadi tujuan dari penanaman modal asing pada tahun 1990.
Kurs rata-rata inflasi pertahun sekitar 10%. Kurs rata-rata perkembangan ekonomi
pertahun sekitar 9%.

Analisis

Menurut uraian Lucian Pye mengenai pembangunan politik, Laos dan Vietnam
mempunyai perbedaan dalam proses pembangunan politik yang mempengaruhi
kehidupan ekonomi di masing-masing negara. Dilihat dari proses pembangunan politik
dan ekonomi melihat dari kebijakannya, Laos melakukan perubahan kebijakan politik
dengan sangat cepat, contohnya Kebijakan Ekonomi Baru / New Economic Policy (NEP)
pada tahun 1979-1986 lalu berubah menjadi Perubahan ke arah Mekanisme Ekonomi
Baru / The Shift to the New Economic Mechanism (NEM) 1986-1992. Sebelum itu Laos
juga menerapkan dari sektor pertanian ke sektor perdagangan. Berbeda dengan Laos,
Vietnam melakukan perubahan kebijakan ekonomi secara sederhana dan bertahap, yang
tetap konsisten pada bidang pertanian. Perubahan yang terjadi pada sektor pertanian di
Vietnam adalah kebijakan atas tanah yang dimiliki oleh pemerintah yang dapat dipakai
oleh masyarakatnya dengan sistem sewa.
Masyarakat Vietnam memiliki nasionalisme yang lebih tinggi dibandingkan
masyarakat Laos, hal ini dikarenakan pengalaman sejarahnya. Vietnam menjadi tempat
perebutan kubu besar, yaitu Uni soviet dan negara komunis lainnya yang berpaham
komunis dengan Amerika Serikat dan sekutunya yang berpaham liberal. Sedangkan Laos
sendiri hanya berpihak kepada blok timur saja.
Vietnam merupakan negara yang berpendidikan dengan standar internasional.
Tingkat pendidikannya lebih tinggi dibandingkan dengan Cina atau India. Ini
menandakan bahwa Vietnam menganggap pendidikan merupakan hal yang penting untuk
pembangunan Negara. Tidak halnya dengan Laos, Laos yang kebanyakan penduduknya
adalah kaum buta huruf dan golongan petani (hampir 50 % dari penduduknya tewas

9
setelah perang, kebanyakan dari golongan petani, dokter, dan profesor) tidak memiliki
standar pendidikan yang memadai.

BAB III
KESIMPULAN

Menurut analisis kelompok kami mengenai pembangunan politik di Vietnam dan


Laos, negara Vietnam lebih mampu mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
politiknya mempunyai dampak besar pada pembangunan ekonominya. Hal ini disebabkan
oleh tahapan-tahapan pembangunan yang diambil oleh pemerintah Vietnam sesuai
dengan tahapan modernisasi menurut Rostow. Sedangkan yang terjadi di negara Laos,
kebijakan-kebijakan yang dibuat Pemerintah untuk pembangunan negaranya tidak
menunjukkan peningkatan pembangunan yang signifikan.
Pembangunan politik itu sendiri terbukti mempunyai hubungan yang erat dan
salng berkesinambungan terhadap pembangunan ekonomi. Kebijakan politik tentu saja
mempengaruhi kehidupan ekonomi sebuah negara, tetapi bukan berarti menjadi penentu
pembangunan ekonomi negara tersebut. Menghubungkan pembangunan politik semata-
mata hanya dengan kejadian-kejadian ekonomi akan melalaikan banyak hal yang jauh
lebih penting di negara-negara yang sedang berkembang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Almond, Powell, Strom, Dalton, Comparative Politics, A Theoretical Framework, New


York: Oxford Press, 1938

Muhaimin, Drs. Yahya, DR. Colin MacAndrews, Masalah-masalah Pembangunan


Politik, Gajah Mada University Press, 1982

Chilcote, Ronald H., Teori Perbandingan Politik: Penelusuran Paradigma, 2004

Heenan, Patrick dan Monique Lamontage, The South East Asian Handbook, Fitzroy
Dearborn Publishers London-Chicago, 2001

http://en.wikipedia.org/wiki/Vietnam, 23:50, 21 November 2006

www.worldbank.com, 23:55, 21 November 2006

www.google.com/Embassy of the socialist republic of Vietnam in usa, 15.50, 19


November 2006

11

You might also like