Professional Documents
Culture Documents
j
DAK Infrastruktur
Jakarta, 19 Mei 2010
AIR
3. ‐ ‐ 203.5 608.0 1,062.4 1,142.3 1,142.3 357.2
MINUM
4. SANITASI ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 357.2
3
Grafik Perkembangan Alokasi DAK
Bidang Infrastruktur Tahun 2003
2003--2010
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jalan
2 434 3.113.000 450 3.788.713 415 3.794.949 458 2.388.676
Kab/Kota
Irigasi
3 - - 24 466.538 26 516.538 31 290.521
Provinsi
Irigasi
4 364 857.000 396 1.030.692 369 1.032.442 387 677.881
Kab/Kota
Air Minum
5 452 357.231,5
Kab/Kota
434 1.602.000 450 1.142.290 431 1.142.290
Sanitasi 357.231,5
6 449
Kab/Kota
8
PRIORITAS NASIONAL (PERMEN 42)
42) ADALAH:
ADALAH:
• Subbidang Jalan meningkatkan integrasi fungsi jaringan jalan,
jalan
meningkatkan akses‐
akses‐akses ke daerah potensial, membuka
daerah terisolasi dan terpencil,
p , mendukungg ppengembangan
g g
kawasan perbatasan
perbatasan,, mendukung kawasan pariwisata
pariwisata;;
• Subbidang Irigasi, mempertahankan tingkat pelayanan
jaringan irigasi (termasuk jaringan reklamasi rawa) di provinsi
dan kabupaten/kota guna mendukung program ketahanan
pangan;;
pangan
• Subbidang Air Minum dan Sanitasi memberikan akses
pelayanan
l sistem
it penyediaan
di air
i minum
i d sanitasi
dan it i kepada
k d
masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan dan
kawasan kumuh perkotaan termasuk daerah pesisir dan
permukiman nelayan.
nelayan.
ARAH KEBIJAKAN
J l dan
Jalan d Jembatan,
J b
diarahkan untuk mempertahankan/meningkatkan tingkat pelayanan
prasarana jalan provinsi/kabupaten/kota dan meningkatkan integrasi
fungsi jaringan jalan, dalam rangka memperlancar distribusi penumpang,
barang, dan jasa, terutama untuk meningkatkan akses‐akses ke daerah
potensial seperti pertanian,
pertanian industri,
ind stri dan pariwisata,
pari isata membuka
memb ka daerah
terisolasi dan terpencil, serta mendukung pengembangan kawasan
perbatasan sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi regional.
Irigasi,
diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat pelayanan
prasarana sistem jaringan irigasi termasuk jaringan reklamasi rawa dan
jaringan irigasi desa yang menjadi urusan provinsi/kabupaten/kota
y di daerah lumbungg p
khususnya pangan
g nasional dan daerah tertinggal
gg
dalam rangka mendukung program ketahanan pangan.
10
ARAH KEBIJAKAN
Air
i Minum
i
diarahkan untuk meningkatkan cakupan dan kehandalan pelayanan air
minum dan memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum
kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan dan kawasan
kumuh perkotaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan
untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Sanitasi,
Sanitasi
diarahkan untuk meningkatkan pelayanan penyehatan lingkungan (air
limbah, persampahan, dan drainase) dan memberikan akses pelayanan
sanitasi kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan dan
kawasan kumuh perkotaan termasuk daerah pesisir dan permukiman
nelayan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. 11
RUANG LINGKUP KEGIATAN
JALAN
Kegiatan pemeliharaan berkala/rehabilitasi dan peningkatan
jalan serta pemeliharaan berkala/rehabilitasi dan
penggantian jembatan. Ruas jalan provinsi dan
kabupaten/kota yang dapat diusulkan dalam Rencana
Kegiatan adalah ruas-ruas jalan sebagaimana yang telah
ditetapkan atau dalam proses penetapan Keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota tentang Penetapan Ruas-ruas
Jalan sebagai
g Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten/Kota.
12
RUANG LINGKUP KEGIATAN
IRIGASI
Kegiatan rehabilitasi dan peningkatan sistem jaringan irigasi termasuk
sistem jaringan reklamasi rawa berikut bangunan pelengkapnya yang
menjadi wewenang provinsi dan kabupaten/kota untuk mendukung
program ketahanan pangan. Peningkatan sistem jaringan irigasi adalah
untuk meningkatkan fungsi dan kondisi atau menambah luas areal
pelayanan jaringan yang sudah ada. Pada daerah Rawa tidak ada kegiatan
peningkatan
i k t j i
jaringan reklamasi
kl i rawa. Sedangkan
S d k rehabilitasi
h bilit i merupakan
k
kegiatan perbaikan sistem jaringan Irigasi guna mengembalikan fungsi dan
pelayanan irigasi seperti desain semula, atau untuk mencapai pelayanan
maksimum yang pernah dicapai.
dicapai Kegiatan operasi dan pemeliharan (OP)
diharapkan tidak didanai dengan DAK Bidang Infrastruktur.
13
RUANG LINGKUP KEGIATAN
AIR MINUM
Kegiatan mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum Terbangun
(pemanfaatan sisa kapasitas terpasang) dan/atau pembangunan baru
Sistem Penyediaan Air Minum bagi masyarakat pada ibukota kecamatan
dan desa-desa rawan air minum, kekeringan dan program PAMSIMAS,
serta pada kawasan kumuh perkotaan. Kegiatan ini tidak diperuntukkan
bagi kegiatan rehabilitasi/peningkatan jaringan PDAM.
SANITASI
Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) yang
prioritas pertamanya adalah kegiatan pengembangan prasarana dan
sarana air limbah komunal berbasis masyarakat dalam rangka
menghilangkan kebiasaan masyarakat Buang Air Besar Sembarangan
(BABS). Apabila prioritas pertama sudah dipenuhi (tidak ada BABS),
maka prioritas kegiatan selanjutnya adalah pengembangan fasilitas
pengurangan sampah berbasis masyarakat dengan pola 3R serta
pengembangan prasarana dan sarana drainase mandiri yang
berwawasan lingkungan.
14
KRITERIA TEKNIS
KRITERIA TEKNIS
SUBBIDANG IRIGASI
2009 2010
• Luas Daerah
Daerah Irigasi
Daerah Irigasi • Luas Daerah
Daerah Irigasi
Daerah Irigasi
• Kondisi prasarana irigasi • Kondisi Daerah
Daerah Irigasi
Irigasi
• Kepedulian pemda terhadap • Luas Wilayah
prasarana SDA • Jumlah Penduduk
• Kepatuhan dalam pelaporan
16
SUBBIDANG IRIGASI
Idi Indeks Luas Daerah Irigasi merupakan perbandingan luas daerah irigasi di
provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan terhadap
total luas daerah irigasi secara nasional.
Ikdi Indeks Kondisi Daerah merupakan perbandingan luas daerah irigasi dalam
Irigasi kondisi rusak di provinsi/kabupaten/kota yang
bersangkutan terhadap total luas daerah irigasi
provinsi/kabupaten/kota dalam kondisi rusak secara
nasional.
Ilw Indeks Luas Wilayah merupakan perbandingan luas wilayah di
provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan terhadap
total luas wilayah secara nasional.
SUBBIDANG JALAN
2009 2010
• Panjang jalan • Panjang jalan
• Panjang jalan kondisi tidak • Panjang jalan kondisi tidak mantap
mantap • Luas wilayah
• Kepedulian pemda terhadap • Jumlah penduduk
prasarana jalan
• Kepatuhan dalam pelaporan
18
SUBBIDANG JALAN
Bobot Teknis Jalan Provinsi/Kabupaten/Kota:
/ p /
ITj = 25% Ijl + 35% Ikjl + 20% Ilw + 20% Ijp
Notasi Uraian Keterangan
Indeks Panjang
j g Jalan merupakan perbandingan panjang jalan di provinsi/kabupaten/kota
Ijl yang bersangkutan terhadap seluruh panjang jalan
provinsi/kabupaten/kota.
Indeks Kondisi Jalan merupakan perbandingan panjang jalan dalam kondisi tidak mantap
Ikjl di provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan terhadap total panjang
jalan provinsi/kabupaten/kota dalam kondisi tidak mantap secara
nasional.
Indeks Luas Wilayah merupakan perbandingan luas wilayah di provinsi/kabupaten/kota
Ilw yang bersangkutan terhadap luas wilayah nasional.
Ijp Indeks Jumlah merupakan perbandingan jumlah penduduk di
Penduduk provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan terhadap jumlah
penduduk nasional.
19
KRITERIA TEKNIS
2009 2010
– Jumlah penduduk miskin (MBR) – Jumlah penduduk miskin
– Jumlah desa rawan air (MBR)
– Jumlah penduduk
– Jumlah desa rawan air
– lluas wilayah
il h
– Kepedulian pemda terhadap – Jumlah penduduk
prasarana air minum – luas wilayah
– Kepatuhan dalam pelaporan
20
SUBBIDANG AIR MINUM
Bobot Teknis Air Minum Kabupaten/Kota:
p /
ITam = 40%Ikam + 40%Imbr + 10%Ilw + 10%Ijp
Notasi Uraian Keterangan
21
KRITERIA TEKNIS
SUBBIDANG SANITASI
2009 2010
• Kondisi sanitasi • Kondisi sanitasi
• Jumlah penduduk
• luas wilayah • Luas Wilayah Kumuh
• L
Luas Wil h Kumuh
Wilayah K h • Luas Wilayah
• Kepedulian pemda terhadap • Jumlah penduduk
prasarana sanitasi
• Kepatuhan dalam pelaporan
22
SUBBIDANG SANITASI
Bobot Teknis Sanitasi Kabupaten/Kota:
p /
Bts = 30%Iksan + 30%Ikpdts + 20%Ijp + 20%Ikmh
N
Notasi
i U i
Uraian K
Keterangan
KONDISI DATA
• Data diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya dari Usulan Daerah,
Laporan Daerah, BPS, Depdagri, dan Depkeu.
• Sebagian data yang masuk sulit dikompilasi, antara lain karena satuan yang
tidak sama, tidak lengkap, tidak masuk akal, yang mungkin disebabkan
pemahaman pengisi data masih kurang.
• Diharapkan melalui Kegiatan Pemantauan dan Pengendalian Pemanfaatan
DAK Bidang Infrastruktur diperoleh data terbaru yang akurat.
• D
Data
t teknis
t k i tersebut
t b t dikompile
dik il bersama
b antara
t Bi PKLN dan
Biro d S t i k l
Satminkal,
dan dikonsolidasikan sebelum disampaikan
sampaikan ke Depkeu.
Depkeu.
24
Fenomena
Penyelenggaraan
Fenomena Penyelenggaraan DAK
Perencanaan
■ Ada kecenderungan daerah mengurangi alokasi APBD untuk
bidangg infrastruktur,,
■ Sebagian daerah belum siap dengan sistem data base untuk
proses perencanaan yang optimal,
■ S b i
Sebagian k i t
kegiatan masih
ih belum
b l mengikuti
ik ti kaidah-kaidah
k id h k id h
perencanaan yang baik dan benar,
■ Adanya keterbatasan SDM pelaksana proses perencanaan,
terutama untuk daerah-daerah pemekaran,
■ Masih adanya perbedaan prioritas antara para pemangku
kepentingan,
■ Penentuan program (paket, lokasi, dan besaran biaya), belum
melalui justifikasi teknis dan ekonomis yang semestinya,
■ S
Sangat bervariasinya kondisi dan kebutuhan daerah,
■ fungsional)26.
Masih ada kegiatan yang kurang efektif (tidak segera fungsional)
Fenomena Penyelenggaraan DAK
Pelaksanaan
■ Masih terdapat kegiatan yang tidak sesuai dengan petunjuk teknis
teknis,,
■ Penggunaan DAK dirasakan masih belum optimal,
■ Masih ada daerah yan
angg kesulitan menyediakan dana pendamping,
pendamping,
■ Jenis pekerjaan kurang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan
lapangan,,
■ Masih terdapat kegiatan yang tidak selesai pada waktunya,
waktunya,
■ Kualitas pekerjaan masih substandar
substandar,,
■ Kualitas dan substansi pelaporan kurang memadai,
memadai,
■ Waktu pelaporan terlambat terlalu jauh dari yang semestinya,
semestinya, sehingga
sulit dievaluasi
dievaluasi,,
■ Monev masih sulit dilakukan (kemampuan pusat terbatas sedang jumlah
daerah terlalu banyak
banyak),
y ),
■ Peran provinsi dalam koordinasi dan monev kurang optimal
optimal..
27
PERMASALAHAN DAERAH PEMEKARAN
Kesulitan dalam identifikasi data teknis
Adanya
y duplikasi
p data ((data daerah ppemekaran masih tercatat
di daerah induk
induk))
Data yang dikirimkan oleh daerah terkadang belum valid dan
format datanya terkadang “rancurancu””
Belum optimalnya koordinasi antara Pemprov dengan
PemKab/Kota
PemKab /Kota Induk dengang Daerah Pemekaran
Belum jelas ketersediaan sdm dan SDM daerah yang kurang
kompeten
Belum terbentuknya instansi pelaksana DAK
Tidak ada informasi data teknis (jalan
jalan,, irigasi,
irigasi, air minum dan
sanitasi))
sanitasi
Tidak ada konversi Panjang jalan dengan kab. Induk 28
Terus Bagaimana?
• Hanya untuk
menyeimbangkan fiskal?
• Melengkapi
M l k i pe-
pe-UU
UU--an
DAK Ke • Menyeimbangkan Fiskal • Meningkatkan
Depan? • Mendukung
g RPJM
Koordinasi di Pusat,
• Bappenas
• Bersinergi dengan Program
Mengkoordinasikan
Pusat dan Daerah Monev,
• Peningkatan Kapasitas
Pemda dan sarana • Mengoptimalkan Peran
pembinaan Departemen Teknis
• Meningkatkan efektifitas • Meningkatkan Peran
penggunaannya,
gg Provinsi,
• dll 29
Usulan Perbaikan
■ Perlu dilakukan mapping dan update database yang lebih baik mengenai kebutuhan
daerah sehingga kegiatan yang didanai dari DAK sesuai dg kondisi dan kebutuhan
kebutuhan,,
■ Menyempurnakan petunjuk teknis yang lebih lengkap,
lengkap, sederhana
sederhana,, dan mudah
diimplementasikan,,
diimplementasikan
■ Mengintensifkan sosialisasi dan desiminasi Petunjuk Teknis dan proses perencanaan,
perencanaan,
■ Mengintensifkan pembinaan teknis terhadap SDM-
SDM-SDM di daerah untuk
meningkatkan kapasitasnya
kapasitasnya,,
■ Diatur lebih lanjut mengenai :
■ Mekanisme penentuan program/kegiatan
program/kegiatan,, agar penggunaan DAK lebih optimal,
■ Mekanisme pemantauan
pemantauan,, monitoring, dan evaluasi
evaluasi,,
■ Peningkatan peran Pemerintah Provinsi
Provinsi,,
■ Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif bagi daerah
daerah;;
■ Mengoptimalkan institusi fungsional pengawas/pemeriksa dalam pelaksanaan DAK,
■ Penyederhanaan format pelaporan
pelaporan,, dan pemberian insentif/disinsentif.
insentif/disinsentif.
■ M
Memanfaatkan
f tk teknologi
t k l i informasi
i f i seperti
ti e-monitoring,
it i sehingga
hi pelaporan
l lebih
l bih
mudah,, cepat
mudah cepat,, dan murah.
murah. 30
DAK 2010
Sanitasi menjadi Subbidang sendiri,
sendiri, terpisah dari Air
Minum dan Sanitasi;
Sanitasi;
Ada usulan agar penyediaan dana pendamping
dibuat agak fleksibel,
fleksibel, untuk membantu daerah
daerah‐‐
daerah yang PADnya sangat terbatas;
terbatas;
31
Perkiraan Kebutuhan
Dana Infrastruktur
Perkiraan Kebutuhan Per Tahun
33
Perkiraan Kebutuhan Dana Bidang Irigasi
4 - Peningkatan
g ((10%)) Ha 319.557 20 6.391.140
34
Perkiraan Kebutuhan Dana Bidang Jalan
(hanya untuk mempertahankan kondisi)
No. Uraian Satuan Panjang Est Hrg Perkiraan Keterangan
Satuan Kebutuhan
(jt rp) (jt rp)
A JALAN PROVINSI 16.544.475 Alokasi sektor jalan
j
1
dalam APBD seluruh
- Panjang Total Jalan Km 47.610
Provinsi adalah Rp.
2 - Peningkatan Jalan (10%) Km 4.761 1.200 5.713.200 4.319.325, sehingga
3
masih kurang sekitar
- Pemeliharaan Berkala Jalan (20%) Km 9.522 600 5.713.200
Rp. 12.225.000 juta
4 - P
Pemeliharaan
lih Rutin
R ti Jalan
J l (70%) K
Km 33 327
33.327 75 2 499 525
2.499.525
5 - Panjang Total Jembatan M 952.200
6 - Penggantian Jembatan (2.5%) M 23.805 120 1.428.300
7 - Pemeliharaan Jembatan (10%) M 95.220 25 1.190.250
37
Koordinasi
dan
Pelaporan
l
Mekanisme Koordinasi dan Pelaporan
MENTERI PU
Ti Koordinasi
Tim K di i Penyelenggaraan
P l DAK Bidang
Bid Infrastruktur
I f t kt
Departemen PU
GUBERNUR
Tim Teknis Sub Tim Teknis Sub Tim Teknis SB Air
Bidang Irigasi Bidang Jalan Bersih dan Sanitasi
BUPATI / WK
Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur Kabupaten/Kota
SKPD DAK
K b
Kabupaten/Kota
t /K t
39
Tim Koordinasi
Tim Koordinasi Departemen
Dibentuk oleh Menteri
Terdiri dari unsur Sekjen, Itjen, dan Eselon-1 terkait.
Tugas
T dan
d ttanggung jjawab
b meliputi:
li ti
• Menyusun petunjuk teknis penggunaan DAK Infrastruktur;
• Memfasilitasi pelaksanaan sosialisasi dan diseminasi, serta
pembinaan pelaksanaan;
• Memfasilitasi pelaksanaan pemantauan dan evaluasi DAK
Infrastruktur;
• Memberikan saran,
saran masukan,
masukan maupun rekomendasi kepada
Menteri PU;
y p
• Menyiapkan laporan
p tahunan Departemen
p kepada
p Menteri
Keuangan.
40
Tim Teknis
Tim Teknis Unit Eselon‐
Unit Eselon‐1
Dibentuk oleh Direktur Jenderal terkait.
T
Tugas dan
d tanggung
t jawab
j b meliputi:
li ti
• Membantu pelaksanaan sosialisasi,
sosialisasi, diseminasi,
dan pembinaan pelaksanaan kepada daerah-
daerah-
daerah;
daerah;
• Melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan DAK
DAK;;
• Menyiapkan laporan tahunan subbidangnya
subbidangnya,, untuk
di
disampaikan
ik k
kepada
d Tim
Ti Koordinasi
K di i Departemen.
D
41
Tim Koordinasi
Tim Koordinasi Provinsi
Dibentuk oleh Gubernur
Terdiri dari unsur Bappeda Provinsi,
Provinsi, Dinas teknis terkait,
terkait,
dan Balai/
Balai/Sat
Satuan
uan Kerja Pusat yang ada di daerah terkait.
Tugas dan tanggung jawab meliputi:
• Memberikan masukan penyusunan petunjuk teknis,
• Membantu pelaksanaan sosialisasi,
sosialisasi diseminasi,
diseminasi dan pembinaan,
pembinaan
• Melaksanakan pemantauan dan evaluasi,
• Memberikan saran dan masukan atas RK yang disusun
Pemerintah Kabupaten/Kota,
Kabupaten/Kota
• Menyiapkan laporan triwulanan, semesteran, dan tahunan.
Operasional Tim dibantu oleh Sat
Satker
ker Pusat terkait:
terkait:
• Subbidang Jalan oleh SNVT P2JJ,
P2JJ,
• Subbidang Irigasi oleh B
Balai
alai Wilayah Sungai atau Satker
Satker PSDA.
SDA.
• Subbidang Air Minum dan Sanitasi oleh Satker
Satker Pengembangan
PAM
PA M, dan Satker
Satker PPPLP.
PPPLP.
42
Tim Koordinasi
Tim Koordinasi Kab/Kota
Kab/Kota
Dibentuk oleh Bupati/Walikota
Terdiri dari unsur Bappeda kabupaten
kabupaten/kota
/kota dan dinas teknis
terkait.
Tugas dan tanggung jawab meliputi:
• Memberi masukan penyusunan petunjuk teknis;
• Membantu pelaksanaan sosialisasi, diseminasi, dan
pembinaan
bi pelaksanaan
pelaksanaan;
l k ;
• Melaksanakan pemantauan dan evaluasi;
• Menyiapkan laporan triwulanan,
triwulanan semesteran
semesteran, dan tahunan.
tahunan
Pelaksanaan kegiatan operasional Tim Koordinasi didukung
oleh SKPD DAK di kabupaten/
kabupaten/kota yang bersangkutan.
bersangkutan.
43
Mekanisme Koordinasi
a. SKPD DAK tingkat Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota sebagai anggota
Tim Koordinasi Kabupaten/Kota
Kabupaten /Kota melakukan
koordinasi dengan instansi terkait dalam menyusun
laporan DAK Daerah Kabupaten
Kabupaten/Kota
/Kota;;
b. Satuan Kerja
Kerja//Balai Departemen sebagai anggota Tim
Koordinasi Provinsi melakukan koordinasi dengan
instansi terkait dalam menyusun laporan DAK
Provinsi;;
Provinsi
50
Tingkat Kepatuhan Pelaporan
DAK Bidang
Bid I f
Infrastruktur
t kt
Subbidang 2005 2006 2007 2008 2009
Jalan 288 242 84 434 276 63 434 379 87 475 437 92 441 414 94
Irigasi 232 158 68 341 205 60 364 253 69 420 379 90 395 367 93
Air Minum
259 148 57 433 235 54 434 341 78 450 271 60 431 275 64
& Sanitasi
Infrastruktur 779 548 70 1208 716 59 1232 973 79 1345 1087 81 1267 1056 83
51
Progres Fisik dan Keuangan
DAK Bidang Infrastruktur
(Prov/Kab/
Progres Progres Progres Progres Progres
Kota)
PAGU PAGU PAGU PAGU PAGU
Keuangan Fisik Keuangan Fisik Keuangan Fisik Keuangan Fisik Keuangan Fisik
Rp Rp % % Rp Rp % % Rp Rp % % Rp Rp % % Rp Rp % %
Jalan 1,052 538 51 38 1,786 1,278 71 71 3,497 1,95 55 62 4,435 2,97 67 76 4,996 3,809 76 84
Irigasi
g 426 245 57 43 412 412 76 76 956 339 35 36 1,63
, 1,533
, 94 94 1,696
, 1,604
, 95 95
Air Minum
228 99 43 25 372 372 67 67 1,186 422 35 37 1,222 561 46 54 1,225 0,523 43 45
& Sanitasi
Infrastruktur 1,707 882 51 38 2,571 1,844 71 71 5,64 2,711 48 52 7,283 5,065 69 76 7,917 5,936 75 80
52
Pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur TA. 2009
Rekapitulasi Pelaporan
Status : 17 Maret 2010
(d l
(dalam Rp.
R Milyar)
Mil )
Prov/Kab/Kota Pengirim Laporan
Jumlah Pagu Progress
Jumlah
Bidang Prov/Kab/Kota Pencapaian
Prov/Kab/Kota DAK Pendamping
p g Total Keuangan
g Fisik
Penerima DAK
Jumlah (%) (%) (%)
Sesuai Pasal 5, Pasal 9 dan Pasal 10 UU No. 45 Tahun 2008 tentang
p j
APBN TA 2008 DAK disampaikan dalam bentuk belanja transfer
Pencairan anggaran DAK dapat dilakukan secara langsung oleh
Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) karena telah disampaikan ke Kas
Daerah dalam bentuk belanja transfer
Tidak ada keharusan mempunyai acuan berupa Rencana Definitif (RD)
atau Rencana Kegiatan (RK) dalam pemanfaatannya
Pemantauan agak sulit dilakukan mengingat tidak terdapat acuan
d l
dalam pemanfaatannya
f t
Kurangnya kerjasama Daerah dalam penyusunan rencana
pemanfaatannya mengingat tidak ada keharusan mempunyai RD/RK
pemanfaatannya mengingat tidak ada keharusan mempunyai RD/RK.