You are on page 1of 4

Pegadaian Syariah Targetkan Pertumbuhan Ar-

Rahn Rp 4,4 Triliun


FRIDAY, 19 FEBRUARY 2010 13:24 BAHRUL

Jakarta, (19/02). General Manager Syariah Perum Pegadaian, Suhardjo mengatakan, bahwa untuk tahun
2010 menargetkan pertumbuhan gadai syariah bisa lebih tinggi lagi dibanding tahun 2009. Khusus pada
Ar-rahn misalnya, perusahaannya akan  menargetkan pertumbuhan hingga Rp 4,4 triliun. 

Demikian pernyataannya saat berbicara dengan para wartawan di ruang kerjanya di Kantor Pusat Perum
Pegadaian Jl Keramat Raya Jakarta, kemarin Kamis (18/2). 

Melihat perkembangan sebelumnya, Suhardjo mengatakan bahwa hingga  akhir Desember 2009 lalu,
Pegadaian Syariah  sudah menawarkan tiga produk pegadaian syariah kepada masyarakat. Ketiganya
yaitu Ar-Rahn (gadai syariah), Ar-Ruum atau gadai untuk pembiayaan usaha kelompok mikro kecil
dan menengah (UMKM), dan Mulia atau gadai emas.

Pada tahun 2009 lalu, pertumbuhan Ar-Rahn tercatat mencapai Rp2,7 triliun, naik hampir 60% dari
realisasi sepanjang 2009 senilai Rp1,6 triliun. Ar-Ruum, berhasil dibukukan pembiayaan sekitar
Rp45 miliar sepanjang tahun lalu. Begitu juga produk Mulia,  berhasil menjual logam mulia (emas)
sebanyak 142 kilogram.

“Secara keseluruhan, pertumbuhannya cukup tinggi,”ujarnya

Selain Ar-rahn, target pertumbuhan yang lebih tinggi juga dilakukan pada dua produk yang lain, Ar-Ruum
ditargetkan bisa naik lagi menjadi Rp45 miliar sepanjang tahun ini. Sedang logam mulia kami targetkan
bisa terjual sekurangnya 300 kilogram.

”Untuk merealisasikan target sebesar ituTentunya yang paling utama adalah kerja keras dari kami dalam
memberikan layanan kepada nasabah. Sebab kami kira, itu merupakan hal yang sangat penting dalam
mendorong pertumbuhan,”paparnya. (Agus Y www.pkesinteraktif.com)

Berkembang pesat : Ar rahn, Ar-Ruum, gadai emas

http://www.pkesinteraktif.com/bisnis/non-bank/leasing-syariah/433-pegadaian-syariah-targetkan-
pertumbuhan-ar-rahn-rp-44-triliun.html

Dana Murah dari Bank Syariah - Menyorot produk gadai


syariah ala Bank Syariah Mandiri
Gadai Emas Syariah bisa menjadi alternatif bagi orang yang membutuhkan dana murah,
cepat dan sesuai syariah Islam. Biaya gadainya hanya 4% selama dua bulan, jauh lebih
kecil dari bunga di Perum Pegadaian yang mencapai 14% per empat bulan. Tapi, kesahihan
prinsip syariahnya masih menunggu keputusan para kiai.
Menjelang Lebaran begini, banyak orang kepepet butuh uang. Mau pinjam ke bank
susahnya minta ampun. Prosesnya lama dan bunganya mencekik leher. Sudah begitu,
belum tentu ada bank yang mau memberi kredit. Akhirnya, masyarakat berbondong-
bondong lari ke pegadaian yang selama ini ”dimonopoli” Perum Pegadaian. Hanya,
menggadaikan barang di pegadaian konvensional pelat merah itu biayanya cukup gede.
Antreannya pun panjang. Jangan putus asa dulu, sebab sekarang ada alternatif lain. Bank
Syariah Mandiri (BSM) bulan lalu meluncurkan Gadai Emas Syariah. Lewat produk berlabel
agama ini, ”Masyarakat bisa mendapatkan dana murah, cepat, dan berdasarkan syariah
Islam,” kata Sunarto Zulkifli, Kepala Pengembangan Produk BSM.

Perbedaan mendasar antara pegadaian konvensional dengan pegadaian syariah adalah


dalam pengenaan biayanya. Menurut Sunarto, pegadaian konvensional memungut biaya
dalam bentuk bunga yang bersifat akumulatif dan berlipat ganda. Adapun biaya di
pegadaian syariah tidak berbentuk bunga, tapi berupa biaya penitipan, pemeliharaan,
penjagaan, dan penaksiran. Singkatnya, biaya gadai syariah lebih kecil dan hanya sekali
dikenakan.

Pegadaian konvensional menarik bunga 10%–14% untuk jangka waktu empat bulan, plus
asuransi sebesar 0,5% dari jumlah pinjaman. Jangka waktu empat bulan itu bisa terus
diperpanjang, selama nasabah mampu membayar bunga. Akan halnya pegadaian syariah,
hanya memungut biaya (termasuk asuransi barang) sebesar 4% untuk jangka waktu dua
bulan. Bila lewat dua bulan nasabah tak mampu menebus barangnya, masa gadai bisa
diperpanjang dua periode. Jadi, total waktu maksimalnya enam bulan. ”Tak ada tambahan
pungutan biaya untuk perpanjangan waktu,” terang Sunarto. Tapi, jika melewati masa
enam bulan, BSM akan langsung mengeksekusi barang gadai.

Perbedaan lain, di pegadaian konvensional nasabah bisa menggadaikan berbagai macam


barang, mulai dari emas, barang elektronika, sampai kain. Sementara itu, Gadai Emas
Syariah hanya menerima barang jaminan berupa emas (minimal 16 karat). Penghitungan
nilai gadainya juga berbeda. Nasabah gadai syariah mendapat pinjaman sebesar 75% dari
nilai pasar emas yang digadaikan. Di pegadaian konvensional nasabah bisa mendapat 90%
dari harga taksiran barang. Padahal, menurut Sunarto, nilai taksiran itu paling banter 80%
dari harga pasar, ”Jadi, sebenarnya nasabah hanya mendapat 72% dari harga pasar.”

Dalam jaringan pemasaran, Gadai Emas Syariah memang jauh tertinggal dari Perum
Pegadaian. Perusahaan milik pemerintah itu telah memiliki 721 cabang yang tersebar di
berbagai pelosok Nusantara. Adapun Gadai Emas Syariah baru bisa dilayani di satu tempat:
BSM Cabang Majestik, Jakarta. Rencananya, di akhir tahun 2002 jumlah cabang yang
melayani gadai syariah ini akan ditambah menjadi sembilan gerai.

Merasa tersaingikah Perum Pegadaian? ”Tidaklah, mereka itu mitra yang membidik segmen
tersendiri,” kata Bagus Aprianto, Kasi Investasi dan Permodalan Perum Pegadaian. Bahkan,
melihat lebarnya peluang, Perum Pegadaian akan ikut bermain dalam produk syariah.
”Desember ini kami akan melakukan uji coba di Medan dan Aceh,” tambahnya.

Gadai Emas Syariah ala BSM ini jelas merupakan hal baru. Prinsip kesyariahan yang
diterapkan dalam produk ini pun masih dipertanyakan banyak orang. BSM sendiri mendasari
produk ini atas prinsip ar-rahn alias ar-rahnu yang tercantum dalam Al-qur’an surat Al-
Baqarah 283. Istilah ar-rahnu juga dikenal lewat sebuah hadist yang menyebut: ”Rasulullah
menggadaikan baju besinya kepada orang Yahudi di Madinah dan mengambil darinya
gandum untuk keluarga beliau”. Kesahihannya menunggu fatwa para kiai

Pengamat produk syariah, Ahmad Baraja, menilai prinsip dan dasar syariah yang diterapkan
BSM tidak tepat. ”Ar-rahnu itu jaminan bukan produk dan semata untuk kepentingan sosial,
bukan kepentingan bisnis, jual beli atau bermitra,” tandasnya. Jadi, menurutnya, uang
hasil gadai syariah ini tak boleh dipakai berinvestasi. Berbeda dengan produk
pegadaian konvensional seperti koin emas yang selain untuk biaya haji, bisa pula
dipakai sebagai alat berinvestasi. Ahmad pun menyorot kebijakan BSM yang
mematok biaya gadai 4%. Sebab, menurutnya, kalau memakai prinsip penitipan
barang, mestinya biaya yang dikenakan harus real cost. Artinya, biayanya
haruslah yang benar-benar dikeluarkan, jadi bisa dipatok di awal.

”Jangan memanipulasi pengenaan biaya yang bisa dikategorikan bunga, dalam Islam itu tak
boleh,” kata Ahmad. Nah, untuk memastikan apakah dasar syariah yang dipakai BSM sudah
sahih, Ahmad menyerukan agar masyarakat menunggu keputusan Dewan Syariah
Nasional yang sedang mengkaji produk ini. ”Para kiai harus memastikan dalam Gadai
Emas Syariah ini tak ada hal-hal terselubung, esensinya bunga tapi dikemas agar tak
kelihatan sebagai bunga,” tegasnya.

Aneka Macam Produk Syariah

Ironis memang. Pertumbuhan produk syariah di Indonesia, yang penduduk muslimnya


terbesar di dunia, jauh tertinggal ketimbang Amerika yang penduduk muslimnya sangat
kecil. Produk syariah baru dikenal di Indonesia di awal 1990-an, ketika Bank Muamalat
Indonesia berdiri. Bermula dari produk perbankan syariah, saat ini kaum muslimin
Indonesia sudah bisa berinvestasi lewat berbagai wahana investasi secara syariah.

- Pasar modal

Jika investor ingin berinvestasi secara syariah di bursa saham, saat ini ada dua cara yang
bisa ditempuh. Pertama, membuat portofolio tersendiri dengan mengacu pada daftar saham
halal atau Jakarta Islamic Index (JII) yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia.
Sayangnya, ”Sejauh ini prestasi JII masih underperform, karena kondisi pasar modal yang
lesu, jadi peluang mencetak labanya kecil sekali,” kata Iggi H. Achsien, analis syariah dari
AAA Securities. Kedua, lewat reksadana syariah.

- Reksadana syariah

Dalam reksadana syariah manajer investasi akan menanamkan dananya pada saham atau
fixed income yang halal. ”Investor diperkenalkan pada investasi riil, bukan yang spekulatif,”
terang Iggi. Kendati berbau syariah, risiko rugi tetap ada. Itulah sebabnya, investor harus
memperhatikan betul tingkat risiko masing-masing reksadana. Dan, tingkat risiko itu
tercermin dari komposisi portofolio setiap reksadana. Makin besar dana yang ditanamkan di
ekuitas (pasar modal), risikonya makin tinggi. Kalau mau lebih aman, investor bisa memilih
reksadana yang porsi ekuitas dengan pendapatan tetapnya nyaris sebanding. Faktor lain
yang harus diperhatikan adalah prestasi atau kinerja reksadana dan reputasi si manajer
investasi.

Saat ini di pasar baru ada tiga macam reksadana syariah. Dua diluncurkan PT Danareksa
Investment Management, yakni Danareksa Syariah Berimbang (campuran) dan Danareksa
Syariah (saham). Dua reksadana yang diluncurkan bulan Juni 1997 ini diperkirakan telah
berhasil menjaring dana lebih dari Rp 20 miliar. Reksadana lainnya adalah Reksa Dana PNM
Syariah yang kelola PT PNM Invest Management. Awal Desember mendatang sebuah
reksadana syariah baru bernama Reksa Dana Rifan Syariah akan diluncurkan Rifan
Financindo Asset Management.

- Pasar uang dan produk perbankan syariah

Investasi ini dilakukan di pasar uang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Cara
mengaksesnya bisa lewat reksadana syariah atau lewat menabung atawa deposito di bank
syariah (Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank IFI, dan BNI cabang
Syariah). Keuntungan yang diperoleh penabung akan dihitung berdasarkan sistem bagi
hasil. ”Keuntungannya tak besar, paling sekitar 10%,” jelas Iggi.

- Asuransi dan dana pensiun syariah

Di Indonesia baru ada satu, yakni Dana Pensiun Syariah yang dikeluarkan PT Principal
Indonesia. Polanya nyaris serupa dengan pola tabungan. Perusahaan yang menekuni
asuransi syariah juga baru satu, PT Syarikat Takaful Indonesia yang memiliki dua anak
perusahaan. Pertama, PT Asuransi Takaful Keluarga (produknya Takaful Dana Investasi,
Dana Haji, Anak Asuh, Kesehatan, Al-Khairat, dan Kecelakaan Diri). Kedua, PT Asuransi
Takaful Umum (Takaful Kebakaran, Kendaraan Bermotor, Rangka Kapal, dan Takaful
Aneka). (Kontan)

http://www.pnm.co.id/content.asp?id=524&mid=54

You might also like