You are on page 1of 15

PENGARUH EKSTENSIFIKASI PAJAK TERHADAP

PENAMBAHAN JUMLAH NPWP WAJIB PAJAK


ORANG PRIBADI
DI INDONESIA

KELOMPOK VI :
DIAH VITALOKA ADAM
LILIS RISNAWATI
RIRIN WAHYU A
LATAR BELAKANG
Masih banyak wajib pajak yang belum menyadari dan tidak
melaksanakan secara penuh kepercayaan yang diberikan
oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam memenuhi
kewajiban pajaknya (Mardiasmo,2004) terutama dalam hal
pendaftaran sebagai wajib pajak baru guna memperoleh
nomor pokok wajib pajak (NPWP).
Pada 2010 dari ± 233 juta jiwa warga negara Indonesia baru
18 juta jiwa yang memiliki NPWP
Salah satu upaya yang dilakukan oleh DJP untuk
meningkatkan jumlah wajib pajak untuk memiliki NPWP
adalah Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak (SE DJP
Nomor SE-06/PJ.9/2001 Tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi
Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak)
TINJAUAN PUSTAKA
PER-16/PJ/2007 Tentang Pemberian Nomor
Pokok Wajib Pajak Orang
Pribadi yang berstatus sebagai
pengurus, komisaris, pemegang
saham/pemilik dan pegawai
melalui pemberi kerja/
bendaharawan pemerintah.
PER-116/PJ/2007 Tentang Ekstensifikasi Wajib
Pajak Orang Pribadi melalui
Pendataan Objek Pajak Bumi
dan Bangunan, sebagaimana
telah melalui PER-32/PJ/2008.
PER-35/PJ/2008 Tentang Kewajiban Pemilikan
Nomor Pokok Wajib Pajak
dalam rangka pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan.
SE-06/PJ.9/2001 Tentang Pelaksanaan
Ekstensifikasi Wajib Pajak dan
Intensifikasi Pajak
PENGERTIAN PAJAK
 Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata
cara perpajakan “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
 Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-
undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
EKSTENSIFIKASI PAJAK

Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-


06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib
Pajak dan Intensifikasi Pajak Direktur Jenderal Pajak :
”Kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah
wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam
administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).”
WAJIB PAJAK
Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong
pajak tertentu.
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak


sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
diperlukan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib
pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban pajaknya
(UU No.28 Tahun 2007).
PROGRAM EKSTENSIFIKASI 2010 :
1. Berbasis Pemberi Kerja dan Bendaharawan Pemerintah
Sasaran karyawan, pemilik perusahaan, komisaris,
direksi, staf, pekerja serta PNS dan Pejabat Negara
2. Berbasis Properti
Sasaran OP yang melakukan kegiatan usaha dan atau
memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan atau
pertokoan atau perumahan
3. Berbasis Profesi
Sasaran dokter, artis, pengacara, notaris, akuntan dan
profesi lainnya
HAMBATAN – HAMBATAN DALAM
PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI PAJAK :

1. Ketidaktahuan wajib pajak atas peraturan perpajakan


yang berlaku.
2. Kesalahpahaman wajib pajak dalam menafsirkan
peraturan perpajakan.
3. Data statistik wajib pajak tidak sesuai.
4. WP merasa enggan mendaftarkan diri sebagai WP yang
memiliki NPWP karena pajak tidak memberi manfaat
langsung kepada masyarakat.
5. Sanksi yang ada masih dianggap lebih kecil manfaat
ekonomisnya daripada melaporkan diri dan menghitung
pajak terutang.
LANGKAH MENGATASI HAMBATAN EKSTENSIFIKASI
PAJAK
 Melakukan sosialisasi dan publikasi peraturan dan berita pajak
 Pemerintah mengenakan denda bagi wajib pajak yang tidak memiliki
nomor pokok wajib pajak (NPWP) saat membeli barang mewah. Jika
tidak memiliki NPWP, wajib pajak (WP) badan dikenai sanksi denda
100% dihitung atas tarif pajak yang melekat pada barang tersebut.
Sementara WP perorangan dikenai sanksi denda 20% dari pajak barang
mewah yang dibeli. Kalau dia punya NPWP, tarifnya sesuai dengan
daftar yang ada. Aturan ini diharapkan dapat membantu program
ekstensifikasi pajak dengan menjaring sebanyak-banyaknya WP
potensial yang belum memiliki NPWP. Pertimbangannya, WP akan
terdorong membuat NPWP, karena tanpa itu harga beli barang mewah
akan menjadi lebih mahal.
 Promo – promo diskon bagi pemilik NPWP
PROPORSI JUMLAH PEMILIK NPWP OP TERHADAP TOTAL
JUMLAH PENDUDUK INDONESIA

TAHU  NPWP OP  %
N PENDUDUK
2006 3,3 juta 222 juta 1,49 %
2007 5,3 juta 224 juta 2,37 %
2008 10,6 juta 227 juta 4,67
%
2009 15,9 juta 230 juta 6,91 %
2010 18,7 juta 233 juta 8,03
%
Sumber : DItjen Pajak dan BPS, 2010
PROPORSI JUMLAH NPWP OP TERHADAP JUMLAH
PENDUDUK USIA PRODUKTIF

TAHU  NPWP OP  PENDUDUK USIA %


N PRODUKTIF
2006 3,3 juta 101,3 juta 3,26 %

2007 5,3 juta 103,8 juta 5,11 %

2008 10,6 juta 106,6 juta 10,00 %

2009 15,9 juta 108,6 juta 14,64 %

2010 18,7 juta 110,8 juta 16,88 %

Sumber : DItjen Pajak dan BPS, 2010


KESIMPULAN
Ekstensifikasi Pajak berpengaruh dalam meningkatkan
Jumlah NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi di Indonesia
Terima kasih…

You might also like