Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing :
1. Grace Benedicta Polii, S.Kep., Ns
2. Irmacakti Sumarauw, S.Kep., Ns
3. Angela R. Napitupulu, S.Kep., Ns
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat penyelenggaraan-
Nya, makalah tentang Proses Asuhan Keperawatan Pasien Pada Diabetes Mellitus ini bisa
diselesaikan. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas mata kuliah Proses
Keperawatan Kebutahan Dasar Manusia I (PKKDM I) Universitas Katolik De La Salle
Manado. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan makalah ini ialah untuk memberi pelatihan
bagaimana cara membuat ASKEP serta menambah pengetahuan tentang penyakit Diabetes
Mellitus.
Tim Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen beserta asisten dosen
yang telah memberikan tugas untuk membuat makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah
terlibat dalam proses penulisannya, terlebih kepada teman–teman seangkatan Fakultas
Keperawatan 2009 Universitas Katolik De La Salle Manado yang telah berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini..
Akhirnya, harapan tim penulis semoga makalah tentang Proses Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Diabetes Mellitus ini bermanfaat bagi pembaca. Tim Penulis telah berusaha
sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun tim penulis menyadari makalah ini
belumlah sempurna. Oleh karena itu, tim penulis mengharapakan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.
Tim Penulis
Kelas A Semester III
Page | 2
DAFTAR ISI
Page | 3
Dosen Pembimbing:
Irmacakti Sumaraw, S. Kep., Ns
A. DEVINISI
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu
proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
C. TIPE DATA
1. Data Subjektif
Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang
nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu.
2. Data Objektif
Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran.
D. SUMBER DATA
1. Sumber Data Primer
Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali informasi yang
sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien.
2. Sumber Data Sekunder
Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau istri, anak,
teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau
kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak, atau klien dalam kondisi
tidak sadar.
Page | 5
Riwayat keluarga pasien : - Ayah pasien: meninggal pada usia 86 tahun karena
Hipertensi
- Ibu pasien: meninggal pada usia 80 tahun karena
Diabetes
Saat masuk rumah sakit kadar gula darah pasien 250 mg/dl (FPG) dan 150 mg/dl
(OGTT)
Pasien mendapat pengobatan dari resep dokter:
- Glurenorem dengan dosis takaran 1 x sehari pada pagi hari
- Glibenklamid dengan dosis takaran ½ tablet pada pagi hari
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
3. Imunisasi :
Tipe Reaksi Tindakan
Campak bercak-bercak merah
pada kulit
DPT suhu tubuh naik minum obat
Paracatamol
4. Kebiasaan : merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain
5. Obat – obatan : Catopril 25ml (1x1 hari)
Lamanya 1 tahun
Sendiri : beli di apotik
Orang lain (resep) anjuran resep dokter
6. Pola Nurtisi :
Frekwensi makan :
Berat Badan : 75 kg
Tinggi Badan : 170 cm
Jenis makanan : Daging, sayur, nasi
Makanan yang disukai : Bakso
Makanan yang tidak disukai : Ikan laut
Makanan pantang : singkong
Nafsu makan :( ) baik
() Sedang – alasan : mual/muntah/sariawan
( ) Kurang – alasan : mual/muntah/sariawan
Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :
( ) bertambah ……………………kg
( ) tetap
() berkurang 10 kg
7. Pola Eliminasi :
1. Buang air besar
Frekwensi : hampir setiap malam Penggunaan pencahar : tidak
W a k t u : pagi/siang/sore/malam
W a r n a : kecoklatan
P a g e | 10
Konsistensi : padat
2. Buang air kecil
Frekwensi : pengeluaran urine berlebihan pada malam hari
(nocturia)
W a r n a : kuning encer
B a u : bau busuk
V. Riwayat Lingkungan
Kebersihan : lingkungan tempat tinggal dan bekerja memiliki sistem sanitasi
yang baik
Bahaya : tidak ada
Polusi : tidak ada
Hal yang amat dipikirkan saat ini : pasien berharap segera sembuh agar dapat
kembali menjalani aktivitas setiap hari seperti
biasa
Harapan setelah menjalani perawatan : lebih dapat mengatur pola makan dan dapat
segera sembuh
Perubahan yang dirasa setelah sakit : badan terasa lemah, sulit bergerak dan nyeri di
bagian kaki kanan
6. Pertahanan Koping
1. Pengambilan Keputusan : ( ) sendiri
() dibantu orang lain :
sebutkan Istri
2. Yang disukai tentang diri sendiri : pasien memiliki pola hidup yang
mandiri
3. Yang ingin dirubah dari kehidupan : pola makan dan kebiasaan
merokok
4. Yang dilakukan jika stress :
( ) pemecahan masalah
( ) makan
( ) tidur
( ) makan obat
( ) cari pertolongan
( ) lain-lain (misal : marah, diam, dll) sebutkan : ......................
5. Apa yang dapat dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :
Perawat memberikan motovasi dan dukungan agar pasien cepat sembuh
influensa
Bagaimana frekwensinya dalam setahun tidak menentu
Sinus normal Perdarahan tidak ada
Mulut & Tenggorokan : Gigi geligi kerusakan gigi pada molar 2 superior
Kesulitan/gangguan berbicara tidak
Kesulitan menelan tidak
Pemeriksaan gigi terakhir 6 bulan yang lalu
Data Laboratorium
Kadar Gula Darah : - Uji Fasting Plasma Glucose (FPG) : 250 mg/dl
- Uji Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) : 150 mg/dl
Pengobatan
- Glurenorem dengan dosis takaran 1 x sehari pada pagi hari
- Glibenklamid dengan dosis takaran ½ tablet pada pagi hari
Patofisiologi
Diabetes Tipe 1
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
P a g e | 18
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan
dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
Diabetes Tipe 2
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah
harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa
akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-
sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabtes tipe II,
namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
diabetes tipe II. Meskipun demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan
progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya
sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia,
luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.
Diabetes Gestasional
P a g e | 19
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH
- Kami menjadikan makanan yang dijual di restoran pasien sebagai faktor pencetus
terjadinya DM karena di restorannya menyediakan makanan favorit pasien yaitu
bakso. Seperti yang kita ketahui bersama yaitu sebagian besar penyakit muncul
disebabkan oleh apa yang kita konsumsi. Pasien sangat menyukai bakso yang
dijualnya yang banyak mengandung karbohidrat yang memperparah resiko atau
menjadi pencetus sehingga pasien menderita DM. Dengan kata lain faktor
pencetus adalah pemberat masalah.
- Diabetes Mellitus tipe II tidak tergantung pada insulin. Diabetes tipe ini terjadi
karena kombinasi dari ‘kecacatan dalam produksi insulin’ dan ‘resistensi
terhadap insulin’ yang melibatkan reseptor insulin di membran sel. Diabetes tipe
II ini disebabkan oleh kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin.
Pankreas tetap mengasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal.
Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi
kekurangan insulin relatif. Biasanya terdapat pada orang tua usia 40 tahun
keatas, gemuk dan tidak aktif. Gejala pada tipe kedua ini biasnya terjadi
perlahan-lahan.
Dosen Pembimbing :
Grace Benedicta Polii, S. Kep., Ns
1. Analisis Data
Menurut Patton (1980), analisa data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Menurut Bogdan dan Taylor (1975), analisa data adalah proses yang merinci
usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti
yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada
tema dan hipotesis itu.
Analisis:
Tujuan analisa data, yaitu: data dapat diberi makna yang berguna dalam memecahkan
masalah-masalah penelitian, memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena
yang terdapat dalam penelitian, untuk memberikan jawaban terhadap hipotesis yang
diajukan dalam penelitian, sebagai bahan untuk membuat keseimpulan serta implikasi-
implikasi dan saran-saran yang berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif yang telah diperoleh
pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) mendefinisikan
diagnosis keperawatan sebagai macam keputusan klinik yang mencakup respon klien,
keluarga, dan komunitas terhadap sesuatu yang berpotensi sebagai masalah kesehatan
dalam proses kehidupan.
Gordon menyatakan bahwa diagnosis keperawatan atau diagnosis klinik harus:
Dibuat oleh perawat professional;
b. Bila diagnosis yang dibuat tidak bernilai, maka efektivitas diagnosis keperawatan
juga akan tidak terfokus.
Diagnosis keperawatan adalah suatu bentuk pernyataan dari perawat yang bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien terhadap masalah yang dialami. Respons tersebut
dapat berbentuk negative maupun positif. Diagnosis ditegakkan berdasarkan rumus
yang telah ditentukan dan atas hasil pengkajian data yang diperoleh dari klien.
2. Diagnosis risiko
Komponen diagnosis risiko terdiri atas 2 bagian, yaitu:
PE: (problem + etiologi)
Atau
PR (problem + faktor yang berhubungan)
3. Diagnosis kemungkinan (Possibility)
Bentuk dari diagnosis ini hanya terdiri dari 1 bagian, sangat sederhana karena
hanya menuliskan apa masalah yang mungkin terjadi.
4. Diagnosis Potensial (wellness)
Diagnosis potensial adalah diagnosis yang didasarkan atas kondisi sehat klien
untuk mencapai tingkat kesehatan yang lebih tinggi. Bentuk dari diagnosis ini
hanya terdiri dari 1 bagian. Ciri khasnya adalah menggunakan kata potensial
untuk dikembangkan.
5. Diagnosis sindrom
Bentuk dari diagnosis ini hanya terdiri dari satu bagian dan langsung
menyebutkan sindrom yang dimaksud.
Data Objektif
Data Subjektif
Merupakan data yang diambil dari klien saat wawancara, seperti: keluhan, riwayat
penyakit, dan masalah psikososial klien.
Etiologi
C. PATOFISIOLOGI
P a g e | 30
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dihubungkan dengan efek utama
kekurangan insulin, yaitu:
a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang mengakibatkan
peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300-1200 mg per 100
ml.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada
dinding vaskuler.
c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Keadaan patologi tersebut akan berdampak:
1. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang non puasa
sekitar 140-160mg/100ml darah. Secara rinci, proses terjadinya hiperglikemia
karena defisit insulin tergambar pada perubahan metabolik berikut:
Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang
Glukoneogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap
terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
Glikolisis (pemecahan glukosa)meningkat, sehingga cadangan glikogen
berkurang, dan glukosa “hati” dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus
melebihi kebutuhan.
1) Hiperosmolaritas
Hiperosmolaritas ialah adanya kelebihan tekanan osmotik pada plasma sel karena
adanya peningkatan konsentrasi zat. Pada penderita diabetes mellitus, terjadinya
hiperosmolaritas karena peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah. Peningkatan
glukosa dalam darah akan berkibat terjadinya kelebihan ambang pada ginjal untuk
memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa. Kelebihan ini selanjutnya menimbulkan efek
pembuangan glukosa melalui urin (glikosuria). Ekskresi molekul glukosa yang aktif
secara osmosis menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (diuresis osmotik) dan
P a g e | 31
2) Starvasi Seluler
Starvasi seluler adalah kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena glukosa sulit
masuk, padahal di sekeliling banyak sekali glukosa. Sulitnya glukosa masuk karena
tidak ada yang memfasilitasi untuk masuk sel, yaitu insulin. Dampak starvasi seluler
akan terjadi kompensasi seluler untuk tetap mempertahankan fungsi sel. Proses itu
adalah:
Diagnosa
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS: Pasien Defisiensi insulin Kekurangan Kekurangan
mengatakan volume cairan volume cairan
sering buang air Hiperglikemia berhubungan
besar. (Frekuensi dengan diuresis
> 6 kali) dengan Glikosuria osmotik (dari
konsentrasi cair, hiperglikemia)
pasien sering Osmotik diuresis
merasa haus, serta
klien mengatakan Poliuria dan
sering keringat Polidipsia
P a g e | 32
dingin.
Dehidrasi
DO: Pasien
terlihat lemas dan Kekurangan
pucat, terjadi volume cairan
peningkatan
pengeluaran
urin\poliuria
(sehari ±3000ml
yang dikeluarkan,
seharusnya nilai
normalnya 1500-
1700cc/hari),
membran mukosa
kering, turgor
kulit buruk,
takikardia,
pernapasan
Kussmaul dan
bau aseton,
munculnya
sianosis, adanya
periode apnea,
perlambatan
pengisian kapiler,
yaitu: 4 detik
(seharusnya
pengisian kapiler
kurang dari 2
detik), tekanan
darah 150/100
mmHg.
2. DS: Pasien Defisiensi insulin Perubahan Perubahan status
mengatakan status nutrisi nutrisi kurang
sering merasa Glukagon kurang dari dari kebutuhan
P a g e | 33
natrium 240
meq/24jam Gangren
(seharusnya nilai
normal natium Gangguan
130-220 integritas jaringan
meq/24jam),
kalium
105meq/24 jam
(seharusnya nilai
normal kalium
25-100
meq/24jam),
klorida
260meq/ltr
(seharusnya nilai
normal klorida
120-250 meq/ltr),
magnesium 3
mg/dl (seharusnya
nilai normal
magnesium 1,0-
2,5mg/dl), suhu
badan 39˚ C,
kadar gula darah
250mg/dl, daerah
sekitar luka teraba
hangat.
4. DS: Pasien Defisiensi insulin Resiko tinggi Resiko tinggi
mengatakan ia terhadap terhadap
kadang-kadang Penurunan perubahan perubahan
menjadi pelupa pemakaian sensori- sensori-
dan kebingungan, glukosa oleh sel perseptual perseptual
pening, dan sering berhubungan
mengalami Hiperglikemia dengan
gangguan ketidakseimbang
P a g e | 35
penglihatan, Glukosuria an
pasien mengeluh glukosa/insulin
telinganya Osmotik diuresis
berdenging atau
tidak jelas Dehidrasi
mendengar.
Hemokonsentrasi
DO:Refleks
tendon dalam Trombosis
menurun, visus
dengan snellen Arterosklerosis
card kurang dari 5
meter, terjadi Makrovaskuler
disorientasi pada
pasien, nilai Serebral
laboratorium
natrium darah < Resiko tinggi
135meq/dl (nilai terhadap
normal 135-147 perubahan sensori-
meq/l), kalsium perseptual
darah < 9 mg/dl
(nilai normal 9-11
mg/dl), kalium
darah < 3,5 meq/l
(3,5-5,5 meq/l),
klorida darah <
100 meq/l (100-
106 meq/l)
5. DS: Pasien Dehidrasi insulin Kelelahan Kelelahan
mengatakan berhubungan
sering lelah, Penurunan dengan
pasien mau jatuh/ pemakaian penurunan
terhuyung saat glukosa oleh sel produksi
berdiri, dan metabolik
merasa Hiperglikemia
P a g e | 36
kekurangan
oksigen, klien Glikosuria
merasa kaku pada
bagian Osmotik piuresis
ekstremitas.
Dehidrasi
DO: Terjadi
takikardia Hemokonsentrasi
(frekuensi nadi:
110/menit), Trombosis
frekuensi
pernapasan 23 Arterosklerosis
kali/menit
(normalnya 12-20 Makrovaskuler
kali/menit),
tekanan darah Kelelahan
150/100, skor
kekuatan otot
ekstremitas baik
kanan dan kiri
atas maupun
bawah kurang
dari 4.
6. DO: pasien Dehidrasi insulin Ketidakberday Ketidakberdayaa
menyatakan ingin aan n berhubungan
beraktivitas Penurunan dengan penyakit
secara normal pemakaian jangka
seperti orang glukosa oleh sel panjang/progresi
lain. f, yang tidak
Hiperglikemia dapat diobati
DS: Pasien apatis dan
dan marah, pasien Glikosuria ketergantungan
harus dibantu saat pada orang lain
melakukan Osmotik diuresis
kegiatan, seperti:
P a g e | 37
Hemokonsentrasi
Trombosis
Arterosklerosis
Makrovaskuler
Ketidakberdayaan
7. DS: Pasien Defisiensi insulin Kurang Kurang
mengakui bahwa pengetahuan pengetahuan
tidak memiliki Penurunan tentang tentang
pengetahuan pemakaian penyakit, penyakit,
tentang diabetes glukosa oleh sel prognosis dan prognosis dan
mellitus. kebutuhan kebutuhan
Hiperglikemia pengobatan pengobatan
DO: tanda dan berhubungan
gejala yang Glukosuria dengan
mengindikasikan kurangnya
klien menderita Osmotik diuresis pemajaman/men
diabetes mellitus, gingat dan
seperti: ulkus Dehidrasi kesalahan
yang tak kunjung interpretasi
sembuh dan pola Hemokonsentrasi informasi.
makan harian
yang tak teratur, Trombosis
tidak diperhatikan
oleh pasien Arterosklerosis
karena pasien tak
memiliki Makrovaskuler
pengetahuan
tentang diabetes Serebral
mellitus; saat
No Data Etiologi Masalah Diagnosa
Keperawatan
1. DS: Klien Defisiensi insulin Kekurangan P a g e | 38
Kekurangan
mengeluh
diajukan Kurang volume cairan volume cairan
seluruh
pertanyaan
badannya
yang Hiperglikemia
pengetahuan berhubungan
terasa
terkait lemas,
dengan tentang penyakit, dengan diuresis
kulit
penyakit terasa
dan prognosis
Glikosuriadan osmotik (dari
kering.
pengobatan kebutuhan hiperglikemia)
seputar Diabetes Osmotik
pengobatan
diuresis
DO:
Melitus tekanan
pasien
darah
tidak menjawab
klien Poliuria dan
155/90mmHg
dengan tepat. Polidipsia
(normalnya
120/80mmHg), Dehidrasi
klien sering
buang air kecil Kekurangan
pada malam hari volume cairan
dengan volume
(nilai normal
800-1300ml),
turgor kulit
kering,
E. Analisa dan Diagnosa Diabetes Melitus Berdasarkan Data Pengkajian
Pernapasan
24x/menit
(normalnya harus
20-22x/menit),
pola napas
takhipnoe, dan
capillary refilling
3 detik
(normalnya
capillary refilling
< 2 detik.
2. DS: pasien Defisiensi insulin Perubahan Perubahan status
mengatakan status nutrisi nutrisi kurang
bahwa akhir- Reseptor glukosa kurang dari dari kebutuhan
akhir ini nafsu dlm sel kebutuhan tubuh
makannya tubuh berhubungan
berkurang, Glukosa tdk dengan
P a g e | 39
Daftar Pustaka
DAFTAR ISTILAH
19. Polidipsia : peningkatan rasa haus akibat volume urine yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
20. Pus : nanah atau substansi setengah cair yang berwarna kuning dan
kental, yang terdiri atas leukosit serta bakteri yang mati, debris sel,
dan cairan jaringan.
21. Serebral : berhubungan dengan serebrum (otak besar).
22. Sianosis : Gambaran kulit dan membran mukosa yang kebiruan akibat
oksigenasi darah yang tidak sempurna.
23. Takhipnoe : pernafasan cepat.
24. Takikardi : kecepatan denyut nadi yang abnormal (denyut nadi cepat) .
25. Tendon : Pita jaringan fibrosa yang membentuk bagian ujung otot dan
perlekatannya pada tulang.
26. Trombosis : Trombosis adalah terbentuknya masa dari unsur darah didalam
pembuluh darah vena atau arteri pada makluk hidup. Trombosis
merupakan istilah yang umum dipakai untuk sumbatan pembuluh
darah, baik arteri maupun vena.
27. Ulkus : luka
2. a. Apakah pengukuran peningkatan gula darah dapat dihitung dengan jam, menit, atau
detik?
Penting untuk diketahui bahwa untuk mengukur kadar gula darah tidak bisa disamakan
dengan mengukur/menghitung frekuensi denyut nadi atau denyut jantung yang bisa kita
ukur dengan per jam, per menit, ataupun per detik. Karena untuk mengukur gula darah
perlu diambil sample darah dan alasan-alasan lain seperti, biaya pengukuran yg agak
tinggi dibandingkan dengan pengukuran tekanan darah atau penghitungan frekuensi
denyut nadi dan juga harus memperhatikan rujukan atau petunjuk dokter untuk
melakukan pengukuran kadar gula darah.
b. Apa yang menyebabkan pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh pada
penderita DM? (Margaretha Supit)
P a g e | 44
Dalam keadaan insulin normal, asupan glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh
aan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam sel tubuh. Glukosa itu kemudian
diolah untuk menjadi bahan energi. Jika bahan energi yang dibutuhkan masih ada, sisa
akan disimpan sebagai glukogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot(sebagai massa sel
otot). Proses glikogenesis (pembentukan glikogen dari unsur glukosa ini dapat
mencegah terjadinya hiperglikemia. Pada penderita Diabetes Melitus terjadi
pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh karena proses ini tidak dapat
berlangsung dengan baik sehingga glukosa tidak digunakan dalam sel tubuh atau
digunakan tapi hanya dalam jumlah yang kecil sehingga terbanyak glukosa menumpuk
di dalam darah.
3. Apa yang menyebabkan pasien Diabetes Melitus menjadi pelupa, kebingungan, atau
pening? (Fidelia Ete)
Banyak faktor yang menyebabkan pasien Diabetes Melitus manjadi kebingungan,
pelupa, maupun pening. Faktor-faktor tersebut bisa berhubungan erat dengan resiko
perubahan sensori perseptual yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
glukosa/insulin; penurunan glukosa pada otak yang akan berakibat penurunan kerja
pusat keseimbangan (di serebelum) sehingga pasien bisa menjadi pelupa atau mudah
terhuyung saat berdiri (tidak seimbang); ataupun bisa disebabkan karena penurunan
produksi energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat
berlangsung dengan baik.
b. Diagnosis risiko
Komponen diagnosis risiko terdiri atas 2 bagian, yaitu:
PE: (problem + etiologi)
Atau
PR (problem + faktor yang berhubungan)
P a g e | 45
e. Diagnosis sindrom
Bentuk dari diagnosis ini hanya terdiri dari satu bagian dan langsung menyebutkan
sindrom yang dimaksud.
5. Jelaskan tujuan analisa data dengan hubungan antara fenomena-fenomena yang terdapat
dalam penelitian!
Jika kita membahas fenomena-fenomena yang terdapat dalam penelitian, maka kita
akan menemukan begitu banyak fenomena yang ada dalam penelitian. Penting untuk
diperhatikan bahwa kita harus memilah-milah manakah fenomena yang konkret dengan
penelitian yang kita lakukan karena ada berbagai macam penelitian dan fenomena.
Namun yang utama bahwa fenomena-fenomena yang ada sangat membantu jalannya
penelitian karena dapat menerangkan situasi yang ada dan sedang berkembang,
sehingga pada akhirnya kita bisa membuat sintesis yang sesuai dan menganalisa
data/masalah dengan akurat.
subjektif maupun data objektif. Dengan adanya data subjektif, data objektif,
pengetahuan tentang pathofisiologi, serta tanda dan gejala dari penyakit yang kami
bahas maka akhirnya, kami mencoba menyusun etiologi, masalah, serta diagnosa.
Dosen Pembimbing :
Grace Benedicta Polii, S.Kep., Ns
TAHAP PERENCANAAN
Anda bertanggung jawab atas intervensi keperawatan yang akurat dan terbaru.
Oleh karena itu, anda perlu mengenal pengetahuan yang ilmiah yang mendukung
intervensi ini.
Standar keperawatan dan kebijakan lembaga juga harus dipertimbangkan ketika
memilih intervensi yang spesifik. Contoh: satu standar keperawatan menguraikan
tingkat asuhan keperawatan yang minimum yang berhubungan dengan katerisasi urin.
Standar keperawatan juga berisi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang
dibutuhkan untu memenuhi standar tersebut. Kebijakan mengidentifikasi tingkat
persiapan pendidikan yang diperlukan untuk melakukan prosedur, sementara bagian
prosedur menjelaskan alat-alat yang dibutuhkan dan metode-metode yang dianjurkan
untuk melakukan prosedur tersebut. Intervensi harus dipertimbangkan dan bertujuan
meliputi aktivitas keperawatan independen seperti frekuensi aktivitas pemantauan/
pengkajian terfokus, konseling, penyuluhan, jalan napas, dan juga tindakan kolaboratif
yang diperlukan termasuk konsultasi dan rujukan ke penyedia perawatan lainnya.
Untuk dapat dikomunikasikan dengan akurat, intervensi keperawatan, seperti
halnya diagnosa keperawatan dan tujuan perawatan pasien, perlu dibuat dalam format
yang benar dan dinyatakan secara spesifik dan jelas. Kriteri berikut ini harus
dimasukkan dalam menentukan dan mendokumentasikan intervensi keperawatan dalam
rencana perawatan pasien:
Tanggal intervensi keperawatan harus ditulis
Verba tindakan menggambarkan aktivitas yang dilakukan
Pemberi sifat, yaitu bagaimana, kapan, dimana, waktu. Frekuensi, dan jumlah
Tanda tangan dan / inisial perawat tidak diperbolehkan karena ini dapat berarti bahwa
individu atau fasilitas mencoba untuk mengubah fakta-fakta.
C. PERENCANAAN PULANG
Karena anda merencanakan kebutuhan pasien saat ini, anda juga harus
mempertimbangkan kebutuhan yang akan datang, khususnya pemulangan dari fasilitas
perawatan kesehatan. Perencanaan pulang dimulai ketika pasien memasuki tatanan
perawatan kesehatan. Adalah sangat penting untuk memastikan kesinambungan
perawatan dan untuk menentukan tempat pemulangan yang diantisipasi (mis. Rumah
atau fasilitas keperawatan yang terlatih). Anda bertanggung jawab untuk merencanakan
kesinambungan perawatan antara personal keperawatan, antara pelayanan-pelayanan
dalam tatanan keperawatan, dan antara tatanan perawatan dengan komunitas. Anda juga
P a g e | 51
Rencana perawatan mungkin dicatat di halaman tunggal atau dalam format yang
banyak halaman, seperti satu halaman untuk setiap pernyataan diagnose untuk pasien
tertentu. Halaman itu dapat dimasukkan ke dalam satu map (Kardex) di ruang jaga
perawat, dalam catatan pasien, atau di dekat tempat tidur untuk mengkomunikasikan
dan memberikan petunjuk harian.
Format untuk mendokumentasikan rencana perawatan ditentukan oleh kebijakan
institusi. Rencana perawatan dari mahasiswa (studi kasus) dibuat secara individual dan
sangat rinci. sebagai seorang professional yang berpraktik, anda dapat menggunakan
computer dengan database rencana perawatan, bentuk rencana perawatan yang telah
distandardisasi atau CLINICAL PATHWAYS [mis. Critical Pathways, Map
Perawatan, dll]. Yang manapun yang anda gunakan, rencana perawatan perlu
mencerminkan standar asuhan keperawatan dasar, dimana data pribadi pasien,
perawatan nonrutin, dan pemberi sifat seperti waktu atau jumlah ditambahkan, jika
perlu.
Contoh:
Ukur masukan dan keluaran (sertakan frekuensi)
Tingkatkan cairan oral (sertakan jumlah dan frekuensi)
Berikan obat (sertakan nama obat, dosis dan frekuensi)
Timbang berat badan (sertakan waktu dan frekuensi)
Apakah perawat yang telah membuat diagnose ini bertanggung jawab terhadap
tindak lanjut resolusi masalah tersebut?
Secara nasional pertanyaan-pertanyaan ini tidak dapat dijawab, dan hasil yang
diharapkan dari pasien tetap tidak dicapai. Secara etik, ini dapat tergantung komunitas
keperawatan dan industri perawatan kesehatan untuk merumuskan kebijakan yang akan
meningkatkan penyembuhan pasien secara optimal dan meningkatkan pemeliharaan
kesehatan. Sebagai seorang professional kesehatan, anda perlu untuk
mempertimbangkan isu-isu ini karena mereka akan mempengaruhi perawatan yang anda
berikan dn cara yang anda lakukan untuk membuat rencana perawatan pasien anda.
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
Glucose Tolerance SC pada pagi hari setelah contoh dibutuhkan untuk penyembuhan
Test(OGTT) darah harian diambil. dan membuang debris yang
250mg/dl dan uji terfagositasi.
Fasting Plasma 6. Menjaga kebersihan
Glucose(FPG) 150 luka/meminimalkan kontaminasi
mg/dl, suhu badan silang. Plester adesif dapat
380 C. membuat abrasi terhadap
jaringan mudah rusak.
7. Mengobati disfungsi metabolik
yang mendasari, menurunkan
hiperglikemia dan meningkatkan
penyembuhan.
P a g e | 56
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH
A. TAHAP IMPLEMENTASI
Menurut craven dan Himle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori
dari implementasi keperawatan, antara lain :
1. Cognitive implementations, meliputi pengajaran / pemdidikan,
menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari –
hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi,
memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi
penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai
kebutuhan, dll.
2. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan – kegiatan,
meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan
jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual,
bertindak sebagai advokasi klien, role model, dll.
3. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan
kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari
P a g e | 65
B. TAHAP EVALUASI
Kritis dalam evaluasi berarti evaluasi dilakukan secara berhati – hati dan
terperinci. Hal ini merupakan kunci dari keberhasilan evaluasi pencapaian tujuan.
Adapun tujuan melakukan pencatatan hasil evaluasi adalah sebagai berikut
:
1. Menilai pencapaian kriteria hasil dan tujuan.
2. Mengidentifikasi variabel – variabel yang memengaruhi pencapaian
tujuan.
3. Membuat keputusan apakah rencana asuhan diteruskan atau dihentikan.
4. Melanjutkan, memodifikasi, atau mengakhiri rencana.
Berikut ini adalah tipe – tipe evaluasi yang dilakukan dalam suatu proses
keperawatan.
1. Evaluasi tujuan
P a g e | 69
Focus pada hasil, tujuan keperawatan (mana tujuan yang tercapai), dan
tingkat kepuasan klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
2. Evaluasi proses
Fokus pada bagaimana proses asuhan keperawatan diberikan. Apakah
pengkajian dengan baik, apakah interverensi dilakukan secara
konsisten, dan apakah tujuan telah tercapai.
3. Evaluasi struktur
Fokus pada persiapan lingkungan di mana asuhan keperawatan
diberikan (peralatan, lingkungan, pola, staf, dan komunikasi).
P a g e | 70
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
10:50 6. Membalut luka dengan kasa kering steril, A : - Masalah teratasi belum teratasi.
mengunakan plester kertas.
Hasil : kelembapan ulkus terjaga P : - Intervensi lanjut.
Intervensi : (2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9)
11:00 7. Memberikan 15 unit insulin Humulin N SC
pada pagi hari setelah contoh darah harian
diambil.
Hasil : Kadar gula darah mengalami
perubahan
Rabu, 25 12:00 2 1. Mendapatkan riwayat pasien/orang terdekat Rabu, 25 S: Pasien belum merasa nyaman
Agustus 2010 sehubungan dengan lamanya intensitas dari Agustus
gejala seperti muntah, pengeluaran urine 2010 O : TTV
yang sangat berlebihan. - Suhu tubuh : 380 C
Hasil : Lamanya muntah sudah 6 bulan yang - Tekanan darah : 155/90 mmhg
lalu dan pengeluaran urine 10 kali/hari - Nadi : 80 kali/M
dengan volume 100 ml - Pernapasan : 24 kali
-Pernapasan kusmaul dan berbau
P a g e | 72
positif
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
10:40 5. Memijat area sekitar sisi luka. A : - Masalah teratasi belum teratasi.
Hasil : Pasien masih dapat merasakan
pijatan P : - Intervensi lanjut.
Intervensi : (2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9)
10:50 6. Membalut luka dengan kasa kering steril,
mengunakan plester kertas.
Hasil : kelembapan ulkus terjaga
Kamis, 26 12:00 2 1. Mendapatkan riwayat pasien/orang terdekat Kamis, 26 S: Pasien belum merasa nyaman
Agustus 2010 sehubungan dengan lamanya intensitas Agustus
dari gejala seperti muntah, pengeluaran 2010 O : TTV
urine yang sangat berlebihan. - Suhu tubuh : 37,50 C
P a g e | 78
08:00 7. Memantau intake output, catat berat jenis A : Masalah belum teratasi.
urine.
Hasil : Intake 2500 ml, output 2000 ml, P : Intervensi lanjut.
berat jenis urine 1100 ml Intervensi : (2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan
10)
14:45 8. Mempertahankan untuk memberikan
cairan paling sedikit 2500ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi jantung jika
pemasukan cairan melalui oral sudah
dapat diberikan.
Hasil : Cairan dalam tubuh menjadi
banyak
Kamis, 26 08:00 1 1. Memberikan makan cair yang Kamis, 26 S : Pasien belum merasa baikan
Agustus 2010 mengandung zat makanan (nutrien) dan Agustus
elektrolit dengan segera jika pasien sudah 2010 O:
dapat mentoleransinya melalui pemberian - Cairan dalam tubuh meningkat
cairan melalui oral. - Berat badan : 65 kg
Hasil : Cairan dalam tubuh meningkat - Pasien dapat menghabiskan 1/4
porsi makanan yangdiberikan
08:45 2. Menimbang berat badan tiap hari atau - Bising usus 20 kali/M, mual sering,
sesuai dengan indikasi. nyeri abdomen tiap 2 jam.
Hasil : berat badan 65 Kg - Keluarga menanggapi dengan sikap
-Keluarga pasien
08:30 3. Menentukan program diet dan pola makan menerima/memberikan respon
pasien dan membandingkan makanan positif dengan tindakan perawat
yang dapat dihabis pasien. tersebut
Hasil : Memberikan ¼ porsi makanan
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
10:40 5. Memijat area sekitar sisi luka. A : - Masalah teratasi belum teratasi.
Hasil : Pasien masih dapat merasakan pijatan
P : - Intervensi lanjut.
10:50 6. Membalut luka dengan kasa kering steril, Intervensi : (2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9)
mengunakan plester kertas.
Hasil : kelembapan ulkus terjaga
Jumat, 27 12:00 2 1. Mendapatkan riwayat pasien/orang terdekat Jumat, 27 S: Pasien belum merasa nyaman
Agustus 2010 sehubungan dengan lamanya intensitas dari Agustus
gejala seperti muntah, pengeluaran urine 2010 O : TTV
P a g e | 84
Dosen Pembimbing :
Angela R. Napitupulu, S. Kep., Ns
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENCATATAN/DOKUMENTASI
I. PENGERTIAN
Dokumentasi adalah suatu yang ditulis atau dicetak, kemudian
diandalkan sebagai catatan bukti bagi orang yang berwenang, dan
merupakan bagian dari praktik profesional.
Catatan adalah komunikasi tertulis permanen yang
mendokumentasikan informasi yang relevan dengan manajemen perawatan
kesehatan klien, sebagai contoh, catatan atau bagan klinik.
Dokumentasi bukan hanya syarat untuk akreditasi, tetapi juga syarat
hukum di tatanan perawatan kesehatan. Dokumentasi secara umum
merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat di
buktikan dalam persoalan hukum. Dari fokus keperawatan, dokumentasi
memberikan catatan tentang penggunaan proses keperawatan untuk
memberikan perawatan pasien secara individual. Harus diingat bahwa, dari
segi hukum, jika kejadian/aktivitas tidak di dokumentasikan berarti
kejadian/aktivitas tersebut tidak terjadi atau tidak dilakukan. Pengkajian
awal dicatat dalam riwayat pasien atau data dasar pasien.
3. Perilaku.
4. Respon terhadap stimulus, perubahan visual dan pendengaran, respon
verbal terhadap pertanyaan, respon terhadap lingkungan, dan
perubahan perilaku.
5. Asuhan keperawatan terapeutik.
6. Perawat yang rutin, kontrol nyeri, terapi darah, dan penggantian cairan
intravena.
7. Pengawasan asuhan keperawatan.
8. Memotor aktivitas motorik, tanda-tanda vital, status neuorologi,
kardiovaskuler, cairan dan nutrisi.
9. Respon klien terhadap terapi.
10. Keseimbangan cairan, konsumsi makanan, intake dan output, status
sirkulasi dan pernapasan, serta edukasi dan nyeri.
Prinsip pencatatan ditinjau dari dua segi yaitu: dari segi isi maupun
teknik pencatatan.
I. ISI PENCATATAN
1. Mengandung Nilai Administratif
Misalnya rangkaian pendokumentasian kegiatan pelayanan
keperawatan merupakan alat pembelaan yang sah manakala terjadi
gugatan.
2. Mengandung Nilai Hukum
Misalnya catatan medis kesehatan Keperawatan dapat dijadikan
sebagai pegangan hukum bagi rumah sakit, petugas kesehatan,
maupun pasien.
3. Mengandung Nilai Keuangan
Kegiatan pelayanan medis Keperawatan akan menggambarkan tinggi
rendahnya biaya perawatan yang merupakan sumber perencanaan
keuangan rumah sakit.
P a g e | 93
3. Format SOAP
Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien.
S: Subjective Pernyataan atau keluhan dari pasien
O: Objective Data yang diobservasi oleh perawat atau
keluarga.
P a g e | 96
Contoh SOAP :
TGL WAKTU MASALAH S.O.A.P
30/6/01 Jam 14.00 Integritas kulit S : pasien mengeluh rasa nyeri sekitar
luka ketika dipalpasi
penyembuhan
3. Format SOAPIER
Format SOAPIER lebih tepat digunakan apabila rencana pasien ada yang
akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.
S: Subjective Pernyataan atau keluhan pasien
O: Objective Data yang diobservasi
A: Analisis Kesimpulan berdasarkan data objektif dan
subjektif
P: Planning Apa yang dilakukan terhadap masalah
I: Implementation Bagaimana dilakukan
E: Evaluation Respons pasien terhadap tindakan
keperawatan
R: Revised Apakah rencana keperawatan akan dirubah
Contoh SOAPIER :
TGL WAKTU MASALAH S.O.A.P.I.E.R
P a g e | 97
4. Format DAR
Format dokumentasi DAR membantu perawat untuk mengatur
pemikirannya dan memberikan struktur yang dapat meningkatkan
pemecahan masalah yang kreatif. Komunikasi yang terstruktur akan
mempermudah konsistensi penyelesaian masalah di antara tim
kesehatan.
D: Data. Data objektif dan subjektif yang mendukung
masalah
A: Action. Tindakan yang segera harus dilakukan untuk
mengatasi masalah
R: Respons. Respons pasien terhadap tindakan perawat sekaligus
melihat tindakan yang telah dilakukan berhasil/tidak.
Contoh DAR :
D. Pelaporan
aktivitas atas pengamatan yang dilihat, dilakukan atau didengar. Empat tipe
pelaporan yang dibuat oleh perawat termasuk laporan pertukaran tugas,
laporan per telepon, laporan pemindahan klien, dan laporan kecelakaan.
Laporan pertukaran tugas terjadi dua atau tiga kali sehari pada setiap
tipe unit keperawatan disemua tipe lingkungan perawatan kesehatan. Pada
akhir giliran tugas perawat melaporakan informasi tentang klien yang
menjadi tenggung jawabnya kepada perawat yang bekerja pada giliran tugas
berikutnya. Pelaporan adalah sistem komunikasi yang ditujukan pada
pertukaran informasi penting yang diperlukan untuk perawatan klien yang
aman dan holistik. Tujuan dari pelaporan untuk memberikan kontinuitas
perawatan yang lebih baik diantara perawat yang merawat klien.
Keluarga pasien menerima / dikloksasilin 500 mg per oral setiap 6 jam, mulai jam 10
memberikan respon positif dengan malam: nyeri berkurang.
tindakan perawat tersebut Evaluasi:
Rabu, 25 Agustus 2010 perasaan pasien setelah luka
A : - Masalah belum teratasi. dibersihkan: pasien mengatakan belum nyaman walau luka
telah dibersihkan. Saat dievaluasi luka pasien: masih terdapat
P : - Intervensi lanjut. pruritus, urtikaria dan ruam, luka pasien belum terbentuk
Intervensi : (2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9) granulasi, masih terdapat pus dan berbau busuk, pasien Perawat Tria Amba
masih dapat merasakan pijatan/fungsi sensori baik, kadar 25 Agustus 2010.
gula darah mengalami perubahan mendekati normal, nyeri 17:00 WITA.
pada luka pasien berkurang. Masalah pasien belum teratasi,
intervensi lanjut (2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9).
Rabu, 25 S: Pasien belum merasa nyaman Rabu, 25 Agustus 2010: Pukul 08:00, observasi TTV pasien:
Agustus Suhu tubuh = 380 C
2010 O : TTV Denyut Nadi = 80 kali /menit
- Suhu tubuh : 380 C Pernafasan = 24 kali /menit
- Tekanan darah : 155/90 mmhg Tekanan Darah = 155/90 mmHg
- Nadi : 80 kali/M Pantau intake output, catat berat jenis urine: intake 2500 ml,
- Pernapasan : 24 kali output 2100 ml, berat jenis urine 1100 ml. Pukul 08:30,
-Pernapasan kusmaul dan berbau observasi warna kulit: warna kulit kemerahan pada bagian
keton ulkus dan pucat secara umum, kelembapan kulit normal.
-Warna kulit kemerahan pada bagian Pukul 09:00 mengkaji adanya perubahan mental/sensori:
ulkus dan pucat secara umum, fungsi penglihatan kabur jika tidak menggunakan kacamata,
kelembapan kulit normal hal-hal yang dilaporkan pasien: mual sering, nyeri abdomen
-Nadi perifer cepat, pengisian tiap 2 jam muntah 3 kali/jam dan distensi lambung 20
kapiler tidak baik, tugor kulit tidak kali/menit. Pukul 10:00 Selimuti pasien dengan selimut tipis
P a g e | 103
elastis dan membran mukosa lembab : pasien merasa nyaman ketika diselimuti. Pukul 12:00 data
-Intake 2500 ml, output 2100 ml, riwayat pasien didapatkan sehubungan dengan lamanya
berat jenis urine 1100 ml intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang
- Cairan dalam tubuh menjadi sangat berlebihan: lamanya muntah sudah 6 bulan yang lalu
banyak dan pengeluaran urine 10 kali/hari dengan volume 100 ml.
- Pasien merasa nyaman ketika Pukul 13:30 mengobservasi pola napas seperti adanya
diselimuti pernapasan kusmaul atau pernapasan yang berbau keton:
-Fungsi penglihatan kabur jika tidak pernapasan kusmaul dan berbau keton. Pukul 14:15 kaji nadi
menggunakan kacamata perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa:
-Mual sering, nyeri abdomen tiap 2 nadi perifer cepat, pengisian kapiler tidak baik, tugor kulit
jam munta 3 kali/jam dan distensi tidak elastis dan membran mukosa lembab. Pukul 14:45
lambung 20 kali/M pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit
- Keluarga pasien 2500ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung jika
menerima/memberikan respon pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan :
positif dengan tindakan perawat Cairan dalam tubuh menjadi banyak. Pukul 17:00
tersebut memberikan Health Education kepada keluarga berkaitan
dengan penyakit yang di derita pasien: keluarga pasien
A : Masalah belum teratasi. menerima/memberikan respon positif dengan tindakan
perawat tersebut.
P : Intervensi lanjut. Evaluasi:
Intervensi : (2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan Rabu, 25 Agustus 2010 perasaan pasien setelah dilakukan
10) intervensi keperawatan: pasien belum merasa nyaman. TTV
pasien
- Suhu tubuh : 380 C
- Tekanan darah : 155/90 mmhg
- Nadi : 80 kali/menit
- Pernapasan : 24 kali/menit
Pernapasan kusmaul dan berbau keton, warna kulit
P a g e | 104
Rabu, 25 S : Pasien belum merasa baikan Rabu, 25 Agustus 2010: Pukul 08:00 memberikan makan
Agustus cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit:
2010 O: cairan dalam tubuh meningkat. Pukul 08:30 penentuan
- Cairan dalam tubuh meningkat program diet dan pola makan pasien dan membandingkan
- Berat badan : 65 kg makanan yang dapat dihabiskan pasien: Memberikan ¼ porsi
- Pasien dapat menghabiskan 1/4 makanan. Pukul 08:45 menimbang berat badan, berat badan
porsi makanan yangdiberikan pasien: 65 Kg. Pukul 09:00 auskultasi bising usus, mencatat
- Bising usus 20 kali/M, mual sering, adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntahan
nyeri abdomen tiap 2 jam. makanan: Bising usus 20 kali/menit, mual sering, nyeri
- Keluarga menanggapi dengan abdomen tiap 2 jam. Pukul 17:00 melibatkan keluarga pasien
sikap pada perencanaan makanan pasien sesuai dengan indikasi:
-Keluarga pasien keluarga menanggapi dengan sikap positif. Pukul 17:30
menerima/memberikan respon Memberikan Health Education: keluarga pasien
positif dengan tindakan perawat menerima/memberikan respon positif dengan tindakan
P a g e | 105
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dokumentasi perawatan pasien mengkomunikasikan dan
mencerminkan individualisasi perawatan yang anda berikan. Dokumentasi
meningkatkan kesinambungan perawatan pasien diantara penyedia
perawatan kesehatan dan berfungsi sebagai dasar untuk evaluasi perawatan
yang diberikan. Akhirnya, proses dokumentasi menguatkan peran dan
tanggung jawab anda untuk mengimplementasikan dan mengevaluasi proses
keperawatan. Karena keterampilan anda meningkat, maka anda dapat
menghemat waktu anda dengan menggunakan sistem dokumentasi secara
konsisten yang berfokus pada masalah-masalah yang spesifik. Dokumentasi
yang akurat juga dapat membantu dalam memenuhi syarat akreditasi dan
hukum.
II. SARAN
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses
keperawatan/asuhan keperawatan khusunya tentang Pencatatan dan
Pelaporan, dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran pada mata
kuliah PKKDM I serta menjadi pedoman dan bahan pembelajaran dalam
melaksanakan profesi kita sebagai perawat nantinya. Oleh karena itu dengan
adanya bahan materi ini diharapakan kita sebagai mahasiswa mampu
mengetahui definisi pencatatan dan pelaporan dalam proses keperawatan,
dapat mengidentifikasi tujuan pencatatan dan pelaporan dalam proses
keperawatan, serta dapat mengetahui contoh bentuk format pencatatan
dalam asuhan keperawatan sebelum kita turun ke lapangan/masyarakat.
P a g e | 107
DAFTAR PUSTAKA
Format SOAPIER lebih tepat digunakan apabila rencana pasien ada yang
akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.
I : Implementation Bagaimana dilakukan
Contoh: Basahi luka dengan NaCl 0,9% sesuai instruksi
E : Evaluation Respons pasien terhadap tindakan keperawatan
Contoh: Luka masih bernanah
R : Revised Apakah rencana keperawatan akan dirubah
Contoh: Ganti balutan menjadi 2 kali/hari
6. Format DAR
Format DAR membantu perawat untuk mengatur pemikirannya dan
memberikan struktur yang dapat meningkatkan pemecahan masalah yang
kreatif.
D : Data. Data objektif dan subjektif yang mendukung masalah
P a g e | 110
Cara selaku perawat dalam menanggapi proses yang tidak dilakukan atau
tidak dicatat dalam pendokumentasian yaitu dengan cara sesuai dengan teori
teknik pencatatan/dokumentasi, salah satu syarat untuk membuat
pendokumentasian itu adalah harus memiliki data yang akurat tidak boleh
terjadi kesalahan keakuratan dalam dokumentasi. Yang penting disini sikap
perawat itu sendiri yang harus yaitu harus selalu tekun, mau bekerja keras
dan bertanggung jawab.