Professional Documents
Culture Documents
Tjandramukti *
PENDAHULUAN
Faktor – faktor pembatas produksi pertanian ( limiting factors ) saat musim
kemarau sbb : Pertama, kekurangan air ; kedua, penguapan air tanah tinggi ; ketiga,
temperatur panas bumi tinggi ; keempat, sistem olah tanah non konservasi ; kelima,
pemupukan pupuk organik rendah, keenam, efisiensi pupuk N ( Urea ) rendah ; ketuju,
menanam tanaman yang tidak toleran terhadap kekeringan ; kedelapan, pemanfaatan
jerami padi atau sekam padi sebagai mulsa masih rendah ; kesembilan, belum ada
kebersamaan membuat embung sebagai tandon air.
Kesembilan faktor – faktor pembatas produksi, semuanya berhubungan dengan
ketersediaan air tanah yang mutlak dibutuhkan tanaman untuk hidup dan produksi. Musim
kemarau, hujan sangat berkurang, bahkan tanpa hujan dalam jangka waktu lama. Ketidak
tersediaan air yang terikat tanah merupakan faktor pembatas produksi yang dampaknya
paling besar pengaruhnya terhadap kemerosotan produksi, timbul gagal panen akibat
kekeringan.
Siklus air dibumi, prinsipnya bisa diuraikan sbb : Pertama, penguapan air tanah,
tanaman, makhluk hidup, air sungai dan air laut berkumpul menjadi awan ; kedua, saat
bulan Nopember hingga bulan April di pulau Jawa meniup angin muson barat yang basah
dan manyebabkan kondensasi uap air, timbul hujan, pulau Jawa memasuki musim hujan.
Sedang bulan Juni hingga bulan September, meniup angin muson tenggara yang kering,
tidak terjadi kondensasi uap air, pulau Jawa memasuki musim kemarau.
Air bagi kehidupan makhluk hidup di bumi termasuk untuk pertanian 100 %
berasal dari air hujan. Air hujan yang jatuh kebumi bisa merupakan air permukaan tanah
yang mengalir ke sungai yang akhirnya mengalir ke laut. Sebagaian air hujan akan meresap
kedalam tanah sebagai air tanah. Kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung
memiliki fungsi sebagai daerah resapan air hujan yang paling penting dan memiliki fungsi
menghidupkan sumber mata air pegunungan sebagai sumber mata air hulu sungai dan
sumber mata air sumur / sumur pantek dikawasan bawah yang merupakan bagian dari
sungai dibawah tanah.
Saat musim kemarau, bumi kekurangan air, sedang saat musim hujan bumi
kelebihan air yang dampaknya air tanah naik tinggi, timbul kejenuhan air tanah ( water
lodge ) dan banjir yang merupakan faktor pembatas produksi bagi tanaman, kecuali
tanaman padi dan kenaf.
Tanam holtikultura saat musim hujan dengan kondisi tanah berkelebihan air,
dibutuhkan Rekayasa Teknologi Off Season musim hujan yang mendukung keberhasilan
usaha tani. Rekayasa Teknologi Off Season musim hujan dapat dipelajari dari Informasi
Pertanian BMF No. 50, 2000 yang berjudul : “ CARA MENANAM HOLTIKULTURA
OFF SEASON SAAT MUSIM HUJAN “.
1
tanah yang favorable untuk pertumbuhan dan produksi yang optimal, ialah yang tidak
menimbulkan kejenuhan air tanah, juga yang tidak menimbulkan kekurangan air tanah bagi
pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal.
2
b. Tanaman holtikultura : Tomat, cabe, terong, kentang, semangka, melon,
ketimun, krai, gambas, labu, waluh.
c. Tanaman perkebunan : Tembakau, kapas.
Semua tanaman yang toleran terhadap iklim kering, memiliki akar yang dalam,
sehingga mampu menambang air dan hara di sub soil.
2. Sistem olah tanah konservasi.
a. Awal musim kemarau saat tanah belum kering : Sistem olah tanah xero
tillage. Metode tanam dengan ditugal tanpa olah tanah.
b. Musim kemarau saat tanah permukaan sudah kering : Sistem olah tanah
minimum tillage. Metode tanam dengan sistem koak, tanam dalam koakan.
Bila saat tanam masih sering hujan, tanah koakan dikembalikan kembali,
baru banih ditanam dengan sistem tugal dibekas tanah koakan. Tujuannya
benih tidak busuk bila hujan turun. Sistem tanam dengan koakan, tujuannya
agar akar mampu sub soil sebab tanah dalam koakan relatip basah. Tanah
koakan akan lebih mengikat air bila didukung dengan pengocoran setelah
tanam. Usaha untuk meningkatkan kelembaban sekitar benih, bila dilakukan
penutupan benih dengan kompos / pupuk kandang atau sekam padi.
Kebiasaan petani saat tanam musim kemarau sbb : Dibuat selokan drainage, tanah
cangkulan drainage dinaikan diatas gulutan terutama gulutan yang rendah. Tanam
sistem koak, tetapi koakan tidak sampai di tanah bawah ( tanam waras ),
dampaknya akar tunggang ( akar seminal untuk jagung dan sorgum ) tidak mampu
menerobos ke tanah bawah ( sub soil ), akar tunggang akan membelok ke lateral.
Tanaman sangat rentan terhadap kekeringan, tumbuh menara, kerdil, pertumbuhan
tampak terhenti dengan daun pucuk menguning dan ngerupuk separti layaknya
tanaman yang terserang panyakit virus keriting. Sebetulnya tanaman terserang
panyakit fisiologi yang disebut Die Back disebabkan perakaran yang tidak
berkembang. Bila tanaman dicabut, akar tampak pendek disekliling batang dengan
akar tunggang pendek tidak berkembang, membelok ke lateral.
3
air tanah dibawah jerami akan mengalami kondensasi di mulsa jerami,
jerami akan basah sehingga tanah dibawah mulsa jerami juga basah.
MEKANISME KOMPOS CAIR BIO LEMI DAN PPC ORGANIK BIO FERT PLUS
DALAM ANTISIPASI TANAM SAAT MUSIM KEMARAU.
1. KOMPOS CAIR BIO LEMI.
Kompos Cair BIO LEMI merupakan pupuk cair organik ekstrak fermentasi
phyto & biomas organik dalam konsentrasi tinggi. Kaya asam humus
ditambah pupuk meso yang dibutuhkan guna meningkatkan pertumbuhan
akar vigor, luas dan dalam, sehingga mampu meningkatkan fungsi akar
dalam menambang hara dan air tanah. Mengandung precusor phytohormon
yang menjamin sintesa phytohormon Indole Acetic Acid ( IAA = Auxin ),
yang fungsinya sebagai hormon pertumbuhan. Meningkatkan hardening
akar sehingga akar lebih kuat dan mampu meningkatkan daya tahan akar
terhadap genangan air, sebab BIO Lemi juga berfungsi melindungi ujung
akar yang fungsinya sebagai exudat akar. BIO LEMI mampu melepaskan
hara terikat menjadi hara tersedia bagi akar umpama hara P, K, Ca, Mg, dan
4
Fe yang terikat tanah. BIO LEMI meningkatkan efisiensi pemupukan pupuk
anorganik.