Professional Documents
Culture Documents
II. Analisa
Dari ringkasan di atas, berikut beberapa pertanyaan yang akan diuraikan lebih lanjut:
1. Bagaimana Waltz menyelesaikan hambatan dalam menjelaskan pembentukan dan
pengaplikasian teori?
2. Mengapa Waltz kerap mengkaitkan antara ekonomi dan politik internasional?
3. Bagaimana definisi power dalam pengertian realisme dan neorealisme?
4. Bagaimana peran neorealisme dalam relasi internasional?
5. Apakah dalam konsep realisme, interaksi antar negara tetap terjadi?
a. Pembentukan Teori
Dalam soal pembentukan teori, persoalan yang kerap diperdebatkan adalah adanya
kesulitan dalam membentuk sebuah teori Ini yang dialami para teoris, baik dalam studi
politik internasional maupun juga ekonomi. Mengenai ini, Waltz mengkritik pembentukan
teori, misalnya oleh Raymond Aron mengenai realis. Ada kompleksitas/kerumitan yang
membuat teori menjadi sulit dirancang. Misalnya, Aron mempertanyakan apakah variabel
ekonomi, politik, dan sosial masuk ke dalam sistem internasional; kepentingan negara yang
banyak; ada pembedaan antara variabel dependen dengan independen. Masalah-masalah ini
sebenarnya tidak perlu dibuat rumit. Yang perlu lebih diperhatikan adalah masalah
pengaplikasian sebuah teori.
Pada tulisannya yang lain1, Waltz menjelaskan bahwa sebuah teori harus bisa diujikan
pada bidang yang ingin dijelaskan oleh teori tersebut. Jika ada hal yang tak mampu dijelaskan
oleh sebuah teori, maka tak berarti teori itu gagal atau tak sempurna. Sebab, Waltz telah
memberi batasan bahwa sebuah teori tak mungkin mampu menjelaskan semua permasalahan.
Jadi, sifatnya terbatas dan digunakan sesuai kasus tertentu.
b. Ekonomi dan Politik Internasional
1
Kenneth N. Waltz, “Anarchic Orders and Balances of Power” in Robert O. Keohane (ed.),
Neorealism and Its Critics. New York: Columbia University Press, pp 98-130
Intan Sari Boenarco , 1006797130 / Review I Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional (Kelas B )
Sumber: Kenneth N. Waltz, Realist Thought and Neorealist Theory
sumber daya alam, industri, ekonomi, batas wilayah, ideologi, cara berpikir, gaya hidup. Di
Indonesia, jumlah penduduk bisa menjadi power setidaknya tampak dalam lingkup ASEAN.
Karena, 46 persen warga ASEAN terdiri dari penduduk Indonesia. Sama dengan yang
disampaikan oleh Mearsheimer, bahwa power yang utama ada dalam kekuatan militer yang
ditunjukkan dengan angkatan bersenjata atau senjata nuklir. Hal ini terlihat pada negara
Amerika yang sekaligus merupakan ‘raja’ kapal induk di dunia. Lalu, ada pula power dari
segi sosial ekonomi yang dapat ditujukan untuk menyokong militer, seperti kekayaan negara,
jumlah populasi, teknologi. Sebagai contohnya, negara China.
Selanjutnya, dalam dunia yang anarki, baik realis maupun neorealis, pada keduanya
berlaku kondisi uncertainty atau ketidakpastian dalam negara. Ini artinya, masing-masing
negara tidak saling mengetahui kapabilitas negara lain. Pada akhirnya, setiap negara akan
merasa kedudukannya selalu terancam oleh negara lain. Dalam neorealisme, keadaan anarki
dan negara yang berdaulat dapat diartikan bahwa suatu negara tidak punya kewenangan untuk
mengganggu negara lain yang juga punya kedaulatannya sendiri.
Tetapi, perlu dipahami bahwa negara juga perlu menjamin keamanannya sendiri. Dengan
begitu, negara harus mampu menilai dirinya sendiri. Jika sebuah negara tidak mampu
membangun kekuatan militer untuk memenuhi rasa aman tersebut, maka negara bisa memilih
opsi melakukan pakta militer dengan negara yang lebih kuat. Hal ini dikenal dengan balance
of power atau distribution of power atau perimbangan kekuatan. Seperti yang pernah
dilakukan dalam PD II: Amerika Serikat, Uni Soviet, Cina melawan Jerman, Italia, Jepang.
Selain menyoal kedaulatan negara, dalam neorealisme ada pemahaman bahwa setiap
negara juga punya kepentingan nasional masing-masing. Untuk menjembatani hal ini, maka
persamaan kepentingan negara dapat diarahkan lewat bentuk interaksi kerjasama dalam relasi
internasional. Sebaliknya, perbedaan kepentingan akan terwujud dalam bentuk konflik yang
bisa dihindari, misalnya lewat konsep balance of power (Vandana, 1996:17).
Adapun bentuk interaksi dalam relasi internasional ini terdiri dari 3 macam sesuai
dengan Joseph Frankel4. Yaitu, cooperation (kerja sama), competition (persaingan), dan
conflict (konflik). Persaingan termuat dalam konsep realisme dan neorealisme, yaitu bahwa
antar negara pasti akan saling bersaing agar negaranya menjadi yang terbaik. Suasana
kompetisi perlu disikapi secara positif oleh negara karena akan dapat merangsang kreativitas
negara. Kerjasama termasuk ke dalam pengertian neorealisme, dan konflik termasuk ke
dalam pengertian realisme. Baik itu kerjasama, persaingan, ataupun konflik sebenarnya
ketiga bentuk interaksi ini sekaligus menunjukkan bahwa negara akan saling berinteraksi satu
4
Joseph Frankel, “International Relations in a Changing World”, New York: Oxford University Press,
1988, pp 81-129.
Intan Sari Boenarco , 1006797130 / Review I Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional (Kelas B )
Sumber: Kenneth N. Waltz, Realist Thought and Neorealist Theory
sama lain. Bahkan, antara negara besar dan kecil sekalipun. Dalam ranah neorealisme, negara
besar akan terus berupaya mempertahankan ‘nama besarnya’, misalnya dengan membantu
negara kecil. Begitu juga negara kecil akan terus menjaga hubungan baik dengan negara
besar yang menurutnya dapat membantu dalam memenuhi kepentingan negaranya.
III. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa neorealis hadir sebagai kritik atau bisa
dianggap sebagai penyempurna terhadap teori pendahulunya yaitu realis.Oleh karena itu,
meskipun berbeda, tetapi masih terdapat akar persamaan di antara keduanya. Salah satunya,
yaitu bahwa negara perlu power. Rancangan terhadap neorealis ini didasari pertimbangan
bahwa ada kesulitan yang dihadapi dalam mengaplikasikan teori realis. Sehingga Waltz
melakukan penyederhanaan lewat teori neorealismenya. Selanjutnya, baik realis maupun
neorealis sama-sama berbicara mengenai power yang utamanya terdiri dari ekonomi dan
militer negara. Perbedaannya adalah, power dalam realis harus diperoleh secara murni oleh
negara sehingga kepemilikannya mutlak oleh sebuah negara. Namun, dalam neorealis, power
bisa dibagi agar seimbang antara negara yang kuat dengan negara yang lemah. Sebab,
kekuatan yang terlalu besar dalam sebuah negara justru akan berdampak tidak baik karena
berpotensi merusak sistem atau struktur internasional. Sehingga, di antara negara yang
kepentingannya sama, lebih baik menjalin kerjasama yang dapat menghindarkan kerugian.
Hal ini sekaligus untuk mengaplikasikan balance of power.
Daftar Pustaka
Frankel, Joseph. International Relations in a Changing World. New York: Oxford University
Press, 1988.
Kegley, Charles W. World Politics: Trend and Transformation. USA: Wadsworth Cengage
Learning, 2009.
Mearsheimer, John J. “Structural Realism.” In International Relation Theories: Discipline
and Diversity 2nd Edition. ed. Tim Dunne, Milja Kurki and Steve Smith.
Waltz, Kenneth N. “Anarchic Orders and Balances of Power.” In Neorealism and Its
Critics.ed. Robert O. Keohane.New York: Columbia University Press.
Waltz, Kenneth N. “Realist Thought and Neorealist Theory.” In Journal of International
Affairs 44 (Spring/Summer), 1990.
Vandana. Theory of International Politics. New Delhi: Vikas Publishing House PVT LTD,
1996.