Professional Documents
Culture Documents
ZUHUD
Zuhud secara bahasa adalah bertapa di dunia, adapun secara istilah yaitu: Bersedia
untuk melakukan ibadah, dengan berupaya semaksimal mungkin menjauhi urusan duniawi,
dan hanya mengharapkan keridhoan Allah SWT. Sebagaimana yang di ungkapkan ulama:
(tidak ada amalan kecil yang lebih mulya dari dalam hati seorang yang menjauhi dunia,
melainkan berbuat zuhud).
Zuhud dalam aplikasi kehidupannya, mampu melahirkan satu maqam dan cara hidup yang
oleh para ahli tasawuf dikatakan sebagai sesuatu yang telah dicapai setelah maqam taubah.
Dunia sebagai ladang(bekal) di akhirat kelak, difahami bahwa tidak ada keindahan dan
ketenangan hakiki melainkan merasa indah dan tenang dengan kenikmatan hidup dalam
keadaan iman dan Islam dengan zuhud sebagai pegangan. Orang-orang ini, niscaya dalam
hidupnya akan semakin dekat dengan khalik sang pencipta, sebagaimana hadist rasul SAW:
1|Akhlak Tasawuf
Konsep Zuhud
“Manizdaada ‘ilman, walam yazdad zuhdan, Lam Yazdad Min Allah illaa Bu’dan”
(Barangsiapa yang di anugerahi ilmu oleh Allah, akan tetapi tidak semakin bertambah ke-
zuhud-annya, maka sejatinya orang yang seperti ini bukan bertambah melainkan semakin
jauh dari jalan tuhan-Nya).
Orang-orang zuhud selalu berusaha untuk menjauhi perbuatan dan majlis-majlis yang
penuh dengan kemungkaran, dan selalu berusaha melakukan amaliyah yang hanya diredhoi
Allah SWT, seperti yang dijelaskan oleh ulama:
Golongan ini, selalu berusaha dalam melaksanakan segala kewajibannya dengan penuh
keikhlasan dan tanpa pamrih, karena segala kenikmatan yang ada di dunia ini, besok akan di
mintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat,
Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-
megahkan di dunia itu).
2|Akhlak Tasawuf
Konsep Zuhud
فَإِنَّ ا ْل َج ِح ْي َم ِه َي ا ْل َمأْ َوى, الحيَ َوةَ ال ُّد ْنيَا َ َفَأ َ َّما َمنْ ط
ْ َو َءاثَ َر, غى
Artinya:
Hal ini, seandainya mereka diberi kebahagiaan sebagai orang-orang diberi kelebihan rezeki
waktu di dunia, maka dengan segera akan menginfaqkan, bersedekah dengan tujuan untuk
menggapai ketaatan kepada-Nya, untuk menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan
bujukan iblis dan bala tentaranya, secara rinci dijelaskan oleh ulama:
“Inna az-zuhda laisa ibaaratun ‘an akhlai al-yadi ‘an al-maal, bal huwa akhlaul qalbi ‘an
ta’alluqi bihi”,
Artinya:
“Yang di namakan zuhud itu bukan ibarat orang yang menyembunyikan tangannya dari harta
benda(uang, jabatan,wanita), akan tetapi zuhud yaitu menyembunyikan dari perkara yang
dapat mengakibatkan kemadharatan atas segala tipu daya dunia yang fana, orang zuhud
dalam hatinya terbebas dari sesuatu yang bersifat unsur duniawi, hatinya selalu condong
kepada dzat Allah, melaksanakan ketaatan dan dunia hanya dijadikan sebagai perantara untuk
menggapai ridho-Nya.
3|Akhlak Tasawuf
Konsep Zuhud
ق َربِّكَ َخ ْي ٌر َّوأَ ْبقَى ً َوالَ تَ ُمدَّنَّ َع ْينَ ْي َك إِل َى َما َمتَّ ْعنَابِ ِه أَ ْز َو
ُ اجا ِم ْن ُه ْم َز ْه َرةَ ا ْل َحيَو ِة ال ُّد ْنيَا لِنَ ْفتِنَ ُه ْم فِ ْي ِه َو ِر ْز
131. Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada
golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka
dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.
Pengertian zuhud secara lebih luas, sebenarnya bukan meninggalkan kehidupan dunia
secara keseluruhan, melainkan tetap mencari penghidupan duniawi, akan tetapi hanya sebatas
untuk memenuhi keperluan hidup ala kadarnya, mereka bekerja dengan niat untuk menafkahi
keluarga, yang merupakan kewajiban seorang suami atas anak dan istrinya, dan itu semua
hanya untuk mencari ridlo-Nya, agar kelak besok lepas dari pertanggung jawaban di akhirat.
Hal ini dijelaskan dalam surah al-Qashash ayat 77:
َض إِنَّ هللا ِ ا َد فِى ْاألَ ْرYسَ َغ ا ْلفY َ سنْ َك َما أَ ْح
ِ Yسنَ هللاُ إِلَ ْي َك َوالَ تَ ْب ِ ص ْيبَ َك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َوأَ ْح َ َوا ْبت َِغ فِ ْي َما َءاتَ َك هللاُ الدَّا َر ْاألَ ِخ َرةَ َوالَ تَ ْن
ِ َس ن
ِ الَ يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْف
َس ِديْن
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.
“I’mal lidunyaaka kaannaka ta’isyu Abadan, Wa’mal liaakhiratika kaannka tamutu ghadan”.
Artinya:
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya, dan beramallah untuk
persediaan akhiratmu, seakan-akan engkau mati besok”.
Dalam tasawuf, seorang hamba yang lagi menjalankn perintah harus selalu merasa bahwa
dirinya sedang benar-benar berdiskusi kepada Allah, kalau tidak boleh menghadirkan hati
4|Akhlak Tasawuf
Konsep Zuhud
maka seyogyanya dalam hatinya sadar bahwa segala apapun aktivitasnya sedang dalam
pantauan yang MahaKuasa, sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan Sayyidina Umar,
beliau mendengar rasulullah SAW bersabda:
َ َوإِنْ لَّ ْم تَ ُكنْ ت ََراهُ فَإِنَّهُ َي َراك ُأَنْ تَ ْعبُ َد هللاَ َكأَنَّكَ تَ َراه
Artinya:
“Ketika menyembah kepada-Nya seakan-akan kita melihat-Nya, kalau tidak mampu untuk
yang demikian(melihat-Nya), maka sesungguhnya Dia(Allah)selalu melihatmu”.
Hadist ini bukan saja berlaku di saat kita melakukan ibadah(shalat)saja, akan tetapi dalam
semua aktifitas kita di luar shalat pun, seseorang yang zuhud merasa dirinya selalu dalam
pengawasan Allah SWT.
5|Akhlak Tasawuf
Konsep Zuhud
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Rosihon, dkk. 2004. Akhlak Tasawuf. Bandung. Cv. Pustaka Setia
http://rochmanonline.blogspot.com/2008/12/hak-asasi-manusia-what-etimologi.html
6|Akhlak Tasawuf