You are on page 1of 6

Konsep Zuhud

ZUHUD

Zuhud secara bahasa adalah bertapa di dunia, adapun secara istilah yaitu: Bersedia
untuk melakukan ibadah, dengan berupaya semaksimal mungkin menjauhi urusan duniawi,
dan hanya mengharapkan keridhoan Allah SWT. Sebagaimana yang di ungkapkan ulama:

ِ ‫َما قَ َّل َع َم ٌل بَ َرزَ ِمنْ قَ ْل‬


‫ب زَ ا ِه ٍد‬

“Ma Qalla amalun baraza Min qalbin Zaahidin”

(tidak ada amalan kecil yang lebih mulya dari dalam hati seorang yang menjauhi dunia,
melainkan berbuat zuhud).

Zuhud dalam aplikasi kehidupannya, mampu melahirkan satu maqam dan cara hidup yang
oleh para ahli tasawuf dikatakan sebagai sesuatu yang telah dicapai setelah maqam taubah.

Itu karena, seseorang yang benar-benar zuhud sudah meninggalkan symbol-symbol


duniawi setelah benar-benar dia melakukan taubah al-nasuuha, dengan satu pandangan
bahwa hidup di dunia tak lebih daripada sebatas permainan dan canda gurau. Seperti dalam
al-quran disebutkan:

ٌ ‫……إِ ْعلَ ُم ْوا أَنَّ َما ا ْل َحيوةُ ال ُّد ْنيَا لَ ِع‬


‫ب َّولَ ْه ٌو‬

[I'lamu annamalhayah al-Dunya La'ibun Wa Lahwun: Al-Haddid:20].

Konsep ini sejajar dengan:

‫اَل ُّد ْنيا َ َم ْز َر َعةُ ْاالَ ِخ َر ِة‬

“al-dunya mazra’atun al-aakhirah”:

Dunia sebagai ladang(bekal) di akhirat kelak, difahami bahwa tidak ada keindahan dan
ketenangan hakiki melainkan merasa indah dan tenang dengan kenikmatan hidup dalam
keadaan iman dan Islam dengan zuhud sebagai pegangan. Orang-orang ini, niscaya dalam
hidupnya akan semakin dekat dengan khalik sang pencipta, sebagaimana hadist rasul SAW:

‫ لَ ْم يَ ْز َد ْد ِمنَ هللاِ اِالَّ بُ ْعدًا‬    ‫از دَا َد ِع ْل ًما َولَ ْم يَ ْز َد ْد ُز ْهدًا‬


ْ ‫َم ِن‬

1|Akhlak Tasawuf
Konsep Zuhud

“Manizdaada ‘ilman, walam yazdad zuhdan, Lam Yazdad Min Allah illaa Bu’dan”

(Barangsiapa yang di anugerahi ilmu oleh Allah, akan tetapi tidak semakin bertambah  ke-
zuhud-annya, maka sejatinya orang yang seperti ini bukan bertambah melainkan semakin
jauh dari jalan tuhan-Nya).

Seseorang yang secara lahir sukses dalam mempertahankan gelar akademiknya,


cemerlang dalam setiap usahanya, dan bertambah keilmuan apabila melihat jam
tayangnya(baca: sebagai penceramah;da’i), akan tetapi selalu melakukan perbuatan yang
melanggar syari’at, tidak ada keinginan untuk mengurangi perbuatan buruk dan segera
memohon taubat kepada-Nya, maka yang demikian ini bukan dekat dengan Tuhannya
melainkan semakin jauh dari jalan hidayah Allah SWT.

Orang-orang zuhud selalu berusaha untuk menjauhi perbuatan dan majlis-majlis yang
penuh dengan kemungkaran, dan selalu berusaha melakukan amaliyah yang hanya diredhoi
Allah SWT, seperti yang dijelaskan oleh ulama:

ُ‫َمنْ َع ِم َل ْاالَ ِخ َرةَ َكفَاهُ هللاُ أَ ْم َر ِد ْينِ ِه َو ُد ْنيَاه‬

“Man ‘Amila al-Aakhirat Kafahu Allah amra Diinihi Wa Dunyahu”.

Artinya: “Barangsiapa yang melakukan amal perbuatan soleh(bermanfaat untuk akhirat),


Maka akan Allah cukupkan segala urusan agama dan dunia-nya”.

Golongan ini, selalu berusaha dalam melaksanakan segala kewajibannya dengan penuh
keikhlasan dan tanpa pamrih, karena segala kenikmatan yang ada di dunia ini, besok akan di
mintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat,

Sebagaimana dalam surah At-takasur ayat 8 dinyatakan:

ْ ُ‫ثُ َّم لَت‬


‫سئَلُنَّ يَ ْو َمئِ ٍذ َع ِن النَّ ِع ْي ِم‬

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-
megahkan di dunia itu).

Dalam surah lain,an-Naziat ayat 37-39 di jelaskan:

2|Akhlak Tasawuf
Konsep Zuhud

‫ فَإِنَّ ا ْل َج ِح ْي َم ِه َي ا ْل َمأْ َوى‬, ‫الحيَ َوةَ ال ُّد ْنيَا‬ َ َ‫فَأ َ َّما َمنْ ط‬
ْ ‫ َو َءاثَ َر‬, ‫غى‬

Adapun orang yang melampaui batas,Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,Maka


Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).

Dalam redaksi yang berbeda juga disebutkan:

َ‫َلى ال ُّد ْنيَا اَ ْلفِ ْتنَة‬ ْ َ‫َمنْ أَ َرا َد اَنْ ي‬


َ ‫ فَ ْليَ ْختَ ِر ْاالَ ِخ َرةَ ع‬    ‫ش ِرفَ فِى ال ُّد ْنيا َ َو ْاالَ ِخ َر ِة‬

“Man arada an yasyrifa fi al-dunya wa al-akhirah falyakhtar al-akhirah ‘ala al-dunya[al-


fitnah]“.

Artinya:

“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan di dunia serta kebahagiaan di akhirat, maka


mereka akan memilih kemulyaan akhirat dan menjauhi dari kenikmatan sesaat di dunia
dengan segala bentuk kemaksiatan, kejahatan dan fitnah yang merajalela”.

Hal ini, seandainya mereka diberi kebahagiaan sebagai orang-orang diberi kelebihan rezeki
waktu di dunia, maka dengan segera akan menginfaqkan, bersedekah dengan tujuan untuk
menggapai ketaatan kepada-Nya, untuk menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan
bujukan iblis dan bala tentaranya, secara rinci dijelaskan oleh ulama:

ِ ُّ‫َن التَّ َعل‬


‫ق بِ ِه‬ ِ ‫ بَ ْل ه َُو أَ ْخالَ ُء ا ْلقَ ْل‬    ‫ارةُ عَنْ أَ ْخالَ ِء ا ْليَ ِد َع ِن ا ْل َما ِل‬
ِ ‫بع‬ َ ‫الز ْه َد لَ ْي‬
َ َ‫س ِعب‬ ُّ َّ‫إِن‬

“Inna az-zuhda laisa ibaaratun ‘an akhlai al-yadi ‘an al-maal, bal huwa akhlaul qalbi ‘an
ta’alluqi bihi”,

Artinya:

“Yang di namakan zuhud itu bukan ibarat orang yang menyembunyikan tangannya dari harta
benda(uang, jabatan,wanita), akan tetapi zuhud yaitu menyembunyikan dari perkara yang
dapat mengakibatkan kemadharatan atas segala tipu daya dunia yang fana, orang zuhud
dalam hatinya terbebas dari sesuatu yang bersifat unsur duniawi, hatinya selalu condong
kepada dzat Allah, melaksanakan ketaatan dan dunia hanya dijadikan sebagai perantara untuk
menggapai ridho-Nya.

3|Akhlak Tasawuf
Konsep Zuhud

Dalam surah Taha ayat 131 dijelaskan:

‫ق َربِّكَ َخ ْي ٌر َّوأَ ْبقَى‬ ً ‫َوالَ تَ ُمدَّنَّ َع ْينَ ْي َك إِل َى َما َمتَّ ْعنَابِ ِه أَ ْز َو‬
ُ ‫اجا ِم ْن ُه ْم َز ْه َرةَ ا ْل َحيَو ِة ال ُّد ْنيَا لِنَ ْفتِنَ ُه ْم فِ ْي ِه َو ِر ْز‬

131. Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada
golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka
dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.

Pengertian zuhud secara lebih luas, sebenarnya bukan meninggalkan kehidupan dunia
secara keseluruhan, melainkan tetap mencari penghidupan duniawi, akan tetapi hanya sebatas
untuk memenuhi keperluan hidup ala kadarnya, mereka bekerja dengan niat untuk menafkahi
keluarga, yang merupakan kewajiban seorang suami atas anak dan istrinya, dan itu semua
hanya untuk mencari ridlo-Nya, agar kelak besok lepas dari pertanggung jawaban di akhirat.
Hal ini dijelaskan dalam surah al-Qashash ayat 77:

َ‫ض إِنَّ هللا‬ ِ ‫ا َد فِى ْاألَ ْر‬Y‫س‬َ َ‫غ ا ْلف‬Y َ ‫سنْ َك َما أَ ْح‬
ِ Y‫سنَ هللاُ إِلَ ْي َك َوالَ تَ ْب‬ ِ ‫ص ْيبَ َك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َوأَ ْح‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِ ْي َما َءاتَ َك هللاُ الدَّا َر ْاألَ ِخ َرةَ َوالَ تَ ْن‬
ِ َ‫س ن‬
ِ ‫الَ يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْف‬
َ‫س ِديْن‬

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.

Selain itu juga dijelaskan dalam hadits:

‫ َوا ْع َم ْل أِل َ ِخ َرتِكَ َكأَنَّكَ تَ ُم ْوتُ َغدًا‬    ‫ش أَبَدًا‬


ُ ‫إِ ْع َم ْل لِ ُد ْنياَكَ َكأَنَّ َك تَ ِع ْي‬

“I’mal lidunyaaka kaannaka ta’isyu Abadan, Wa’mal liaakhiratika kaannka tamutu ghadan”.

Artinya:

“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya, dan beramallah untuk
persediaan akhiratmu, seakan-akan engkau mati besok”.

Dalam tasawuf, seorang hamba yang lagi menjalankn perintah harus selalu merasa bahwa
dirinya sedang benar-benar berdiskusi kepada Allah, kalau tidak boleh menghadirkan hati

4|Akhlak Tasawuf
Konsep Zuhud

maka seyogyanya dalam hatinya sadar bahwa segala apapun aktivitasnya sedang dalam
pantauan yang MahaKuasa, sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan Sayyidina Umar,
beliau mendengar rasulullah SAW bersabda:

َ‫ َوإِنْ لَّ ْم تَ ُكنْ ت ََراهُ فَإِنَّهُ َي َراك‬    ُ‫أَنْ تَ ْعبُ َد هللاَ َكأَنَّكَ تَ َراه‬

“An ta’budallah kaannaka tarahu, waillam takun tarahu fainnahu yaraka”

Artinya:

“Ketika menyembah kepada-Nya seakan-akan kita melihat-Nya, kalau tidak mampu untuk
yang demikian(melihat-Nya), maka sesungguhnya Dia(Allah)selalu melihatmu”.

Hadist ini bukan saja berlaku di saat kita melakukan ibadah(shalat)saja, akan tetapi dalam
semua aktifitas kita di luar shalat pun, seseorang yang zuhud merasa dirinya selalu dalam
pengawasan Allah SWT.

Dengan demikian ilmu tasawuf sebagai satu wasilah(jembatan penghubung) yang


mampu memberikan effect positif kepada pengamalnya berdasarkan haluan yang telah
digariskan dalam syariah Islam, seperti ungkapan Imam Asy-Sya’rani bahwa tasawuf
merupakan ilmu yang dapat muncul dari hati yang bersih, dan tiada tergores sedikitpun di
dalamnya. Satu hal yang paling penting dalam mempelajari ilmu ini, seperti yang telah di
uraikan oleh Imam Malik, bahwa seseorang yang belajar ilmu fiqih(syariat) tanpa
mempelajari tasawuf (hakikat), maka ia fasiq. Demikian juga sebaliknya seseorang yang ber-
tasawuf(hakikat),tanpa mendalami ilmu fiqih (syariat), maka ia kafir zindiq, artinya kita harus
amalkan kedua-duanya antara syariat dan hakikat.

5|Akhlak Tasawuf
Konsep Zuhud

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Rosihon, dkk. 2004. Akhlak Tasawuf. Bandung. Cv. Pustaka Setia

Husein Nasr, Sayyid. 19985. Living Sufism. Jakarta. Pustaka Firdaus

Aminudin. 2009. Diktat Akhlak Tasawuf. UIN Syarf Hidayatullah

http://rochmanonline.blogspot.com/2008/12/hak-asasi-manusia-what-etimologi.html

6|Akhlak Tasawuf

You might also like