Professional Documents
Culture Documents
keputusan investasi (salah satunya) di pasar modal dan juga sebagai sarana
manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Selain itu, hal penting lainnya
keuangan) dan informasi lainnya kepada stakeholders atau bahkan para calon
terkait.
Laporan Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:9). Ini harus dipenuhi karena
transparan, apa adanya dan mencakup semua hal yang terjadi di dalam perusahaan
2
tersebut. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan dapat dipahami
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, catatan atas
laporan keuangan dan laporan audit (Subiyantoro, 1996; dalam Dewi, 2009).
dari keluasan dan mutu pengungkapan yang disajikan dalam laporan keuangan.
Keluasan dan mutu dari tiap perusahaan yang ada sangatlah berbeda-beda. Ini
pastilah tiap perusahaan memiliki tingkatannya sendiri. Ini dapat terjadi karena
Desember 2002, dirilis agar perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia
kecurangan (fraud) oleh para pelaku pasar modal terutama dalam masalah
pengungkapan.
secara lengkap dan transparan dapat dijelaskan dengan teori keagenan. Hubungan
usaha yang dijalankan dan principal akan menilai kinerja agennya melalui laporan
dan Sofiana; 2010), tingkat profitabilitas (Hertanti, 2005; dan Sofiana; 2010),
porsi saham publik (Hertanti, 2005) dan status modal perusahaan (Sofiana, 2010)
Dalam penelitian ini yang akah dibahas adalah tingkat likuiditas, tingkat leverage,
porsi saham publik tidak dipilih karena siapapun pemegang saham dari suatu
karena untuk melihat kesehatan sebuah perusahaan, yang pertama kali dilihat
(White dkk., 2002; dalam Ulupui, 2006). Jadi bila likuiditas semakin baik/tinggi
kemampuan bertahan hidup perusahaan dilihat dari sisi jangka panjang. Konsep
leverage keuangan juga mengacu pada jumlah pendanaan utang dalam struktur
laporan keuangannya, itu dikarenakan timbul biaya pengawasan yang lebih tinggi
pula. Hal ini diakibatkan dari tingkat leverage yang tinggi mempunyai arti resiko
5
jangka panjang dari perusahaan cukup tinggi, sehingga akan timbul biaya
pengawasan yang lebih besar (Jensen and Meckling, 1976 pada Hertanti, 2005).
menghasilkan laba secara efisien (Almilia dan Retrinasari, 2007). Semakin tinggi
tingkat profitabilitas maka artinya perusahaan semakin baik dan efisien dalam
menghasilkan laba. Dalam dunia usaha, kita tidak perlu naïve dengan berpendapat
perusahaan yang ikut “dimiliki” nya berkinerja baik dan memperoleh laba.
Tingkat melaba yang besar berkorelasi dengan perusahaan akan senang untuk
ukuran suatu perusahaan, maka “daya jual” sebuah perusahaan akan lebih baik.
Para stakeholder akan menganggap perusahaan besar akan lebih tahan dari badai
apakah sebuah perusahaan dimiliki oleh pemilik modal dalam negeri atau pemilik
modal asing (Fitriyani 2001, pada Sofiana, 2010). Apabila perusahaan tersebut
6
dimiliki oleh asing atau paling tidak merupakan anak perusahaan dari perusahaan
tersebut tidak hanya berasal dari Indonesia saja atau berkepentingan lebih
(Sofiana, 2010). Akan tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan
dikelompokkan lagi menjadi sub-sub sektor yang lebih spesifik; (2) perlakuan
khusus, seperti perusahaan sektor asuransi, bank, dan lainnya. Dari sini kita bisa
lebih mudah membandingkannya dengan perusahaan pada umumnya bila ada pos-
Tahun 2007-2009 dipilih agar hasil dari penelitian saat ini lebih relevan
terhadap kondisi saat ini bila dibandingkan dengan jika menggunakan data dari
tahun-tahun sebelumnya. Rentang 3 tahun dari 2007-2009 dipilih karena bila kita
akan berkurang bila membandingkan data yang memiliki rentang waktu yang
cukup lebar. Jadi, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan yang
lebih relevan.
7
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
2009.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
2. Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti berikutnya untuk
E. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta”, yang bertujuan
adalah:
adalah:
perusahaan. Pada penelitian saat ini, variabel bebas yang digunakan adalah
modal perusahaan.
adalah:
perusahaan.
pada penelitian saat ini periode yang digunakan adalah tahun 2007-2009.
Kesimpulan penelitian Hertanti (2005) hanya rasio leverage, porsi saham publik,
digunakan adalah Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: SE-
adalah variabel bebas nya. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian yang
porsi saham publik dan ukuran perusahaan, sedangkan pada penelitian saat ini
variabel bebas yang digunakan adalah tingkat likuiditas, tingkat leverage, tingkat
adalah periode penelitian yang digunakan oleh Hertanti (2005) adalah tahun 2002-
2003, sedangkan pada penelitian saat ini periode yang digunakan adalah tahun
2007-2009.
2. Landasan Teori
a. Laporan Keuangan
keuangan tidak hanya sebagai alat untuk melihat saja tetapi sebagai dasar
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (dapat disajikan dengan laporan arus dana atau
arus kas), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan (IAI, 2009:1). Oleh karena itu, laporan
13
keuangan adalah seperti ‘alat public relation’ dalam hal keuangan atau kinerja
perusahaan.
biasanya digunakan adalah tahunan yang mulai 1 Januari dan berakhir tanggal
31 Desember. Periode seperti ini disebut periode tahun kalender. Selain tahun
kalender, periode akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1
harus dipenuhi agar para pemakai laporan keuangan dapat mengerti dari
tentang posisi, keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat
Standards dan PSAK tujuan dari laporan keuangan yang dilaporkan oleh
- Dapat Dipahami
- Relevan
masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil
- Handal
sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) dari yang
disajikan.
- Dapat Dibandingkan
2009)
ada di perusahaan. Prinsip-prinsip yang ada, menurut Kieso, dkk. (2010:38), yaitu
prinsip historical cost, revenue recognition, matching, dan full disclosure. Prinsip
historical cost mengaharuskan semua pos yang ada didalam laporan keuangan
kapan sebuuah transaksi disebut sebagai kegiatan penjualan. Bisa jadi saat barang
keluar gudang, barang diterima pelanggan, atau pada saat uang kas dari transaksi
tersebut diterima oleh perusahaan. Prinsip matching adalah dimana pada saat ada
biaya yang keluar, harus ada pemasukan dari biaya yang dikeluarkan tersebut.
tersebut.
yang cukup untuk mengambil keputusan. Informasi yang cukup akan dapat
terwujud bila laporan keungan diungkapkan secara wajar dan sesuai standarnya.
akan mempengaruhi kualitas dari informasi yang akan diterima oleh para
penggunanya.
b. Pengungkapan
akan sesuai dengan peraturan hukum atau peraturan di tempat kerja. Kata
apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai.
Bila ini ditarik ke topik kita saat ini, laporan keuangan, disclosure dapat diartikan
arti bahwa laporan keuangan harus bisa memberikan informasi dan penjelasan
yang cukup dan sesuai tentang kinerja suatu perusahaan. Sedangkan menurut
terhadap hasil kinerja suatu perusahaan tersebut. Ini harus dipenuhi karena tujuan
dari laporan keuangan yang telah dijabarkan diatas menyebutkan bahwa laporan
ekonomis dan berguna untuk mereka. Ini juga sesuai dengan Statement of
menyajikan informasi yang berguna untuk investor dan calon investor, kreditor
dan pemakai lain dalam pengambilan keputusan investasi, kredit dan keputusan
sejenis lain yang rasional (Irawan, 2006). Informasi tersebut harus dapat dipahami
oleh mereka yang mempunyai wawasan bisnis dan ekonomi (Verdiyana, 2006).
informasi tentang kinerja masa lalu keuangan, ramalan masa depan, ataupun
operasi saat ini dimana hal-hal yang diungkapkan telah diatur oleh regulator.
Indonesia (BEI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui Standar Akuntansi
Keuangan.
19
memperjelas inforamsi yang ada agar informasi tersebut dapat digunakan untuk
- Melindungi
Tidak semua pemakai itu sophisticated, sehingga pemakai yang naif perlu
- Informatif
Dasar gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas berada pada tingkat
- Kebutuhan Khusus
Apa yang diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang
atau batas bawah (materialitas). Dalam pengungkapan, batas atas (tingkat penuh)
memberikan masalah dan kontroversi yang lebih besar dari pada tingkat bawah.
Maka dari itu tingkat pengungkapan dibagi menjadi 3 bagian yaitu (Soewardjono;
2008:581):
- Memadai
Tingkat ini merupakan tingkat minimum yang harus dipenuhi oleh perusahaan
- Wajar
Ini adalah masuk ke tingkatan yang harus dicapai agar semua pihak mendapat
perlakuan atau pelayanan informasional yang sama dan tidak ada preferensi
- Penuh
informasi.
informasi yang sama sebenarnya dapat diperoleh pemakai dari sumber selain yang
disediakan melalui pelaporan keuangan atau laporan tahunan. Sumber lain ini
dalam hal tertentu justru lebih efektif daripada informasi yang disediakan
menunujukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan
dapat memberi gambaran tentang butir-butir apa saja yang harus diungkapkan
Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas
Keuangan
ini, yaitu:
mempunyai cukup dana di tangan untuk membayar tagihan pada saat jatuh
tempo dan berjaga-jaga terhadap kebutuhan kas yang tidak terduga. Likuiditas
(Simanjuntak dan Widiastuti, 2004; pada Benardi dkk., 2008). Meskipun rasio
ini tidak bicara masalah solvabilitas dan biasanya tidak terlalu penting; tapi
bila rasio ini jelek dalam jangka panjang tentu akan mempengaruhi kinerja
perusahaan (Haraf dan Hakim, 2005). Tidak ada standar baku yang
menyebutkan berapa sebaiknya nilai dari tingkat likuiditas ini, tapi selama ini
diyakini sebuah perusahaan berada dalam taraf yang aman bila Rasio
Lancarnya berada di kisaran 2:1, ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Tyran (1992:78)
Rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai
berikut:
Aset Lancar
Rasio Lancar =
Hutang Lancar
Aset lancar terdiri dari: kas atau setara kas, investasi jangka pendek,
hutang usaha, hutang pajak, beban masih harus dibayar, bagian kewajiban
jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun dan kewajiban
25
dapat dipenuhi dengan aktiva lancar sehingga rasio ini yang paling lazim
digunakan.
menjadi kas (yaitu harus melewati banyak piutang dulu), dan tingkat
berikut:
- Collection Period
Dalam penelitian saat ini, rasio lancar dipilih sebagai proksi dari
tingkat likuiditas perusahaan. Alasan utama dari rasio lancar dipilih karena
kesehatan dari sebuah perusahaan dalam jangka pendek (Tyran, 1992: 78).
Selain itu rasio lancar merupakan pengukuran yang paling dapat diterima
umum karena memasukkan semua kompoen aset lancar, tidak seperti rasio
untuk bertahan hidup selama jangka waktu yang panjang, lain dengan
27
likuiditas yang hanya mengukur dari sisi jangka pendeknya saja. Kreditur
utang atau modal yang berasal dari pemegang saham. Perusahaan dengan
lebih tinggi, maka perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi akan
rasio. Menurut Subhamayam and Wild (2008), rasio leverage ini dapat dibagi
- Debt to Asset
Rasio ini mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai oleh kreditur
Total Debt
Debt to Asset =
Total Asset
- Debt to Equity
Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung dengan jalan membagi total hutang
Total Debt
Debt to Equity =
Shareholder’s Equity
karakteristik bisnis dan keberagaman arus kas. Perusahaan dengan arus kas
yang stabil biasanya memiliki rasio hutang terhadap ekuitas yang lebih
tinggi daripada perusahaan dengan arus kas yang kurang stabil. Semakin
pengawasan yang lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976). Jadi karena
pihak yang menyebutkan bahwa laba bukan segalanya, tetapi faktor ini yang
dalam satu tahun terakhir (Singvi dan Desai, 1971; pada Benardi dkk., 2008).
yang memiliki profit tinggi tidak ingin membayar pajak yang besar, jadi laba
Net Income
Net Profit Margin=
Sales
adalah laba yang benar-benar telah terpotong bunga dan pajak. Bisa saja
dmana perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar dari
demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang
jenis pengukuran, yaitu jumalh total aset, kapitalisasi pasar dan penjualan.
Dimana ketiga hal ini dapat dihubungkan dengan gambaran seperti ini,
semakin besar aset perusahaan maka semakin banyak modal yang ditanam;
semakin besar penjualan semakin banyak perputaran uang; dan semakin besar
bahwa perusahan besar tidak akan lepas dari tekanan politik, tekanan untuk
Total aset dipilih sebagai proksi dari variabel ukuran perusahaan. Ini
dimiliki oleh asing atau paling tidak merupakan anak dari perusahan asing,
lingkup lokal. Dan lagi bila menyajikan laporan keuangan yang tidak baik
(Sofiana, 2010).
3. Pengembangan Hipotesis
(Smith, 2005:81). Tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Disatu sisi,
informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa
dalam mengelola keuangan (Wallace, 1994; dalam Fitriani, 2001). Dari sisi ini,
33
kinerja manajemen. Kondisi perusahaan yang sehat, yang antara lain ditunjukkan
lebih luas. Hal tersebut didasarkan pada ekspektasi bahwa perusahaan yang secara
dengan tingkat pengungkapan yang lebih. Hal ini didasarkan pada harapan bahwa
lebih untuk memberikan informasi yang luas daripada perusahaan dengan kondisi
financial lemah (Kahl, 1989; dalam Pamungkas, 2007). Dari penjelasan diatas
keuangan perusahaan.
Laporan Keuangan
34
hidup selama jangka waktu yang lama. Posisi kreditor jangka panjang berbeda
biaya keagenan yang besar (Wallace, 1994; dalam Sofiana, 2010). Oleh karena itu
kebutuhan informasi yang cukup memadai bagi kreditur. Jadi semakin tinggi atau
penelitian yang telah dilakukan oleh Sofiana (2010), Pamungkas (2007), dan
Hertanti (2005). Dari penjelasan diatas maka dapat ditarik sebuah hipotesis:
keuangan perusahaan.
Dengan laba yang tinggi perusahaan memiliki cukup dana untuk mengumpulkan,
Oleh karena itu perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan lebih
keuangan (Sofiana, 2010; Fitrani 2001, serta Laraswita dan Indrayani, 2009). Dari
keuangan perusahaan.
laporan keuangannya (Almilia dan Retrinasari, 2007; Irawan, 2006; dan Benardi
banyak informasi yang dapat diungkapkan. Perusahaan yang berukuran besar juga
36
mereka sebab banyak aktivitas banyak pula biaya yang dikeluarkan. Dalam hal
dalam Hertanti, 2005). Dari penjelasan diatas maka dapat ditarik sebuah hipotesis:
keuangan perusahaan.
pelatihan yang lebih baik, misalnya dalam bidang akuntansi, dari perusahaan
berbeda pula (Sofiani, 2010; dalam Fitriani 2001). Dari penjelasan diatas
4. Model Analisis
Tingkat Likuiditas
Tingkat Leverage
Kelengkapan
Tingkat Profitabilias Pengungkapan
Laporan Keuangan
Ukuran Perusahaan
Gambar 1
Model Analisis
F. Desain Penelitian
38
dengan X, meliputi:
berikut:
memenuhi item-item yang telah tersedia. Dalam penelitian kali ini digunakan
39
n
Angka Indeks =
k
Keterangan:
yang diperoleh pada suatu item pengungkapan dibagi dengan jumlah item
Aset Lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar
banyak menggunakan utang atau modal yang berasal dari pemegang saham
Total Kewajiban
DER =
Ekuitas Pemegang Saham
dengan rumus:
Laba Bersih
Net Profit Margin =
Penjualan
perusahaan. Ukuran perusahaan dilihat dari total aset perusahaan yang diukur
sebagai berikut:
Total aset dipilih sebagai proksi dari variabel ukuran perusahaan. Ini
perusahaan dilihat dari skala nominal 0 dan 1. Nol apa bila perusahaan tidak
asing.
berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas
untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2007-2009. Serta data kualitatif
berupa catatan atas laporan keuangan untuk tahun 2007-2009. Data ini diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia (idx.co.id). Data ini dikategorikan sebagai data
sekunder.
data berupa laporan keuangan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember
a. Perusahaan yang
b. Laporan keuangan
c. Perusahaan memiliki
Wahyudi dan Pawestri, 2006). Selain itu mengenai masalah voltalitas dari
laba itu sendiri. Apabila pergerakan tingkat laba suatu perusahaan sangat
besar maka angka laba tersebut dapat menjadi tidak berguna. Jadi yang
laba, tapi paling tidak masih stabil berada dalam kisaran memiliki laba.
Tabel 1
Pengambilan Sampel
Perusahaan
Populasi: 151
43
2009
Jumlah observasi 57
Jumlah sampel (x 3) 171
1. Model Persamaan
Keterangan:
X1 = Tingkat likiuditas
X2 = Tingkat leverage
X3 = Tingkat profitabilitas
X4 = Ukuran perusahaan
X5 = Status modal
44
a = Konstanta
e = Error
2. Uji Normalitas
sehingga pengujian terhadap normalitas data harus dilakukan agar asumsi dalam
uji normalitas baik untuk menggunakan kurva persebaran data berupa kurva
- Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti garis
regresi yang dilakukan betul-betul terbebas dari bias, maka dilakukan rangkaian
a) Uji Heteroskedastisitas
45
residual absolut sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Hal ini
efisien baik dalam sampel besar maupun sampel kecil karena varian atau standar
error of estimate tidak minimum, namun hasil regresi tetap konsisten dan tidak
bias. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala ini dilakukan uji korelasi Rank
Spearman.
dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar
heteroskedastisitas jika:
b) Uji Autokorelasi
bahwa nilai variabel terikatnya hanya diterangkan oleh variabel bebas dan bukan
46
regresi tidak efisien karena varian atau standar error of estimate tidak minimum
dan menjadikan tes signifikan tidak akurat, namun hasil regresi tetap tidak bias.
c) Uji Multikolinieritas
ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas satu dengan variabel
variabel bebas tidak berubah dari satu sampel ke sampel lainnya karena
memang variabel bebas ini akan dilihat pengaruhnya terhadap variabel terikat.
tinggi, tetapi sedikit atau tidak ada koefisien regresi yang signifikan pada uji t
(individu) atau hal ini juga bisa dilihat dari batas tolerance value di bawah 0,1
4. Uji Hipotesis
47
dan uji t (parsial). Uji F digunakan untuk menguji kelayakan model persamaan
penelitian, apakah variabel dependen dapat dijelaskan dengan baik oleh variabel
a) Perumusan Hipotesis
H0 : β i = 0
H1 : β i ≠ 0
keuangan). Ha: β1, β2, β3, β4, β5 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang
variabel dependen.
48
Ho: β1, β2, β3, β4, β5 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang
variabel dependen.
keuangan)
49
keuangan)