Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PEMBIMBING :
BADARUDDIN MU’MIN
OLEH :
MEVI AYUNINGTYAS H1E108055
M. AQLY SATYAWAN H1E108056
NUGROHO PRATAMA H1E108058
M. SADIQUL IMAN H1E108059
ADELIA FAULINA SARI H1E108060
RINI WIDYAWATI H1E108061
AZWARI FIKRI H1E108064
AHMAD DANIEL GAZALI H1E108065
ANDI R.IFTITAH A.L H1E108066
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan petunjuk yang dicurahkan-Nya kami dapat menyelesaikan
penulisan laporan ini.
Penulisan makalah Pengaruh PH Pada Air ini merupakan tugas yang
diberikan oleh bapak Badaruddin Mu’min, yang mana tujuan yang kami ambil
dari kegiatan penulisan makalah ini adalah untuk mengembangkan daya
kreativitas remaja khususnya mahasiswa dalam mengembangkan daya cipta untuk
melakukan suatu perubahan dalam upaya sumbangan pikiran untuk pengetahuan
yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat.
Penulisan laporan ini dapat diselesaikan karena berkat bimbingan secara
terpadu oleh bapak Badaruddin Mu’min,dan dukungan dari semua pihak. Untuk
itu dalam kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya. Dan akhirnya diharapkan agar penulisan laporan ini dapat berguna bagi
kita semua serta kemajuan ilmu pengetahuan. Penulisan ini tentunya tidak lepas
dari kritik dan saran yang besifat membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan.............................................................................................. 2
1.3 Metode Penulisan ............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3
2.1 Pengertian Ph.................................................................................... 3
2.2 Apa itu p[H] dan pOH...................................................................... 7
2.3 Reaksi Dengan Indikator Sebagai Asam Lemah.............................. 8
2.4 Pengaruh pH Pada Air....................................................................... 10
BAB III PENUTUP....................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 16
3.2 Saran................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 17
DAFTAR GAMBAR
2.1 Pengertian pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional.
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Soren
Peder Lauritz Sorensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui singkatan apakah "p"
pada kata "pH". Beberapa referensi mensugestikan bahwa p berasal dari “Power”
(daya), yang lainnya merujuk pada bahasa Jerman “Potenz” (yang juga berarti
daya dalam Bahasa Jerman), ada pula yang merujuk pada kata "potential". Jens
Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen
bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif”.
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C mendekati 7,0.
Larutan dengan pH lebih kecil dari 7 dikatakan bersifat asam, dan larutan dengan
pH lebih besar daripada 7 dikatakan bersifat basa atau alkalin. Suatu larutan asam
-3
kuat, seperti asam klorida, pada konsentrasi 1 mol dm mempunyai pH 0. Suatu
-3
larutan alkali yang kuat, seperti natrium hidroksida, pada konsentrasi 1 mol dm
mempunyai pH 14. Dengan demikian, nilai pH diukur akan kebanyakan berada
pada kisaran 0 hingga 14. Karena pH adalah skala logaritmik perbedaan satu unit
pH setara dengan sepuluh kali lipat perbedaan dalam konsentrasi ion hidrogen.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang medis, biologi, kimia, ilmu
makanan, oseanografi, dan bidang-bidang lainnya.
pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen
dalam larutan akuatik. PH merupakan kuantitas tak berdimensi.
dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan definisi ini adalah
bahwa aH dapat diukur secara eksperimental menggunakan elektroda ion selektif
yang merespon terhadap aktivitas ion hidrogen. PH umumnya diukur
menggunakan elektroda gelas yang mengukur perbedaan potensial E antara
elektroda yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektroda referensi.
Perbedaan energi pada elektroda gelas ini idealnya mengikuti persamaan Nernst:
Keterangan :
E = potensial terukur
E0 = potensial elektroda standar
R = tetapan gas
T = temperatur dalam Kelvin
F = tetapan Faraday
n = jumlah elektron yang ditransfer
Gambar 2. pH meter
2.2 Apa itu p[H] dan pOH
2.2.1 p[H]
Menurut definisi asli Sorensen, p[H] didefinisikan sebagai minus
logaritma konsentrasi ion hidrogen. Definisi ini telah lama ditinggalkan dan
diganti dengan definisi pH. Adalah mungkin untuk mengukur konsentrasi ion
hidrogen secara langsung apabila elektroda yang digunakan dikalibrasi sesuai
dengan konsentrasi ion hidrogen. Salah satu caranya adalah dengan mentitrasi
larutan asam kuat yang konsentrasinya diketahui dengan larutan alkali kuat yang
konsentrasinya juga diketahui pada keberadaan konsentrasi elektrolit latar yang
relatif tinggi. Oleh karena konsentrasi asam dan alkali diketahui, adalah mudah
untuk menghitung ion hidrogen sehingga potensial yang terukur dapat
dikorelasikan dengan kosentrasi ion. Kalibrasi ini biasanya dilakukan
menggunakan plot Gran. Kalibrasi ini akan menghasilkan nilai potensial elektroda
standar, E0, dan faktor gradien, f, sehingga persamaan Nerstnya berbentuk
2.2.2 pOH
pOH kadang-kadang digunakan sebagai satuan ukuran konsentrasi ion
hidroksida OH−. pOH tidaklah diukur secara independen, namun diturunkan dari
pH. Konsentrasi ion hidroksida dalam air berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen berdasarkan persamaan
[OH−] = KW /[H+]
dengan KW adalah tetapan swaionisasi air. Dengan menerapkan kologaritma:
pOH = pKW − pH.
Sehingga, pada suhu kamar pOH ≈ 14 − pH. Namun hubungan ini tidaklah
selalu berlaku pada keadaan khusus lainnya (Anonim1. 2009).
Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru.
Sekarang gunakan Prinsip Le Chatelier untuk menemukan apa yang terjadi
jika anda menambahkan ion hidroksida atau beberapa ion hidrogen yang lebih
banyak pada kesetimbangan ini.
Penambahan ion hidroksida:
2.3.3 Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan
fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah
muda terang. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi
kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna.
Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan
yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya - mengubah indikator
menjadi merah muda.
Setengah tingkat terjadi pada pH 9,3. Karena pencampuran warna merah
muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini
sulit untuk mendeteksinya dengan akurat (Rahayu, 2006).
2.4.1 Penurunan pH
Untuk menurunkan pH, pertama kali harus dilakukan pengukuran KH
(Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan kandungan
ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3--) di dalam air.). Apabila nilai KH
terlalu tinggi (12 atau lebih) maka KH tersebut perlu diturunkan terleibh dahulu,
yang biasanya secara otomatis akan diikuti oleh menurunnya nilai pH. Apabila
nilia pH terlalu tinggi (lebih dari 8) sedangkan KH tergolong bagus ( antara 6 -12)
maka hal ini merupakan petunjuk terjadinya proses keseimbangan yang buruk.
Penurunan pH dapat dilakukan dengan melalukan air melewati gambut
(peat), biasanya yang digunakan adalah peat moss (gambut yang berasal dari
moss). bisa juga dilakukan dengan mengganti sebagaian air dengan air yang
berkesadahan rendah, air hujan atau air yang direbus, air bebas ion, atau air suling
(air destilata). Selain itu bisa juga dapat dilakukan dengan menambahkan
bogwood kedalam akuairum. Bogwood adalah semacam kayu yang dapat memliki
kemampuan menjerap kesadahan. Sama fungsinya seperti daun ketapang, kayu
pohon asam dan sejenisnya (Anonim3, 2009).
2.4.2 Peningkatan pH
Menaikkan pH dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif,
melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu
kapur. Atau dengan menambahkan dekorasi berbahan dasar kapur seperti tufa,
atau pasir koral. Atau dengan melakukan penggantian air. Ada 2 (dua) cara :
a. Non Kimia
Air dari sumur disemburkan ke udara agar terjadi kontak dengan oksigen
kemudian dialirkan ke bak terbuka. Pada dasar bak diberi kapur gamping yang
masih berbentuk bongkahan batu gunung ataupun batu karang yang ditaruh di
dasar bak.
Metode ini hanya cocok untuk menaikkan pH air sumur yang memang
sudah jernih namun ber pH rendah. Jika air sumurnya merah (Fe tinggi) maka
setelah urutan di atas harus melalui proses filterisasi lagi yang menggunakan
pasir silika,dll.
b. Kimiawi
Air dari sumur bor disemburkan ke udara agar terjadi kontak dengan
oksigen kemudian dimasukkan ke dalam bak dan diberi kapur gamping. Untuk
1000 liter air takarannya adalah 2 sendok makan. Metode ini selain dapat
menaikkan pH air dari 5 menjadi 7 sekaligus menurunkan zat besi. Proses
kenaikkan pH air adalah seketika sedangkan untuk pengendapan memakan
waktu 12 s/d 24 jam.
Untuk menaikkan pH air selain kapur gamping dapat pula menggunakan
bahan kimia lain dengan takaran tertentu. Pemberian bahan dilakukan sedikit
demi sedikit hingga mencapai pH yang diinginkan. Untuk mengetahui pH air
dapat menggunakan pH meter yang harganya dapat dilihat pada bagian
katagori pH meter (Anonim3, 2009).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat dari penulisan makalah ini adalah :
1. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.
2. Perkiraan ukuran pH dapat diperoleh dengan menggunakan indikator pH.
Sebuah indikator pH adalah zat yang berubah warna di sekitar nilai pH
tertentu. Indikator Universal terdiri dari campuran indikator bahwa ada
perubahan warna yang terus-menerus dari sekitar pH 2 sampai pH 10.
Kertas indikator universal kertas sederhana yang telah diresapi dengan
indikator universal.
3. Pada dasarnya, nilai pH menunjukkan apakah air memiliki kandungan
padatan rendah atau tinggi. pH dari air murni adalah 7. Secara umum, air
dengan nilai pH lebih rendah dari 7 dianggap asam dan nilai pH lebih dari
7 dianggap basa. Nilai pH normal untuk air permukaan biasanya antara 6,5
s/d 8,5 dan air tanah dari 6 s/d 8,5. Tinggi atau rendahnya pH air
dipengaruhi oleh senyawa / kandungan dalam air tsb. Mari kita mengenal
lebih jauh tentang pH air ini.
3.2 Saran
Sebaiknya kita sebagai manusia harus menjaga keberadaan sumber daya
air. Sebab apabila sumber daya air tersebut tercemar maka kita juga yang akan
merasakan akibat dari perbuatan kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA