Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
MATA KULIAH TEORI
KONSTITUSI
UNIVERSITAS GADJAH
MADA
2010
DAFTAR ANGGOTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, akhirnya makalah berjudul Materi- Materi
Substansi dalam Konstitusi dapat kami selesaikan. Makalah ini merupakan pemenuhan tugas mata
kuliah Teori dan Hukum Konstitusi di program Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Dalam makalah ini, tim penyusun berusaha menjabarkan materi- materi substansi apa
konstitusi suatu negara tentunya tidak akan pernah terlepas dari penjabaran mengenai konstitusi
Republik Indonesia, yaitu Undang- Undang Dasar 1945 yang telah mengalami empat kali
amandemen. Dalam makalah ini, tim penyusun berusaha untuk mengumpulkan informasi dari
berbagai literatur yang ada demi tercapainya penjabaran yang seakurat mungkin.
Tim penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan karena merupakan bagian dari proses pembelajaran. Saran dan pandangan dari
pembaca akan sangat penyusun harapkan. Semoga makalah ini bisa menjadi tambahan perspektif
dalam studi tentang ketata negaraan dan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar2
Daftar Isi3
BAB I. Pendahuluan4
Latar Belakang4
Rumusan Masalah5
Organisasai Negara7
Yudikatif11
Kesimpulan13
Saran14
Daftar Pustaka15
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era modern seperti sekarang ini, tidak ada negara yang tidak memiliki
organization”.
Terjemahan bebas: “Konstitusi adalah suatu dokumen yang berisi aturan- aturan
law”.
government, the rights of the governed, and the relations between the two are adjusted”.
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan (dalam arti luas), hak- hak dari yang
Pertama, dilihat dari posisi konstitusi sebagai hukum dasar (basic law): konstitusi
hal ini konstitusi berperan sebagai instrumen untuk mencegah penyalah gunaan
kekuasaan. Kedua, dilihat dari posisi konstitusi sebagai hukum tertinggi. Sebagai hukum
1 Jimly Asshiddiqie, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, hlm. 113.
2 I Dewa Gede Atmadja, 2010, Hukum Konstitusi, Setara Press, Malang, hlm. 27.
3 Ni’matul Huda, 2008, UUD 1945 dan Gagasan Amandemen Ulang, Rajawali Pers, jakarta, hlm. 19.
tertinggi maka konstitusi menjiwai produk- produk hukum dibawahnya. Produk- produk
hukum tersebut tidak boleh bertentangan dengan konstitusi. Ketiga, dilihat dari posisi
konstitusi sebagai dokumen hukum dan politik. Dilihat dari aspek ini, konstitusi memuat
piagam kelahiran suatu negara baru, inspirasi merealisasikan cita- cita negara dan cita-
cita hukum.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, materi- materi substansi mengenai apa sajakah
BAB II
PEMBAHASAN
Sri Soemantri dalam disertasinya, konstitusi pada umunya memuat tiga hal pokok, yaitu4:
fundamental.
Salah satu materi yang diatur dalam amandemen UUD 1945 adalah ketentuan mengenai
hak asasi manusia. Ketentuan mengenai HAK ASASI MANUSIA tersebut telah
mendapatkan jaminan konstitusional yang sangat kuat dalam UUD, meskipun sebagian
sebelumnya yakni Undang-undang tentang Hak Azasi Manusia. Materi yang diadopsi
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya5
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
Setiap orang bebas dari perlakukan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
itu. 8
Setiap orang berhak atas kebebasan menyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat 11
Setiap orang berhak atas perindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,martabat, dan
harta benda yang berada dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak bebuat sesuatu yang
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yangmerendahukuman
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain. 14
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh Pelayanan
kesehatan. 15
Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. 16
Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
13 Ayat (5) ini berasal dari Pasal 28G ayat (`1) Perubahan Kedua.
15 ayat (1) ini berasal dari pasal 28H ayat (1) Perubahan Kedua.
dan teknologi, seni dan budaya, demi meninggkatkan kualitas hidupnya dan demi
Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang
Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
Negara, dalam keadaan apapun, tidak dapat mengurang hak setiap warga negara untuk
hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut. 24
Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisonal
Negara menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral kemanusiaan yang diajarkan oleh
stiap agama dan menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan
19 ayat (5) ini berasal dari pasal 28C ayat (1) Perubahan Kedua.
21 ayat (7) ini berasal dari pasal 28D ayat (1) Perubahan Kedua.
22 ayat (8) ini berasal dari pasal 28D ayat (2) Perubahan Kedua.
23 ayat ini berasal dari pasal 28E ayat (4) Perubahan Kedua.
24 berasal dari rumusan pasal 28I ayat (1) Perubahan Kedua yang perumusannya mengundang kontroversi
dikalangan banyak pihak.
25 berasal daripasal 28I ayat(3) yang disesuaikan dengan sistematika perumusan keseluruhan pasal ini dengan
subjek negara dalam hubungannya dengan warga negara.
menjalankan ajaran agamanya. 26
Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
Untuk memajukan, menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksamaan hakm dijamin diatur dan
Untukmenjamin pelaksanaan pasal 4 ayat (5) diatas dibentuk Komisi Nasional HAK
dengan Undang-undang
Setiap orang wajb menghormati hak asasi manusia org lain dalam tertib kehidupan
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasab orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
elemen baru yang yang bersifat meneyempurnakan rumusan yang ada, lalu dikelompokan
maka rumusan hak asasi manusia dalam UUD dapat mencakup 5 kelompok materi
sebagai berikut :
kehidupannya
26 ini adalah ayat tambahan yang diambil dariusulan berkenaan dengan penyempurnaan pasal 29 ayat (2)
UUD 1945 dengan menggabungkan perumusan lampiran TAP No. IX/MPR/2000, yaitu alternatif 4 dengan
penggbungan perumusan alternatif 1 butir “c” dan “a”.
27 ayat (6) ini berasal dari pasal 28I ayat (4) Perubahan Kedua.
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaa, perlakuan atau
martabat kemanusiaan.
Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakini, pikiran dan hati
nurani
Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama dihadapan hukum dan
pemerintahan.
Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut
Terhadap hak-hak sipil tersebut dalam keadaan apapun atau bagaimana pun, negara tidak
dapat mengurangi arti hak-hak yang ditentukan dalam kelompok a sampai dengan h.
Namun, ketentuan dtersebut tentu tidak dimaksud dan tidak dapat diartikan atau
digunakan sebagai dasar untuk membebaskan seseorang dari penuntutan atas pelanggaran
hak asasi manusia yang berat yang diakui menurut ketentuan hukum internasional.
Pembatasan dan penegasan ini penting untuk memastikan bahwa ketentuan tersebut tidak
pasal 28I Perubahan kedua UUD 1945 disahkan beberapa waktu lalu.
publik
pengajaran.
Ilmu.
bangsa.
sama.
Hak khusus yang melekat pada diri perempuan yang dikarenakan oleh
Setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian dan perlindungan orang
tua, keluarga, masyarakat dan negara bag pertumbuhan fisik dan mental
alam
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat
Setiap org wajib menghormasti hak asasi manusi org lain dalam tertib
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap org wajib tunduk pda
Undang-undang.
asasi manusia itu sangat penting dan bahkan dianggap merupakan salah satu ciri pokok
dianutnya prinsip negara hukum disuatu negara. Setiap orang, selama hidupnya sejak
sebelum kelahiran, memiliki hak dan kewajiban yang hakiki sebagai manusia.
Pembentukan negara dan pemerintahan, untuk alasan apapun tidak boleh menghilangkan
prinsip hak dan kewajiban yang disandang oleh oleh setiap manusia. Oleh karena itu
jaminan hak dan kewajiban tidak ditentukan oleh kedudukan orang sebagai waga suatu
negara. Setiap orang dimanapn ia berada, harus dijamin hak-hak dasarnya. Pada saat yang
bersamaan setiap orang dimanapun ia berada, juga wajib menjunjung tinggi hak-hak asasi
orang lain sebagaimana mestinya. Keseimbangan kesadaran akan adanya hak dan
kewajiban asasi merupakan ciri penting pandangan dasar bangsa indonesia mengenai
Indonesia Tahun 1945, terdapat tidak kurang dari 34 organ yang disebut keberadaannya
Majelis permusyawaratan Rakyat (MPR) diatur dalam Bab III UUD 1945 yang juga
diberi judul "Majelis permusyawaratan Rakyat". Bab III ini berisi dua pasal, yaitu
Pasal 2 yang terdiri atas tiga ayat, Pasal 3 yang juga terdiri atas tiga ayat;
Presiden yang diatur keberadaannya dalam Bab III UUD 1945, dimulai dari Pasal 4
ayat (1) dalam pengaturan mengenai Kekuasaan Pemerintahan Negara yang berisi 17
pasal;
Wakil Presiden yang keberadaannya juga diatur dalam Pasal 4 yaitu pada ayat (2)
UUD 1945. Pasal 4 ayat (2) UUD 1945 itu menegaskan, "Dalam melakukan
Menteri dan Kementerian Negara yang diatur tersendiri dalam Bab V UUD 1945,
Menteri Luar Negeri sebagai menteri triumpirat yang dimaksud oleh Pasal 8 ayat (3)
UUD 1945, yaitu bersama-sama dengan Menteri Dalam Negeri dan Menteri
28 Jimly Asshiddiqie, 2006, Perkembangan Lembaga Negara Pasca Reformasi, Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, hlm. 98-102.
Negeri dan Menteri Pertahanan menurut Pasal 8 ayat (3) UUD 1945;
Menteri Pertahanan yang bersama-sama dengan Menteri Luar Negeri dan Menteri
Dalam Negeri ditentukan sebagai menteri triumpirat menurut Pasal 8 ayat (3) UUD
1945. Ketiganya perlu disebut secara sendiri-sendiri, karena dapat saja terjadi konflik
Dewan Pertimbangan Presiden yang diatur dalam Pasal 16 Bab III tentang
Pemerintahan Daerah Provinsi30 sebagaimana dimaksud oleh Pasal 18 ayat (2), (3),
Gubemur Kepala Pemerintah Daerah seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat (4)
UUD 1945;
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, seperti yang diatur dalam Pasal18 ayat 3
29 Sebelum Perubahan Keempat tahun 2002, ketentuan Pasal 16 ini berisi 2 ayat, dan
ditempatkan dalam Bab IV dengan judul "Dewan Pertimbangan Agung", Artinya,
Dewan Pertimbangan Agung bukan bagian dari "Kekuasaan Pemerintahan Negara",
melainkan sebagai lembaga tinggi negara yang berdiri sendiri.
30 Di setiap tingkatan pemerintahan previnsi, kabupaten, dan kota, dapat
dibedakan adanya tiga subyek hukum, yaitu (i) Pemerintahan Daerah; (ii) Kepala
Pemerintah Daerah; dan (iii) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Jika disebut
"Pemerintahan" maka yang dilihat adalah subjek pemerintahan daerah sebagai satu
kesatuan. Kepala eksekutif disebut sebagai Kepala Pemerintah Daerah, bukan "kepala
pemerintahan daerah". Sedangkan badan legislatif daerah dinamakan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
UUD 1945;
Pemerintahan Daerah Kabupaten sebagaimana dimaksud oleh Pasal 18 ayat (2), (3),
Bupati Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten seperti yang diatur dalam Pasal18 ayat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten seperti yang diatur dalam Pasal18 ayat
Pemerintahan Daerah Kota sebagaimana dimaksud oleh Pasal 18 ayat (2), (3), (5),
Walikota Kepala Pemerintah Daerah Kota seperti yang diatur dalam Pasal18 ayat (4)
UUD 1945;
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota seperti yang diatur oleh Pasal 18 ayat (3)
UUD 1945;
Satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat khusus atau istimewa seperti dimaksud
oleh Pasal 18B ayat (1) UUD 1945, diatur dengan undang-undang. Karena
bersifat khusus atau istimewa ini diatur tersendiri oleh UUD 1945. Misalnya, status
Nanggroe Aceh Darussalam dan Papua, serta Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota
undang-undang. Oleh karena itu, pemerintahan daerah yang demikian ini perlu
disebut secara tersendiri sebagai lembaga atau organ yang keberadaannya diakui dan
dihormati oleh negara.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang diatur dalam Bab VII UUD 1945 yang berisi
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang diatur dalam Bab VIIA yang terdiri atas
Komisi Penyelenggaran Pemilu yang diatur dalam Pasal 22E ayat (5) UUD 1945
yang menentukan bahwa pemilihan umum harus diselenggarakan oleh suatu komisi
yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Nama "Komisi Pemilihan Umum"
bukanlah nama yang ditentukan oleh UUD 1945, melainkan oleh Undang-Undang;
Bank sentral yang disebut eksplisit oleh Pasal 230, yaitu "Negara memiliki suatu
Pemilihan Umum, UUD 1945 belum menentukan nama bank sentral yang dimaksud.
Memang benar, nama bank sentral sekarang adalah Bank Indonesia. Tetapi, nama
Bank Indonesia bukan nama yang ditentukan oleh UUD 1945, melainkan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang diatur tersendiri dalam Bab VIIIA dengan
judul "Badan Pemeriksa Keuangan", dan terdiri atas 3 pasal, yaitu Pasal 23E (3 ayat),
Mahkamah Agung (MA) yang keberadaannya diatur dalam Bab IX, Pasal 24 dan
Mahkamah Konstitusi (MK) yang juga diatur keberadaannya dalam Bab IX, Pasal 24
dan Pasal 24C UUD 1945;
Komisi Yudisial yang juga diatur dalam Bab IX, Pasal 24B UUD 1945 sebagai
auxiliary organ terhadap Mahkamah Agung yang diatur dalam Pasal 24 dan Pasal
Tentara Nasional Indonesia (TNI) diatur tersendiri dalam UUD 1945, yaitu dalam
Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara, pada Pasal 30 UUD 1945;
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) yang juga diatur dalam Bab XII
Badan-badan lain yang fungsinya terkait dengan kehakiman seperti kejaksaan diatur
dalam undang-undang sebagaimana dimaksud oleh Pasal 24 ayat (3) UUD 1945 yang
Dari segi fungsinya, ke-34 lembaga tersebut, ada yang bersifat utama atau
primer, dan ada pula yang bersifat sekunder atau penunjang (auxiliary). Sedangkan dari
segi hirarkinya, ke-30 lembaga itu dapat dibedakan ke dalam tiga lapis. Organ lapis
pertama dapat disebut sebagai lembaga tinggi negara. Organ lapis kedua disebut sebagai
lembaga negara saja, sedangkan organ lapis ketiga merupakan lembaga daerah. Memang
benar sekarang tidak ada lagi sebutan lembaga tinggi dan lembaga tertinggi negara.
31 Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi atau KPK juga dapat disebut sebagai contoh lain mengenai
badan-badan yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman.
Namun, untuk memudahkan pengertian, organ-organ konstitusi pada lapis pertama dapat
Organ lapis kedua dapat disebut lembaga negara saja. Ada yang mendapatkan
kewenangannya dari UUD, dan ada pula yang mendapatkan kewenangannya dari undang-
undang. Yang mendapatkan kewenangan dari UUD, misalnya, adalah Komisi Yudisial,
Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara; sedangkan lembaga yang sumber
Penyiaran Indonesia, dan sebagainya. Kedudukan kedua jenis lembaga negara tersebut
dapat disebandingkan satu sama lain. Hanya saja, kedudukannya meskipun tidak lebih
tinggi, tetapi jauh lebih kuat. Keberadaannya disebutkan secara eksplisit dalam undang-
undang, sehingga tidak dapat ditiadakan atau dibubarkan hanya karena kebijakan
Menteri Negara;
Komisi Yudisial;
Bank sentral.
Dari keenam lembaga atau organ negara tersebut di atas, yang secara tegas
ditentukan nama dan kewenangannya dalam UUD 1945 adalah Menteri Negara, Tentara
Nasional lndonesia, Kepolisian Negara, dan Komisi Yudisial. Komisi Pemilihan Umum
pemilihan umum (pemilu). Akan tetapi, nama lembaganya apa, tidak secara tegas disebut,
karena perkataan komisi pemilihan umum tidak disebut dengan huruf besar.
Ketentuan Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 berbunyi, "Pemilihan umum
diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan
mandiri". Sedangkan ayat (6)-nya berbunyi, "Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan
umum diatur dengan undang-undang". Karena itu, dapat ditafsirkan bahwa nama resmi
Undang-undang dapat saja memberi nama kepada lembaga ini bukan Komisi Pemilihan
Selain itu, nama dan kewenangan bank sentral juga tidak tercantum eksplisit
dalam UUD 1945. Ketentuan Pasal 23D UUD 1945 hanya menyatakan, "Negara
memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab,
dan independensinya diatur dengan undang-undang". Bahwa bank sentral itu diberi nama
seperti yang sudah dikenal seperti selama ini, yaitu "Bank Indonesia", maka hal itu adalah
Demikian pula dengan kewenangan bank sentral itu, menurut Pasal 23D tersebut, akan
tersebut di atas jelas berbeda dari kelompok organ konstitusi lapis pertama. Organ lapis
kedua ini dapat disejajarkan dengan posisi lembaga-lembaga negara yang dibentuk
negara yang sumber kewenangannya berasal dari regulator atau pembentuk peraturan di
secara hukum hanya didasarkan atas kebijakan presiden (presidential policy) atau beleid
presiden. Jika presiden hendak membubarkannya lagi, maka tentu presiden berwenang
33 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 No. 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3889).
34 Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 4250).
35 Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4252).
36 Undang-Undang NO.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 33,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817), Keppres
No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingah Usaha.
37 Undang-Undang No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4429).
Presiden hanya dapat menyatakan perang, perdamaian dan
Dasar 1945.
Pemberhentian Presiden.
Presiden.
adalah Amerika Serikat. Dalam rangka checks and balances ini, Presiden
diterima oleh Congress (semacam MPR), akan tetapi veto tersebut dapat
dicantumkan dalam Pasal 20 ayat (2) Undang- Undang Dasar 1945. Selain
38 Moh. Mahfud MD, 2010, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Rajawali Pers,
Jakarta, hlm. 69.
Legislatif diserahkan kepada parlemen, sedangkan Presiden mempunyai
hak veto. Diantara negara- negara tersebut hanya konstitusi Indonesia dan
Presiden39.
hakim agung tercantum dalam Pasal 24 A ayat (3) Undang- Undang Dasar
1945.
(MK).
39 Moh. Mahfud MD, makalah Undang- Undang Dasar 1945 Sebelum dan Sesudah Perubahan, disampaikan
dalam seminar konstitusi “Kontroversi Amandemen UUD 1945 dan Pengaruhnya terhadap Sistem
Ketatanegaraan, Jakarta, 12 April 2007.
40 Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengenai
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah
dalam Pasal 24 C ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945.
(MK).
(DPR).
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak benar maka DPR tidak dapat
(DPD).
ayat (1) Undang- Undang Dasar 1945. Pada realitanya, kewenangan Dewan
(Perpu).
Peraturan Pemerintah.
Peraturan Presiden.
Peraturan Daerah.
41 Jimly Asshiddiqie, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, hlm. 204.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam suatu konstitusi pada umumnya dimuat materi- materi mengenai Hak Asasi
Saran
terhadap hak asasi manusia dan mengenai sistem organisasi negara dapat semakin
disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta,Sekretariat Jenderal dan
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Lembaga Negara Pasca Reformasi, Sekretariat Jenderal dan
Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Jakarta,
Moh. Mahfud MD, makalah Undang- Undang Dasar 1945 Sebelum dan Sesudah Perubahan,
Ni’matul Huda, 2008, UUD 1945 dan Gagasan Amandemen Ulang, Jakarta, Rajawali Pers, 2008.
Undang-Undang No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4429).
Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran
Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4252).
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 No. 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.
3889).
Undang-Undang NO.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 33,Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3817), Keppres No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingah Usaha.