Professional Documents
Culture Documents
Walaupun Raden Saleh berada dalam bingkai romantisisme, tetapi tema-tema lukisannya kaya variasi,
dramatis dan mempunyai élan vital yang tinggi. Karya-karya Raden Saleh tidak hanya sebatas
pemandangan alam, tetapi juga kehidupan manusia dan binatang yang bergulat dalam tragedi. Sebagai
contoh adalah lukisan “Een Boschbrand” (Kebakaran Hutan), dan “Een Overstrooming op Java” (Banjir di
Jawa), “Een Jagt op Java” (Berburu di Jawa) atau pada “Gevangenneming van Diponegoro”
(Penangkapan Diponegoro). Walaupun Raden Saleh belum sadar berjuang menciptakan seni lukis
Indonesia, tetapi dorongan hidup yang diungkapkan tema-temanya sangat inspiratif bagi seluruh lapisan
masyarakat, lebih-lebih kaum terpelajar pribumi yang sedang bangkit nasionalismenya.
Noto Soeroto dalam tulisannya “Bi het100” Geboortejaar van Raden Saleh (Peringatan ke 100 tahun
kelahiran Raden Saleh), tahu 1913, mengungkapkan bahwa dalam masa kebangkitan nasional, orang
Jawa didorong untuk mengerahkan kemampuannya sendiri. Akan tetapi, titik terang dalam bidang
kebudayaan (kesenian) tak banyak dijumpai. Untuk itu, keberhasilan Raden Saleh diharapkan dapat
membangkitkan perhatian orang Jawa pada kesenian nasional.
Hampir semua orang tahu, siapa itu Raden Saleh. Pria kelahiran tahun 1807 di Terboyo
Semarang dikenal sebagai Pelukis Terkenal Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Konon
kabarnya, Raden Saleh mulai tertarik untuk belajar melukis dari pelukis asal Belgia A.A.J.
Payen. Pelukis Belgia ini pula yang menganjurkan agar Raden Saleh diberi kesempatan untuk
belajar melukis di negeri Belanda.
Di tulisan ini saya tidak ingin mengupas siapa dan apa Raden Saleh, tetapi saya ingin menuliskan
bagaimana saya mempunyai kesempatan melihat lukisan karya pelukis besar Raden Saleh secara
langsung. Saya melihat sebuah lukisan karya Raden Saleh bukan di sebuah Galeri atau Museum,
tetapi dirumah seorang sahabat. Lukisan yang saya lihat langsung adalah lukisan Paku Buwono
IX sedang menaiki Kuda putih, lengkap dengan seragam kebesaran seorang Raja Jawa. Lukisan
ini masih terlihat terawat sekali, tanpa cacat sedikitpun, padahal lukisan ini dibuat tahun 1878.
Waktu pertama saya mendengar bahwa sahabat tersebut meng kolektor lukisan Raden Saleh,
saya sempat tidak percaya akan ke asli an nya, bisa saja itu hanya duplikat saja. Sebelum melihat
lukisan ini saya sempat menelpon pelukis Sri Hardy dan menanyakan ciri2 lukisan lama.
Keraguan saya pun sirna, karena ternyata saat sebelum saya melihat lukisan itu, telah datang
seorang Kurator Senior Indonesia ber initial OHD, ybs menyatakan bahwa lukisan tsb asli. Wow
tentu saja lukisan tsb sangat berharga sekaligus mahal harganya. Sahabat saya tsb konon
memiliki lukisan tsb turun temurun dari Kakek-nya, tentu saja Paku Buwono IX. Bisik2 pun
terdengar bahwa lukisan tsb akan di mahar kan (bahasa halus nya untuk kata lain dari dijual),
bilangannya pun mencapai 10 milyard. Tentu saja mahal, karena lukisan2 Raden Saleh bisa
disebut langka keberadaannya.
Para peserta seminar 200 Tahun Raden Saleh menikmati lukisan berjudul
“Perkelahian dengan Singa, antara hidup dan Mati” (1870), karya pelukis Raden
Saleh (1811-1880), di museum koleksi lukisan Istana Bogor, Jawa barat, Sabtu
(26/6). Seminar tentang Raden Saleh yang diadakan di Jakarta 24-25 Juni 2010,
dalam rangka memperingati HUT 40 tahun IKJ.