You are on page 1of 6

Tugas Parasitologi

Nama : Rony Kendyartanto


NIM : G2A004158

Strongyloides Stercoralis

Hospes dan Nama Penyakit


Manusia merupakan hospes utama cacing ini, parasit ini dapat mengakibatkan penyakit
strongilodiasis.
Distribusi Geografik
Terutama terdapat di daerah tropik dan subtropik, sedangkan didaerah yang beriklim
dingin jarang ditemukan.
Morfologi Dan Daur Hidup
Hanya cacing dewasa betina yang hidup sebagai parasit di virus duodenum, bentuknya
filform, halus, tidak berwarna, dan panjangnya kira-kira 2 mm. Cara berkembang-
biaknya dengan partenogenesis, telur bentuk parasitik diletakkan dimukosa usus
kemudian telur menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus dan
dikeluarkan bersama tinja. Parasit ini mempunyai tiga macam daur hidup :
1. Siklus langsung
Bila larva filariform menembus kulit manusia, larva tumbuh masuk ke peredaran
darah vena dan kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru. Dari paru parasit
yang sudah mulai menjadi dewasa menembus alveolus masuk ke trakhea dan
laring. Sesudah sampai di laring terjadi refleks batuk sehingga parasit tertelan
kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina
yang dapat bertelur ditemukan kira-kira 28 hari sesudah infeksi
2. Siklus tidak langsung
Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing
jantan dan cacing betina bentuk bebas. Sesudah pembuahan cacing betina
menghasilkan telur yang menetas menjadi larva rabditiform. Larva rabditiform
dalam waktu beberapa hari menjadi larva filariform yang infektif dan masuk ke
dalam hospes baru atau larva rabditiform tadi dapat juga mengulangi fase hidup
bebas. Siklus tidak langsung terjadi jika keadaan lingkungan sekita optimum yaitu
sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan untuk kehidupan bebas parasit ini,
misalnya di negeri tropik dengan iklim lembab.
3. Autoinfeksi
Larva rabditiform kadang menjadi larva filariform di usus atau daerah sekitar
anus. Bila larva filariform menembus mukosa usus atau kulit perianal maka akan
terjadi suatu daur perkembangan dalam hospes. Adanya auto infeksi dapat
menyebabkan strongiloidiasis menahun pada penderita yang hidup didaerah non
endemik.
Patologi dan gejala klinis.
Bila larva filariform dalam jumlah besar menembus kulit timbul kelainan kulit
yang disebut creeping eruption yang disertai dengan rasa gatal yang hebat. Cacing
dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda. Infeksi ringan dengan
strongiloides pada umumnya terjadi tanpa diketahui hospesnya karena tidakmenimbulkan
gejala. Infeksi sedang dapat menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk-tusuk didaerah
epgastrium tengah dan tidak menjalar. Mungkin ada mual, muntah diare dan konstipasi
saling bergantian. Pada strongiloidiasis ada kemungkinan terjadi autoinfeksi atau
hiperinfeksi. Pada hiperinfeksi cacing dewasa yang hidup sebagai parasit dapat
ditemukan diseluruh traktus digestivus dan larvanya dapat ditemukan diberbagai alat
dalam (paru, hati, kandung empedu). Pada pemerikasaan darah mungkin ditemukan
eosinofilia atau hipereosinofilia meskipun pada banyak kasus jumlah sel eosinofil
normal.
Diagnosis
Diagnosis klinis tidak pasti karena strongiloidiasis tidak memberikan gejala klinis
yang nyata. Diagnosis pasti bila menemukan larva rabditiform dalam tinja segar dalam
biakan atau dalam aspirasi duodenum. Biakan tinja selama sekurang-kurangnya 2 x 24
jam menghasilkan larva filariform dan cacing dewasa strongiloides sterkoralis yang hidup
bebas.
Pengobatan
Dulu tiabendazol merupakan obat pilihan dengan dosis 25 mg/kg berat badan, 1
atau 2 kali sehari selama 2 atau tiga hari. Sekarang albendazol 400 mg, 1 atau 2 kali
sehari selama 3 hari merupakan obat pilihan. Mebendazol 100 mg 3 kali sehari selama 2
atau 4 minggu dapat memberikan hasil yang baik. Mengobatio orang yang mengandung
parasit meskipun kadang-kadang tanpa gejala adalah penting mengingat dapat terjadi
autoinfeksi. Perhatian khusus ditujukan kepada pembersihan sekitar daerah anus dan
mencegah terjadinya konstipasi.
Prognosis
Pada infeksi berat, strongiloidiasis dapat menyebabkan kematian
Epidemologi
Daerah yang panas, kelembaban tinggi dan sanitasi yang kurang sangat
menguntungkan cacing ini sehingga terjadi daur hidup tidak langsung. Tanah yang baik
untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur berpasir dan humus. Pencegahan
strongiloidiasis terutama tergantung pada sanitasi pembuangan tinja dan melindungi kulit
dari tanah yang terkontaminasi misal dengan memakai alas kaki. Penerangan kepada
masyarakat menganai cara penularan dan cara pembuatan serta pemakaian jamban juga
penting untuk pencegahan penyakit strongiloidiasis.

NECATOR AMERICANUS DAN ANCYLOSTOMA DUODENALE

Diberi nama cacing tambang karena ditemukan di Eropa pada pekerja tambang, yang
belum terfasilitasi sanitasi dengan baik
Hospes dan Nama Penyakit
Hospes penyakit ini adalah manusia dan cacing ini dapat menyebabkan nekatoriasis dan
ankilostomiasis.
Gambar 1. Necator Americanus (www.google.com)
Morfologi dan daur hidup
Cacing dewasa hidup di rongga usus denagn mulut yang besar melekat pada mukosa
dinding usus.Cacing betina mengeluarkan telur kira – kira 9000 butir tiap hari.Cacing
betina panjang 1 cm dan cacing jantan 0,8 cm.Bentuk badannya menyerupai huruf
S.Cacing ini memiliki kitin dan pada cacing jantan memiliki kopulatriks.
Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1 – 1,5
hari,keluarlah larva rabditiform.3 hari kemudian larva rabditiform tumbuh menjadi
filariform(dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7 – 8 minggu).
Telur cacing tambang yang besarnya 60 x 40 mikron,berbentuk bujur dan
memiliki dinding tipis.
Telur berubah menjadi larva rabditiform, larva rabditiform berkembang menjadi
larva filariform, larva filariform bersinggungan dan menembus kulit lalu menuju kapiler
darah, dari mengikuti aliran darah ke jantung kanan lalu ke paru,bronkus,trakea,laring,
dan kemudian mencapai usus halus.
Gambar 2. Siklus Hidup Necator Americanus (www.e-dukasi.net)

Gambar 3.
Siklus Hidup Necator Americanus 2 (www.e-dukasi.net)
Distribusi Geografik
Tersebar di seluruh daerah khatulistiwa dan di tempat lain yang sesuai, misalnya daerah
pertambangan dan perkebunan. Prevalensi di Indonesia sangat tinggi di daerah pedesaan.
Patologi dan gejala klinis
Gejala necatoriasis dan ancylostomiasis
1.Stadium larva :
Terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch bila banyak larva filariform
sekaligus menembus kulit . Perubahan paru biasanya ringan.
2.Stadium dewasa
Tiap cacing N.americanus menyebabkan kehilangan 0,005 – 0,1 cc sehari.
Biasanya terjadi anemia hipokrommikrositer disamping itu juga terdapat eosinofilia
Diagnosis
Ditemukan telur dalam tinja segar. Dalam tinja mungkin ditemukan larva.
Pengobatan
Pirantel pamoat digunakan 2 -3 hari berturut – turut.

You might also like