You are on page 1of 9

BEBERAPA PERMASALAHAN DAN PROSPEK PEMBANGUNAN

HORTIKULTURA PADA REPELITA VI

A. KEBIJAKSANAAN DAN STRATEGI


Dalam GBHN 1993 komoditas hortikultura telah mendapatkan penekanan
tersendiri terbukti dari dipisahkannya alinea pembahasan komoditas hortikultura
dengan tanaman pangan. Di Jawa Timur, pengembangan komoditas hortikultura
juga mendapatkan penekanan seperti juga yang disebutkan di GBHN. Dalam draft
Pola Dasar Pembangunan Daerah dan draft REPELITA VI Jawa Timur, maka
komoditas hortikultura juga akan terus ditingkatkan agar pendapatan petani dapat
ditingkatkan. Manfaat lainnya dari pembangunan hortikultura, disamping untuk
meningkatkan pendapatan petani juga dim aksudkan untuk memenuhi kebutuhan
vitamin dan mineral yang diperoleh dari hortikultura tersebut. Dengan demikian
maka gizi masyarakat akan dapat terus ditingkatkan bukan saja melalui
peningkatan produksi beras (sumber karbohidrat) tetapi juga melalui hortikultura
yang sumbemya vitamin dan mineral tersebut.
Dalam pengembangannya komoditas hortikultura di Indonesia atau Jawa
Timur dilakukan melalui tiga macam pendekatan yaitu:
- Pendekatan lahan kering;
- Pendekatan perwilayahan komoditas; dan
- Pendekatan Agribisnis.
Maksud dari penekanan pembangunan hortikultura di lahan kering, atau
di wilayah pengembangan pertanian tertentu melalui pendekatan agribisnis ini
adalah dimaksudkan untuk:
a. Memperbaiki mutu konsumsi gizi masyarakat dan memenuhi permintaan pasar
dalam negeri.
b. Mengantisipasi fluktuasi harga produk hortikultura yang tajam;
c. Mengurangi impor dan meningkatkan ekspor nonmigas dari sektorpertanian
(hortikultura) untuk menambah devisa negara;
d. Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di pedesaan dalam
upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa; dan
e. Mendukung berkembangnya agrowisata dan agro industri.

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 1


Selanjutnya pengembangan hortikultura di masing-masing wilayah
diarahkan pada komoditas hortikultura yang memberikan prioritas pada komoditas
yang berprospek cerah. Maksudnya agar komoditas tersebut dapat diekspor
sehingga menghasilkan devisa, meningkatkan pendapatan petani setempat dan
sekaligus diharapkan dapat mengatasi ketimpangan pembangunan di berbagai
wilayah pada masa-masa mendatang. Pembangunan antarwilayah sebagai
pengaruh dari kebijakan pengembangan hortikultura yang didasarkan atas dasar
perwilayahan tersebut adalah dimaksudkan untuk peningkatan taraf pendapatan
dan kesejahteraan petani yang lebih merata.

B. HAMBATAN YANG DIHADAPI


Dalam prakteknya, banyak hambatan dalarn pengembangan hortikultura baik
di Jawa Timur maupun di skala nasional. Ham - batan ini mulai dari tersebarnya
lahan dengan macam komoditas yang beragam, pemilikan lahan yang sempit,
harga yang berfluktuasi, tingginya risiko dan ketidakpastian dan sebagainya. Di
bawah ini akan dibahas beberapa hambatan yang sering dijumpai antara lain:
1. Pemilikan Lahan
Pola pemilikan dan pengusahaan lahan petani hortikultura yang relatif sempit (<
0,5 ha) dan tersebar menyebabkan heterogenitasnya mutu produk, supply bahan
baku yang tidak lancar dan tidak kontinu serta akhimya terjadi fluktuasi harga,
padahal di sisi lain dituntut bahwa dalam bisnis modern dalam hortikultura
diperlukan adanya keseragaman mutu hasil dan kontinuitas produksi.
2. Teknologi
Karena penguasaan teknologi yang diaplikasikan petani pada tanaman hortikultura
masih relatif sangat sederhana sekali, disamping juga adanya keterbatasan
informasi inovasi, maka produksi yang dihasilkan berkualitas rendah. Disamping
masalah teknologi juga terbatasnya kemampuan petani dalam menguasai
teknologi untuk membuat benih atau bibit unggul bermutu, terutama pada
tanaman sayuran.
3. Pasar
Harga pasar yang sangat berfluktuasi secara mencolok antara musim panen dan di
luar musim akan banyak merugikan petani produsen. Di sisi lain informasi harga

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 2


pasar sulit didapat oleh petani, sementara itu petani masih dalam posisi lemah
dalam penentuan harga ini.
4. Permodalan
Budi daya hortikultura yang tergolong padat modal di dalam
penyediaansaranaproduksi,pemeliharaantanamandantenaga kerja. Tanaman
sayuran, bunga-bungaan atau tanamari hias dengan siklus pengolahan yang relatif
pendek membutuhkan modal yang besar. Bagi tanaman buah-buahan yang bersifat
tahunan dibutuhkan modal investasi yang tinggi sampai hasilnya mencapai break
event point.
Hal ini menjadi kendala bagi petani hortikultura yang umumnya lemah di
dalam permodalan. Kemudahan fasilitas dana kredit dengan bunga rendah baik
dalam jangka panjang ataupun jangka pendek akan banyak menolong petani hord-
kultura untuk benar-benar berperan sebagai subyek dalam agribisnis hortikultura.
Lemahnya permodalan ini menjadikan kendala bagi petani untuk men-supply
sarana produksi dalam jumlah yang cukup.
5. Kelembagaan
Kendala lain adalah lemahnya kelembagaan pertanian yang ada; baik itu
kelembagaan penyedia sarana produksi (KUD misalnya), kredit (perbankan) dan
kelembagaan yang menyalurkan produk hortikultura.

C. TANTANGAN DAN PELUANG


1. Tantangan
Ditinjau dari karakteristik pembangunan nasional mendatang maka diperkirakan
pembangunan nasional akan dihadapkan kepada tantangan dan permasalahan,
antara lain:
a. Sifat pembangunan semakin kompleks dan kompetitif dalam pengertian
ketergantungan lintas sektoral dan lintas subsektoral akan semakin tinggi.
b. Tultutan teknologi karena tuntutan efisiensi, tuntutan akan kualitas produk dan
tuntutan kemampuan untuk sistem informasi yang lebih handal.
c. Semakin terbatasnya sumber daya alam khususnya sumber daya alam yang
non-renewable.

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 3


d. Sifat pembangunan, khususnya pertumbuhan perekonomian nasional di masa
mendatang setiap saat kita dapat mengalami "siklus konjuntur", di mana pada
suatu periode tertentu pertumbuhan ekonomi akan menurun yang ditandai
dengan turunnya investasi dan pada saat yang lain pertumbuhan akan relatif
tinggi (Soemitro Djojohadikusoemo, 1991).
Pada REPELITA VI mendatang, pembangunan sektor pertanign termasuk
subsektor tanaman pangan dan hortikultura, secara bertahap akan mengarah
kepada agroindustri dan agmbisnis. Pada tahapan ini subsektor tanaman pangan
dan hortikultura akan dihadapkan kepada berbagai tantangan khusus antara lain:
a. Industrialisasi yang menuntut adanya penerapan dan adopsi teknologi dan
bioteknologi yang sesuai.
b. Peningkatan jumlah dan kualitas produk horrikultura untuk pemenuhan selera
yang semakin tinggi kualitasnya. Untuk ini akan dituntut pengamanan
kualitas dan penerapan standarisasi produk yang lebih tinggi. Saat ini
produktivitas usaha tani dan tenaga kerja petani masih relatif rendah dan laju
pertumbuhan permintaan akan produk hortikultura diperkirakan akan lebih
tinggi dibandingkan dengan laju peningkatan produksi.
c. Tuntutan akan sistem informasi sumber daya alam yang lebih cepat, akurat
dan dipercaya khususnya (kekeringan) dan bencana alam lainnya, tingkat
produksi hama/penyakit; dan faktor ketidakpastian.

2. Peluang
Walaupun pembangunan sektor industri kian berjalan begitu cepat namun
sektor pertanian juga tidak kalah pentingnya. Adanya berbagai tantangan seperti
disir:ggung di atas sekaligus akan menghadirkan berbagai peluang pembangunan
hortikultura yang tidak saja akan merupakan modal kerja bagi pembangunan
hortikultura pada masa yang akan datang tetapi juga akan memperluas kaitan
dengan sektor/subsektor lainnya. Berbagai peluang pada pembangunan
hortikultura pada REPELITA VI tersebut antara lain adalah:
a. Konsumsi
Dengan semakin meningkatnya tingkat kesejahteraan dan pendapatan
masyarakat kita, dewasa ini ada kecenderungan bergesernya pola pangan

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 4


berkalori tinggi yang semula berasal dari karbohidrat, ke arah pola pangan
berprotein, bervitamin dan bermineral tinggi, utamanya yang berasal dari
protein hewani, buah-buahan atau sayur-sayuran. Hal demikian dapat
dimaklumi karena upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
selalu akan terkait dengan berbagai faktor, terutama kecukupan pangan dan
gizi ini. Demikian pentingnya masalah pangan dan gizi sampai Bapak Presiden
pada acara puncak Hari Pangan Sedunia (17 Oktober 1991) telah
mencanangkan suatu Gerakan Sadar Pangan Gizi menjadi suatu gerakan
nasional berjangka panjang yang dilaksanakan terus-menerus, konseptuai dan
menjadi suatu gerakan masyarakat yang luas.
Dilihat dari aspek-aspek tersebut maka peluang untuk meningkatkan produksi
hortikultura adalah masih cukup tinggi, oleh karena tingkat pencapaian
kosumsi hortikultura yang relatif rendah.
b. Ekspor dan Subtitusi Impor
Disamping potensi permintaan akan komoditas hortikultura dalam negeri yang
relatif besar, maka permintaan luar negeri (ekspor) dan substitusi impor
khususnya untuk bahan baku agroindustri adalah cukup besar. Hal demikian
menjadi p;.luang bagi perkembangan hortikultura baik di Indonesia maupun di
Jawa Timur. Dewasa ini mata dagangan komoditas ekspor Indonesia seperti
komoditas asparagus, sayur-sayuran dan produk yang lain dari Jawa Timur
terus meningkat.
c. Globalisasi Ekonomi
Pada REPELITA VI ini momentum baru yang mendorong ekspor nonmigas
terus membaik dan hal ini memberikan kekuatan pada perekonomian secara
keseluruhan. Kondisi ini sangat mempengaruhi pula mantapnyakondisi
perekonomian Jawa Timur.
Dalam era globalisasi: ekonomi, melalui langkah-langkah debirokratisasi dan
deregulasi, iklim usaha yang sehat dan kebijakan moneter yang mantap telah
mampu mendorong pengarahan sumber-sumber dana dari masyarakat sendiri.
Untuk itu kegiatan pembangunan hortikultura dipilih dan diarahkan pada
komoditas yang strategis, sehingga dapat mendorong dan menggairahkan serta
partisipasi masyarakat.

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 5


D. MENUJU AGRIBISNIS HORTIKULTURA
1. Agribisnis Hortikultura pada Masa Kini
Kondisi kegiatan agribisnis di Indonesia saat ini telah merupakan kegiatan
yang sangat luas, mencakup sektor-sektor maupun pelaku-pelakunya. Pada
PELITA V yang lalu ternyata agribisnis telah mampu dipakai sebagai pendekatan
baru dalam mendorong sumber pertumbuhan baru sektor pertanian. Hampir
seluruh kegiatan telah dilaksanakan dengan baik dalam skala usaha besar maupun
kecil, dalam volume kegiatan sejak dari yang sederhana maupun yang canggih.
Disamping itu demi keberhasilan upaya masing-masing sektor maupun subsistem
disektor tersebut, maka telah ditempuh pula rekayasa teknologi maupun sosial
yang cukup intensif.
Gambaran kondisi kegiatan Agribisnis dapat diuraikan dengan kenyataan-
kenyataan sebagai berikut:
a. Skala Usaha
Sejak lama dikenal dua bentuk skala usaha, yaitu skala usaha kecil dan besar.
Dikotomi ini memang sudah ada sejak lama. Usaha skala kecil umumnya
terdiri dari petani-petani dan pengusaha kecil yang dicirikan oleh lemah
modal, terbelakang dari segi teknologi dan individual hingga sukar berkem-
bang namun menunjukkan stabilitas tinggi dan dalam jumlah yang relatif
besar. Sebaliknya pada usaha besar dengan manajemen, teknologi dan
permodalan yang cukup, maka pengusaha skala besar macrtpu berkembang
maju namun sering mudah. tergoncang oleh peiubahan situasi ekonomi dunia
dan karenanya pengusaha skala besar kadang-kadang kurang stabil.
Kedua kelompok ini diupayakan agar dapat bekerja sama saling
menguntungkan dengan pelbagai bentuk kegiatan, antara lain bentuk
Perusahaan Inti Rakyat (PIR) ataupun Program Bapak Angkat.
b. Beragam Penanganannya
- Kegiatan agribisnis terpusat di pelbagai Departemen teknis antara lain:
Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, Departemen
Perdagangan, Departemen Keuangan, Departemen Perhubungan dan
Departemen Pertambangan dan Energi. Kenyataan ini menyebabkan

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 6


pengaturan gerak agribisnis dalam satu sistem menjadi lebih sulit dan
lambaL
- Dalam pada itu disamping kegiatan terpencar dalam pelbagai departemen,
kegiatan agribisnis di dalam satu departemen pun kegiatannya terpencar
dalam setiap subsektor, dan hal seperti ini temyata juga tidak mudah
dikoordinasikan.
c. Keragaan Pelaku pelaku Agribisnis
Pelaku ekonomi di Indonesia digolongkan pada swasta, BUMN dan Koperasi.
Harapannya, ketiga pelaku ekonomi ini harus mampu bekerja sama. Di pihak
swasta misalnya, kegiatannya bervariasi sejak dari yang paling kecil berupa
petani-petani dengan lahan sempit atau usaha kecil, sampai perusahaan-
perusahaan swasta berskala besar sepera perusahaan-perusahaan swasta
konglomerat. Makin lama terlihat peranan kelompok pelaku swasta ini makin
besar dalam dunia agribisnis, yang mungkin disebabkan peluang agribisnis
makin besar dan menarik dalam perekonomian Indonesia.
Di sisi lain, pelaku ekonomi seperti BUMN yang dapat dikatakan
menonjol perannya dalam dunia agribisnis terkonsentrasi pada tiga
departemen yaitu pertanian, perindustrian dan perdagangan. Meskipun diakui
dukungan departemendepartemen lain cukup besar, misalnya perbankan,
minyak dan energi serta transportasi. Fungsi dan peranan kelompok BUMN
cukup besar dan ada kemampuan untuk dikembangkan bersama-sama swasta
menuju manfaat yang lebih besar lagi bagi negara. Apalagi sekarang akan
ditempuh strategi penggabungan beberapa BUMN agar lebih efisien. BUMN
lingkup Departemen Pertanian misalnya terdiri dari pelbagai usaha di
subsektor perkebunan, perikanan, peter.lakan maupun pertanian pangan dan
hortikultura; telah melakukan diversifilcasi produk. Misalnya PTP XXIII
bukan saja berkonsentrasi pada aneka tanaman perkebunan, tetapi jugapada
hortikultura. Potensi PTP ini cukup besar. Di subsektor perkebunan saja
tercatat sebanyak 32 PTP/PNP yang beroperasi di hampir selunih wilayah
Indonesia. Komoditi yang diusahakan sebanyak 13 macam terdiri dari 9
komoditi budi daya tahunan dan 4 komoditi tanaman semusim. Termasuk
hortikultura di dalamnya. PTP ini umumnya memang memiliki aktiva tetap

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 7


maupun lancar dengan laba yang cukup besar. Dengan demikian, maka
rentabilitas, sovabilitas dan likuiditasnya juga cukup baik.
Di Jawa Timur BUMN perkebunan ini terdapat 10 PTP perkebunan
yang tergabung dalam 8 Direks.i, meliputi 3 FTP gula, 2 PTP tembakau dan 3
PTP budi daya tahunan. Berbagai diversifikasi produk dengan produk
hortikultura di beberapa PTP tersebut telah dilakukan dan tampaknya cukup
mempunyai prospek yang baik.
Pelaku ekonomi yang lain, disamping pihak swasta dan BUMN adalah
Koperasi. Koperasi sebenamya sebagai wahana pembangunan ekonomi di
sektor rakyat, diharapkan mampu berperan lebih menonjol pada waktu-waktu
yang akan datang. Sekarang ini gerak koperasi masih terbatas karena kendala
manajerial, kurang partisipasinya anggota dan lemahnya permodalan adalah
kendala yang klasik dihadapi oleh koperasi ini.
Dalam perkembangan lembaga ekonomi ini masih dibantu, meskipun
diakui sudah banyak kebijakan pendukung yang telah diberikan untuk
menyempumakan dan mempercepat pemimbuhannya.
2. Agribisnis Hortikultura Masa Mendatang
Agribisnis diakui bersama-sama agroindustri merupakan pendekatan yang
ditempuh untuk pengembangan pertanian-industri pada masa datang. Komponen-
komponen yang dimiliki cukup banyak dan telah memadai dan terus perlu
dikembangkan. Misalnya:
a. Peningkatan koordinasi yang lebih erat karena letak lahan dan sumber daya
lain yang terpencar-pencar.
b. Peningkatan relevansi kaitan ke belakang (backward linkages) dan ke depan
yang perlu terus diatur secara teratur, sehingga kaitan tersebut akan lebih baik
dan saling menunjang peningkatan relevansi kegiatan.
c. Peningkatan relevansi kegiatan pertanian, industri dan perdagangan agar lebih
lancar.
d. Peningkatan pembagian dan penyaluran modal yang lebih merata antara
pelaku-pelaku sistem agribisnis.
e. Peningkatan mencari peluang-peluang pasar dan teknologi agribisnis secara
lebih luas.

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 8


f. Peningkatan prioritas kredit perbankan yang mengarah pada kegiatan
agribisnis dan agroindustri terutama untuk usaha tani dan kegiatan
nonindustri.
Untuk menyempurnakan pengembangan agribisnis dan agroindustri yang ada
di instansi yang berbeda, menurut Profesor Sumantri (1993), maka perlu
diupayakan hal-hal sebagai berikut:
a. Penyempumaan koordinasi dan kerja sama antarinstansi dan departemen,
menuju pendekatan agribisnis dan agroindustri.
b. Pengelolaan dan sinkronisasi kegiatan agribisnis melalui sebuah badan
koordinasi atau badan pengelola.
c. Pemberian prioritas modal sesuai program terutama investasi pertanaman dan
unit pengolah.
d. Pemberian prioritas pada industri pedesaan sebagai penyumbang bahan baku
industri.
e. Penerobosan pasar dan teknologi maupun pemasaran produk-produk
agribisnis.
f. Proyeksi dan refleksi konsep agribisnis dan agroindustri ke seluruh wilayah
Indonesia, dengan mengingat potensi dan sumber daya alamnya.

E. PENUTUP
Dari uraian di atas, maka ada beberapa hal yang disepakati dan bahkan
dipakai sebagai suatu pendekatan bahwa agroindustri dan agribisnis hortikultura
adalah salah satu sumber pertumbuhan baru disektor pertanian. Agribisnis
hortikulturabukan saja mampa sebagai sumber pertumbuhan baru di sektor
pertanian, tetapi ia juga mampu menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan
nilai tambah. Namun demikian, juga diakui bahwa kendala untuk pengembangan
agribisnis hortikultura ini masih terletak pada kendala yang itu-itu juga seperti
skala usaha yang kecil, lemahnya permodalan, terbatasnya teknologi yang
digunakan dan sederhananya manajemen yang digunakan.
Pada masa mendatang, bila kendala-kendala ini mampu di atas, maka prospek
hortikultura akan tetap cerah.

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 9

You might also like