Professional Documents
Culture Documents
Nugroho Notosusanto
Di Antara Baju Sipil dan Militer
Pada hari Senin, 3 Juni 1985 , di sebuah rumah tinggal di kompleks Perumahan
Menteri Jalan Gatot Subroto , Jakarta Pusat , Nugroho Notosusanto , Rektor Universitas
Indonesia merangkap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, menutup mata untuk
selama-lamanya . Keesokan harinya, jenazahnya disemayamkan sebentar di Universitas
Indonesia , Alma Mater almarhum , sebelum diantar dengan iring-iringan menuju ke
Taman Makam Pahlwan Kalibata , Jakarta .
Malahan ada mahasiswa yang membakar petasan . Selesai pelantikan , para mahasiswa
menggelar spanduk besar kain kuning yang bertuliskan “ Jangan nodai kampus kami
dengan sepatu lars “. Kejadian tersebut rasanya sulit diketemukan sepanjang sejarah
Universitas Indonesia .
Dunia Kemahasiswaan
Setelah satu tahun sebagai aktivis mahasiswa pada tahun 1952. , Nugroho
Notosusanto terpilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Sastra UI 5 , dan
kemudian ia bersama-sama teman-temannya yang lain ( antara lain : Emil Salim )
mendirikan Dewan Mahasiswa UI pada tahun 1954 . Di sana Nugroho Notosusanto
duduk sebagai anggota Badan Perwakilan DMUI dan juga menjadi Redaktur Penerbitan
DMUI Mahasiswa 6 Aktivitasnnya dalam penerbitan pers UI mengantarkannya menjadi
Ketua Serikat Pers Mahasiswa Indonesia pada tahun yang sama . Sementara itu ia
tercatat juga sebagai Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Djakarta (1955 -1956 ). Pada
tahun 1958 , ketika Serikat Pers Mahasiswa Indonesia dan Ikatan Wartawan Mahasiswa
Indonesia bergabung menjadi Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia , ia beralih ke bidang
kesenian mahasiswa dan menjadi Ketua Badan Kerja Sama Kesenian Mahasiswa
Indonesia , yang salah satu kegiatannya menyelenggarakan forum kegiatan Kesenian
mahasiswa dalam bentuk Pekan Kesenian Mahasiswa .7
(1976 ) memuat artikel Nugroho Notosusanto yang berjudul ‘ The Soldier ‘ dan The
Transfer 11
Pada tahun 1960, Nugroho Notosusanto memperoleh gelar sarjana dengan skripsi
yang berjudul “ Yogyakarta : Pembentukan Kota Kraton Indonesia pada
Pertengahan Abad 18 , di bawah bimbingan Prof. Mr. Dr. Sukanto , guru besar
Sejarah Indonesia di Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Indonesia . Nugroho
Notosusanto berusaha mengarahkan perhatiannya pada kota Yogyakarta berserta
pemerintahan dan masyarakat pada periode ( 1775 – 1825 ) secara integral . yang mana
diketahui belum ada yang membahasnya ketika itu . Ia menjadikan kerangka penulisan
Soekanto dalam Dari Djakarta ke Djakarta : Sejarah Ibukota kita (1955 ) sebagai
pedoman dalam menyusun skripsi . Dalam periodesisasinya , Nugroho Notosusanto
mengikuti pembatasan waktu dalam buku Soekanto , Sekitar Jogyakarta , 1775 – 1825 (
1952 ) , yang menyatakan bahwa periode itu sebagai latar belakang daripada kejadian-
kejadian sesudahnya , yaitu Perang Diponogoro ( 1825 – 1830 ) dan persoalan-persoalan
yang bersangkutan dengan perang tersebut , termasuk hal-ihwal Raden Saleh Syarief
Bastasman , Raden Arya Hadiningrat , Sentot Prawiradirdja dan lain-lain . Periode ini
dianggap penting karena diawali dengan terjadinya Perjanjian Giyanti antara Pangeran
Mangkubumi ( yang kemudian dikenal sebagai pendiri Kesulatanan Ngayogyakarta )
dengan VOC yang menyebabkan kerajaan Mataram terbagi menjadi kerajaan Kasunanan
11
Satyagraha Hoerip. Op.cit., hal. 438 . Lihat juga Disertasi Nugroho Notosusanto , The Peta Army During
the Japanese Occupation of Indonesia , ( Jakarta : Universitas Indonesia , 1977 ), hal. 11 .
12
Satyagraha Hoerip , loc. cit., hal. 438.
13
Sa[pardi Djoko Damono , “ Catatan Kecil tentang Cerpen Nugroho Notosusanto ,” Historia , Edisi
Khusus , Juni 1988 , hal. 16 . Lihat juga . H.B. Jassin , Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan
Esei , ( Jakarta : Gunung Agung , 1962 ) , hal.151 – 156. Dan H.B. Jassin , Analisa – Sorotan Atas Tjerita
Pendek , ( Jakarta : Gunung Agung , 1965 ), hal. 34 – 42.
14
Sapardi Djoko Damno , loc. cit., hal. 29 . Lihat juga , Goenawa Mohaamd , ‘ Catatan Pinggir – Tjon
Dll ,’ Tempo, 8 Juni 1985.
15
‘ Percakapan dengan Penulis Brigjen Prof. Dr. H. Nugroho Notosusanto : Saya ingin mengungkapkan
simpati terhadap manusia kecil, “ Optimis , 24 Desember 1981 , hal. 47.
16
H.B. Jassin , 1962 , hal. 151 – 156 .
4
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
Sekembalinya dari Inggris, anak pertama dari tiga bersaudara ini, segera
membenahi pengajaran sejarah di FSUI . Pada tahun 1963 , ia mendapat kepercayaan
sebagai Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan . 19 Bisa jadi, kepercayaan sebagai
Pembantu Dekan ini diberikan karena ia dikenal sebagai orang yang memiliki segudang
aktivitas semasa mahasiswa . Karena dianggap berhasil membimbing mahasiswa ,
akhirnya Nugroho Notosusanto dipromosikan menjadi Pembantu Rektor bidang
kemahasiswaan (1964 –1967 ). 20 Mengurusi mahasiswa bukanlah suatu hal yang mudah
, apalagi dalam periode saat itu yang sangat mengguncangkan, diwarnai dengan polarisasi
dan konflik antara kekuatan-kekuatan politik di Indonesia yang boleh dibilang sedang
mencapai puncaknya . Sebagai saksi mata, ia melihat mahasiswa yang terjun dalam
politik praktis terseret dalam pertikaian itu, dan ini pada gilirannya menyebabkan kampus
menjadi arena konflik antar berbagai ideologi . Pada masa-masa kritis itu, selaku
Pembantu Rektor Kemahasiswaan , ia senantiasa mendampingi mahasiswa Universitas
Indonesia, tanpa mengindahkan ancaman-ancaman atas dirinya . Maklum pada saat itu
banyak mahasiswa UI yang menjadi pemimpin dan pelopor aksi-aksi Tritura ( Tri
Tuntutan Rakyat ) . 21 Mungkin atas dasar pengalaman ini semua ,Nugroho Notosusanto
menjadi Rektor Universitas Indonesia memperkenalkan konsepsinya yakni ,
17
Suherman , Abstraksi Skripsi dari Nugroho Notosusanto , Jogyakarta : Pembentukan Kota Kraton
Indonesia pada Pertengahan Abad 18 ( Jakarta : Skrispsi Sarjana FSUI , 1960 ) , Historia , loc.cit., hal. 30-
31.
18
Pada suatu kesempatan , Nugroho Notosusanto mengatakan pada teman gadisnya yang sering ke
percetakan untuk membuat majalah , kalau dirinya mendapat bea siswa belajar ke Inggris . Di mana dalam
bea siswa itu diperbolehkan membawa istri . Akhirnya Nugroho Notosusanto memberanikan diri bertanya
kepada Irma Savitri, “ Kamu mau ikut nggak . Kalau mau ikut kita nikah “ . Tanpa ada pacaran , mereka
menikah dan berangkat ke Inggris selama dua tahun . Anak pertama lahir di Inggris / “ Ny. Erma Savitri
Nugroho ,” Suara Karya , 8 Juli 1984.
19
Sebagai Dekan FSUI adalah Prof. Dr. Raden Mas Soetjipto Wirjosoeparto ( 1961 – 1964 ) dan
digantikan oleh Prof . Dr. Ir. Raden Mas Soemantri Brojonegoro ( 1964 – 1965)
20
Nugropho Notosusanto pada awalnya membantu dr. Syarief Thayeb dan kemudian digantikan oleh Prof.
Dr. Ir. Soemantri Brojonegoro pada tahun 1965 .
5
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
Pada tahun 1960-an , selain mendominasi bidang sosial politik , PKI menaruh
perhatian pada bisang-bidang penulisan sejarah sebagai sarana pembenaran
ideologinya.Untuk itu menurut versi mereka ditulislah Sejarah Perjuangan Nasional
Indonesia dibawah pimpinan Anwar Sanusi , berusaha memperoleh pengesahan dari
Presiden Soekarno agar buku yang dirtulis tersebut dijadikan buku resmi mengenai
perjuangan bangsa . Bagi militer , jelas kegiatan itu dianggap membahayakan
kepentingan dan keberadaan militer . Dalam upaya mengimbangi , Menko Hankam
KSAB Jendral A.H. Nasution berinisiatif membentuk team untuk menulis buku semacam
itu dan ini dipimpin oleh Mayjen Mokoginta . Untuk keperluan itu , Jurusan Sejarah
FSUI diminta bantuannya dan ini kemudian tertuang dalam perjanjian kerjasama antara
UI dan ABRI , yang masing-masing diwakili oleh Rektor dr. Syarief Thayeb dan Jendral
A.H. Nasution (1964) . Sebagai realisasinya , Nugroho Notosusanto bersama beberapa
pengajar Jurusan Sejarah FSUI , diperbantukan pada Dinas Sejarah TNI-AD. Ada pun
hasilnya adalah, buku Sejarah Singkat Perjuangan Bersenjata Bangsa Indonesia . 22
Setelah beberapa tahun Universitas Indonesia terus bergolak , dan pada akhirnya
menjadi pulih kembali pada tahun 1967 . Nugroho Notosusanto memutuskan untuk
mencurahkan perhatiannya pada Pusat Sejarah ABRI , dan untuk ia menyerahkan
jabatannya selaku Pembantu Rektor UI pada bidang kemahasiswaan . Walaupun
21
Keluarga Nugroho Notosusanto , op.cit., hal. 95 dan Soe Hok Gie , Catatan Seorang Demonstran ,
( Jakarta : LP3ES , 1983 ) , hal. 161 serta “ Ny. Erma Savitri Nugroho , “ Suara Karya , 8 Juli 1984 .
22
“ Wawancara : Bermula dari Offensif PKI ,” Historia , loc. cit , hal. 16 – 17
23
Ibid.
6
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
demikian, ia tetap mengabdikan diri sebagai dosen FSUI, di samping sebagai pengajar
pada lembaga-lembaga pendidikan ABRI ( waktu itu : Seskoad, Seskoal , Seskau dan
Seskopal ) yang dimulainya sejak tahun 1964 . Ia merasa bahwa kesempatan bertugas di
bidang militer ini sebenarnya merupakan cita-citanya sejak muda pada tahun 1950. 24
Notosusanto dengan Ismail Saleh menyusun buku mengenai Peristiwa G-30-S/PKI dalam
bahasa Inggris The Coup Attempts of The September 30 Movement In Indonesia , yang
sering dianggap sebagai sanggahan atas Cornell Paper yang melihat kejadian G-30-
S/PKI itu sebagai masalah intern Angkatan Darat belaka . 30 Tulisan ini berawal dari
laporan Kepala Biro Hankam , Nugroho Notosusanto , mengenai percobaan kup yang
diterbitkan dengan judul “ 40 Hari Kegagalan G.30.S “ , setelah dua bulan peristiwa itu
terjadi . Tulisan ini dianggap kurang memadai karena dikerjakan dengan bahan
seadanya dan dalam waktu singkat . Bersamaan dengan itu Nugroho Notosusanto yang
menjadi dosen Seskoad , memperoleh tugas dari Komandan Seskoad , Mayor Jendral
Soewarto untuk mempersiapkan buku yang mengisahkan peristiwa percobaan kup
tersebut dalam bahasa Inggris . Karena buku itu harus ditunjang dengan bukti-bukti dari
segi hukum yang berlaku , maka Suwarto menugaskan Letkol. Ismail Saleh sebagai
penulis pendamping . Ketika itu Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh memperoleh
tugas ke Amerika Serikat dan Belanda untuk mengamati kegiatan kampanye dari dekat ,
yang dilakukan oleh sejumlah organisasi dalam menentang Orde Baru . Rencananya
Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh akan dikirim ke negara-negara Blok Timur ,
tetapi karena ‘ gerilya politik ‘ yang dibiayai oleh negara-negara Blok Timur tertentu
cukup berpengalaman . Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh urung dikirim ke sana ,
agar bisa terhindar dari resiko yang tidak diinginkan. Dengan mempelajari kampanye-
kampanye yang bernada bermusuhan itu , kedua penulis itu bisa menyusun kembali
naskahnya , untuk menangkis issu-issu yang tertulis dalam berbagai tulisan . Nugroho
Notosusanto menulis bagian sejarah dengan sumber utama adalah hasil-hasil sidang
Mahkamah Militer Luar Biasa , yang mengadili pelaku percobaan kup . Sedangkan Ismail
Saleh menulis masalah-masalah hukum. 31
30
Pada awalnya Cornell Paper merupakan makalah biasa yang kemudian diterbitkan menjadi buku . Lihat .
B. R.O’G Annderson and Ruth McVey , A Prelimary Anal;ysis of the October 1 , 1965 , Coup in
Indonesia , Ithaca : Modern Indonesia Project , 1971 ) . Peritiwa Gerakan 30 September ini ditafsirkan
berbeda-beda . Lihat. Harlod Crouch , Militer dan Politik di Indonesia , ( Jakarta : Sinar Harapan , 1986 ) ,
hal. 111 – 134 dan Ulf Sundhaussen , Politik Militer Indonesia 1945 – 1967 – Menuju Dwi Fungsi ABRI ,
( Jakarta : LP3ES , 1986 ) , hal. 341 – 344.
31
Kata Pendahuluan dalam Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh , Tragedi Nasional – Percobaan Kup
G30S / PKI Di Indonesia , ( Jakarta : Intermassa , 1989 ) , hal. xiii – xiv .
32
Keluarga Nugroho Notosusanto , op.cit., hal. 97 – 98 dan 107 – 108 .
8
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
33
“ Doktor Sastra untuk Nugroho Notosusanto “, Kompas , 14 November 1977 dan “ Peta bukan inti dan
pemula pertumbuhan TNI , “ Sinar Harapan , 12 November 1977 .
9
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
bahwa makna pengalaman Peta bagi kebanyakan orang Indonesia adalah merupakan
suatu inspirasi . Hal itu telah memberikan kepada mereka kepecayaan kepada diri sendiri
yang sangat diperlukan untuk melawan suatu tentara yang lebih unggul dalam latihan dan
perlengkapannya , dengan sarana-sarana yang serba kurang . Dari sana bangsa Indonesia
dapat bertumpu kepada kemampuannya sendiri yang terus-menerus bertambah , dan
memperkembangkan dirinya lebih lanjut untuk mencapai taraf yang kini telah mereka
capai . 34
34
Nugroho Notosusanto , Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia ( Jakarta : Gramedia ,
1979 )
10
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
mengingatkan tentang betapa pentingnya wawasan sejarah bagi semua warga negara ,
terutama yang menduduki posisi pimpinan ( dan yang lebih khusus para perancang
sistim pendidikan kita )35
Kontroversial
35
“ Prof. Nugroho Notosusanto Guru Besar Ilmu Sejarah FSUI ,” Kompas, 7 Januari 1980 dan Nugroho
Notosusanto , Sejarah Demi Masakini , ( Jakarta : UI Press , 1979 )
36
Keluarga Nugroho Notosusanto , op.cit., hal. 101.
37
Ibid dan Redaksi Yth , Kompas , 11 Februari 1980 . Ceramah Nugroho Notosusanto dianggap lebih
menekan pada wawasan sejarah ketimbang siraman rahani .
38
Nugroho Notosusanto , Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer , ( Jakarta : Yayasan Idayi , 1978 ) .
11
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
saja teknik ini terlalu sulit dipraktekkan bagi orang yang tidak mempunyai kedudukan.
39
Tetapi lewat kasus ini, secara tidak langsung menjawab alasan mengapa Nugroho
Notosusanto yang menggeluti sejarah , sangat senang memasuki dunia militer. Dalam
salah satu kesempatan , ia berkata “ Saya senang bekerja di sini, mengabdi pada
sejarah Kalau saya berbaju sipil susah melakukan penggalian sejarah . Dengan
hirarki militer , maka sejarah banyak bisa digali dan proyek sejarah berjalan dengan
mulus “.40
Lain daripada itu , Nugroho Notosusanto juga melopori penulisan buku teks
sejarah untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas . Ia
menjadi Ketua dan Editor Panitia Penyusunan buku Pelajaran Sejarah Nasional Indonesia
39
Nugroho Notosusanto bisa mengadakan wawancara tentang Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret
dengan Presiden Soeharto , Jendral M. Jusuf dan Jendral Amir Machmud secara simultan pada tanggal 13
Maret 1977 di Jakarta . Lihat . Nugroho Notosusanto , Menegakkan Wawasan Alma Mater , op.cit, 174 .
40
“ Jenazah Alamarhum Nugroho Notosusanto Dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata .” Sinar
Harapan , 4 Juni 1985 .
41
Nugroho Notosusanto , Naskah Proklamasi Yang Otentik dan Rumusan Pancasila Yang Otentik ,
( Jakarta : Balai Pustaka , 1983 )
12
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
. 42 Sebenarnya penulisan buku-buku ini adalah bagian dari rangkaian penulisan Buku
Standard Sejarah Nasional Indonesia , yang telah dimulai sejak tahun 1971 dan saat itu
Nugroho menjadi Wakil Ketua dan Editor . Menulis buku Standar Sejarah Nasional
Indonesia Ini memang bukan suatu pekerjaan mudah . Kebanyakan buku Sejarah
Nasional Indonesia yang ditulis selama ini bertumpu pada hasil penelitian orang Belanda,
dan sebagai akibatnya paradigma kolonial, mendasari buku- buku yang ditulis itu . 43
42
Textbook sejarah untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pernah diramaikan , karena memuat kata-kata
sebagai berikut ,” Dalam pada itu Prsiden sendiri menerima komisi dari perusahaan asing yang melakukan
impor ke Indonesia pada pelbagai bank ke luar negeri tersimpan uang jutaan dollar atas nama Presiiden “ .
Para pengeritiknya menganggap kata-kata itu tidak layak dimuat dalam buku yang bersifat mendidik , tetapi
kurang mempersalahkan apakah fakta itu benar atau tidak . Serangan itu ramai dibicarakan pada bulan
September dan Oktober 1985 . Beberapa orang yang bertanggungjawab atas buku tersebut lepas tangan .
43
R.Z. Leiressa , “ Prof . Dr. Nugroho Notosusanto – Pelopor Sejarah Kotemporer ,” Historia , Edisi
Khusus / Juni 1988 , hal. 10 – 11 .
44
Ibid dam Lihat juga . Sartono Kartodirdjo , Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia –
Suatu Alternatif , ( Jakarta : Gramedia , 1982 )
45
Taufik Abdullah dan Abdurrachman Suryomihardjo (ed) , Ilmu Sejarah dan Historiografi – Arah dan
Perspektif ( Jakarta : Gramedia , 1985 ) , hal. 31 dan “ Wawancara dengan Prof . Dr. Nugroho Notosusanto
tentang Sejarah Kontemporer – Setuju konsep Sartono , kecuali yang ‘ Hahahaha ‘ “ , Sinar Harapan , 1
Oktober 1980 .serta Dialog : Mempelajari dan Belajar dari Sejarah “, Prisma , Agustus 1980 .
46
R.Z. Leiressa , loc. cit.
13
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
Nasional Indonesia , Jilid 6 , yang mana dia sebagai editor . Dalam prakata buku itu
Nugroho Notosusanto mengatakan demikian :
Karena kebanyakan pelaku sejarah periode ini masih hidup, pastilah bahwa kadar emosi
Di dalam menghadapi peristiwa-peristiwa maupun tokoh-tokoh yang yang termasuk jenis
Kontroversial . Segalanya itu bertambah intensitasnya dengan tindakan menarik ujung
kisah –sejarah sampai periode ini sedekat-dekatnya ke jaman kita sekarang ini ……….
Kesemuanya itu cukup memberikan alasan bagi sejarawan yang ‘ mencari amannya’
Untuk menghindari periode yang begitu muthakir , 47
B.M. Diah yang risau terhadap gambaran yang ditampilkan oleh buku Sejarah
Nasional Indonesia tentang Soekarno pada zaman Demokrasi Terpimpin itu , menulis
dalam Harian Merdeka pada tanggal 8 April 1976 dengan judul , “ Sejarah Nasional
Indonesia Harus Tahan Uji “ . B.M. Diah yang mengenal dekat dan merasa dekat
dengan Presiden Soekarno menyatakan bahwa Sejarawan Indonesia 1976 menghukum
Soekarno sebagai aktor sejarah secara kurang atau tidak adil .. B.M. Diah menganggap
bahwa Soekarno telah diperlakukan dengan sinis dan kurang wajar . Gambaran yang
disampaikan penulis buku Sejarah Nasionali ( VI ) tentang Soekarno kurang berdasarkan
fakta-fakta sajarah yang mendukung , tetapi malahan membuat penafsiran-penafsiran
sendiri yang bobotnya perlu diperdebatkan.48 Atmakusumah yang meresensi buku
Sejarah Nasional Indonesia (VI ) ini menyatakan bahwa kritik yang ditujukan pada buku
itu bukan karena ketidak-benaran terhadap fakta yang disajikan , tetapi karena berbagai
penafsiran dan pemilihan fakta yang kurang lengkap .Tidak jarang terjadi bahwa
penilaian yang bersifat sepihak tidak dimbangi dengan pandangan pihak lain - sekalipun
dengan resiko harus mengungkapkan pandangan yang bertentangan – sebagaimana yang
dituntut oleh cara penulisan yang baik . Bahkan kadang-kadang amat terasa bahwa
keterangan sepihak itupun menjadi keyakinan penulis sejarah itu .49
Pendidikan Dasar dan Menengah . Sebagai pelengkap disertakan pula tulisan A.G.
Pringgodogdo ( yang mendukung tesis Nugroho Notosusanto ) yang berjudul “ Sekitar
Pancasila “ , yang semula diterbitkan oleh KODAM VII / Brawijaya . Pada akhirnya
buku itu itu dijadkan sebagai bahan bacaan pelengkap bagi guru sekolah dalam rangka
pengajaran PMP . Pemerintah juga memutuskan agar BP 7 menggunakannya sebagai
buku pegangan dalam Penataran P-4 .50
Kemudian isi buku ini dimuat kembali ke berbagai media massa atas permintaan
Departemen Penerangan di bawah kepemimpinan Ali Murtopo . Ternyata pandangan
Nugroho Notosusanto mendapat reaksi yang yang bersifat politis maupun non-politis.
Reaksi yang bersifat politis dikemukakan oleh Lembaga Soekarno –Hatta . B.M. Diah ,
Sunario dan Roeslan Abdulgani , sedangkan reaksi non politis terdapat nama orang-orang
seperti Ruben Nalenan ( Untag ) dan G. Moedjantho ( Sanata Dharma ) . Tak ketinggalan
sejarawan terkemuka seperti Abdurracman Suryomihardjo ( LIPI ) dan Kutowijoyo
( UGM ) juga memberi kritik tajam meskipun hanya lewat komentar saja . Sebaliknya
Onghokham ( UI ) hanya menulis komentar yang sifatnya netral . Yang menarik dalam
polemik ini adalah terlibatnya media massa . Mereka yang mendukung Nugroho
Nosusanto adalah Suara Karya .Yang bersikap netral adalah Kompas, Sinar Harapan
dan Tempo . Dan yang mengeritik adalah Merdeka , Simponi , Topik dan Indonesia
Observer . 51 Beberapa orang menyebut buku ini sebagai pamflet dan dengan Nugroho
Notosusanto menjelaskan bahwa bila yang dimaksudkan pamflet adalah sesuai dengan
pendapat pemerintah sekarang , maka itu cuma kebetulan . Lebih jauh dari itu ada
tuduhan yang paling menyakitkan hatinya sebagai pemalsu sejarah . Tetapi , itulah
konsekuensi bagi orang yang menganut semboyan – Ngluruk tanpa bala - dalam
penulisan sejarah . Artinya , berjuang sendirian dalam menegakkan fakta sejarah, seperti
apa yang diyakininya . 52
Dalam menulis Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara , sumber utama dan
satu-satunya yang dipakai Nugroho Notosusanto adalah buku Naskah Persiapan
Undang-Undang Dasar 1945 susunan Muhamad Yamin yang edisi pertamanya
diterbitkan pada tahun 1959 . Menurut buku itu , atas permintaan Ketua BPUPKI Dr.
Radjiman Wediodiningrat , 3 anggota badan itu dalam pidatonya membicarakan dasar
negara Indonesia Merdeka . Berturut-turut tampilah Muh. Yamin ( hari pertama , 29 Mei
1945 ) , Supomo ( 31 Mei ) dan Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 . Maka Nugroho
Notosusanto menyimpulkan bahwa penggali –penggali utama dasar negara RI itu adalah
ketiga tokoh itu , Jadi 1 Juni 1945 bukanlah lahirnya Pancasila Dasar Negara , melainkan
hanya konsepsi Pancasila yang dicetuskan oleh Soekarno dalam sidang BPUPKI itu
50
Nugroho Notosusanto, Proses Permusan Pancasila Dasar Negara ( Jakarta : Balai Pustaka , 1981 ) , hal.
24 – 29 . Sebenarnya ada beberapa orang yang mempunyai pandangan yang sama dengan Nugroho
Notosusanto . Lihat . B.J. Boland , Pergumulan Islam di Indonesia ( Jakarta : Grafitipers , 1985 ) , hal. 18 –
26 ; H. Endang Saefuddin Anshari , Piagam Jakarta 22 Juni 1945 , ( Bandung : Pustaka , 1981 ) , hal. 13 –
24 ; Prof. Dardji Darmodihardjo , Pancasila Suatu Orientasi Singkat ,( Jakarta : Balai Pustaka , 1981 ) dan
Prof . A.G. Pringgodigdo SH , Sekitar Pantjasila , ( Stensil Balai Penelitian Pendidikan IKIP Negeri
Surabaya , n.d ).
51
Peter Kasenda , Polemik tentang Soekarno dan Pancasila : Suatu Penjelasan , “ Historia , Edisi Khusus/
Juni , 1988 , hal. 21 – 26 .
52
Saleh As’ad Djamhari , “Nugroho Notosusanto – ngulurug tanpa bala , “ Historia – Edisi Khusus/Juni
1988 , hal. 19 .
15
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
Kritik tajam yang diarahkan pada Nugroho Notosusanto adalah yang berkaitan
dengan penggunaan sumber primer yakni buku Mh. Yamin itu , dengan kata lain lain
mengatakan bahwa Soekarno adalah satu-satunya yang mengemukakan dasar
Indonesia Merdeka . Kritik-kritik adalah yang diuraikan dibawah ini ; (1) Sulit
mempercayai tulisan Muh. Yamin sebagai sumber sejarah , sebab ia tekenal sebagai’
pujangga Istana ‘ semasa pemerintahan Soekarno , dan di samping itu , pribadinya dinilai
‘ licik ‘ dan ‘ pintar menyulap ‘ ; (2) Sebagai seorang pelaku dalam proses perumusan
dasar . Moh. Hatta sejak 1951 secara konsisten mengatakan bahwa Muh. Yamin tidak
pernah mengemukakan seperti apa yang tercantum dalam bukunya itu ; (3) Terlalu sulit
untuk mempercayai penilaian Pringgodigdo terhadap buku Muh. Yamin , karena ia
sendiri tidak pernah mengecek ulang berhubung notulen tersebut ‘ dihilangkan ‘ oleh
Moh. Yamin. Besar kemungkinan Muh. Yamin dalam bukunya mengubah ejaan dan
bahasa serta memperbaiki kata-kata yang janggal dalam notulen itu; (4) Penggunaan satu
sumber saja , menjadi tak asli lagi , karena Muh. Yamin tentu ‘ menyaringnya ; untuk
memperkuat posisiya sendiri . Sumber tunggal juga tidak memungkinkan adanya
perbandingan ; (5) Sebenarnya Muh. Yamin tidak bermaksud menjadikan buku
kompliasi yang disusunnya itu sebagai sumber primer , karena buku tu diterbitkan untuk
untuk mendukung Konsepsi Presiden Soekarno , Kembali ke UUD 1945 ; (6) Adanya
keanehan-keanehan yang terdapat dalam buku itu , seperti Muh. Yamin menempatkan
pidato Soekarno 1 Juni justru pada urutan pertama , kemudian baru disusul dengan pidato
Muh. Yamin ( 29 Mei ) dan Supomo ( 31 Mei 1945 ) . Lalu mengapa Muh. Yamin tidak
memasukan pidato tokoh-tokoh lain antara 29 Mei sampai 1 Juni 1945 ; (7) Adalah sukar
untuk menafsirkan kata pengantar Presiden Sokarno pada buku Muh. Yamin itu sebagai
pengakuan secara langsung terhadap ‘ fakta sejarah ‘ yang terdapat dalam buku itu . Dan
harus diingat bahwa tentunya Soekarno sulit untuk menolak memberi sambutan tertulis
atas buku yang ditulis seorang pendukung yang bermaksud memberi dukungan politik
tehadap gagasannya ; (8) Peranan Soekarno sebagai satu-satunya pengali Pancasila ,
53
A. Heuken SJ et al , Ensiklopedia Politik Poluler Pembangunan Pancasila , Jilid III Kas – Par ( Jakarta :
CLC , 1982 ) , hal. 280 – 282 .
16
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
diperkuat oleh saksi-saksi yang terlibat dalam proses penulisan Pancasila Dasar Negara ,
antara lain , Dr. Radjiman W. M. Hatta dan Muh. Yamin sendiri . Bahkan Muh. Yami
dalam SeminarPancasila pada 16 Februari 1959 di Yogyakarta , mengakui bahwa
Pancasila adalah ‘ penggalian ‘ Soekarno . Selanjutnya dalam pidatonya itu , ia juga
menegaskan ,” Saya tidak mau menyulap “. dan (9) Dalam pidato Lahirnya Pancasila ,
Sokarno menguraikan ,” Maaf, beriboe maaf ! Banyak anggota telah berpidato , dan
dalam pidato mereka itoe dioetarakan hal-hal yang sebenarnya boekanpermintaan
padoeka toean Ketoea yang moelia , jaitoe boekan dasarnya Indonesia Merdeka ….”.
Kutipan ini membuktikan bahwa Soekarno adalah satu-satunya orang yang
mengemukakan dasar negara . 54
Mungkin yang paling menarik adalah mendengar kata-kata yang diucapkan oleh
Abdurrachman Suryomihardjo . Dia menyatakan bahwa sejarawan seharusnya hati-hati
membuat inteprestasi sejarah . Kalau inteprestasi itu tidak dikaitkan dengan maksud
untuk meniadakan peringatan nasional atau kelompok . Inteprestasi boleh saja
dilakukan . Tapi kalau inteprestasi dipakai untuk membenarkan logika untuk
rekomendasi keputusan politik , itu bisa dipersoalkan . Dengan kata lain , sebenarnya
pemberi komentar itu ingin mengatakan bahwa karya Nugroho Notosusant itu lebih
merupakan pamflet politik dari pada karya sejarah . Kritik semacam itu bisa dimengerti ,
sebab nampaknya Pemerintah mendukung tesis utama dari Nugroho Notosusanto itu.
Mendengar suara suara semacam itu , Nugroho Notosusanto bukannya tidak tanggap . Ia
mempunyai jawaban untuk itu . Kata Nugroho Notosusanto sendiri,” Kalau pendapat
saya dalam buku itu sama dengan pendapat Pemerintah , itu kebetulan saja . Hal itu
sudah menjadi pendapat saya sejak lama ‘. Dan ia menambahkan ,” yang ingin saya
lakukan adalah mengamankan Pancasila sebagai dasar negara , sesuai rumusan dalam
Pembukaan UUD 1945 “.55
54
Ibid .
55
Peter Kasnda, loc. cit.
56
“ Ke Mana Dokumen-Dokumen itu Menghilang ? ,” Tempo, 5 September 1981 .
57
“ Ny. Erma Savitri Nugroho ,” Suara Karya , 8 Juni 1984 .
17
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
Liku-Liku Memimpin
58
Taufik Abdullah ,” Pengalaman Yang Berlalu , Tantangan Yang Mendatang : Ilmu Sejarah Di Tahun
1970-an dan 1980 ,” dalam Harsya W. Bachtiar dkk , Masyarakat dan Kebudayaan , Kumpulan Karangan
untuk Prof . Dr. Selo Soemardjan , ( Jakarta : Penerbit Djambatan , 1988 ) , hal. 247 .
59
R.Z. Leiressa , loc. cit. , hal. 11 – 12.
18
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
Komunikasi Massa, surat kabar laboratorium Departemen Ilmu Komunikasi Massa FIS-
UI , yang menuduh Nugroho Notosusanto orang yang didrop dari Hankam . 60 Dan
bahkan ada yang mengatakan kalau hasil pemilihan Rektor Universitas Indonesia tersebut
tidak bersifat demokratis . 61 Ia diangkat karena pernah menjadi teman satu sekolah
dengan Dr. Daoed Joesoef ketika belajar di Yogyakarta dahulu . 62 Menghadapi segala
macam tuduhan seperti ini , Nugroho Notosusanto menegaskan , kalau ia diangkat
disebabkan ia mempunyai konsep dan juga ia adalah bekas aktivis mahasiswa sehingga
dianggap bisa membimbing . 63
60
“ Debat Nugroho dengan Mahasiswanya ,” Tempo , No. 51 Tahun XI , 20 Februari 1982 .
61
“ Penggantian Rektor Ui ,” Merdeka, 18 Januari 1982 dan “ UI Giatkan Penelitian & Profesionalisme –
Nugroho Notosusanto : Universitas Sadar Politik Tapi Tidak Melakukan Politik Praktis ,” Sinar Harapan,
15 Januari 1982 .
62
“ Wawancara Khusus Pos Kota dengan Rektor UI – Kampus UI Jangan Menjadi ; Extra Territorial ‘ ,
Pos Kota , 28 Januari 1982 .
63
Ibid.
64
Nugroho Notosusanto, Menegakkan Wawasan Alma Mater , Op.cit., hal. 10 – 25 .
65
Ibid ., hal. 120 . Mahasiswa yang dipecat Nugroho Notosusanto adalah anak dari bekas gurunya di SMP
Pati . “ Saya dipaksa keadaan . Peter keras kelapa, padahal saya sudah mencari jalan tengahnya ,” MS
Abbas , ,” Menegang Prof. Dr. Nugroho Notosusanto ,” Surabaya Post , 4 Juni 1985.
19
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
sekaligus menggambarkan situasi yang terjadi pada saat itu . 66 Acara mogok kuliah itu
sendiri tidak berlangsung lama, hanya memakan waktu selama satu minggu .
Melihat sistem pendidikan yang selama ini berat sebelah, yakni hanya
menekankan kepada intelektual saja, sedangkan masalah emosi dan religius yang
membawa moralitas kurang diperhatikan, dianggap olehnya sebagai kecenderungan yang
berbahaya . Ini hanya akan menghasilkan orang yang pandai tetapi jiwanya kosong.
Nugroho Notosusanto mengibaratkan orang-orang itu bagaikan Dr. No , tokoh pandai
tetapi jahat dalam serial James Bond .71 Untuk itulah ia menawarkan gagasan tentang
betapa pentingnya pendidikan humaniora, dengan tujuan untuk menciptakan orang-orang
yang tidak hanya menguasai sains dan teknologi semata, tetapi juga berbudaya dan
berwatak . Ternyata gagasan Nugroho Notosusanto itu telah menimbulkan penafsiran
yang berbeda, “ Ada orang yang salah menafsirkan seolah-olah saya anti sains dan
teknologi karena saya berasal dari fakultas sastra “, demikian kata Nugroho
Notosusanto 72 . Sebenarnya apa yang dicetuskan itu sesuai dengan GBHN, bahwa anak-
anak didik tidak hanya harus pandai dan trampil , tetapi juga berbudi luhur , dan dapat
tumbuh sebagai manusia yang seutuhnya .
mempersiapkan program Wajib Belajar , dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada
tanggal 2 Mei 1984 sebagai acara puncak Hari Pendidikan Nasional. Sementara itu bagi
guru-guru di daerah terpencil atas pengorbanan mereka , ia mengusahakan pemberian
Satyalencana Pendidikan. Sementara itu, bagi guru-guru yang berada di seluruh tanah air,
dengan persetujuan Presiden diberikan kenaikan pangkat otomatis .73
Usahanya tidak berhentui sampai disitu saja . Sebagai kelanjutan dari program
Wajib Belajar , Nugroho Notosusanto juga memperkenalkan gagasan Orang Tua Asuh
yang dicanangkan olehnya pada tanggal 23 Juli 1984 di Yogyakarta bertepatan dengan
Hari Anak-anak .74 Maksud dari gagasan ini adalah, agar warga negara yang memperoleh
kelebihan penghasilan, diketuk hatinya agar dengan sukarela mau membantu anak –anak
dari orang tua yang tidak mampu , agar dapat memperoleh pendidikan dasar . Bisa jadi,
dalam hal ini, Nugroho Notosusanto mendapat inspirasi dari pada apa yang dilakukan
oleh dr. Wahidin Sudirohusodo saat merogoh kantongnya sendiri dan mendatangi kaum
priyayi dari zamannya , untuk mengumpulkan dana pendidikan yang diperuntukan bagi
anak-anak yang tak mampu .
73
Keluarga Nugroho Notosusanto , op.cit, hal. 105 .
74
“ Kata Nugroho , Soal Minat Orangtua Asuh – Luar Biasa ? Saya sampai ngeri , Jangan-jangan …”,
Merdeka , 25 Juli 1984 .
75
“ Menteri Nugroho Jadi ‘ Bapak Angkat ‘ pertama bantu biaya bocah jual majalah , “ Pos Kota , 14 Juni
1984 .
21
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda
baru yang mengikuti Penataran P4 . Selanjutnya , kegiatan ini juga diikuti pelbagai
perguruan tinggi swasta di seluruh Indonesia .
Selain itu , ia merasa perlu turut serta terlibat dalam menyusun textbook untuk
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa yang merupakan gagasannya sendiri , bagi anak
didik di seluruh Indonesia , yang telah dimulai pada tahun 1984. Secara mendadak pada
tanggal 3 Juni 1985, siang hari , ia dipanggil menghadap Sang Pencipta, dalam usia 54
tahun ( kurang 12 hari ) . 80 Keesokan siangnya , jenazah alamarhum diantar iring-iringan
ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata ,
Jakarta . Explevit brevi tempora multa, kata pepatah Latin Kuno , Sesingkat itu
hidupnya sebanyak itu amalnya . Tidak berlebihan rasanya pepatah Itu bagi Nugroho
Notosusanto , penyandang gelar 7 gelar kehormatan . 81 Tidak mudah untuk mencatat
seluruh bentuk pengabdian pada pribadi yang tidak pernah absen dalam menegakkan
kemerdekaan dan mengisi kemrdekaan Indonesia . Walaupun diterimanya secara
anumerta pada tanggal 18 Agustus 1985 , penganugerahan Bintang Mahaputera Adi
Pranada , merupakan bukti pengabdiannya yang tuntas sebagai salah satu putra terbaik
bangsa Indonesia.
80
Almarhum meninggal akibat pendarahan otak atau Cerebro vascular accident yang sangat sering
menyerang pengidap tekanan darah tinggi ( hypertensi ) . “ Satu Lagi , Seorang Tokoh ‘ pergi ‘ , Hidup ,
No. 24 Juni 1985.
81
“ In Memoriam Prof. Dr.. Nugroho Notosusanto – 15 Juni 1931 – 3 Juni 1985 ,” Guntingan Pers dan
Bibliografi , ( Jakarta : Yayasan Idayu , 1985 ) . Ada delapan bintang kehormatan yang dimiliki almarhum
Nugroho Notosusanto , yaitu Bintang Dharma , Bintang Gerilya , Bintang Yudha , Bintang Dharma
Nararya , Bintang Satya Lencana Perisriwa Perang Kemerdekaan I dan II , Bintang Satyalencana Dwudya
Sistha , Bintang Satyalencana {enegak dan Bintang Mahaputera di Pradana .
23
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com