You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

Anus Fistula adalah sejenis penyakit yang sering timbul disekitar dubur, mirip

dengan bisulan/udunan, tetapi perbedaannya sangat jauh sekali, kalau bisul/udunan

biasanya kalau sudah pecah akan mengering setelah diolesi obat. Kalau Anus Fistula

bekas pecahannya akan tetap ada dan sering mengeluarkan sejenis cairan? kadang-

kadang mengeluarkan cairan nanah. apabila penyakit ini dibiarkan tanpa diobati,

maka, penyakit tersebut akan menyerang ketempat lainnya, atau biasanya disebut

menjalar. bahkan kalau dibiarkan tanpa dirawat hal tersebut dapat mengakitkan fatal.

Fistula-in-ano hampir selalu disebabkan oleh abses anorektal sebelumnya.

Penyebab utama dari hal ini adalah cedera pada daerah dubur eksternal akibat

menggaruk, pencukur dan akar rambut dll terinfeksi Setelah cedera, infeksi terjadi

dan abses terbentuk. Biasanya bisul yang mengalir secara spontan membuat

pembukaan yang mungkin Fistula di ano. Setelah drainase spontan atau operasi

kadang-kadang saluran yang ketinggalan di belakang, menyebabkan gejala berulang.

Kadang-kadang mereka mengembangkan sekunder terhadap trauma, penyakit

Crohn, celah, kanker, radioterapi, tuberkulosis, dan infeksi lainnya.

Fissura Anus (Fissure in ano, Ulkus anus) merupakan suatu rebekan atau luka

bernanah (ulkus, borok) pada lapisan anus. Biasanya disebabkan oleh cedera karena

buang air besar yang keras dan besar. Fissura menyebabkan otot melingkar (sfingter)

dari anus mengalami kejang dan hal ini akan menyulitkan penyembuhan.

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. FISSURA ANUS

A.1. Definisi

Fissura Anus (Fissure in ano, Ulkus anus) merupakan suatu rebekan atau luka

bernanah (ulkus, borok) pada lapisan anus.

A.2. Penyebab

Biasanya disebabkan oleh cedera karena buang air besar yang keras dan besar.

Fissura menyebabkan otot melingkar (sfingter) dari anus mengalami kejang dan hal

ini akan menyulitkan penyembuhan.

A.3. Gejala

Fissura menyebabkan nyeri dan perdarahan selama atau segera setelah buang

air besar.

Rasa nyeri akan berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam dan

kemudian menghilang sampai saat buang air besar berikutnya.

A.4. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah anus.

A.5. Pengobatan

Bisa diberikan pelunak tinja atau psilium, yang bisa mengurangi cedera

karena buang air besar yang keras.

Pelumas berupa suppositoria (obat yang dimasukkan ke dalam dubur) juga

bisa diberikan.

2
Duduk berendam dalam air hangat selama 10-15 menit setelah buang air

besar, akan mengurangi rasa tidak nyaman dan membantu meningkatkan aliran darah,

sehingga membantu proses penyembuhan. Pembedahan dilakukan bila pengobatan

yang lainnya tidak berhasil.

B. FISTULLA ANOREKTAL

B.1. Definisi

Fistula Anorektal (Fistula in ano) adalah terowongan abnormal dari anus atau

rektum; biasanya menuju ke kulit di dekat anus, tapi bisa juga ke organ lainnya

seperti kemaluan.

B.2. Penyebab

Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum.

Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses

anorektal. Tetapi lebih sering, penyebabnya tidak dapat diketahui.

Fistula sering ditemukan pada penderita:

- penyakit Crohn

- tuberkulosis

- divertikulitis

- kanker atau cedera anus maupun rektum.

Fistula pada anak-anak biasanya merupakan cacat bawaan, dimana fistula

tertentu lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.

Fistula yang menghubungkan rektum dan vagina bisa merupakan akibat dari;

- terapi sinar X

- kanker

- penyakit Crohn

- cedera pada ibu selama proses persalinan.

3
B.3. Gejala

Fistula bisa terasa sangat nyeri atau bisa mengeluarkan nanah.

B.4. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah anus, dimana

ditemukan satu atau lebih pembukaan fistula atau teraba adanya fistula di bawah

permukaan.

Sebuah alat penguji bisa dimasukan untuk menentukan kedalaman dan

arahnya. Ujung dalamnya bisa ditentukan lokasinya dengan melihat melalui anoskop

yang dimasukkan ke dalam rektum.

Pemeriksaan dengan sigmoidoskop akan membantu menentukan penyebabnya

(apakah kanker, penyakit Crohn atau kelainan lainnya).

Fistulas adalah lubang kecil abnormal sebelah anus dari mana debit terus

terjadi. Hal ini disebabkan oleh sebuah terowongan seperti saluran antara saluran

dubur dan kulit. Kondisi ini selalu membutuhkan pembedahan untuk mengobati.

B.5. Diagnosis Dan Pemeriksaan

Diagnosis dapat dilakukan dengan inspeksi, palpasi, dan / atau pemeriksaan

Proctoscopic oleh Dokter Spesialis.

B.6. Radiologi Penyidikan

Ini tidak dilakukan untuk evaluasi fistula rutin. Mereka dapat membantu

ketika pembukaan utama adalah sulit untuk mengidentifikasi atau dalam kasus fistula

berulang atau berganda untuk mengidentifikasi saluran sekunder atau bukaan primer

terjawab.

B.7.1. Fistulography

Ini melibatkan penyuntikan kontras melalui pembukaan eksternal, yang diikuti

dengan gambar x-ray untuk garis besar saja pada saluran fistula.

4
B.7.2. MRI

Temuan menunjukkan konkordansi 80-90% dengan temuan operasi ketika

mengamati kursus saluran primer dan sekunder ekstensi.

B.7.3. CT scan

CT scan lebih membantu dalam pengaturan penyakit radang perirectal

daripada di pengaturan fistula kecil karena lebih baik untuk menggambarkan kantong

cairan yang memerlukan drainase daripada fistula kecil.

B.7.4. Barium seri

Hal ini berguna untuk pasien dengan fistula beberapa atau penyakit berulang

untuk membantu menyingkirkan penyakit inflamasi usus.

5
Proses Keperawatan

1. Pengkajian

- Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya gatal, rasa terbakar,


dan nyeri beserta karakteristiknya.

- Apakah ini terjadi selama defekasi?

- Berapa lama ini berakhir?

- Adakah nyeri abdomen yang dihubungkan dengan hal itu?

- Apakah terjadi perdarahan pada rectum?

- Seberapa banyak?

- Seberapa sering?

- Apakah warnanya?

- Adakah rabas lain seperti pus, mukus?

- Bagaimana pola eliminasi dan penggunaan laksatif?

- Bagaimana riwayat diet, termasuk masukan serat?

- Jumlah latihan, tingkat aktifitas dan pekerjaan (khusunys bila mengharuskan


duduk dan berdiri lama)?

Pengkajian obektif mencakup: menginfeksi feses akan adanya darah atau


mucus, area perianal akan adanya hemorroid, fisura iritasi atau pus.

Pemeriksaan fisik:

- Inspeksi:

Hemorroid externa: terlihat benjolan diantara kulit perineum.

Hemorroid interna: terlihat benjolan mukosa keluar dari anus

- Palpasi: Pada RT tidak teraba apa-apa kecuali jika ada trombus atau
penebalan mukosa

6
2. Diagnosa keperawatan

- Konstipasi

- Ansietas

- Nyeri

- Perubahan eliminasi dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area


rectal/anal sekunder akibat penyakit anorektal dan spasme sfinter pada
pasca operatif

- Perubahan eliminasi urinarius bd rasa takut nyeri pasca operasi

- Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

3. Manifestasi klinis

Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang kutaneus. Gejala lain
mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih, tergantung
pada saluran fistula. Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi
sistemik disertai gejala yang berhubungan.

4. Penatalaksanaan

Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara


spontan.fistulektomi (eksisi saluran fistula) adalah prosedur bedah yang
dianjurkan. Usus bawah dievakuasi secara seksama dengan enema yang
diprogramkan. Selama pembedahan, saluran sinus diidentifikasi dengan
memasang alat ke dalamnya atau dengan menginjeksi saluran dengan larutan
biru metilen. Fistula didiseksike luar atau dibiarkan terbuka, dan insisi lubang
rektalnya mengarah ke luar. Luka diberi tampon dengan kasa.

7
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses


keperawatan), Bandung.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan


Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien,
Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK – UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam
RSUP dr.Sardjito, yogyakarta.

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By


Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,


Philadelphia, USA

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA

Maurytania, A.R, 2003, Buku Saku Ilmu Bedah, Widya Medika, Yogyakarta.

You might also like