Professional Documents
Culture Documents
PENDOBRAK KEMACETAN
Tetapi zaman inipun sudah lampau, lambat laun
mungkin hampir lewat pula. Integrasi dengan masyarakat
itu bertambah erat. Keduanya, masyarakat dan universitas
itu saling pengaruh mempengaruhi. Satu sama lain memberi
response kepada challenge yang lain, yang satu menjawab
tantangan yang lain.
Universitas tidak dapat lagi, mahaguru-mahagurunya
dan mahasiswa-mahasiswanya itu duduk bertekun dalam
perpustakaan-perpustakaan atau bekerja dengan isolasi
dalam laboratorium-laboratoriumnya, dan memandang
keluar melalui jendela yang terbuka kepada masyarakat itu,
seolah-olah mereka itu berada di atas menara gading.
Pesan Pesan Dakwah Mohamad Natsir 135
TANGGUNG JAWAB CIVITAS AKADEMIKA
KEHILANGAN CODE-MORAL,
YANG DIHANCURKAN GENERASI SEBELUMNYA.
Ada seorang penuntun rohani di Amerika yang
termasyur, seorang penuntun rohani Protestan, Billy Grand
namanya.
Dia mengadakan research, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, melakukan pembicaraan-pembicaraan dari hati
ke hati dengan pemuda-pemudi itu. Satu keanehan, jawaban
dari pemuda-pemuda itu, katanya :
" Kami tidak mempunyai satu kode-moral (moral code, ed.)
tempat kami berpegang, kami tidak mempunyai satu tujuan
hidup yang hendak kami perjuangkan, kami tidak
mempunyai satu kepercayaan yang kami pegangi".
Ini "M" lima, ada ruang dalam kultur kita yang asli.
Kepribadian kita bangsa Indonesia, menghendaki dan
sekurang-kurangnya bangsa Indonesia itu, mempunyai
kemampuan untuk menahan diri dari "M" lima itu. Itu
menurut tradisi.
Kalau bertanya kepada alim ulama atau kepada Islam,
itu sudah gampang sekali menjawabnya, dan tidak usah
ditanya lagi, sudah tahu kita akan jawabnya.
Bagaimana Islam, bukan saja melarang lima "M", malah
mengajarkan, "jangan kamu dekati lima "M" itu", "laa
taqrabu", jangan didekati! Bukan sekedar jangan berbuat.
Tetapi, awas-awas jangan dekati. Kalau sudah terlampau
dekat. Kamu akan terjerumus, dengan tidak tahu. Begitu
Islam mengajarkan kepada kita, menjaga kode moral, supaya
jangan kita terjerumus.
Ditilik dari sudut kultur, adat istiadat, hukum-hukum
adat, hukum-hukum Agama Islam, hukum Agama Kristen,
hukum Agama Hindu Bali, semuanya bertemu, lima "M" itu
sebagai barang-barang yang tabu, tidak boleh kita lakukan.
Alhamdulillah, mudah-mudahan sekarang ini masih
menjadi pegangan kita.
Dan kalau kita melihat keadaan undang-undang
hukum, undang-undang positif yang berlaku di negeri kita,
sekurang-kurangnya "M" yang ketiga itu sudah terang sekali
dilarang, pasal 303 KUHP itu, hafal kita semua.
Mahasiswa-mahasiswa fakultas hukum, akan tahu dan
akan menyetujui bahwa itu terlarang.