You are on page 1of 28

BAB II

PEMBAHASAN

A. TRANSPLANTASI ORGAN SECARA UMUM


1. Definisi Transplantasi
Pencangkokan (Transplantasi) adalah pemindahan sel, jaringan maupun organ hidup
dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian
tubuh lainnya (misalnya pencangkokan kulit), dengan tujuan mengembalikan fungsi yang
telah hilang.
Transplantasi bisa memberikan keuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang
menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Transplantasi organ tubuh biasanya melibatkan:

 pencarian donor yang sesuai.

 kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan.

 pemakaian obat-obat immunosupresan yang poten.

 kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien.

 kemungkinan terjadinya komplikasi atau kematian.


Untuk orang-orang yang organ vitalnya (misalnya jantung, paru-paru, hati, ginjal atau
sumsum tulang) sudah tidak bekerja sebagaimana mestinya dan fungsinya tidak dapat
kembali normal, maka transplantasi organ bisa merupakan satu-satunya peluang untuk
bertahan hidup.
Jaringan atau organ yang didonorkan bisa berasal dari orang lain yang masih hidup
maupun yang belum lama ini sudah meninggal. Yang lebih disukai adalah jaringan yang
berasal dari orang yang masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi. Tetapi jantung,
hati, paru-paru dan komponen mata (kornea dan lensa) hanya bisa didapatkan dari
seseorang yang baru saja meninggal dan biasanya akibat kecelakaan bukan karena sakit.
Donor yang masih hidup biasanya merupakan anggota keluarga. Organ yang paling
sering didonorkan oleh orang yang masih hidup adalah sumsum tulang dan ginjal. Tubuh

Kelompok I 3
Transplantasi Organ
memiliki 2 buah ginjal dan fungsinya bisa berjalan baik meskipun hanya terdapat 1 buah
ginjal, karena itu transplantasi ginjal sifatnya aman bagi donor.
Bagian dari jaringan hati dan paru-paru juga telah ditransplantasikan dari beberapa
donor yang masih hidup. Pencangkokan organ dari donor hidup dilakukan dalam waktu
beberapa menit setelah organ diangkat.
Beberapa organ hanya bertahan selama beberapa jam diluar tubuh; sedangkan organ
lainnya dapat disimpan dalam lemari pendingin selama beberapa hari.

2. Pencocokan Jaringan
Pencangkokan jaringan dan organ merupakan suatu proses yang rumit. Dalam
keadaan normal, sistem kekebalan akan menyerang dan menghancurkan jaringan asing
(keadaan ini dikenal sebagai penolakan cangkokan). Untuk mengurangi beratnya
penolakan tersebut, maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki
kesesuaian yang semaksimal mungkin.
Untuk mencapai tingkai kesesuaian yang semaksimal mungkin, bilakukan penentuan
jenis jaringan donor dan resipien.
Antigen adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan, yang
ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia. Jika seseorang menerima
jaringan dari donor, maka antien pada jaringan yang dicangkokkan tersebut akan
memberi peringatan kepada tubuh resipien bahwa jaringan tersebut merupakan benda
asing.
3 antigen spesifik pada permukaan sel darah merah adalah A, B dan Rh, yang
menentukan apakah akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah.
Karena itu darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut.
Jaringan lainnya memiliki berbagai antigen, sehingg penyesuaian menjadi lebih
mungkin terjadi. Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA)
merupakan antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah.
Semakin sesuai antigen HLAnya, maka kemungkinan besar pencangkokan akan
berhasil.
Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan, jaringan dari donor dan resipien
diperiksa jenis HLAnya. Pada kembar identik, antigen HLAnya benar-benar sama. Pada

Kelompok I 4
Transplantasi Organ
orang tua dan sebagian besar saudara kandung, beberapa memiliki antigen yang sama; 1
diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang sama.
3. Penekanan Sistem Kekebalan
Meskipun jenis HLA agak mirip, tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak
dikendalikan, maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak.
Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga
baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian.
Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan
progresif meskipun telah dilakukan pengobatan.
Penolakan tidak hanya dapat merusak jaringan maupun organ yang dicangkokkan
tetapi juga bisa menyebabkan demam, menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan
darah yang terjadi secara tiba-tiba.
Penemuan obat-obatan yang dapat menekan sistem kekebalan telah meningkatkan
angka keberhasilan pencangkokkan. Tetapi obat tersebut juga memiliki resiko. Pada saat
obat menekan reaksi sistem kekebalan terhadap organ yang dicangkokkan, obat juga
menghalangi perlawanan infeksi dan penghancuran benda asing lainnya oleh sistem
kekebalan.
Penekanan sistem kekebalan yang intensif biasanya hanya perlu dilakukan pada
minggu-minggu pertama setelah pencangkokkan atau jika terlihat tanda-tanda penolakan.
Berbagai jenis obat bisa bertindak sebagai immunosupresan. Yang sering digunakan
adalah kortikosteroid (misalnya prednison); pada awalnya diberikan melalui infus
kemudian dalam bentuk obat yang diminum.
Obat lainnya adalah:
 Azatioprin
 Takrolimus
 Mikofenolat mofetil
 Siklosporin
 Siklofosfamid (terutama digunakan pada pencangkokkan sumsum tulang)
 Globulin anti-limfosit dan globulin anti-timosit
 Antibodi monoklonal.

Kelompok I 5
Transplantasi Organ
B. DEFINISI TRANSPLANTASI KULIT/SKIN GRAFT
Skin graft ( pencangkokan kulit ) merupakan tehnik untuk melepaskan potongan kulit
dari suplai darahnya sendiri dan kemudian memindahkannya sebagai jaringan bebas ke
lokasi yang jauh ( resipien ).
Skin graft adalah suatu tindakan atau tehnik memindahkan kulit yang sehat dan
menempelkan ke bagian kulit yang luka.
Skin graft merupakan pencangkokan lapisan epidermis kulit yang dapat dipindahkan
secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana saja dari tubuh,
namun lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung atau perut. (yudini,2007)

C. INDIKASI SKIN GRAFT


Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang hehat
sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar yang
hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan
kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk mencegah infeksi,
melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta mempercepat proses penyembuhan.
Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada
beberapa faktor yaitu: ukuran luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang ada
pada tubuh (Blanchard, 2006:2).Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas
operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutup secara langsung dengan kulit yang ada
disekitarnya dan memerlukan tambahan kulit agar daerah bekas operasi dapat tertutup
sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung secara optimal (Heriady, 2005:2).

D. TUJUAN SKIN GRAFT


Tujuan dilakukan skin graft adalah :
1. Tujuan umum :
Untuk memperbaiki kecacatan atau kelainan yang timbul akibat kecelakaan.
2. Tujuan khusus :

Kelompok I 6
Transplantasi Organ
a. Mempercepat penyembuhan luka,

b. Mencegah kontraktur,

c. Mengurangi lamanya perawatan,

d. Memperbaiki defek yang terjadi akibat eksisi tumor kulit,

e. Menutup daerah kulit yang terkelupas dan menutup luka dimana kulit
sekitarnya tidak cukup menutupinya.

E. KLASIFIKASI SKIN GRAFT


 Berdasarkan letak
a. Meshed skin graft
Skin graft pada daerah mata.

b. Sheet skin graft.


Skin graft pada daerah wajah , leher, tangan dan kaki.
 Berdasarkan sumber donornya

a. Autograft.
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari kulit pasien
sendiri.
b. Allograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari spesies yang
sama.
c. Zenograft atau heterograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari spesies yang
lain / berbeda.
 Berdasarkan ketebalannya

a. Split thickness yaiu skin graft yang tipis, sedang atau tebal.
STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan ketebalan kulit
yang dipotong, Revis (2006) membagi STSG sendiri menjadi 3 kategori yaitu:
 Tipis (0,005 - 0,012 inci)

Kelompok I 7
Transplantasi Organ
 Menengah (0,012 - 0,018 inci)

 Tebal (0,018 - 0,030 inci).

STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus mempunyai tingkat
aplikasi yang lebih luas. STSG digunakan untuk melapisi luka yang luas, garis
rongga, kekurangan lapisan mukosa, menutup flap pada daerah donor dan
melapisi flap pada otot. STSG juga dapat digunakan untuk mencapai penutupan
yang menetap pada luka tetapi sebelumnya harus didahului dengan pemeriksaan
patologi untuk menentukan rekonstruksi yang akan dilakukan.Daerah donor
STSG dapat sembuh secara spontan dengan sel yang disediakan oleh sisa
epidermis yang ada pada tubuh dan juga dapat sembuh secara total. STSG juga
mempunyai beberapa dampak negatif bagi tubuh yang perlu dipertimbangkan.
Aliran pembuluh darah serta jaringan pada STSG mempunyai sifat mudah rusak
atau pecah terutama bila ditempatkan pada area yang luas dan hanya ditunjang
atau didasari dengan jaringan lunak serta biasanya STSG tidak tahan dengan
terapi radiasi (Revis, 2006: 3). STSG akan menutup selama penyembuhan, tidak
tumbuh dengan sendirinya dan harus dirawat agar dapat menjadi lebih lembut,
dan tampak lebih mengkilat daripada kulit normal. STSG akan mempunyai
pigmen yang tidak normal salah satunya adalah berwarna putih atau pucat atau
kadang hiperpigmentasi, terutama bila pasien mempunyai warna kulit yang lebih
gelap. Efek dari penggunaan STSG adalah kehilangan ketebalan kulit, tekstur
lembut yang abnormal, kehilangan pertumbuhan rambut dan pigmentasi yang
tidak normal sehingga kurang sesuai dari segi kosmetik atau keindahan. Jika
digunakan pada luka bakar yang luas pada daerah wajah, STSG mungkin akan
menghasilkan penampilan yang tidak diinginkan. Terakhir, luka yang dibuat pada
daerah donor dimana graft tersebut dipotong selalu akan lebih nyeri daripada
daerah resipien.

b. Full thickness yaitu tergantung dari banyaknya dermis yang ikut dalam
spesimen.
FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap (potongan kulit
yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak diperoleh atau bila flap dari

Kelompok I 8
Transplantasi Organ
daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG lebih menjaga karakteristik dari kulit
normal termasuk dari segi warna, tekstur/ susunan, dan ketebalan bila
dibandingkan dengan STSG. FTSG juga mengalami lebih sedikit pengerutan
selama penyembuhan. Ini adalah sama pentingnya pada wajah serta tangan dan
juga daerah pergerakan tulang sendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai
karena dapat tubuh dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki beberapa
keuntungan antara lain : relatif sederhan, tidak terkontaminasi / bersih, pada
daerah luka memiliki vaskularisasi yang baik dan tidak mempunyai tingkat
aplikasi yang luas seperti STSG.

F. PEMASANGAN GRAFT
Graft atau cangkokan diperoleh dengan berbagai unstrumen seperti pisau tipis seperti
silet ( rasa blades ), pisau graft kulit, dermatom bertenaga listrik atau udara, atau drum
dermatome. Cangkokan kulit diperoleh dari lokasi donor atau “host” dan dipasangkan
pada lokasi yang dikehendaki yang disebut lokasi “resipien” atau “graft bed”.
Kulit yang digunakan untuk graft dapat berasal dari bagian bagian tubuh yang lain ,
seperti punggung. Permukaan kulit dapat dioerluas dengan membuat irisan yang bila
direnggang akan membentuk jala, sehingga luasnya mencapai 1,5 kali sampai 6-9 kali
luas semula. Tehnik cangkok jala ini disebut “mesh” dan biasanya digunakan pada skin
loss yang luas/parah.untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka diperlukan beberapa
pensyaratan antara lain, perdarahan pada daerah resipien harus baik, tidak ada infeksi dan
keadaan umum penderita.
Flap adalah cangkok jaringan kulit beserta jaringan lunak dibawahnya yang diangkat
dari tempat asalnya tetapi tetap mempunyai hubungan perdarahan dengan tempat asal.
Flap yang dipindahkan akan membentuk perdarahan baru ditempat resipien.

Kriteria pemilihan lokasi donor yaitu harus dipertimbangkan :


a. Mencapai kecocokan warna sedekat mungkin dengan memperhatikan jumlah
cangkokan kulit yang diperlukan.

b. Mencocokkan tekstur dan kualitas kulit untuk membawa rambut.

Kelompok I 9
Transplantasi Organ
c. Mendapatkan cangkokan kulit yang setebal mungkin tanpa mengganggu
kesembuhan luka pada lokasi donor.

d. Mempertimbangkan efek kosmetik pada lokasi donor setelah kesembuhan terjadi


sehingga lokasi ini sebaiknya dipilih dari tempat yang tersembunyi.
Agar cangkokan kulit dapat hidup dan efektif,beberapa persayaratannya :

a. Lokasi resipien harus memiliki pasokan darah yang adekuat sehingga fungsi
fisiologi yang normal dapat berlangsung kembali.
b. Cangkokan harus melekat rapat dengan dasar (bed) lokasi resipien (untuk
menghindari penumpukan darah atau cairan).
c. Cankokan harus terfiksasi kuat (terimmobilisasi) sehingga posisinya
dipertahankan pada lokasi resipien.
d. Daerah pencangkokan harus bebas dari infeksi.

Pada pemasangan di lokasi resipien,cangkokan kulit dapat dijahitkan atau tidak pada
lokasi tersebut.Cangkokan ini bisa dipotong dan dibentangkan seperti jala agar menutupi
suatu daerah yang lebar.Proses revaskularisasi (pembentukan kembali pasokan darah) dan
perlekatan kembali cangkokan kulit pada dasar lokasi resipien.
Setelah cangkokan kulit terpasang pada tempatnya,cangkokan ini dapat dibiarkan
terbuka (pada daerah yang tidak mungkin diimmobilisai) atau ditutup dengan kasa
pembalut tipis atau pembalut tekan manurut daerahnya.

G. DAERAH DONOR SKIN GRAFT


Pilihan daerah donor biasanya berdasarkan pada penampilan yang diinginkan pada
daerah resipien. Hal ini lebih penting pada FTSG karena karakteristik kulit pada daerah
donor akan lebih terpelihara oleh bahan yang dipindahkan pada tempat yang baru.
Ketebalan, tektur, pigmentasi, ada atau tidaknya rambut harus sangat diperhatikan (Revis,
2006:4).
Menurut Heriady (2005), daerah donor untuk FTSG dapat diambil dari kulit
dibelakang telinga, dibawah atau diatas tulang selangka (klavikula), kelopak mata, perut,
lipat paha dan lipat siku. Sebagian besar daerah donor ini sering dipakai untuk menutup
luka pada daerah wajah atau leher. Pemotongan yang dilakukan pada daerah wajah

Kelompok I 10
Transplantasi Organ
sebaiknya harus berhati-hati untuk mempertahankan kesimetrisan wajah dari segi estetik.
Bagian kulit yang tidak ditumbuhi oleh rambut dan berfungsi untuk melapisi tangan dapat
diambil dari batas tulang hasta dan telapak kaki dengan penyesuaian warna, tekstur dan
ketebalan yang tepat. Graft dengan pigmen yang lebih gelap diperoleh dari preposium
(kulup), scrotum, dan labia minora (Rives, 2006:5).Daerah donor untuk STSG dapat
diambil dari daerah mana saja di tubuh seperti perut, dada, punggung, pantat, anggota
gerak lainnya. Namun, umumnya yang sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha
(Heriady, 2005:2). Daerah donor dari paha lebih disukai karena daerah ini lebih lebar dan
lebih mudah sembuh (Bakar, 2003:1). Daerah pantat juga dapat digunakan sebagai daerah
donor, tetapi biasanya pasien akan mengeluh nyeri setelah operasi dan akan memerlukan
bantuan untuk merawat luka. Menurut Rives(2006), kulit kepala dapat digunakan pada
prosedur FTSG untuk melapisi daerah wajah yang luas dan terutama berguna untuk luka
bakar yang hebat dengan ketersediaan daerah donor yang terbatas. Untuk luka pada
tangan, daerah lengan atas bagian dalam dapat dipertimbangkan untuk dijadikan daerah
donor.

H. DAERAH RESIPIEN SKIN GRAFT


Komponen penting yang menjamin suksesnya skin graft adalah persiapan pada daerah
resipien. Kondisi fisiologis pada daerah resipien harus mampu menerima serta
memelihara graft itu sendiri. Skin graft tidak akan dapat bertahan hidup pada jaringan
yang tidak dialiri darah. Skin graft akan dapat bertahan hidup pada periosteum,
perikondrium, dermis, fasia, otot, dan jaringan granulasi.
Pasien dengan luka akibat aliran vena yang lamban (stasis vena) atau ketidakcukupan
arteri perlu untuk diobati terlebih dahulu sebelum melakukan pemindahan kulit. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan graft dapat bertahan hidup (Rives, 2006:5).
Luka juga harus bebas dari jaringan yang mati dan bersih dari bakteri. Bakteri yang
berjumlah lebih dari 100.000/cm² akan berkumpul sehingga dapat menyebabkan graft
gagal.

I. PERAWATAN PRE OPERASI SKIN GRAFT


1. Pengkajian

Kelompok I 11
Transplantasi Organ
 Keadaan umum
 Vital sign
 Status nutrisi
 Pola eliminasi
 Pola istirahat dan tidur
 Persepsi pasien
 Hasil laboratorium

2. Persiapan fisik
 Puasakan pasien 8 jam
 Cukur daerah donor
 Cairan / nutrisi parenteral selama puasa
 Laboratorium
 EKG
 Kaji tingkat kecemasan
 Penjelasan tentang skin graft

J. PERAWATAN POST OPERASI


1. Hal yang perlu diperhatikan :
 Keadan umum
 Perdarahan post op
 Gangguan sirkulasi (ada spalak)
 Skin graft pada tangan dan kaki, sokong bantal di bawahnya untuk
mencegah edema.

 Skin graft (immobilisasi) sampai menempel dengan baik, hati-hati bila


memindahkan pasien.

2. Urutan perawatan luka

Kelompok I 12
Transplantasi Organ
 Buka balutan dengan pemberian NaCl bila balutan kering /
lengket

 Luka dicuci dengan cairan savlon 1% kemudian dibilas


NaCl 0,9%.
 Keringkan dengan kasa steril

 Beri zalk silver sulfadiazine (ssp) pada luka (0.5 cm).

 Tutup dengan menggunakan gaas steril.

3. Perawatan luka pada donor

 Luka pada bagian donor tidak boleh tergeser dan boleh bergerak bebas.

 Bila menggunakan Bioskin (alloask) buka pada hari ketiga.Jika bioskin


kering bersihkan dengan savlon 1%.
 Amati tanda-tanda infeksi, bila ada bau busuk, bengkak, nyeri tekan,
 lepaskan alloask dan berikan sufratulle dan zalf AB kemudian tutup gaas
steril, rawat setiap hari.
 Luka donor yang hanya diberi sufratulle, buka balutan setelah 2 minggu
post op.Bila luka bersih, rawat luka 2 hari sekali.

K. PERAWATAN SKIN GRAFT


a. Bagian skin graft tidak boleh dibuka sebelum hari kelima, kecuali ada
tanda infeksi segera buka.
b. Buka balutan harus sangat hati-hati.Kering atau lengket basahi NaCl
jangan dipaksakan, tekan skin graft agar tetap menempel gunakan 2 buah pinset,
1untuk menekan dan yang lainnya untuk melepaskan.
c. Jika terjadi perdarahan tekan daerah tersebut sampai perdarahan berhenti
dan laporkan jika berlanjut.
d. Bersihkan skin graft dengan savlon 1%.

Kelompok I 13
Transplantasi Organ
e. Bila ada tanda infeksi (merah,bengkak,bau,pus).Pus bersihkan dengan
bethadine.
f. Jika ncairan terkumpul di bawah graft, buatlah gulungan gaas steril dan
gulung perlahan-lahan gulungan gaas ke arah tepi.
g. Tutup dengan gaas steril dan elastis verban.
h. Ganti verban setiap hari, jika ada stepler dibuka pada hari ketujuh dan
buka jahitan pada hari ke 14.
i. Perhatikan jika terjadi hipertropi jaringan (pemakaian elastis verban).
j. Rehabilitasi/ latihan setelah skin graft benar-benar lengket.

L. PROSES PENYEMBUHAN
Menurut Rives (2006), masa penyembuhan dan kelangsungan hidup graft terdiri dari
beberapa tahap yaitu:
1. Perlekatan dasar
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan fibrin yang tipis
merupakan proses sementara hingga sikulasi dan hubungan antar jaringan telah
benar-benar terjadi.
2. Penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi pada graft
merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada luka
dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis dan melalui
pembuluh darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringan terutama pada
pembuluh darah graft dan menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan proses
ini merupakan respon terhadap kelangsungan hidup graft selama 2–3 hari hingga
sirkulasi benar-benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan
mengalami edema dan beratnya akan meningkat hingga 30-50%.
3. Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft dengan
mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme, sirkulasi
pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6 – 7 setelah operasi. Tanpa

Kelompok I 14
Transplantasi Organ
adanya perlekatan dasar, imbibisi plasma dan revaskularisasi, graft tidak akan
mampu bertahan hidup.
4. Pengerutan luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan masalah yang
berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan
pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat menyebabkan terjadinya
ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan skin graft untuk melawan
terjadinya pengerutan berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang
digunakan sebagai graft.
5. Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses pencangkokkan kulit
berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang atau lebih sedikit
pada daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan kering dan sangat gatal
pada tahap ini. Pasien sering mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep
yang lembut mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu dalam
menjaga kelembaban pada daerah graft dan mengurangi gatal.
6. Reinnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang perifer.
Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral. Proses ini
biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan sempurna
hingga beberapa tahun
7. Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan pigmentasi yang
hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG akan terlihat lebih
pucat atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit tampak bercahaya
atau mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan untuk
melindungi daerah graft dari sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau
lebih.

M. KOMPLIKASI

Kelompok I 15
Transplantasi Organ
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang beragam
tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh. Komplikasi yang mungkin
terjadi antara lain (Blanchard, 2006:2):

1. Kegagalan graft.
Menurut Revis (2006), skin graft dapat mengalami kegagalan karena sejumlah
alasan. Alasan yang paling sering terjadi adalah adanya hubungan yang kurang
baik pada graft atau kurangnya perlekatan pada dasar daerah resipien. Timbulnya
hematom dan seroma dibawah graft akan mencegah hubungan dan perlekatan
pada graft dengan lapisan dasar luka. Pergerakan pada graft atau pemberian suhu
yang tinggi pada graft juga dapat menjadi penyebab kegagalan graft. Sumber
kegagalan yang lain diantaranya adalah daerah resipien yang buruk. Luka dengan
vaskularisasi yang kurang atau permukaan luka yang terkontaminasi merupakan
alasan terbesar bagi kegagalan graft. Bakteri dan respon terhadap bakteri akan
merangsang dikeluarkannya enzim proteolitik dan terjadinya proses inflamasi
pada luka sehingga akan mengacaukan perlekatan fibrin pada graft. Teknik yang
salah juga dapat menyebabkan kegagalan graft. Memberikan penekanan yang
terlalu kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada saat melakukan
penanganan dapat menyebabkan graft gagal baik sebagian ataupun seluruhnya

2. Nyeri
Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses perlekatan graft atau
juga karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi jaringan atau organ (Long,
1996:60). Hal ini diduga bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak
menstransmisikan sensasi nyeri menjadi mampu menstransmisikan sensasi nyeri
(Smeltzer, 2002:214). Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan
cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar keringat
dan melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam
yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor berespon mengantar
impuls ke batang otak untuk merespon rasa nyeri.

3. Hematom

Kelompok I 16
Transplantasi Organ
Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati. Hematom
biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini terjadi maka kulit
donor harus diambil dan diganti dengan yang baru (Perdanakusuma, 2006:1).
Hematom juga menjadi komplikasi tersering dari pemasangan graft.

4. Reaksi penolakan terhadap skin graft/alergi


- Hiperpigmentasi
- Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft
- Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien
- Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft.

N. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. LED : Peningkatan mengindikasikan respon inflamasi.

b. Hitung darah lengkap/diferensial : peninggian dan “perpindahan


kekiri” diduga proses infeksi.

c. Pletismografi : mengukur TD segmental bawah terhadap


ekstremitas bawah mengevaluasi aliran darah arterial.

d. Ultrasound Dropler : untuk mengkaji dan mengukur aliran darah.

e. Tekanan O2 Transkutaneus : memberi peta area perfusi paling


besar dan paling kecil dalam keterlibatan ekstremitas.

f. SDP : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan


sel pada sisi luka dan respon inflamasi terhadap cedera.

g. Elektrolit serum : Kalium dapat meningkat pada awal


sehubungan dengan cedera jaringan, kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal.

h. Glukosa Serum : Peningkatan menunjukkan respon terhadap


stress.

i. Albumin serum : rasio albumin/globulin mungkin terbalik


sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan.

Kelompok I 17
Transplantasi Organ
j. BUN / Kreatinin : dapat meningkat akibat cedera jaringan.

k. Kultur luka : mengidentifikasi adanya infeksi , dan organisme


penyebab.

l. Fotografi area luka : catatan untuk penyembuhan luka/ skin loss.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian keperawatan pasien dengan skin graft meliputi :

 Aktifitas / istirahat :

Gejala : keterbatasan aktual


Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus

Kelompok I 18
Transplantasi Organ
 Sirkulasi :

Tanda : hipotensi, takikardi ( syok, ansietas, nyeri), penurunan nadi perifer distal pada
ekstremitas yang cedera
 Integritas ego :
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan , kecacatan
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
 Neurosensori :
Tanda : perubahan orientasi, efek prilaku, penurunan refleks
 Nyeri/ kenyamanan
Gejala : berbagai tingkat nyeri, sensitif untuk disentuh/ditekan, gerakan udara dan
perubahan suhu
Tanda : melindungi area yang sakit, meringis, berteriak, menangis.
 Pernafasan :
Gejala : takipnea, dangkal , cepat dan pernafasan keras
Tanda : batuk, mengi, ketidak mampuan menelan, sekresi oral

 Interaksi sosial :

Gejala : masalah sehubungan dengan penyakit/ kondisi, masalah tentang peran fungsi,
reaksi orang lain, masalah dengan citra tubuh

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pada pengkajian, diagnosa keperawatan utama dapat mencakup sebagai
berikut :
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan inkontuinitas jaringan
(kehilangan integritas jaringan).
2. Nyeri berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak, imobilisasi, stress,
ansietas.

Kelompok I 19
Transplantasi Organ
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi perifer berhubungan dengan penurunan/interupsi
aliran darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus,
hipovolemia.
4. Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
aliran darah/emboli lemak, perubahan membran alveolar/kapiler.

5. Gangguan mobilitas berhubungan dengan nyeri.


6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan donor berhubungan
dengan skin graf dan mobilisasi.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah informasi/tidak mengenal sumber informasi.
8. Gangguan pemenuhan ADL ; berhubungan dengan immobilisasi.

9. Gangguan konsep diri (body image) berhubungan dengan skin loss/ skin graf.
10. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan


dengan inkontuinitas jaringan (kehilangan integritas jaringan).
Tujuan: Mencegah terjadinya infeksi untuk mencapai penyembuhan luka sesuai
waktu, bebas drainase purulen atau eritema dan demam.
Intervensi
 Pantau TTV dan Tanda – tanda infeksi.
Rasional : Perubahan tanda vital mengindikasikan ada infeksi
 Kaji nilai-nilai Lab terutama LED.

 Rasional : Untuk mengetahui adanya tingkat infeksi.

 Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi perubahan


warna kulit kecoklatan, bau drainage yang tak sedap atau asam.
Rasional : Tanda perkiraan infeksi gas gangren.
 Pertahankan tindakan isolasi dgn teknik isolasi.

Kelompok I 20
Transplantasi Organ
Rasional : Mencegah penyebaran kuman / mikroorganisme agar tidak terjadi
infeksi silang.

 Rawat luka dengan cara aseptic steril.

Rasional : Meminimalkan Infeksi.


 Berikan obat sesuai indikasi, contoh antibiotik IV/topikal
Rasional : Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau dapat
ditujukan pada mikroorganisme.

 Pantau adanya sepsis, demam, Takhipnoe.

Rasional : Sepsis, demam, takhipnoe menandakan Infeksi


 Ciptakan lingkungan yg tidak memungkinkan pertumbuhan
bakteri
Rasional : Infeksi Mencegah infeksi bertambah parah dan mencegah infeksi
silang

2. Diagnosa keperawatan : Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan


lunak, imobilisasi, stress, ansietas.
Tujuan : - Menyatakan nyeri hilang atau berkurang

- Menunjukkan tindakan santai ; mampu berpartisipasi dalam


aktivitas/tidur/istirahat dengan cepat.

- Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi.


Intervensi
 Tutup luka sesering mungkin
Rasional : Perubahan suhu dan paparan udara dapat menyebabkan nyeri hebat
pada pemajanan ujung syaraf

 Tinggikan ektrimitas secara periodik

Rasional : Setelah perubahan posisi dan peninggian menurunkan ketidak


nyamanan serta resiko kontraktur.

 Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi / karakter dan intensitas


( skala 0 – 10 )
Kelompok I 21
Transplantasi Organ
Rasional : Perubahan lokasi / karakter dan intensitas nyeri dapat mengindikasikan
terjadinya komplikasi.

 Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri

Rasional : Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat


meningkatkan mekanisme koping.
 Dorong penggunaan tehnik manajemen stress, contoh relaksasi
progresif, nafas dalam, bimbingan imajinasi dan visualisasi
Rasional : Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi dapat
menurunkan ketergantungan farmakologis
 Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan
Rasional : Kurang tidur dapat meningkatkan persepsi nyeri / kemampuan koping
menurun.

3. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap disfungsi perifer


berhubungan dengan penurunan/interupsi aliran darah, cedera vaskuler langsung,
edema berlebihan, pembentukan trombus, hipovolemia.
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan.
Intervensi
 Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada
fraktur.
Rasional : Kembalinya warna cepat (3 – 5 detik), warna kulit putih menunjukkan
gangguan arterial, sianosis diduga ada gangguan vena.
 Lakukan pengkajian neuromuskuler, perhatikan fungsi
motorik/sensori.
Rasional : Gangguan perasaan bebas, kesemutan, peningkatan/ penyebaran nyeri
terjadi bila sirkulasi syaraf tidak adekuat atau syaraf rusak.
 Tes sensasi syaraf perifer dengan menusuk pada kedua selaput
antara ibu jari pertama dan kedua dan kaji kemampuan untuk dorsofleksi ibu jari
bila diindikasikan.

Kelompok I 22
Transplantasi Organ
Rasional : Panjang dan posisi syaraf parineal meningkatkan resiko cedera pada
adanya fraktur kaki, edema/sindrom kompartement, atau melapisi alat traksi.
 Kaji keseluruhan panjang ekstremitas yang cedera untuk
pembengkakan/pembentukan edema. Ukur ekstremitas yang cedera dan
bandingkan dengan yang tak cedera.
Rasional : Peningkatan lingkar ekstremitas yang cedera dapat diduga ada
pembengkakan jaringan/edema umum tetapi menunjukkan perdarahan.
 Awasi tanda vital, perhatikan tanda-tanda pucat, cyanosis, kulit
dingin.
Rasional : Ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi
jaringan.
 Berikan kompres es sekitar fraktur sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan edema/pembentukan hematoma yang dapat mengganggu
sirkulasi.
 Awasi Hb/Ht, pemeriksaan koagulasi
Rasional : Membantu dalam kalkulasi kehilangan darah dan membutuhkan
keefektifan terapi penggantian.

4. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran


gas berhubungan dengan perubahan aliran darah/emboli lemak.
Tujuan : Mempertahankan fungsi pernafasan yang adekuat.
Intervensi
 Awasi frekuensi pernafasan.
Rasional : Takipnea, dispnea dan insufisiensi pernafasan.
 Auskultasi bunyi nafas perhatikan terjadinya ketidaksamaan
bunyi hiperesonan, juga adanya gemericik, ronchi, mengi, dan inspeksi
mengorok/sesak nafas.
Rasional : Perubahan dalam/adanya bunyi adventisius menunjukkan terjadinya
komplikasi pernafasan.

 Observasi sputum untuk tanda adanya darah.

Kelompok I 23
Transplantasi Organ
Rasional : Hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru.
 Inspeksi kulit untuk petekie di atas garis puting pada aksilla
meluas ke abdomen/tubuh, mukosa mulut kantong konjungtiva dan retina.
Rasional : Ini adalah karakteristik yang paling nyata dari tanda emboli lemak,.
Yang tampak dalam 2 – 3 hari setelah cedera.

 Berikan tambahan oksigen bila diindikasikan.

Rasional : Meningkatkan sediaan O2 untuk oksigenasi optimal jaringan.


 Berikan obat sesuai indikasi, heparin dosis rendah
Rasional : Blok siklus pembekuan dan mencegah bertambahnya pembekuan pada
adanya tromboplebitis.

5. Diagnosa Keperawatan : Gangguan mobilitas berhubungan dengan nyeri.


Tujuan : Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang
mungkin mempertahankan posisi fungsional.
Intervensi
 Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan
dan perhatikan persepsi pasien terhadap mobilitas.
Rasional : Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual memerlukan intervensi/informasi untuk meningkatkan
kemajuan kesehatan

 Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang


tidak sakit.
Rasional : kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan
tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan massa otot.

 Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan.

Rasional : Meningkatkan posisi fungsiinal pada extremita dan mencegah


kontraktur.
 lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, di awali dgn
pasif kemudian aktif.

Kelompok I 24
Transplantasi Organ
Rasional : Mencegah secara progresif mengencangkan jaringan parut dan
kontraktur, meningkatkan pemeliharaan fungsi otot sendi dan menurunkan
kehilangan kalsium dari tulang

 Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral,


pertahankan penurunan kandungan protein sampai setelah defekasi pertama.
Rasional : pada cedera muskuloskeletal, nutrisi yang diperlukan untuk
penyembuhan berkurang dengan cepat. Sering mengakibatkan penurunan BB,
selama traksi tulang ini dapat mempengaruhi massa otot, tonus dan kekuatan
 Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabiltasi
spesialis.
Rasional : Untuk membuat aktivitas individual/program latihan pasien dapat
memerlukan bantuan jangka panjang dengan gerakan, kekuatan dan aktivitas yang
mengandalkan BB

6. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas


kulit/jaringan donor berhubungan dengan skin graf dan mobilisasi.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
Intervensi
 Kaji kulit untuk luka, benda asing, kemerahan, perdarahan,
perubahan warna.
Rasional : Berikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin
disebabkan oleh alat dan atau pemasangan gips/beban/traksi.
 Ubah posisi dengan sering, dorong penggunaan trapeze bila
mungkin.
Rasional : Untuk mengurangi tekanan pada area yang sama dan meminimalkan
resiko kerusakan kulit, penggunaan trapeze dapat menurunkan abrasi pada
siku/tumit.

 Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang


diinginkan.

Kelompok I 25
Transplantasi Organ
Rasional : Membatasi risiko pemisahan graft. Gerakan jaringan di bawah graft
dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.

 Gunakan plester traksu kulit dengan memanjang pada posisi


tungkai yang sakit.
Rasional : Plester traksi melingkari tungkai dapat mempengaruhi pada sirkulasi.

 Letakkan bantalan pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan


tulang.
Rasional : meminimalkan tekanan pada area ini.

7. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang kondisi,


prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah informasi.
Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan.
Intervensi

 Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.


Rasional : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
informasi.

 Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan terapis
fisik bila diindikasikan.
Rasional : perlambatan penyembuhan dapat terjadi terhadap ketidaktepatan
penggunaan alat ambulasi.

 Buat daftar aktivitas di mana pasien dapat melakukannya secara mandiri dan yang
memerlukan bantuan.
Rasional : Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan yang dapat bantuan.

 Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi yang sehat
Rasional : Mencegah kekakuan sendi, kontraktur dan kelelahan otot
meningkatkan kembalinya aktivitas sehari-hari.

 Kaji ulang perawatan pen/luka yang tepat.


Rasional : Menurunkan resiko infeksi

Kelompok I 26
Transplantasi Organ
 Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh : nyeri
berat, demam tinggi, bau tak enak.
Rasional : Intervensi cepat menurunkan beratnya komplikasi seperti
infeksi/gangguan sirkulasi.

8. Diagnosa Keperawatan : Gangguan pemenuhan ADL ; berhubungan


dengan immobilisasi.
Tujuan : Kebutuhan rawat diri terpenuhi.
Intervensi

 Kaji tingkat kemampuan klien dalam merawat dirinya.


Rasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam merawat dirinya.

 Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan anjurkan klien agar dapat
mengerjakan sebanyak mungkin untuk dirinya (memandikan klien).
Rasional : Perawatan ini membantu memelihara harga diri dan kembali untuk
hidup tanpa tergantung kepada orang lain.

 Sediakan waktu klien dalam melakukan aktivitas dengan segenap


kemampuannya.
Rasional : Mengurangi frustasi yang sering menyertai kesulitan yang dihadapi
bila belajar.

 Berikan pujian terhadap kemampuan yang dicapai oleh klien dalam menolong
dirinya.
Rasional : Untuk memotivasi agar mematuhi program rehabilitasi secara
kontinyu.

9. Diagnosa Keperawatan : Gangguan konsep diri (body image)


berhubungan dengan skin loss/ skin graft
Tujuan : Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain tanpa merasa rendah
diri.
Intervensi

Kelompok I 27
Transplantasi Organ
 Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien.
Rasional : Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu
proses rehabilitasi.

 Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan
bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang biasanya.
Rasional : Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup
sebelumnya dan membantu pemecahan masalah.

 Perhatikan prilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal negatif,


penggunaan penyangkalan atau terus menerus melihat perubahan nyata/yang
diterima.
Rasional : Dibutuhkan pada masalah ini untuk membantu adaptasi lanjut yang
optimal dan rehabilitasi.

10. Diagnosa Keperawatan : Kecemasan berhubungan dengan perubahan


status kesehatan
Tujuan : Mewujudkan kemampuan untuk mengatasi masalah.
Intervensi

 Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis.


Rasional : Dapat mengurangi kecemasan dan ketidakmampuan pasien untuk
membuat keputusan/pilihan berdasarkan realita.

 Berikan lingkungan terbuka di mana pasien akan merasa aman untuk


mendiskusikan perasaan atau menahan diri untuk berbicara.
Rasional : Membantu pasien untuk merasa diterima pada kondisi sekarang tanpa
perasaan dihakimi dan meningkatkan perasaan harga diri dan kontrol.

 Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten, juga dukungan untuk
orang terdekat.
Rasional : menciptakan interaksi interpersonal yang lebih baik dan menurunkan
ansietas dan rasa takut.

Kelompok I 28
Transplantasi Organ
 Libatkan orang terdekat sesuai petunjuk pada pengambilan keputusan bersifat
mayor.
Rasional : Menjamin adanya sistem pendamping bagi pasien dan memberikan
kesempatan orang terdekat untuk berpartisipasi dalam kehidupan pasien.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan-
tindakan yang direncakan oleh perawat.
Dalam melaksanakan proses keperawatan harus kerjasama dengan tim kesehatan-
kesehatan yang lain keluarga klien dan dengan klien sendiri, yang meliputi 3 hal :
 Melaksanakan tindakan keperawatan dengan memperhatikan kode etik dengan
standar praktek dan sumber-sumber yang ada.
 Mengidentifikasi respon klien.

 Mendokumentasikan/mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon


pasien.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :


 Kebutuhan klien.
 Dasar dari tindakan.

 Kemampuan perseorangan dan keahlian/keterampilan dari perawat.


 Sumber-sumber dari keluarga dan klien sendiri.

 Sumber-sumber dari instansi.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan klien. tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam
menggunakan proses keperawatan.

Kelompok I 29
Transplantasi Organ
Adapun evaluasi klien dengan post skin graft dilakukan berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya dan asuhan keperawatan dikatakan berhasil apabila dalam
evaluasi terlihat pencapaian kriteria tujuan perencanaan yang diberikan pada klien dengan
post skin graft.

Kelompok I 30
Transplantasi Organ

You might also like