Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan
Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh
MUHAMMAD SENDY
2002230016
(M.S)
LEMBAR PERNYATAAN MAHASISWA
NRP : 2002230016
2. Semua keterangan yang berkaitan dengan skripsi ini, baik data primer
Bila dikemudian hari ditemukan bukti bahwa terdapat peniruan atau pemalsuan pada
sebagian maupun keseluruhan isi daripada skripsi ini, maka saya siap
Jakarta, 2007
Mahasiswa,
(MUHAMMAD SENDY)
INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURURSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
Jakarta, 2007
Telah diuji di Jakarta pada tanggal, 5 September 2007, dan dinyatakan LULUS
Penguji,
Penguji Penguji
negara Bosnia yang dipisahkan berdasarkan etnis. Pertikaian yang berujung pada
perang saudara ini telah menciptakan situasi yang buruk bagi keberlangsungan hidup
saudara tersebut juga melibatkan dua negara induk, yakni Serbia dan Kroasia. Turut
sertanya dua negara tersebut semakin menambah penderitaan bagi warga Bosnia.
pembersihan etnis yang hanya dapat dijumpai pada masa-masa perang dunia kedua
yang dilakukan oleh Adolf Hitler seorang pemimpin Jerman terhadap masyarakat di
Bosnia merupakan bentuk dari betapa kejinya perang dan mungkin kita akan
mengutuk kata-kata perang jika ikut merasakan dampak dari fenomena tersebut.
komunitas Masyarakat Eropa (ME), namun usaha yang dilakukan tersebut belum
efektif karena perang tetap saja terjadi hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
pun pada akhirnya turut serta untuk membantu menyelesaikan permasalahan dan
tentunya setelah adanya permintaan dari Presiden Bosnia, Alija Ijetbigovic. Turut
PBB tidak memiliki kedaulatan diatas kedaulatan dari negara-negara yang ada di
dunia dan adanya pandangan pesimis bahwa organisasi yang berdiri sejak
berakhirnya perang dunia kedua itu tidak dapat menyelesaikan pertikaian yang terjadi
di Bosnia, namun dengan kehadiran PBB di bekas negara Yugoslavia itu, setidaknya
dapat mencegah kehancuran dan jatuhnya banyak korban jiwa yang lebih besar di
Bosnia.
hambatan yang kiranya cukup menyulitkan, namun atas berkat, rahmat dan karunia
yang diberikan sang maha maestro jagat raya ini: Allah SWT, skripsi ini bisa
diselesaikan tepat waktu dan sudah selayaknya saya memanjatkan puji syukur yang
mendalam kepada-Nya. Tidak lupa ucapan terima kasih ini ditujukan bagi mereka
yang telah memberikan bantuan kepada saya (moril maupun materi) dalam proses
penyelesaian skripsi, karena tanpa orang-orang baik seperti mereka hal ini mungkin
tidak terwujud. Untuk seluruh keluarga: Bunda dan Ayah yang telah memberikan
segalanya kepada anak-anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Semoga karya
ini layak dipersembahkan untuk kalian; Om Iyan, Tante Atin, Ibu Dijah, dan Teteh
Ina terima kasih atas solusi ketika masalah keuangan mendesak; Kakak dan adik
(Nurwihda dan Siti Tri Harjanti) atas dukungan yang tidak kalian sadari, telah
membangkitkan semangat untuk terus mengetik lembar demi lembar skripsi ini.
Terima Kasih dan hormat saya kepada Ibu Enny Suryanjari, M.Si., selaku
dosen pembimbing yang cukup sabar memberikan masukan dan mengoreksi skripsi
ini; Bpk. Budi S. Satari, MA, atas pertanyaan dalam diskusi di kelas yang membawa
kesadaran membaca; Seluruh jajaran dosen FISIP terutama para dosen jurusan
Hubungan Internasional yang telah membagi ilmu dan pengetahuannya; Teman-
teman 621CX (Nurahman, Pardamean, Rio); Wisnugroho Akbar, Wawan W.K, Ari
P.K, Eki Harli. S, Samy. A, terima kasih atas pinjaman buku kalian; Chris Rahardian
atas solusi masalah komputer; Feri Fajry atas cd terjemahannya; Kepada teman-teman
Gemilang. K, Yovie, S.sos, Djati, Fikri, Sardo. M (Jurnal ’02), Mirza Jaka, Zoel serta
semua rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu; Dan kepada “Siti
Tidak ada sesuatu yang sempurna dan baru tentunya di dunia, begitu pula
dengan skripsi ini apapun hasilnya, skripsi ini mungkin masih banyak yang perlu
dikoreksi. Melalui saran dan kritik-lah hal tersebut dapat terjadi, karena walau
bagaimanapun kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Semoga dengan segala
kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, dapat memberikan gambaran mengenai
Bekasi, 2007
Muhammad Sendy
DAFTAR ISI
ABSTRAK
LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 9
C. Batasan Permasalahan............................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian...................................................................................... 9
E. Kegunaan Penelitian.................................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan................................................................................ 10
BAB V KESIMPULAN........................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 93
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
oleh berbagai macam faktor, antara lain perbedaan persepsi, dan perbedaan
kepentingan. Dari perbedaan itu kerap kali memicu terjadinya pertikaian yang tak
menimbulkan pertikaian dan berujung pada konflik terbuka atau perang sehingga
memakan korban jiwa dalam jumlah yang tidak sedikit. Pertikaian antar negara
dunia.
Uni Soviet telah memperlihatkan bahwa perdamaian dan keamanan dunia kini
memiliki ancaman yang cukup potensial. Konflik-konflik yang terjadi tidak saja antar
tertentu. Seperti halnya konflik antar etnis yang terjadi di Bosnia Herzegovina pada
tahun 1992. Berbicara mengenai konflik di negara tersebut tentunya tidak terlepas
dari perpecahan negara Republik Federal Yugoslavia. Negara bermulti etnis ini
terbentuk pada tanggal 1 Desember 1918 yang awalnya terdiri dari kerajaan Serbia,
Kroasia, dan Slovenia.1 Seiring dengan berjalannya waktu, dari tahun 1928 hingga
Karadjordjevic yang otoriter serta dalam kebijakan luar negerinya condong kepada
perlawanan yang dilakukan oleh rakyat dan pada 27 Maret 1941 kekuasaan perwalian
terguling.
Nazi, Adolf Hitler untuk menginvasi Yugoslavia. Hitler tidak saja menghancurkan
negara Balkan itu dari segi militernya tetapi juga memecah-mecah Yugoslavia ke
pemimpin di Kroasia untuk memusnahkan etnis Serbia serta orang-orang Muslim dan
etnis Kroasia sendiri. Genosida yang dilakukan Jerman tak pelak menimbulkan
Perlawanan rakyat yang dilakukan secara bergerilya, di pimpin oleh Joseph Broz Tito
bantuan dari kekuatan sekutu di tahun-tahun terakhir Perang Dunia II, dan akhirnya
1
Syamsul Hadi, Politik Standar Ganda Amerika Serikat Terhadap Bosnia, FoDIS Jakarta,
1997, h. 29.
2
Pada tahun 1934 raja Alexander terbunuh oleh kelompok teroris yang pro Mussolini dan
Hitler.
memperoleh kemenangan, setelah sebelumnya terjadi pertempuran besar selama satu
bulan pada tahun 1944 yang memakan korban banyak dari kedua belah pihak. 3
Kemenangan Yugoslavia terhadap Jerman tentu saja membawa angin segar bagi
seluruh rakyatnya yang terdiri dari berbagai etnis, yang kemudian memproklamasikan
Tito menerapkan beberapa sistem yang didasarkan pada tiga prinsip pokok yaitu :
stabil, baik dalam hal perekonomian maupun kondisi politik dalam dan luar negeri.
Namun harapan tinggallah harapan, pada tahun 1948 Tito menolak usulan Stalin
seorang pemimpin Uni Soviet untuk menjadikan Yugoslavia sebagai salah satu
negara satelit Uni Soviet, karena Tito berpendapat bahwa hubungan antar negara
menempatkan salah satu negara besar dalam hal ini Uni Soviet sebagai pemimpin dari
memberlakukan sanksi ekonomi dan politik yang keras terhadap Yugoslavia sehingga
membuat perekonomian negara itu turun drastis dan memaksa pemerintahan negara
3
Syamsul Hadi, op.cit., h. 30
4
Disintegrasi Yugoslavia, http ://id.wikipedia.org/wiki/disintegrasi_Yugoslavia, diakses pada
15 April 2007, pkl 13:45 Wib.
5
Syamsul Hadi, op.cit., h. 31.
tersebut menempuh berbagai cara untuk meningkatkan kemakmuran, dengan
konflik “kecil” seperti pemecatan menteri dalam negeri yang menginginkan peran
Serbia yang lebih besar dalam pemerintahan, pemecatan terhadap Stane Kavcic
memberikan alokasi dana yang lebih besar kepada Slovenia, dan menyingkirkan para
mengancam eksistensi etnis Serbia di Kroasia.6 Hal tersebut dilakukan oleh Tito
Kekhawatiran Tito akan terjadinya disintegrasi mulai terlihat ketika munculnya rasa
terjadi tersebut makin terlihat jelas pada saat Yugoslavia mengalami kesulitan
ekonomi yang besar, tercatat pada tahun 1979 inflasi meningkat sampai 25 % dan
neraca pembayaran mengalami defisit sekitar 3 milyar Dollar AS7, dan hal ini
kepresidenan) terdiri dari ke enam republik, yakni Serbia, Kroasia, Slovenia, Bosnia
Herzegovina, Macedonia, dan Montenegro, serta dua propinsi otonom Vojvodina dan
6
Syamsul Hadi. Ibid., h. 32-33
7
Ibid., h.36.
Kosovo. Pada masa pemerintahan kolektif ini, kecenderungan untuk memerdekakan
diri diantara negara-negara bagian Yugoslavia tidak dapat teratasi, karena secara
langsung legitimasi dari pemerintah pusat menurun dan memunculkan rasa tidak
dilakukan oleh etnis Albania karena kegagalan kebijakan ekonomi dari pemerintah
diwarnai dengan sentimen anti Serbia, menyebabkan ketegangan diantara kedua etnis
tersebut, dan berhasil dipadamkan oleh pemerintah pusat dengan cara kekerasan
mereformasi pada bidang ekonomi, yang intinya penyatuan pasar Yugoslavia, namun
dan penghargaan terhadap hak asasi manusia. Kondisi Yugoslavia yang kian hari kian
kacau dimanfaatkan oleh Slobodan Milosevic yang pada tahun 1987 menempati
menyatukan etnis Serbia dengan program “Serbia Raya” yang didalamnya tidak
8
Edy Prasetyono, Konflik Yugoslavia: Suatu Dilema Masyarakat Internasional, dalam
Analisis CSIS, Tahun XXIV, No. 3, Mei-Juni 1995, h. 213.
terdapat etnis lain. Keinginan untuk menyatukan etnis Serbia di bawah satu negara
semakin gencar dijalankan pada saat Milosevic memenangkan pemilu multi partai di
tahun 1990 dan menduduki posisi sebagai presiden Serbia. Bersamaan dengan itu
memisahkan diri dari Yugoslavia, dan pada 25 Juni 1991 kedua negara bagian itu
menyatakan kemerdekaannya. Hal ini tentu saja tidak dapat diterima oleh Milosevic,
Slovenia dan kemudian Kroasia yang dilakukan pada bulan Juli 1991. Invasi yang
dilakukan pemimpin Serbia terhadap Kroasia telah menelan korban jiwa lebih dari
sebagai negara
berdaulat dimana terdapat etnis Serbia sebesar 31,3 % berdasarkan sensus tahun
1991.10 Bentrokan antara milisi Serbia-Bosnia – yang didukung oleh pasukan Federal
Yugoslavia (JNA) – dengan pemerintah Bosnia tidak dapat dihindari pada 25 Maret
1992, dan ini merupakan awal dari pertempuran di wilayah Bosnia Herzegovina.
Konflik antar etnis yang terjadi di bekas negara Yugoslavia itu, tercatat baru 15 bulan
terjadi telah memakan korban tewas sipil sebanyak 200.000 orang. 11 Diantara para
9
Christopher Cviic, Croatia Violent Birth, dalam Current History, Vol. 92, No. 557,
November 1993.
10
Inter Ethnic Conflict and War in Former Yugoslavia, Institute European Studies, 1993, h. 13
11
Syamsul Hadi, op.cit., h. 43.
korban tersebut adalah anak-anak dan perempuan, serta banyak dari mereka menjadi
pengungsi. Pertempuran yang terjadi di Bosnia adalah perang saudara antara Muslim-
Bosnia melawan Serbia-Bosnia yang dibantu oleh Tentara Federal Yugoslavia disatu
sisi, serta dengan pihak Kroasia-Bosnia di sisi lain, dimana keadaan menjadi tidak
Pihak Muslim-Bosnia. Dengan persenjataan yang minim serta amunisi yang kian hari
kian menyusut dipihak Bosnia berhadapan dengan persenjataan lengkap dan cukup
dipihak Serbia dan Kroasia, mengakibatkan Bosnia menjadi tidak berdaya dalam
yang terjadi di negaranya, yang kemudian pada akhir April 1992 Perserikatan
pertama yang dilakukan oleh PBB adalah dengan melakukan observasi atau
militer guna mengetahui seberapa besar akibat yang ditimbulkan dari situasi di
Bosnia: saat itu mengirim pengamat militer ke kota Mostar. Apakah situasi tersebut
skala besar yang sebelumnya pernah terjadi di masa lalu. Berkaitan dengan hal
tugas dan fungsinya secara baik. Namun upaya-upaya yang dilakukan itu tidak secara
langsung dapat memaksa para pihak yang bertikai untuk segera menyelesaikan
permasalahannya dengan cara-cara damai. Berbagai upaya telah dilakukan oleh PBB
guna mewujudkan perdamaian di Bosnia akan tetapi perang saudara yang terjadi tidak
mereda bahkan semakin memburuk. Pembersihan etnis Bosnia yang dilakukan oleh
Sanksi-sanksi yang dijatuhkan oleh PBB terhadap Serbia tidak berjalan, segala bentuk
Serbia tidak terlalu dianggap bahkan terlihat hanya isapan jempol dan terkesan
larut. Oleh karena itulah menjadi suatu pertanyaan besar terhadap upaya yang
dilakukan oleh PBB dan keberadaannya di negara bekas Yugoslavia itu sebagai pihak
B. Rumusan Masalah
Konflik antar etnis yang terjadi di Bosnia Herzegovina sudah tentu
telah memakan korban ribuan nyawa manusia baik sipil maupun militer ini telah
sebuah rumusan masalah yang nantinya akan menjelaskan dari isi pada bab-bab
C. Batasan Permasalahan
Pembatasan tersebut yakni, pada tahun 1992 sampai dengan tahun 1995 yang
merupakan awal dari konflik tersebut, serta menunjukkan upaya-upaya yang diambil
Herzegovina.
D. Tujuan Penelitian
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi insan
beberapa lembaga utama salah satunya Dewan Keamanan, mempunyai peranan yang
cukup penting dalam sistem politik internasional. Banyak hal besar yang telah
dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB dalam eksistensinya sebagai non-state actor
dunia, salah satunya adalah membantu setiap ada keluhan perdamaian yang tidak
dapat diselesaikan secara bilateral, seperti yang terjadi di Bosnia Herzegovina pada
tahun 1992.
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan makalah seminar ini terbagi dalam
sistematika penulisan.
BAB III : Terdiri dari, mencakup desain penelitian, unit analisa penelitian,
Herzegovina.
KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
dalam penulisan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari suatu konsep/teori yang
nantinya berguna dalam menganalisa suatu fenomena yang akan dipaparkan. Pada
beberapa konsep/teori yang kiranya dianggap cukup relevan dengan topik yang
diangkat, yaitu :
1. Organisasi Internasional
2. Teori Konflik
3. Resolusi Konflik
4. Integrasi
universal dengan tujuan untuk menciptakan perdamaian dan keamanan dunia telah
lama sudah ada. Konsep organisasi internasional ini berawal dari pemikiran kaum
perdamaian dan keamanan akan tercapai di dunia, jika adanya suatu institusi
internasional yang dapat memfasilitasi segala bentuk hubungan dan kerjasama
negara dan oleh karena itu mengurangi ketidakpercayaan antar negara…satu sama
berkembang pesat pada saat pecahnya perang dunia pertama dan kedua yang menelan
korban jiwa dalam jumlah besar. Pecahnya kedua perang dengan skala besar tersebut
dari organisasi internasional itu sendiri yang telah didefinisikan oleh beberapa tokoh
pecahnya perang dunia pertama dan perang dunia kedua serta berakhirnya perang
dibentuk tidak hanya oleh pemerintah antar negara melainkan juga oleh aktor-aktor
hubungan kerjasama antar pemerintah dari setiap negara, melainkan juga dapat
sebagai suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas suatu kesepakatan
antara anggota-anggota (pemerintah dan non-pemerintah) dari dua atau lebih negara
14
Ibid., h. 3
berdaulat dengan tujuan mengejar kepentingan bersama para anggotanya. 15
yaitu: ”pertama, sebagai suatu lembaga atau struktur yang mempunyai serangkaian
aturan, anggota jadwal, tempat dan waktu pertemuan; kedua, organisasi internasional
merupakan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang utuh dimana tidak ada aspek
Haas menekankan pada pada aspek keanggotaan, aturan, regulasi serta adanya suatu
sebagai suatu ikatan formal yang melampaui batas wilayah nasional yang
bidang lainnya.17 Jadi dapat disimpulkan bahwa organisasi internasional adalah suatu
wadah yang dapat dibentuk oleh beberapa negara berdaulat, kelompok dan individu
(non-pemerintah), yang memiliki suatu tujuan tertentu dan atas dasar adanya
kebutuhan untuk saling bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama sekaligus dapat
sekarang ini tidak lagi terbatas hanya dibentuk oleh pemerintah saja tetapi juga oleh
15
Clive Archer, International Organizations, London : Allen & Unwin ltd 1983, hal 53,
sebagaimana dikutip dalam, PengantarIlmu Hubungan Internasional, Anak agung Banyu Perwita dan
Yanyan Mochamad Yani, PT Remaja Rosdakarya, bandung, 2005, h. 92.
16
Ibid., h. 93.
17
Jack C. Plano dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional (alih bahasa oleh Wawan
Juanda), Abardia, Bandung, 1990, h. 271.
aktor non-pemerintah. Oleh karena itu organisasi internasional dapat dibedakan
dimana anggotanya mewakili dari pemerintah suatu negara secara resmi, sedangkan
universal semua negara dapat menjadi anggota (terbuka) sedangkan yang bersifat
tertentu.18
18
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era
Dinamika Global, P.T. Alumni, Bandung, 2003, h. 421.
3. Organisasi Peradilan (Judicial Organization), yaitu organisasi yang
menyangkut penyelesaian sengketa pada berbagai bidang atau aspek
(politik, ekonomi, hukum, sosial dan budaya).19
dan termasuk ke dalam sifat organisasi politikal dimana tujuan utama berdirinya
serta mencegah ataupun mengurangi segala permasalahan yang dapat berujung pada
negara-negara di dunia, PBB memiliki beberapa organ yang terkait erat mengenai
penyelesaian suatu konflik. Organ yang dimaksud ialah Sekretaris Jenderal dan
Dewan Keamanan. Seperti yang sudah diketahui oleh banyak kalangan bahwa tugas
serta fungsi dari Sekretaris Jenderal ialah sebagai mediator penghubung antara pihak-
pihak yang bertikai pada suatu konflik, dengan mengajak para pihak yang bertikai
19
Teuku May Rudi, op.cit., h. 8-9.
karakteristik yang cukup signifikan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat
negara terkait.
20
Boer Mauna., Op.cit, h. 575-583.
ekonomi, sosial, kemanusiaan dan bahkan lingkungan hidup. Selain itu
Ketiga)
Ciri karakteristik dari pasukan perdamaian generasi ketiga ini yang paling
untuk menyelesaikan konflik dua atau lebih negara melainkan juga pada
Dalam lingkungan sosial diberbagai belahan bumi sering ditemui dan dapat
keinginan untuk menguasai suatu wilayah, serta distribusi politik (kekuasaan) dan
disuatu negara tertentu. Benturan dari berbagai macam perbedaan tersebut tak jarang
mengarah pada konflik. Konflik yang terjadi dapat berupa kekerasan maupun non-
kekerasan, dengan kata lain konflik bukan saja berupa kekerasan pada yang bersifat
fisik (penggunaan senjata) tetapi juga melalui ancaman, perang urat syaraf, konflik
Secara sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses antara dua orang atau
lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
Nasution, ”konflik merupakan persaingan, apakah lugas, semu, atau masih berupa
sesuatu yang bersifat potensi, adalah suatu hal yang normal dalam hubungan antar
Menurut T. May Rudy konflik adalah suatu kondisi sosial yang timbul pada
saat satu atau lebih aktor mengejar kepentingan tertentu secara bersamaan. Masih
21
Konflik, http://id.wikipedia.org/wiki/konflik, diakses pada 24 januari 2007, Pkl. 15:00 Wib.
22
Teuku May Rudi, Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang
Dingin, Refika Aditama, Bandung, 2002, h. 93.
menurut beliau, konflik biasanya terjadi karena ketidak sepakatan, tidak terbuka,
tidak bersahabat, atau tidak kooperatif.23 Konflik atau pertentangan seperti yang
dijelaskan merupakan suatu proses dan hal yang normal, artinya bahwa dalam
Menurut Holsti, Pada umumnya konflik mempunyai tujuh jenis sasaran atau
23
Teuku May. Rudy, Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global,
Isu, Konsep, Teori dan Paradigma, Refika Aditama, Bandung, 2005, h. 76.
24
K. J. Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis (alih bahasa Wawan Juanda),
Binacipta, Bandung, 1987, h. 592.
5. Imperialisme tidak terbatas. Dalam konflik seperti ini suatu negara berusaha
menghancurkan kedaulatan negara lain, biasanya dengan maksud ideologi,
keamanan, dan perdagangan.
6. Konflik pembebasan. Tampak dalam perang revolusioner yang dilakukan
suatu negara untuk ”membebaskan” rakyat negara lain, biasanya
dilatarbelakangi alasan etnis atau ideologis.
7. Konflik yang disebabkan tujuan pemerintah untuk mempersatukan negara
yang terpisah.25
A. 3 Resolusi Konflik
menitik beratkan pada sumber konflik atau akar permasalahan. 26 Selain itu metode
maupun hukum. Namun penyelesaian secara politik dan hukum sangatlah susah untuk
diwujudkan, karena tidak selalu mudah untuk membedakan suatu konflik yang
bersifat politik atau bersifat hukum. Pembedaan ini sangatlah penting untuk dapat
mencari solusi atau penyelesaian suatu konflik. 27 Namun penyelesaian suatu konflik
bisa melalui perundingan atau kekerasan tetapi yang terbaik adalah penyelesaian
konflik secara damai tanpa ada yang kalah (win-win solution).28 Holsti menjelaskan
25
Ibid., h. 597-598.
26
Hugh Miall Oliver Ramsbotham & Tomm Woodhause, Resolusi Damai Konflik
Kontemporer, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, h. 31.
27
Boer Mauna, op.cit., h. 189.
28
T. May Rudy, Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global, op.cit.,
h. 97.
1. Penghindaran Penarikan Tuntutan
Salah satu atau kedua belah pihak menahan diri untuk tidak melakukan
tindakan fisik atau melakukan perundingan mengenai tuntutan, atau
menghentikan tindakan yang pada dasarnya akan menyebabkan tidakan
balasan yang bermusuhan. Meskipun sikap demikian sangat tidak
memungkinkan untuk dilakukan, barangkali cara demikian masih tetap bisa
berlangsung dan merupakan perilaku yang paling umum diantara negara yang
memiliki hubungan bersahabat.
2. Penaklukan
Tunduk atau menangkal menunjukkan adanya penarikan dari salah satu pihak
untuk melepaskan penguasaan atas nilai tuntutan, atau kepentingan yang telah
diperolehsebelumnya karena adanya ancaman yang efektif dari pihak lawan
untuk ”memukul balik” dengan menggunakan kekerasan.
4. Kompromi
Akibat yang agak rumit dari penyelesaian konflik atau krisis internasional
berdasarkan kompromi ialah penyelesaian melalui pihak ketiga (Award).
Bentuk penyelesaian ini mencakup penyerahan persetujuan dan itikad untuk
menyelesaikan masalah berdasarkan kriteria keadilan.
6. Penyelesaian Secara Damai
menyelesaikan suatu konflik seperti pada apa yang terjadi di Bosnia Herzegovina.
Menurutnya ada tiga proses yang harus dilewati sebelum perdamaian dapat dibangun.
intervensi militer yang menjalankan peran sebagai penjaga perdamaian yang netral.
bertikai pada level elit atau pimpinan. Peacebulding adalah proses implementasi atau
rekonstruksi sosial, politik dan ekonomi.30 Sesuai dengan ketentuan hukum yang
29
K. J. Holsti, op.cit., h. 606-611.
30
Aleksius Jemadu, Analisis Konflik Internal dari perspektif Ilmu Hubungan Internasional
dalam, Transformasi dalam Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2007, h. 93.
Pada konflik yang terjadi di Bosnia Herzegovina penyelesaian konflik
dilakukan secara damai melalui pihak ketiga (award) dimana mediasi juga termasuk
didalamnya. Seperti yang telah dijelaskan diatas, resolusi konflik melalui pihak ketiga
pihak yang bertikai. Setidaknya ada tiga unsur penting dalam resolusi dengan jalan ini
yaitu, adanya kesepakatan yang ditandatangani oleh semua pihak, menerima dan
mengakui eksistensi dari pihak lain serta adanya kesepakatan diantara pihak-pihak
A. 4 Integrasi
menjadi suatu kesatuan. Namun definisi tersebut tidak banyak membantu untuk
memahami konsep integrasi itu sendiri. Salah satu definisi integrasi yang sangat
cukup meluas sehingga menjamin, untuk waktu yang ’lama’, harapan diantara
menurut Karl Deutsch, yang juga berpengaruh mengenai definisi konsep tersebut
adalah definisi menurut Ernst Haas, dirinya menyatakan integrasi sebagai ”proses
lembaganya memiliki atau menuntut jurisdiksi atas negara-negara nasional yang ada
sebelumnya”.33
dilihat bahwa konflik yang terjadi di Bosnia Herzegovina adalah upaya dari Serbia
yang ingin menyatukan seluruh etnis-nya yang berada di Bosnia dalam satu
kekuasaan tunggal dengan nama Serbia Raya. Upaya yang dilakukan oleh Serbia
sosial yaitu integrasi yang melibatkan kontak dan interaksi pribadi, tetapi belum tentu
timbal-balik yang muncul akibat transaksi itu.34 Dengan kata lain upaya menciptakan
B. Operasionalisasi Konsep
berakhir pada konflik. Keterlibatan tersebut adalah perwujudan dari fungsi serta visi
33
Loc.cit.
34
Ibid. h. 155.
dan misi serta ruang lingkup kewenangannya dan juga tanggung jawab
internasionalnya.
Salah satu organisasi internasional yang memiliki visi dan misi untuk
berbagai belahan didunia ini, dengan kata lain keanggotaannya bersifat terbuka, PBB
internasional yang terbentuk setelah pecahnya perang dunia kedua ini memiliki
struktur organisasi yang terdiri dari beberapa organ-organ utama seperti Majelis
suatu sengketa atau konflik serta cara-cara penyelesaiannya yang terjadi diantara
terjadi ketika pecahnya konflik di bekas Yugoslavia yang kemudian konflik tersebut
meluas ke wilayah Bosnia Herzegovina. Konflik yang terjadi di Bosnia Herzegovina
sepintas terlihat termasuk kedalam konflik teritorial terbatas, namun bila ditinjau
lebih jauh konflik tersebut disebabkan adanya tujuan pemerintah (Serbia) untuk
tidak memiliki legitimasi yang jelas untuk menjadi suatu negara yang berdaulat,
kedaulatan Bosnia demi mewujudkan program Serbia Raya. Dewan keamanan pun
negara tersebut melalui pihak ketiga (award) dimana pihak ketiga menjadi penengah
serta berupaya mencegah pihak-pihak lain untuk turut campur yang dapat
dengan cara-cara mediasi. Mediasi termasuk salah satu upaya yang cukup rumit
kelihaian yang tinggi dalam hal berdiplomasi agar solusi yang ditawarkan dapat
terhadap masalah internal negara Bosnia Herzegovina, kewenangan PBB ini melebihi
teritori/batas wilayah suatu negara yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh
perdamaian, PBB berpegang teguh pada tiga prinsip dasar yaitu kesepakatan
untuk membela diri, dan bersifat konservasi dan netral. 35 Berdasarkan tiga prinsip
dasar tersebut diharapkan dapat menjadi pihak ketiga yang benar-benar adil serta
penyelesaian konflik yang terjadi disuatu negara ataupun antar negara. Tugas
komunikasi diantara pihak-pihak yang bertikai. Beberapa jasa-jasa baik itu berupa
draf-draf yang dapat dijadikan solusi, serta sekaligus menyatukan pendapat kedua
belah pihak yang bertikai, ini merupakan hal yang cukup sulit. Sekretaris Jendral juga
35
Boer Mauna, op.cit., h. 559-561.
memiliki wakil diwilayah konflik tersebut guna membantu kelancaran serta intensitas
C. Kerangka Pemikiran
konsep-konsep tersebut dapat bekerja. Permasalahan pada skripsi ini terdiri dari
sebuah variabel terikat (dependent variable) yang dipengaruhi oleh sebuah variabel
terikat. Untuk lebih jelasnya, kerangka dari pemikiran yang akan disampaikan dapat
Upaya-upaya Perserikatan
Bangsa-Bangsa : Efektifitas perwujudan
Perdamaian di Bosnia
- Mediasi Herzegovina
- UNPROFOR
D. Hipotesis
Herzegovina.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
matang guna memberikan pijakan yang kuat serta demi kelancaran penelitian itu
sendiri. Rencana penelitian (desain penelitian) bertalian erat dengan tujuan penelitian.
Dengan adanya tujuan penelitian tersebut, maka dapat mengarahkan analisa dari suatu
dengan adanya sebuah perencanaan seorang peneliti akan mengetahui segala yang
dan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada dasarnya metode merupakan
bagian dari desain penelitian, dan memiliki makna yang berbeda dengan metodologi.
Metode merupakan suatu cara kerja dalam memahami sebuah objek penelitian.
36
Lexy J. Moleong, Metoda Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1989, h.
236.
ketiga jenis tersebut pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada
perlakuan terhadap obyek yang diteliti.37 Metode penelitian jenis ini juga berupaya
untuk menjawab pertanyaan siapa, apa, di mana, kapan atau beberapa. Jadi penelitian
B. Unit Analisa
diperlukannya suatu unit analisis yang bisa terdiri lebih dari satu unit analisis, itu
tergantung dari apa yang akan diamati atau diteliti. Unit analisis sendiri dapat berupa,
Unit analisis didalam buku Metode Penelitian Survai merupakan individu atau
kelompok yang dapat memberikan informasi mengenai apa yang di amati dan
dipelajari.39 Dengan menetapkan unit analisis, penelitian akan lebih terfokus dan
dengan mudah dapat memilah berbagai data yang menyangkut terhadap kasus yang
sedang diteliti. Adapun unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
internasional yang memiliki sifat universal dengan keanggotaan terdiri dari negara-
37
Ronny Kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, PPM, Jakarta,
2005, h. 105.
38
Mohtar Mas’oed, Ibid, h. 68.
39
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metoda Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1989,
h. 14.
dalam menyelesaikan suatu permasalahan khususnya penyelesaian suatu konflik,
serta berkaitan erat dengan tujuan dan maksud pada penelitian ini.
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah studi
pustaka (library research), yang dalam hal ini dapat berupa buku-buku literatur,
jurnal, media cetak, situs internet, maupun berbagai terbitan berkala lainnya. Metode
pengumpulan ini bersumber pada data-data sekunder yang artinya data diperoleh
penelitian yang telah selesai dilakukan. Pengumpulan data dengan tehnik studi
pustaka ini memiliki beberapa kemudahan antara lain, data yang diperlukan dapat di
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar.41 Analisis data merupakan suatu hal
yang vital dalam melakukan suatu penelitian karena dengan analisis-lah data tersebut
dapat memiliki arti dan makna yang akan berguna dan memokuskan arah penelitian.
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
yang bersifat kualitatif yang artinya tidak menggunakan pengolahan data numerik
(angka) dan merujuk pada prosedur penelitian yang menghasilkan data yang bersifat
40
S. Nasution, Metode Researh: Penelitian Ilmiah, Jakarta, Bumi Aksara, 2006, h. 143.
41
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, op.cit., h. 145.
deskriptif. Dalam melakukan proses analisis data, langkah-langkah yang ditempuh
Herzegovina.
BAB IV
berbatasan dengan Kroasia dari utara sampai barat laut, sementara di sebelah timur
laut berbatasan dengan Serbia dan Montenegro. Dengan ibukota Sarajevo, negara ini
menjadi tempat bersejarah yang memicu meletusnya perang dunia pertama, di kota
inilah seorang pemuda Bosnia menembak mati Putra Mahkota Austria, Franz
Ferdinand.42 Negara dengan penduduk yang terdiri dari tiga etnis besar (Bosnia,
Kroasia, Serbia) ini, hampir sebagian wilayah daratannya terdiri dari pegunungan
serta lembah dan sungai besar yang membagi serta memisahkan kota-kota utama di
Bosnia. Industri utama Bosnia adalah pertanian dan barang tambang yang
menghasilkan jagung, gandum, buah apel, ternak, garam, gula, perak, tembaga, bijih
besi, bauksit, batubara, dan seng.43 Disini juga terdapat banyak peninggalan
bersejarah dari beberapa negara yang pernah menguasai Bosnia: Byzantium Roma
42
Ensiklopedia Negara dan Bangsa Eropa-Amerika Utara, Grolier International Inc, Jakarta,
1989. h. 37.
43
http://www.atlapedia.com/online/countries/bosnia.htm. Diakses Pada 1 Juni 2007. Pkl
14:30 Wib
dari sejarah tersebut telah rusak pada waktu terjadinya krisis politik di Yugoslavia
yang berujung pada pecahnya perang saudara di wilayah Balkan dan meluas hingga
ke Bosnia.
merata antara bagian utara dengan bagian selatan di negara itu, menjadi sebab utama
menuju negara yang berdaulat tidak mudah bagi negara-negara tersebut (kecuali
suatu wilayah berdaulat dan terpisah dari Yugoslavia telah diakui oleh masyarakat
internasional pada tanggal 6 April 1992, nampaknya negara tersebut harus melewati
tahapan yang panjang dalam usahanya mencapai kemerdekaan. Dalam kurun waktu
tiga tahun Bosnia dilanda peperangan yang sekiranya cukup membawa kesengsaraan
lagi eksis dalam kancah internasional. Keinginan tersebut sangat terlihat jelas ketika
44
Pada tanggal 27 April 1992, Serbia dan Montenegro mendeklarasikan pembentukan
Yugoslavia baru dan hanya terdiri dari dua republik: Serbia dan Montenegro.
krisis politik terjadi di Yugoslavia, Milosevic tampaknya enggan untuk turut serta
mencari solusi atas krisis politik tersebut. Dirinya menolak usulan dari negara bagian
bahwa Yugoslavia yang sekarang ini haruslah di bawah satu pusat dan dipimpin oleh
salah satu dari negara bagian yang ada. Dan jika hal itu tidak mungkin maka harus
dibentuk suatu negara baru dimana Serbia menjadi pemimpin dari negara-negara
bekas Yugoslavia yang diwujudkan melalui program Serbia Raya. Namun keinginan
khawatir akan dominasi Serbia dan ini menjadi faktor lain terjadinya disintegrasi di
Yugoslavia, dirinya mencoba menjadi pemimpin untuk satu negara (pewaris) dan
terkesan mengubah tatanan masyarakat yang sudah terbentuk sejak awal menjadi
sesuatu yang bersifat tunggal (mono-etnis), yaitu menyatukan etnis Serbia yang
berada terpisah-pisah. Suatu hal yang janggal tentunya dalam sejarah pembentukan
sebuah negara, karena pembentukan dari suatu negara yang hanya diisi oleh satu etnis
hanyalah tindakan rekayasa politik dan itu tidak pernah ada dalam kenyataan, ide
tersebut merupakan suatu tindakan provokator untuk memulai perang. 45 Ini berarti,
45
Mohammed Ayoob, The Third World Security Predicament:State Making, Regional
Conflict, and The International System”, Lynne Rienner Publisher. Inc, United State Of America,
1995, h. 168.
dengan cara-cara kekerasan dimana sentimen-sentimen suku dan agama dijadikan
antara Serbia dengan Kroasia. Selama pecahnya perang diantara kedua negara
tersebut pada tahun 1991, Bosnia menjadi pihak yang netral dan tidak dapat berbuat
banyak ketika wilayahnya digunakan sebagai basis tentara Serbia guna menyerang
wilayah Bosnia sebagai bagian dari teritori otonomi Serbia. Hal itu dilakukan apabila
dengan mudah ke daerah-daerah negara tersebut yang dinilai strategis oleh pihak
Serbia.
melalui referendum pada Maret 1992, banyak kalangan menilai terutama etnis Serbia,
bahwa Bosnia tidak dapat menjadi negara yang berdaulat karena di negara tersebut
terdapat tiga etnis yang berbeda, dan hanya bisa menjadi bagian dari satu kesatuan
wilayah negara utama47 (Serbia dan Yugoslavia). Tentu saja hal tersebut ditinjau dari
segi historis dimana pada saat sebelum terbentuknya kerajaan dan negara Yugoslavia,
hampir seluruh bagian dari Bosnia termasuk kedalam wilayah kekuasaan Kerajaan
46
Majalah Angkasa Edisi Koleksi XXIV, Dirty War, h. 62.
47
Noel Malcolm, Op.cit, h. 234.
Serbia dan Kroasia. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari pengaruh kerajaan-kerajaan
yang datang dan menjajah di wilayah Balkan sepanjang abad pertengahan yakni:
Roma, yang menguasai Serbia dan Kroasia yang kekuasaannya sampai wilayah
Bosnia; dan kemudian Turki Ottoman datang dan merebut sebagian wilayah dari
tersebut, klaim terhadap wilayah-wilayah Bosnia dilakukan oleh Serbia dan Kroasia.
Daerah-daerah Bosnia yang menurut sejarah adalah bagian dari kerajaan Serbia pada
bagian Timur dan Kroasia di bagian Barat Bosnia, telah dikuasai oleh kedua negara
dilakukan tidak saja dengan cara-cara politis tetapi juga dengan cara militer (perang)
yang tampak telah dipersiapkan oleh pihak Serbia ketika Bosnia ingin mendapatkan
pengakuan sebagai negara yang merdeka dan berdaulat dari masyarakat internasional
pada April 1992. Penyerangan secara terbuka yang dilakukan oleh pihak Serbia
terjadi pada 1 April 1992 dengan menyerbu kota-kota di Bosnia. Seperti Bijeljina
yang terletak di sebelah timur laut Bosnia, menjadi sasaran pertama di awal bulan
April. Mereka berhasil merebut dan membebaskan kota tersebut dari kekuasaan
Bosnia, serta memutuskan aliran listrik dan pasokan air kota Bijeljina. Dalam
yang sama. Tujuan utama pihak Serbia adalah untuk menguasai daerah-daerah yang
dinilai strategis, seperti Bijeljina yang merupakan kota terdekat dengan perbatasan
Serbia serta akses terhadap markas militer di Banja Luka. Selain itu juga untuk
mengontrol seluruh kota tersebut. Usaha untuk meradikalkan etnis Serbia-Bosnia juga
dilakukan lewat penyiaran radio dan televisi dari Beograd, yang memperingatkan
akan ancaman bahaya dari jihad fundamentalisme dan Ustasa (sebutan untuk orang
adanya isu mengenai keinginan presiden Bosnia Herzegovina, Alija Ijetbigovic untuk
mendirikan negara Islam Bosnia, yang pernah di tuliskan pada tahun 1970, 49 hal ini
tentunya akan menimbulkan rasa sentimen etnis Serbia yang tinggal di Bosnia:
adanya kekhawatiran akan dominasi Muslim. Selain beberapa hal tersebut yang
dijadikan alasan terhadap Milosevic menghendaki Bosnia masuk dalam bagian dari
kekuasaan Serbia, adalah adanya industri persenjataan dan instalasi militer yang
tersebar di beberapa bagian wilayah Bosnia.50 Dimana pada bulan Juni 1948 Presiden
Tito memindahkan hampir seluruh industri dan instalasi militer ke daerah yang jauh
dari wilayah ibukota untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan setelah
ke dalam teritori Serbia maka negara tersebut akan kehilangan sebagian besar industri
48
Noel Malcolm, Bosnia A Short History, New York Press, New York, 1994, h.237.
49
Misha Glenny, The Fall Of Yugoslavia :The Third Balkan War, Penguin Books, USA,
1996, h. 154.
50
Ibid., h. 151.
Perang yang terjadi di Bosnia tidak saja diantara pihak Serbia dengan Bosnia
saja, Kroasia pun juga turut andil dalam menambah penderitaan warga Bosnia, meski
hal tersebut di sangkal oleh Kroasia, namun ditemukan adanya kota yang terletak di
bagian Timur Bosnia telah diduduki oleh pasukan Kroasia. Keterlibatan Kroasia di
Bosnia sudah terjadi sejak perang antara negara tersebut dengan Serbia, yang
Bosnia untuk kedua belah pihak tersebut pada maret 1991 oleh Franco Tudjman
(Presiden Kroasia) dan Slobodan Milosevic. Hal itu dilakukan Tudjman dengan
keterlibatan pihak Kroasia tak pelak menambah rumit persoalan dan hanya membuat
perang yang lebih besar. Dan lagi, alasan untuk memberikan perlindungan bagi etnis
Kroasia-Bosnia di sana menjadi landasan utama untuk turut serta dalam peperangan
tersebut, meski pihak Serbia tidak saja menyerang etnis Bosnia tetapi juga melakukan
adalah konflik internal yakni antara etnis Serbia-Bosnia, Kroasia-Bosnia, serta etnis
Bosnia tanpa melibatkan negara-negara utama seperti Serbia dan Kroasia. Bahkan
secara radikal banyak pihak menilai bahwa konflik tersebut bukan konflik internal,
melainkan konflik antar agama yaitu, antara Muslim dengan Kristen (Katolik dan
Orthodok).51 Namun pada kenyataannya kedua pendapat tersebut melenceng jauh,
karena pada dasarnya konflik antar agama yang terjadi di Bosnia muncul dan
bertambah besar akibat propaganda yang dilakukan oleh pihak pemerintah Serbia
guna meradikalkan etnis Serbia-Bosnia agar ikut berperang dan membantu Milosevic
bukan-lah konflik internal yang terjadi secara alami melainkan direkayasa: adanya
keterlibatan dari negara induk (Serbia), dan hal ini terlihat ketika etnis Serbia telah
menguasai sebagian besar wilayah Bosnia, ditemukan banyaknya pasukan dari pihak
Serbia (JNA) yang datang dan menerima perintah bukan dari pemerintahan Bosnia
melainkan dari Beograd.52 Dengan keterlibatan pasukan Serbia maka tak ayal bantuan
seperti persenjataan pun diberikan oleh pihak negara induk (Serbia). Pengiriman
persenjataan militer ini sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 1991 ke wilayah
sistematis, dengan kata lain setelah selesai dengan Kroasia langkah selanjutnya untuk
oleh Yugoslavia (Serbia dan Montenegro) yang turut membantu etnis Serbia-Bosnia
51
Samuel P. Huntington, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia, Qalam,
Yogyakarta, Cetakan Ketujuh, 2003, h. 519.
52
Noel Malcolm, Op.cit, h. 238.
53
Misha Glenny, Op.cit., h. 150.
dengan mengirimkan tentara federal Yugoslvavia (JNA) tetapi, hal yang sama juga
induk (Serbia dan Kroasia), serta adanya isu-isu yang digunakan untuk menimbulkan
perasan sentimen terhadap suatu etnis tidak saja melibatkan dua negara induk yang
ingin menguasai Bosnia, melainkan juga telah melibatkan berbagai orang-orang yang
serumpun atau memiliki kesamaan keyakinan (agama Islam) ikut terlibat, seperti
banyaknya orang-orang Muslim yang datang dari berbagai Negara, terutama negara-
negara Timur Tengah dan Turki masuk ke wilayah Bosnia untuk ikut berperang
membela etnis Muslim-Bosnia dan hal ini jika dibiarkan tentu akan memperluas
perang di kawasan Eropa dan pada akhirnya mungkin akan menyulut perang besar
A.2 Pembunuhan dan Pengusiran terhadap warga Bosnia yang dilakukan oleh
Pihak Serbia.
teritorialnya dari ancaman pihak lawan tetapi juga membunuh setiap penduduk
Bosnia yang bukan dari etnis Serbia, seperti yang terjadi pada saat paramiliter Serbia
melakukan serangan ke kota Bijeljina pada awal April 1992, mereka setidaknya telah
membunuh hampir seratus orang etnis Bosnia (Muslim) dan secara tidak langsung
telah menebar teror agar para warga di kota tersebut pergi meninggalkan kota
tersebut. Hal yang sama juga dilakukan di berbagai kota-kota di Bosnia. Zvornik,
Visegrad, dan Foca sekitar 95 % penduduknya telah meninggalkan rumah mereka
pada akhir April 1992.54 Pada 29 Mei 1992, ditemukannya banyak masyarakat sipil
Bosnia yang ditangkap dari sekolah, atau ditempat-tempat lain dan beberapa dari
mereka telah dibunuh oleh pihak Serbia. Tidak hanya membunuh yang dilakukan
oleh pihak Serbia-Bosnia dan tentara JNA, mereka juga melakukan pelecehan seksual
berat yakni dengan memperkosa para wanita yang bukan dari etnis Serbia. 55 Selain
melakukan pembunuhan dan pelecahan seksual terhadap para warga Bosnia, pihak
berdasarkan laporan dari pemerintah Bosnia pada awal Juni 1992 yang melaporkan
bahwa setidaknya ada 94 penjara yang lokasinya belum diketahui. Penjara yang
dibangun oleh pihak Serbia serupa seperti yang dibangun oleh Hitler pada saat perang
apapun mereka hancurkan perumahan warga, tempat ibadah, serta yang terutama
adalah rumah sakit yang terletak di kota Foca, menjadi sasaran mortar Serbia. 56 Cara-
cara yang digunakan oleh Serbia dalam usahanya mewujudkan Serbia Raya sangat
tidak manusiawi, dan telah melanggar hukum internasional dan HAM. Kekejaman
yang terjadi hanya dapat disamai pada masa-masa perang dunia kedua dimana Hitler
banyaknya intimidasi yang dilakukan pihak Serbia, banyak dari warga Bosnia
54
Noel Malcolm, Ibid, h. 237.
55
PBB, Bosnia, dan Paradoks Dunia Barat, Republika 11 Juli 1995
56
Misha Glenny, Op.cit, h. 169.
meninggalkan daerah-daerahnya untuk mengungsi dan mencari tempat perlindungan
agar terhindar dari pembunuhan dan penyiksaan yang dilakukan oleh pihak Serbia
tanpa memandang terlebih dahulu apakah orang tersebut warga sipil atau militer/sipil
bersenjata. Peristiwa pengusiran dan pembunuhan ini akan tetap berlangsung selama
kedua belah pihak terutama Serbia sudah menguasai seluruh wilayah yang ada di
penyerbuan ke zona-zona aman yang telah ditetapkan oleh PBB, penyerbuan tersebut
berlangsung pada April 1993. Di bulan ini Serbia meningkatkan pengepungan atas
wilayah-wilayah yang didiami oleh penduduk Bosnia, dan sekitar 60.000 penduduk
hal serupa di Bosnia bagian barat. Di awal April 1993, Menteri Pertahanan Kroasia,
Kroasia dipasang di wilayah Bosnia Timur. Perintah yang dikeluarkan oleh Menteri
Bosnia di Travnik, Vitez, Zenica, dan Mostar. Penyerangan yang dilakukan oleh
etnis Serbia-Bosnia dan Kroasia-Bosnia terhadap beberapa safe areas yang telah
ditetapkan oleh PBB berlangsung hingga akhir 1994. Konflik yang terjadi di Bosnia
57
Rabia Ali dan Lawrence Lifschultz, Why Bosnia?, dalam Third World Quaterly, Vol. 15,
No. 3, September 1994, h. 382.
Herzegovina kiranya telah memakan korban jiwa dan materi yang jumlahnya cukup
besar, serta meninggalkan kepedihan yang mendalam bagi para warga negara Bosnia
Herzegovina.
Eropa. Bersamaan dengan gencarnya langkah politik dan ekonomi Eropa menuju
unifikasi, Eropa dihadapkan pada masalah pengaturan keamanan pasca perang dingin
di kawasannya. Salah satu hal penting dalam pengaturan keamanan Eropa pasca
perang dingin adalah “New strategic Concept” yang disepakati pada bulan November
1991. Pengaturan keamanan ini mencerminkan keinginan yang besar dari negara-
negara Eropa untuk lebih mandiri dalam hal pengaturan keamanan di kawasannya.
perjanjian Maastricht.
merupakan bagian dari “halaman rumah” negara-negara Eropa adalah sebuah test
dengan melakukan pemantauan disekitar perbatasan Kroasia dan Serbia di tahun 1991
cara damai sekitar sebulan setelah perang di Bosnia berkecamuk. Di bulan April 1992
12 April 1992. Kesepakatan gencatan senjata yang diicapai oleh para pihak yang
bertikai tersebut belum bisa berjalan secara efektif karena pertempuran masih terjadi
dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 1992, dimana Menteri Luar Negeri negara-negara
semua jaminan kredit ekspor Serbia, serta menunda semua bentuk kerjasama teknik
diharapkan Serbia dapat menuruti segala tawaran yang diberikan oleh ME, yakni
ME memutuskan juga untuk mendesak PBB agar berperan serta bagi pemberian
sanksi ekonomi yang lebih luas terhadap Serbia. Hal tersebut dilakukan oleh ME
58
Europe: The World Againts Serbia, dalam The Economist, 30 Mei 1992
setidaknya untuk mempercepat proses penyelesaian konflik di Bosnia serta
khususnya terhadap Yugoslavia (Serbia dan Montenegro). Namun segala upaya yang
dilakukan oleh negara-negara Eropa tidak terlalu membuahkan hasil-hasil yang cukup
signifikan terhadap penyelesaian konflik tersebut, hal ini dapat dilihat dari tidak
kawasan tertentu harus dapat menyikapi konflik Bosnia secara cermat dan bijaksana
dengan melihat dari berbagai sudut pandang, baik itu sebab utama atau siapa yang
memulai konflik serta tanggap dalam melihat isu-isu (sentimen etnis dan agama) yang
faktor utama penyebab konflik. Salah satu mengapa ME terkesan tidak begitu efektif
kerjasama dalam keamanan di Eropa tidak memiliki kekuatan militer yang dapat
suatu konsensus pada penyelesaian konflik Bosnia. Oleh sebab itu sejak akhir Mei
Balkan, karena dengan semakin banyaknya warga Bosnia yang pergi meninggalkan
daerah tempat tinggal mereka untuk menghindari perang dan mencari keselamatan,
tetangga yang berada dekat dengan Bosnia. Tak hanya persoalan pengungsi saja yang
mungkin akan memperburuk situasi stabilitas di kawasan Balkan, arus barang dan
jasa pun baik yang masuk atau keluar serta yang melewati Bosnia untuk tujuan ke
negara lain mungkin akan terganggu. Oleh karena itulah dibutuhkan suatu solusi
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, agar konflik yang terjadi di Bosnia tidak
akan berlarut-larut. Salah satu bentuk dari upaya penyelesaian pertikaian dibekas
negara Yugoslavia tersebut adalah upaya yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB). Untuk mengetahui mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh PBB,
internasional tersebut. PBB adalah organisasi yang didirikan ketika pecahnya Perang
Dunia Ke-2. Organisasi Internasional yang bersifat universal ini berdiri pada tanggal
24 Oktober 1945 di San Fransisco. Sebelum terbentuknya PBB telah diadakan suatu
konferensi yang kemudian dikenal dengan Konferensi San Fransisco. Pertemuan ini
Dunia II. Pertemuan yang dilakukan oleh berbagai negara-negara di dunia itu akibat
semakin bertambah lemahnya Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dan setelah menyaksikan
dampak buruk yang ditimbulkan oleh Perang Dunia II yang sedang berkecamuk. Pada
tahun 1944 Amerika Serikat (AS) memprakarsai suatu pertemuan dan mengundang
Inggris, Cina dan Uni Soviet untuk mengirimkan delegasi ke pertemuan Dumbarton
pendahuluan tentang bentuk dan corak organisasi dunia yang akan datang. Pertemuan
ini menghasilkan apa yang dinamakan Dumbarton Oaks Proposal, yang disetujui
pada tanggal 4-15 Februari 1945, membicarakan hal-hal utama tentang Jerman dan
perang sudah selesai. Pada konferensi inilah ditentukan bahwa United Nations
Serikat pada tanggal 25 April 1945. Pertemuan yang berlangsung di San Fransisco
membahas berbagai isu dan persoalan politik yang berkaitan dengan negara-negara
besar (Inggris, Perancis, AS, Cina, dan Uni Soviet). Setelah melalui perbincangan
dapat menjaga perdamaian dan keamanan dunia, barulah pada bulan Juni 1945 para
59
Chairul Anwar, Hukum Internasional: Pengantar Hukum Bangsa-Bangsa, Djambatan,
Jakarta,1989, h. 103
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang kemudian selesai diratifikasikan pada 24
Oktober 1945.
LBB telah menyebabkan pecahnya perang dunia ke-2 yang menimbulkan jumlah
korban diantara pihak-pihak yang terlibat dalam perang tersebut dengan skala besar.
perdamaian dunia. Pada skripsi yang mengangkat tema upaya-upaya PBB dalam
upaya yang dilakukan oleh PBB dalam menyelesaikan suatu permasalahan di Bosnia
Herzegovina yang berujung pada konflik terbuka antara etnis Serbia-Bosnia, Kroasia-
Bosnia dan etnis Bosnia (Muslim). Peran serta PBB dalam membantu menyelesaikan
konflik yang terjadi di Bosnia menunjukan bahwasanya sudah menjadi kewajiban dan
perdamaian dunia.
(Secretary General) PBB yang bekerja sama secara berkesinambungan baik itu
dengan Dewan Keamanan (Security Council) PBB maupun dengan organisasi
regional pada kawasan dimana suatu konflik terjadi. Mediasi menuntut adanya pihak
ketiga yang bersikap netral dalam penyelesaian sebuah masalah, dan dalam perannya
menyelesaikan suatu konflik harus melalui cara-cara damai yang sesuai dengan
lain yang juga turut membantu dalam menyelesaikan suatu permasalahan (jika
konflik. Pengiriman misi ini dilakukan dengan tujuan untuk menstabilkan situasi dan
Partisipasi yang dilakukan oleh PBB pada setiap kasus penyelesaian konflik
tersebut yang sebagaimana tercantum dalam piagam PBB Bab 1, Pasal 1 ayat 1.
60
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Statuta Mahkamah Internasional, United Nation
Information Centre (UNIC), Jakarta, 2004. h. 5.
Dengan mengacu pada pasal tersebut maka sudah menjadi kewajiban PBB untuk turut
serta dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Pasal yang menjelaskan
mengenai tujuan dan prinsip dari PBB itu, merupakan suatu landasan utama bagi PBB
baik yang bersifat antar negara maupun yang berlangsung didalam suatu negara.
peranannya kepada Sekretaris Jenderal yang pada tahun 1992 dijabat oleh Boutros
Boutros Ghali dan Dewan Keamanan (DK), yang akan saling bekerjasama guna
yang dilakukan oleh kedua organ tersebut tentunya tidak terlepas dari dan
berlandaskan pada setiap pasal yang tercantum dalam Piagam PBB. Seperti
penyelidikan dan hal ini ditegaskan pada Bab VI, Pasal 34 Tentang Penyelesaian
militer dalam menyelesaikan suatu permasalahan, hal ini dilakukan apabila pihak-
pihak yang bertikai mengabaikan segala bentuk sanksi-sanksi yang telah dikeluarkan
61
Ibid., h. 23
oleh PBB, setelah sebelumnya mendapatkan persetujuan dari negara-negara anggota
organisasi tersebut. Dewan Keamanan juga mempunyai hak untuk membentuk suatu
organ subsider yang dapat membantu segala aktifitasnya. Hak tersebut tercantum
dalam Piagam PBB Bab V, Pasal 29 mengenai Tata Tertib. Pasal tersebut
Pengadilan internasional ini dibentuk pada tahun 1993 dan bertugas mengadili
oleh PBB dalam partisipasinya untuk menyelesaikan suatu konflik diatur dalam bab
dan layak (Pasal 40), melakukan tindakan-tindakan diluar penggunaan senjata yang
dapat membuat keputusannya segera dilaksanakan (Pasal 41).63 Tidak hanya tindakan
Dewan Keamanan saja yang diatur oleh Piagam PBB, pasal-pasal mengenai
suatu konflik Sekretaris Jenderal memiliki hak untuk meminta perhatian dari Dewan
Keamanan mengenai sesuatu hal yang menurut pendapatnya dapat mengarah pada
stabilitas perdamaian serta melaporkan berbagai kegiatan yang telah dilakukan baik
62
Ibid., h. 21
63
Ibid., h. 26
itu didalam maupun aktifitas di luar organisasi: terutama dalam setiap tugas
tujuan untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional, tentunya peran serta
dari PBB beserta organ-organ utamanya telah melakukan berbagai tindakan yang
oleh karena itu guna meningkatkan keefektifan PBB dalam menjalani tujuan-
baik antar negara maupun yang terjadi didalam negara tertentu. Organ subsider yang
ini dikepalai oleh wakil Sekretaris Jenderal dimaksudkan untuk menangani kegiatan-
dijalankan agar operasi yang sedang dilaksanakan dapat berjalan lebih optimal. 64
64
Misi Perdamaian Internasional, www.google.com, diakses pada 23 Juni 2007, Pkl. 13:00
WIB.
65
Pengetahuan Dasar Tantang Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNIC, Jakarta, 2007, h. 31.
pasalnya mengenai kewenangan dan fungsi dari Dewan Keamanan, dapat dikatakan
tercapainya kesepakatan perdamaian di kedua belah pihak. Dalam hal ini sekjen PBB
yang pada tahun 1992 dijabat oleh Boutros Boutros Ghali mengutus Cyrus Vance
digantikan dengan Tholvast Stolenberg yang aktif sampai dengan bulan Januari 1994
dan Yashusi Akashi dari jepang; Januari 1994 – tahun 1995, untuk membantu tugas-
tugas dari Sekretaris Jenderal dalam melaksanakan misi good offices-nya di Bosnia.
Good offices atau jasa-jasa baik Sekretaris jenderal dalam hal penyelesaian konflik di
Bosnia adalah dengan menjadi fasilitator berbagai pertemuan dan negosiasi antara
Sekretaris Jenderal akan memberikan laporannya mengenai situasi dan kondisi yang
yang terjadi di Bosnia, yang akan dijadikan sebagai pertimbangan bagi ketetapan-
di Bosnia dimulai ketika pecahnya perang di bekas negara Yugoslavia tersebut yakni,
pada bulan April 1992. Pada bulan tersebut Sekretaris Jenderal melakukan pertemuan
dengan para pemimpin dari pihak-pihak yang bertikai untuk membicarakan mengenai
dilakukan agar nantinya PBB terutama Dewan Keamanan dapat menentukan langkah
antar etnis di Bosnia. Para pemimpin tersebut mengatakan bahwa perang sipil yang
terjadi di Bosnia merupakan suatu tragedi yang tidak dapat dimenangkan oleh pihak
manapun, dan mereka mengatakan bahwa pembicaraan diantara ketiga pihak yang
diupayakan oleh ME tidak dapat berjalan dengan efektif. 66 Dilain sisi Presiden Serbia
menyatakan bahwa apa yang terjadi di Bosnia merupakan tanggung jawab dari
Presiden Bosnia Herzegovina dan kekerasan yang terjadi di sana disebabkan oleh
wilayah) berdasarkan garis etnis yang telah ada. Lebih lanjut perwakilan sekjend
gencatan senjata pada 12 April oleh ME, pertikaian masih tetap terjadi terutama di
66
Year Book of The United Nations 1992, Vol. 42, Department of Public Information United
Nations, New York, 1993, h. 347.
daerah Sarajevo, dan menyarankan untuk segera menempatkan pengamat militer di
beberapa lokasi yakni kota Capljina, Mostar, Stolac, dan Trebinje. Berdasarkan
laporan dari staf khusus sekjend tersebut, Dewan Keamanan pada awal Mei 1992
keputusan mengenai keharusan dari setiap pihak yang bertikai untuk mengormati
secara penuh perjanjian yang dilakukan pada 12 April lalu dan memerintahkan para
pihak yang bertikai untuk segera menghentikan baku tembak. Dewan Keamanan juga
memerintahkan kepada pihak-pihak luar (Serbia dan Kroasia) yang turut serta dalam
situasi yang terjadi di wilayah Sarajevo dan daerah sekitarnya. Pertemuan tersebut
dan segera membuka kembali tempat tersebut untuk bantuan kemanusiaan, serta para
pasukan dari pihak-pihak bertikai yang berada di sekitar wilayah bandara Sarajevo
berat terutama senjata anti serangan udara kepada PBB dan berada di bawah
67
Year Book of The United Nations 1992, op.cit., h. 356.
pada tanggal 21-23 Mei 1992.68 Pertemuan tersebut terjadi akibat dari adanya
gencatan senjata yang telah disepakati sejak 12 April. Dengan demikian perjanjian
yang disepakati pada 5 Juni, merupakan upaya penegasan kembali terhadap perjanjian
mengutus Sekretaris Jenderal dan Dewan Keamanan saja, PBB juga mengadakan
kerjasama dengan organisasi regional yang turut serta dalam menjaga perdamaian dan
Liberia dan Sierra Leone, Organisasi Negara-negara Amerika pada kasus Haiti dan
dilakukan oleh PBB ini berdasarkan pada Bab VIII Pasal 52 ayat 1, Piagam PBB
68
Ibid., h. 351.
dengan perdamaian dan keamanan dapat ditangani menurut cara-cara yang sesuai
bagi kawasan yang bersangkutan. Dalam pasal tersebut juga menjelaskan berbagai
upaya dan tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan perdamaian dan kemananan
PBB turut mendukung dan bekerjasama dengan berbagai organisasi regional dalam
Bosnia.
Yugoslavia ini diikuti oleh negara-negara Eropa Barat, Sekretaris Jenderal, negara-
negara anggota OKI, serta lima anggota tetap Dewan Keamanan. Kerjasama ini
terjadi pada 26 Agustus 1992, yang diketuai oleh Menteri Luar Negeri Inggris, John
Major (saat itu sedang menjabat sebagai presiden ME) dan Sekjen PBB, Boutros-
Boutros Ghali, yang kemudian sekjen menunjuk Cyrus Vance (special representative
Carrington yang kemudian digantikan oleh David Owen sebagai utusan khusus ME.
69
Pengetahuan Dasar Tentang PBB, Ibid., h. 34.
Utusan-utusan dari dua organisasi tersebut menempatkan diri sebagai mediator netral
dari pihak-pihak yang berperang serta menjadi steering commitee (SC) untuk ICFY.
Adapun hasil-hasil yang dicapai dari konferensi ini adalah pengakuan internasional
diharapkan dapat segera terwujud penyelesaian konflik Bosnia yang lebih luas dan
mengikat. Sejak saat tercapainya kesepakatan diantara para pihak yang bertikai itu,
Cyrus Vance yang mewakili PBB dan David Owen utusan khusus ME dengan aktif
kedua utusan dari organisasi tersebut bertemu dengan ketiga pemimpin pihak yang
70
Syamsul Hadi, Op.cit., h. 63.
Pertemuan tersebut menyepakati pemberlakuan gencatan senjata yang efektif berlaku
kesepakatan yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang bertikai tersebut terjadi,
ternyata belum dapat meredakan perang di wilayah Bosnia. Oleh karena itu, kedua
membuat rencana perdamaian yang sekiranya dapat membawa ketiga pihak yang
bertikai untuk menghentikan peperangan di Bosnia. Rencana yang akan dibuat oleh
yakni pembagian wilayah Bosnia atas dasar penguasaan wilayah yang telah dikuasai
oleh etnis Serbia-Bosnia, etnis Kroasia-Bosnia dan etnis Bosnia. Langkah awal yang
pihak yang bertikai. Pertemuan tersebut berlangsung pada 2 Januari sampai dengan 2
Mei 1993, di tiga tempat yang berbeda yakni di Jenewa, New York, dan di Athena.
dengan Vance-Owen Plan. Rencana Vance-Owen ini merupakan dasar bagi isi
71
Year Book of The United Nations 1992, op.cit., h. 345.
72
Untuk pembagian wilayah-wilayah Bosnia Herzegovina berdasarkan rencana Owen-Vance
lihat lampiran 1.
73
Year Book of the United Nations 1993, Vol. 47, Departement of Public Information United
Nations, New York 1994, h. 468.
kesepakatan Dayton pada tahun 1995, yang mengakhiri perang saudara selama 3
tahun di Bosnia Herzegovina yang telah memakan korban jiwa cukup banyak di
awal-awal tahun 1990-an. Perjanjian Dayton merupakan inisiatif yang dilakukan oleh
Rencana Vance-Owen yang telah disepakati pada 2 Mei 1993 itu ternyata
belum dapat menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan jalan pada
perdamaian di Bosnia. Pertempuran malah semakin tak dapat dihindari dan mencapai
puncaknya pada tahun 1994. Guna mencegah semakin jatuhnya banyak korban dan
melakukan negoisasi dengan pihak yang bertikai di Jenewa pada bulan Juni 1994.
pertemuan tersebut kemudian menyepakati bahwa ketiga pihak yang bertikai tersebut,
tidak akan terlibat dalam pertempuran atau tindakan provokasi yang dapat
mengenai pembebasan terhadap para tawanan perang dengan bantuan palang merah
internasional.75 Di tahun 1994 ini perjanjian gencatan senjata setidaknya terjadi lagi
pada akhir Desember 1994 dan mulai berlaku pada 1 Januari 1995. perjanjian
gencatan senjata tersebut merupakan hasil dari misi diplomatik mantan Presiden
74
Syamsul Hadi, op.cit., h. 127.
75
Information Notes: United Nations Peacekeeping, Departement of Public Information
United Nations, New York, 1995, h. 93.
Khusus Sekretaris Jenderal, Yasushi Akashi dan panglima militer UNPROFOR,
Michael Rose.76
negosiasi dengan para pihak yang bertikai, tetapi juga memberikan laporan-laporan
Dewan Keamanan secara garis besar antara lain yakni, mengenai penambahan jumlah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa upaya yang dilakukan oleh
memantau situasi dan pelaksanaan berbagai kesepakatan yang telah disepakati oleh
pihak-pihak yang bertikai. Salah satu bentuk dari operasi perdamaian yang digelar
yang dilakukan oleh PBB sejak awal berdirinya organisasi internasional tersebut,
76
Bosnia Menyambut 1995 Dengan Senjata, Suara Karya, 2 Januari 1995.
seperti penggelaran operasi perdamaian di Bosnia Herzegovina yang dimulai pada
tahun 1992, yang juga menerjunkan pasukan penjaga perdamaian yang dikenal
di bekas negara Yugoslavia tersebut terjadi ketika perang berkecamuk antara Etnis
Bosnia (Muslim), Etnis Kroasia dan Etnis Serbia. Sebelum ditempatkan di Bosnia,
pertikaian antara Serbia dan Kroasia. Namun, setelah konflik yang terjadi tersebut
mulai meluas ke daerah Bosnia akibat dari diadakannya referendum yang menyatakan
bahwa seluruh rakyat Bosnia ingin melepaskan diri dari Yugoslavia, maka konflik
yang awalnya terjadi di Kroasia meluas ke Bosnia. Oleh karena itulah UNPROFOR
dari pasukan perlindungan PBB ini bertempat di Zagreb, Kroasia. dan mandat awal
perdamaian di keluarkan, pada bulan Februari 1992. Dengan kata lain bahwa
UNPROFOR yang diterjunkan oleh PBB di Bosnia sama dengan UNPROFOR yang
berada di Kroasia.
awal yang dilakukan oleh UNPROFOR adalah mengajak pihak-pihak yang bertikai
untuk segera menghentikan dan menyelesaikan pertikaian yang terjadi dengan cara-
cara damai serta melakukan pengawasan kondisi di Bosnia yang kemudian dilaporkan
ke Dewan Keamanan untuk dijadikan referensi terhadap tindakan yang akan
Yugoslavia, Dewan Keamanan telah memberikan sanksi kepada pihak Serbia yang
telah melakukan penyerbuan terhadap wilayah Kroasia dan Slovenia. Sanksi awal
yang dijatuhkan oleh Dewan Keamanan PBB ialah penerapan embargo senjata
terhadap seluruh negara-negara bekas Yugoslavia melalui resolusi 713 tahun 1991.
produksi baik yang dari wilayah Yugoslavia maupun yang datang dari
mentah, produk minyak dan gas bumi, batubara, besi, baja dan jenis
lainnya, bahan kimia, kendaraan, pesawat terbang dan semua motor jenis
77
www.un.org, diakses pada 15 April 2007, Pkl 13:00 Wib
- Dewan Keamanan memperintahkan Yugoslavia (Serbia dan Montenegro)
embargo senjata yang telah ditetapkan oleh PBB sejak tahun 1991.
suatu bentuk tekanan terhadap para pihak yang bertikai untuk segera menyelesaikan
hanya untuk memfasilitasi berbagai pertemuan yang dilakukan oleh PBB dengan
di Bosnia sepanjang tahun 1992 sampai tahun 1995, ialah untuk menjalankan
pasukan serta senjata berat di lokasi tersebut berdasarkan perjanjian pada 5 Juni 1992
78
Year Book of The United Nations 1992, op.cit., h. 345.
(resolusi 758, 8 Juni 1992), memberikan perlindungan terhadap bantuan kemanusiaan
dalam hal ini UNPROFOR bekerjasama dengan UNHCR (United Nations High
diberlakukan oleh PBB terhadap wilayah udara Bosnia (resolusi 781, 9 Oktober
Yugoslavia pada tahun 1991 penugasan ini berdasarkan resolusi 787 (16 Oktober
1992), serta melindungi wilayah-wilayah aman (safe areas) yang ditujukan untuk
para pengungsi yang terusir dari rumah-rumah mereka sepanjang perang berlangsung
(resolusi 836, 4 Juni 1993). Safe areas ditetapkan oleh PBB pada Mei 1993 melalui
resolusi 824, yang terdiri dari kota Sarajevo, Srebenica, Tuzla, Zepa, Goradze dan
implementasi dari semua resolusi-resolusi yang telah dikeluarkan oleh PBB dalam
Pada tahun 1993, laporan yang diterima oleh Dewan Keamanan menyatakan
bahwa UNPROFOR telah berhasil menjaga bandara Sarajevo agar tetap terbuka
bekerjasama dengan ME, maka dalam hal ini UNPROFOR bekerjasama dengan
Keamanan dan hanya sebatas pada koordinasi dalam melakukan penyerangan udara
terhadap beberapa wilayah di Bosnia yang dikuasai oleh pihak etnis Serbia-Bosnia,
aman yang dijaga oleh UNPROFOR dan terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan
perlindungan PBB di Bosnia berlangsung hingga akhir 1995 dan dilakukan secara
bertahap. Jika pada mandat awal UNPROFOR hanya berlangsung selama 12 bulan di
Bosnia yang berarti selesai pada Februari 1993, melalui resolusi 871 tahun 1993
kemudian berlanjut hingga 30 September 1994 (resolusi 908). Pada periode tahun
1995 perpanjangan mandat UNPROFOR dilakukan sebanyak dua kali, yakni batas
akhir pada 30 November 1995 (resolusi 982) dan 31 Januari 1996 (resolusi 1026). 80
79
Information Notes: United Nations Peacekeeping, op.cit., h. 89.
80
Year Book Of The United Nations 1995, Vol. 49, Departement of Public Information
United Nations, New York, 1996, h. 535-541.
Untuk perpanjangan mandat kedua (Januari 1996) ini dilakukan atas saran dari
Sekretaris Jenderal dan hal tersebut digunakan untuk penarikan sebagian pasukan
(IFOR). Pasukan multi nasional ini tetap dibawah kendali Dewan Keamanan, dan
sekiranya cukup signifikan. Jika pada awalnya seluruh pasukan perdamaian PBB
yang terpisah dengan nama yang berbeda tetapi satu sama lain saling berhubungan,
Perubahan itu dilakukan guna lebih memfokuskan dan mengoptimalkan seluruh peran
pasukan perdamaian yang berada di Bosnia. Komponen yang ada dalam UNPROFOR
terdiri dari pasukan dan pengamat militer, polisi sipil, serta dibantu oleh staf sipil baik
Herzegovina
Sejak pecahnya perang di Bosnia pada tahun 1992 hingga tahun 1995 yang
telah memakan korban jiwa tidak saja dari ketiga pihak yang bertikai melainkan juga
dilakukan oleh para milisi dan tentara Federal Yugoslavia terhadap warga Bosnia,
terutama yang dialami oleh etnis Bosnia yang mayoritas beragama Islam.
bekas negara Yugoslavia hampir semuanya hancur dan tidak dapat dipergunakan.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat internasional pun tidak dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut secara efektif dan malah terkesan tidak dapat
menundukkan kekerasan yang terjadi di negara tersebut. Banyak pihak yang menilai
bahwa peperangan tersebut adalah perang agama sebagaimana yang telah dijelaskan
pada awal pembahasan dari skripsi ini, yakni antara Kristen dan Islam. Tetapi bila
dilihat secara lebih jauh lagi konflik yang terjadi tersebut bukanlah sekedar konflik
agama murni, karena sejak zaman pemerintahan Tito seluruh masyarakat Yugoslavia
dapat hidup secara rukun, adanya perselisihan pun hanya pada tingkat tataran elit
menimbulkan perang. Dan ketika Presiden Tito wafat barulah muncul pertikaian-
Pertikaian yang muncul sejak mangkatnya Tito semakin besar dan saat itulah
Yugoslavia dan berujung pada pembentukan Serbia Raya, yakni menyatukan seluruh
etnis Serbia yang hidup terpisah dibeberapa wilayah Yugoslavia ke dalam satu
yang dipergunakan tersebut ialah dengan membangkitkan sejarah lama dimana Serbia
selalu menjadi pihak yang tertindas yakni mulai dari abad pertengahan sampai pada
masa perang dunia kedua dan ini menimbulkan sentimen-sentimen etnis dan agama.
Sekiranya hal inilah yang harus diperhatikan oleh PBB dalam upayanya mewujudkan
dilakukan oleh PBB dan posisinya sebagai pihak ketiga dalam menyelesaikan
negara Yugoslavia itu. Meski berakhirnya perang tersebut dilakukan atas inisiatif
perjanjian Dayton pada bulan Desember 1995, bukan berarti tindakan yang dilakukan
oleh PBB menjadi sia-sia. Memang, banyak upaya yang dilakukan oleh organisasi
internasional tersebut yang berakhir dengan berbagai macam pelanggaran dan tidak
terhadap safe areas, zona larangan terbang dan gencatan senjata semua itu belum
dapat menyelesaikan pertikaian di Bosnia Herzegovina dan hal ini terkait mengenai
yang dapat memberikan pengaruh kuat terhadap para pihak yang bertikai di Bosnia
dan PBB bukanlah suatu pemerintahan dunia yang memiliki kedaulatan di atas
kedaulatan negara-negara anggotanya81 dan negara lainnya. Oleh karena itu dalam
memerlukan bantuan dari negara-negara besar yang tergabung dalam anggota tetap
81
Tubagus Erif Faturahman, Peran PBB dalam Menjaga Perdamaian Global, dalam Global:
Jurnal Politik Internasional, Vol. II, No. 8, Jakarta, 2001, h. 66.
Dewan Keamanan dan seluruh anggotanya untuk memberikan pengaruhnya. Jadi
faktor utama kefektifan PBB dalam menekan para pihak agar berkomitmen
menyelesaikan pertikaian tersebut dengan cara-cara damai. Cukup sulit dan mungkin
terdengar mustahil mengandalkan para anggota PBB yang mempunyai pengaruh luas
di panggung politik internasional untuk menekan para pihak yang bertikai di Bosnia
agar mau mengikuti segala perjanjian dan resolusi yang telah dikeluarkan, apalagi
setiap negara memiliki kepentingan yang berbeda satu sama lain. Kepentingan
negara dalam melihat fenomena tertentu khususnya pada apa yang terjadi di Bosnia.
Dengan berbagai upaya dan kendala yang dihadapi oleh PBB, dapat dilihat bahwa
dalam menciptakan perdamaian di Bosnia dan bekas negara Yugoslavia lainnya tidak
dapat mengandalkan atau bergantung pada satu institusi internasional (PBB) yang
memang identik dengan penyelesaian suatu perang dan permasalahan yang dialami
oleh negara-negara di dunia tetapi juga dilakukan secara bersama-sama. Hal itu tentu
dilakukan agar suatu perang dan pertikaian tidak sampai berlarut-larut dalam waktu
yang sangat lama dan dapat terwujudnya penyelesaian secara damai tanpa harus
periode 1992 hingga 1995, PBB tentunya tidak terlepas dari adanya kendala-kendala
stabil seperti sedia kala. Kendala-kendala tersebut bukan mustahil datang dari luar
pihak Serbia-Bosnia yang kerap melanggar perjanjian yang telah disepakati sepanjang
tahun 1992 hingga akhir 1994, membuat terhambatnya upaya PBB dalam memaksa
para pihak untuk tetap berkomitmen atas semua perjanjian yang telah disepakati
ditetapkan oleh PBB sebagai safe areas dan peringatan mengenai penarikan pasukan
dilakukan dalam melaksanakan operasi perdamaian namun hal tersebut tetap menjadi
mendesak.
senjata pada operasi perdamaian di Bosnia juga datang dari salah satu anggota tetap
Dewan Keamanan PBB, Amerika Serikat (AS). Negara adidaya tersebut tidak turut
Peran yang tidak begitu optimal itu terlihat dari keengganan AS dalam menyertakan
yang saat itu dijabat oleh Bill Clinton hanya memberikan janji-janji untuk membantu
membentuk sebuah negara federasi Bosnia, bukan berarti peranan AS dapat dikatakan
dilakukan AS terkesan begitu telat tidak seperti ketika pecahnya perang antara Irak
dengan Kuwait (perang teluk 1), yang serta merta AS dengan sigap menyikapi
pertikaian tersebut dengan membantu Kuwait menyerang Irak. Faktor lain yang
82
Bosnia Sesudah Tiga Tahun, Kompas 19 Maret 1995.
83
PBB, Bosnia, dan Paradoks Dunia Barat, Op.cit.
84
Edy Prasetyono, op.cit., h, 219.
Kendala-kendala yang dialami oleh PBB selain hal yang telah dijelaskan juga
Tercatat pada periode 1992-1995 korban jiwa dipihak UNPROFOR sebanyak 210
orang.85 Tidak hanya UNPROFOR saja yang memiliki kendala dalam upayanya
Jenderal juga memiliki kendala yang tentunya berbeda dengan apa yang dialami oleh
pasukan perlindungan itu. Meski kendala tersebut tidak berupa penyerangan namun
kendala seperti sulitnya mempertemukan para pihak yang bertikai adalah suatu hal
Jenderal dan UNPROFOR berikut ini akan dijelaskan kendala-kendala yang dialami
oleh Sekretaris Jenderal dan pasukan perdamaian PBB (UNPROFOR) pada bagian
Sebagai mediator dalam pihak ketiga yang dilakukan oleh Sekretaris Jenderal
merupakan suatu tugas yang tidak mudah. Karena selain harus dapat bersikap netral
dan tidak berpihak pada salah satu pihak yang bertikai, Sekretaris Jenderal beserta
85
UN Peacekeeping : 50 Years 1948-1945, United Nations of Public Information, New York,
1998, h. 65.
rekomendasi terhadap berbagai usulan agar pihak-pihak yang bertikai mau
kesepakatan dan perdamaian-pun terjadi. Hal utama yang harus dimiliki oleh seorang
yang bertikai belum tentu mau menerima apa yang ditawarkan oleh mediator tersebut.
Seperti halnya yang terjadi di Bosnia Herzegovina. Salah satu upaya yang dilakukan
oleh Sekretaris Jenderal ialah untuk mempertemukan ketiga pihak untuk menyepakati
Bosnia, Alija Ijetbigovic untuk menandatangani perjanjian tersebut akibat dari isi
yakni dengan pembagian wilayah berdasarkan garis etnis yang telah terjadi selama
pertempuran. Dengan terbaginya wilayah Bosnia menjadi tiga bagian yang dikuasai
oleh masing-masing etnis maka tak ada lagi suatu negara Bosnia yang bersatu. Ketika
tersebut dilanggar dan pertempuran-pun kembali terjadi. Ini merupakan bentuk dari
yang menginginkan seluruh negara Bosnia menjadi bagian dari Serbia secara utuh,
dan ini ditunjukkan oleh pernyataan dari salah seorang tokoh partai Sosialis di Serbia,
Mihaljo Markovic bahwa peperangan dan krisis ekonomi akan terus berlangsung,
Kendala yang dihadapi oleh Sekretaris Jenderal juga terjadi ketika ingin
pertikaian di Bosnia. Ketika itu Sekretaris Jenderal gagal bertemu dengan pemimpin
dengan pemimpin Serbia-Bosnia dan sulitnya untuk bernegosiasi dengan pihak yang
bertikai itu terjadi karena menurut pemimpin etnis Serbia-Bosnia, bahwa keberadaan
menganggap resolusi yang telah dikeluarkan untuk tercapainya perdamaian tidak ada
lagi dan pihak Serbia-Bosnia hanya akan mengambil bagian-bagian dari resolusi yang
Bosnia tersebut merupakan suatu sebab utama mengapa tidak dianggapnya segala
bentuk perjanjian yang telah disepakati, baik itu rencana Owen-Vance, perjanjian
gencatan senjata, serta memberikan kebebasan bagi para personil UNPROFOR dalam
terutama dalam perjanjian gencatan senjata ialah adanya rasa saling tidak percaya
diantara pihak-pihak yang bertikai, hal ini terlihat ketika adanya perpanjangan waktu
gencatan senjata yang telah disepakati pada akhir Desember 1994. Pihak Serbia-
86
Apa pun, Pokoknya Serbia Raya, Tempo, 1 Januari 1995
87
Radovan Karadjic : Persetan Dengan PBB, Koran Merdeka, 8 Mei 1995
Bosnia menginginkan penarikan pasukan pemerintah Bosnia dari wilayah
pegunungan Igman yang merupakan daerah zona demiliterisasi, dilain sisi pemerintah
Bosnia mau menyepakati perpanjangan perjanjian gencatan senjata jika pihak Serbia
Memang, hal yang tersulit dalam melaksanakan suatu kesepakatan bersama adalah
apabila pihak-pihak yang bertikai sudah tidak mempunyai rasa saling percaya maka
mustahil dapat mencapai suatu kata sepakat, akibatnya pertikaian pun dapat terjadi
tentunya mengandung resiko yang tidak kecil, kapan dan dimana pun bahaya akan
selalu mengintai bahkan tak jarang mengancam nyawa dari setiap personil
membela diri dalam setiap tugasnya, namun belum dapat menjamin keselamatan
melakukan pengawalan terhadap konvoi bantuan kemanusiaan dan patroli rutin untuk
mengawasi berbagai perjanjian dan resolusi yang telah ditetapkan ialah adanya
kemanusiaan maupun rute umumnya, dan ini dilakukan oleh ketiga pihak yang
88
Bosnia Tolak Perpanjangan Gencatan Senjata PBB, Kompas 1 Mei 1995
bertikai di Bosnia. Pemblokadean yang dilakukan tersebut bertujuan untuk
memeriksa isi muatan yang akan diberikan kepada warga Bosnia diwilayah-wilayah
yang terjebak dalam pertempuran serta wilayah-wilayah aman yang telah ditetapkan
serangan. Ketika mengadakan patroli pun pasukan UNPROFOR harus melewati hal
yang seperti itu, bahkan harus melewati jalur-jalur yang telah ditanamkan ranjau oleh
kedua pihak tersebut, seperti yang terjadi pada tahun 1993 ketika UNPROFOR
jalur yang dilalui dari Sarajevo menuju kota Kiseljak ditanami ranjau dan terpaksa
harus disingkirkan sendiri oleh UNPROFOR dan di rute inilah salah satu personil
UNPROFOR diberikan hak menggunakan senjata hanya untuk membela diri namun
mengimbangi senjata yang dimiliki oleh pihak Serbia-Bosnia, bahkan tank berwarna
putih yang dimiliki oleh UNPROFOR tidak boleh dipergunakan dalam perang di
Bosnia.90 Hal lain yang tentunya menjadi kendala pasukan perdamaian PBB ini
diputuskan aliran listrik dan kehabisan bahan bakar untuk menjalankan generator
89
Kesaksian Seorang Perwira, Tempo, 15 Januari 1994
90
PBB, Bosnia Dan Paradoks Dunia Barat, op.cit.
telekomunikasi dan ini menghambat koordinasi antar pos-pos PBB yang tersebar
diberbagai kota di wilayah Bosnia. Brigadir Roderick Cordy Simpson salah satu
itu untuk berkoordinasi dengan komandannya, Jenderal Phillipe Morillon yang berada
di Sarajevo dan ini cukup memakan waktu lama. 91 Lebih lanjut dirinya mengatakan
bahwa komando atas para pasukan UNPROFOR tidak sepenuhnya berada dibawah
tersebut tentu saja cukup membingungkan, dimana terdapat faktor lain yang
terhadap barak-barak pasukan perdamaian di Bosnia yang dihuni oleh pasukan yang
berasal dari Perancis dan Spanyol, serangan ini menewaskan dua personil
91
Brigadir Roderick Cordy-Simpson, UN Operations in Bosnia-Herzegovina, dalam
Peacekeeping : Challenges For the Future, Australian Defence Studies Centre, Canberra, 1993, h. 106.
92
Sebelum Bosnia Habis, Tempo, 7 Agustus 1993.
menyerahkan persenjataannya dibawah pengawasan PBB dalam waktu sepuluh hari.
Ultimatum tersebut terjadi menjelang akhir tahun 1994. Penahanan tersebut kemudian
berlanjut ketika NATO mengancam akan melakukan serangan udara kembali pada
tahun 1995 akibat terjadinya pelanggaran mengenai penyerangan terhadap safe areas.
Menyikapi hal tersebut etnis Serbia-Bosnia yang dipimpin oleh Jenderal Ratko
tetap melakukan serangan udara terhadap etnis Serbia-Bosnia, lebih buruk lagi
Setidaknya memang cukup berat dan penuh resiko tugas yang diemban oleh
pasukan perdamaian PBB yang berada di Bosnia. Para personil UNPROFOR tidak
beberapa wilayah safe areas, pengawasan terhadap perbatasan dan zona larangan
personil pasukan perdamaian dari segala ancaman yang setiap waktu dapat terjadi.
93
Serbia Ancam Membantai ratusan Personel PBB, Suara Pembaruan, 2 Juni 1995.
C. 2 Efektifitas upaya-upaya yang dilakukan oleh PBB dalam Mewujudkan
untuk mencegah terjadinya perang dengan skala besar sebagaimana yang pernah
terjadi di masa lalu agar tidak terulang kembali pada masa-masa yang akan datang.
Akan tetapi, dalam menjalankan tujuannya untuk menjaga perdamaian dan keamanan
kepentingan berbeda satu dengan lainnya merupakan salah satu sebab dari kesulitan
persengketaan, baik yang terjadi antar negara (inter-state) maupun yang terjadi
sebelumnya pada sub bab dalam skripsi ini. Dari berbagai kendala itu dapat dilihat
ditawarkan oleh perwakilan khusus Sekretaris Jenderal PBB, Cyrus Vance dan
perwakilan khusus Masyarakat Eropa, David Owen, tidak dapat meredam tindakan
senjata serta penarikan pasukan Serbia dari Bosnia merupakan suatu resolusi konflik
yang mempertemukan pihak-pihak bertikai dalam level elit atau pimpinan secara
politik, namun dalam membantu memberikan jalan keluar dalam penyelesaian suatu
pertikaian harus lah bertindak secara netral dalam hal ini PBB sebagai pihak ketiga
memperlihatkan adanya win-win solution terhadap para pihak yang bertikai. Tidak
Herzegovina menjadi tiga bagian dan hal ini dilakukan berdasarkan realitas medan
sedangkan Bosnia hanya menguasai kurang lebih 35% dari wilayahnya sendiri. Selain
itu dalam Owen-vance Plan letak geografis dari wilayah Bosnia terpisah-pisah dan
terkurung diantara etnis Serbia-Bosnia dan etnis Kroasia-Bosnia serta tidak adanya
akses ke laut adriatik, yang merupakan salah satu akses jalur perdagangan dari Bosnia
sub bab kendala-kendala yang di hadapi oleh PBB yang menjelaskan sikap Amerika
Serikat yang terlalu berhati-hati dalam mengambil tindakan terhadap etnis Serbia-
Bosnia karena kedekatan Rusia dengan Serbia secara agama dan bangsa (bangsa
Slav). Kedekatan Rusia dengan Serbia terlihat dari adanya dukungan dari salah satu
anggota parlemen negara tersebut yang mengunjungi Beograd, ibukota Serbia dan
Serbia bila pesawat-pesawat NATO [dibawah perintah PBB] jadi mengebom. Selain
itu di Dewan Keamanan sendiri dalam hal krisis Bosnia, Rusia tidak memberikan
suara bila ada keputusan yang merugikan pihak Serbia, 94 sehingga menyebabkan
kesulitan memaksa pihak Serbia untuk segera menuruti segala bentuk perjanjian yang
Tidak hanya hal yang telah dijelaskan diatas saja yang menyebabkan lamanya
94
Faktor Yeltsin di Sarajevo, Tempo, 5 Maret 1994.
memaksa etnis Serbia-Bosnia untuk segera mengikuti segala sesuatu yang telah
disepakati dalam perjanjian-perjanian pun tidak ditanggapi oleh pihak Serbia, hal ini
terlihat ketika terjadinya penyerangan terhadap lima kota yang ditetapkan sebagai
perlindungan PBB itu terkait erat dengan penggunaan senjata, karena hal itu
tercantum dalam piagam PBB dan terlihat bahwa peacekeeping operations generasi
ini masih terikat dengan larangan penggunaan senjata dalam menyelesaikan suatu
kesewenangan tepat didepan mata, PBB tidak dapat berbuat sesuatu yang berarti,
akibat terbenturnya oleh hukum-hukum yang tercantum di dalam piagam PBB yang
larangan ketidak berpihakan (netral) dengan salah satu pihak yang bertikai. Dengan
kata lain jika PBB memerintahkan untuk melakukan penyerangan terhadap Serbia,
KESIMPULAN
Konflik antar etnis yang terjadi pada tahun 1992 di Bosnia Herzegovina yang
kemudian berujung pada perang saudara itu, disebabkan oleh terpisahnya negara
tersebut dari Yugoslavia, serta adanya keinginan dari Serbia untuk menjadi penerus
dari Yugoslavia sebagai cara untuk mengatasi krisis politik yang telah terjadi ketika
Joseph Broz Tito meninggal. Konflik yang terjadi di Bosnia Herzegovina tidak saja
melibatkan etnis Bosnia, Serbia-Bosnia dan etnis Kroasia-Bosnia saja melainkan juga
telah melibatkan dua negara pusat yakni, Kroasia dan Serbia yang ingin memperluas
wilayah kekuasaannya. Dengan keterlibatan dua negara tersebut secara langsung telah
membuat perseteruan semakin panjang diantara ketiga etnis yang hidup di Bosnia.
bahaya Islam serta etnis Kroasia-Bosnia, hal ini tentu saja telah menyulut perang
yang semakin parah. Faktor sejarah yakni, pada abad pertengahan dan sebelum
perang dunia pertama, Bosnia berada dalam wilayah kekuasaan kerajaan Serbia serta
Kroasia dan adanya pabrik-pabrik senjata yang tersebar di wilayah Bosnia juga
menjadi sebab mengapa Serbia ingin menguasai Bosnia. Pertikaian yang terjadi di
Bosnia juga diikuti dengan pembersihan etnis yang dilakukan oleh pihak Serbia
Dengan situasi dan kondisi pada awal-awal pecahnya perang saudara di bekas
negara Yugoslavia itu yang buruk, menyebabkan Presiden Bosnia, Alija Ijetbigovic
konflik antar etnis tersebut. Berdasarkan pada permintaan pemimpin Bosnia-lah PBB
30 April 1992 yang ditetapkan melalui resolusi 743 (1992) oleh Dewan Keamanan.
diterjunkan di Bosnia bertugas yang pada awalnya hanya mengajak para pihak yang
bertikai untuk segera menyelesaikan pertikaian tersebut dengan cara-cara damai serta
penyerangan terhadap konvoi bantuan kemanusiaan yang dibawa oleh UNHCR dan
terhadap wilayah aman (safe areas) oleh etnis Serbia – maka tugas yang diemban
terhadap bantuan kemanusiaan yang dilakukan oleh UNHCR terhadap warga sipil
dan ekonomi terhadap negara Serbia, hal ini dilakukan agar pihak yang bertikai mau
perdamaian di Bosnia. Dalam peran serta sebagai pihak ketiga dalam menyelesaikan
Eropa (ME). Upaya yang dilakukan oleh PBB dalam menyelesaikan pertikaian yang
terjadi di Bosnia tidak saja dengan menempatkan UNPROFOR tetapi juga melalui
upaya mediasi yang dilakukan melalui Sekretaris Jenderal dan perwakilan khususnya
Sekretaris Jenderal adalah dengan mengajak para pihak yang bertikai untuk
Sebagai mediator, PBB menawarkan jasa-jasa baik (good offices)-nya kepada ketiga
etnis yang bertikai di Bosnia yang dapat dijadikan sebagai solusi. Upaya yang
dilakukan oleh PBB sebagai pihak ketiga dalam menyelesaikan perdamaian adalah
bertikai serta tawaran jasa-jasa baik (good offices) yaitu, rencana Vance-Owen yang
dilakukan oleh Sekretaris Jenderal melalui perwakilan khususnya, Cyrus Vance yang
bekerjasama dengan David Owen perwakilan khusus dari Masyarakat Eropa yakni
mengenai pembagian atas wilayah Bosnia menjadi sepuluh propinsi kepada ketiga
etnis yang bertikai di negara bekas Yugoslavia itu dan di tandatangani pada 2 Mei
1993. Namun, upaya-upaya yang dilakukan oleh PBB tidak begitu efektif, karena
tidak dapat memaksa pihak yang bertikai – terutama Serbia – untuk segera
bahkan perang saudara di Bosnia tetap terjadi. Tidak efektifnya upaya yang dilakukan
oleh PBB dalam mewujudkan perdamaian di Bosnia terlihat dari banyaknya kendala-
kendala yang dihadapi oleh organisasi internasional tersebut. Kendala tersebut antara
pelanggaran yang dilakukan Serbia terhadap perjanjian yang telah disepakati, rasa
saling tidak percaya diantara para pihak yang bertikai dalam menyikapi kesepakatan
dengan Rusia.
mewujudkan perdamaian di Bosnia Herzegovina tidak begitu efektif, hal ini terlihat
Buku
Glenny, Misha, The Fall Of Yugoslavia :The Third Balkan War, Penguin Books,
USA, 1996
Hadi, Syamsul, Politik Standar Ganda Amerika Serikat Terhadap Bosnia, FoDIS
Jakarta, 1997
Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007
Huntington, Samuel. P, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia,
Qalam, Yogyakarta, Cetakan Ketujuh, 2003
Inter Ethnic Conflict and War in Former Yugoslavia, Institute European Studies,
1993
Kountur, Ronny, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, PPM,
Jakarta, 2005
Malcolm, Noel, Bosnia A Short History, New York Press, New York, 1994
Miall Oliver Ramsbotham, Hugh & Tomm Woodhause, Resolusi Damai Konflik
Kontemporer, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000
Moleong, Lexy J, Metoda Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1989
Plano, Jack C. dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional (alih bahasa oleh
Wawan Juanda), Abardia, Bandung, 1990
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, Metoda Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta,
1989
Year Book of The United Nations 1992, Vol. 42, Department of Public Information
United Nations, New York, 1993
Year Book of The United Nations 1993, Vol. 47, Departement of Public Information
United Nations, New York 1994
Year Book of The United Nations 1995, Vol. 49, Departement of Public Information
United Nations, New York, 1996
Jurnal
Disintegrasi Yugoslavia
http ://id.wikipedia.org/wiki/disintegrasi_Yugoslavia, diakses pada 15 April
2007, pkl 13:45 WIB.
Konflik
http://id.wikipedia.org/wiki/konflik, diakses pada 24 januari 2007, Pkl. 15:00
WIB
Keterangan :
Jakarta, 2007
Muhammad Sendy