Professional Documents
Culture Documents
Indikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum,
tidak spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk atau gizi buruk dan kurang
mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi
apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut.
Secara umum prevalensi gizi buruk di Sulawesi Selatan adalah 5,1% dan gizi
kurang 12,5%. Angka ini berada dibawah nasional, masih dijumpai delapan (8) dari 23
kanupaten/kota memiliki prevalensi gizi buruk di atas angka prevalensi provinsi.
Prevalensi untuk gizi buruk dan kurang adalah 17,6%, juga lebih rendah dari angka
nasional. Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target
MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka Sulawesi Selatan termasuk salah satu
provinsi yang sudah mencapai target tersebut.
Karakterisitik
Responden Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih
Kelompok umur
0-5 1,0 0,9 36,6 61,5
6-11 0,8 4,2 34,4 60,6
12-23 3,3 7,3 77,6 11,7
24-35 4,2 9,0 82,2 4,6
36-47 6,1 14,7 75,4 3,8
48-60 6,8 18,4 72,8 1,9
Jenis kelamin
Laki-laki 4,5 13,2 74,7 7,6
Perempuan 5,7 11,7 71,4 11,2
Pendidikan KK
Tdk sekolah & tdk tamat SD 4,7 14,9 72,0 8,3
Tamat SD 6,1 12,5 71,8 9,6
Tamat SLTP 6,1 13,3 70,0 10,6
Tamat SLTA 4,2 11,7 74,9 9,2
Tamat PT 4,5 6,9 75,6 13,0
Dapat dilihat bahwa secara umum ada kecenderungan arah yang mengaitkan
antara status gizi BB/U dengan karakteristik responden, yaitu:
Semakin bertambah umur, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang cenderung
meningkat, sedangkan untuk gizi lebih cenderung menurun.
Tidak nampak adanya perbedaan yang mencolok pada prevalensi gizi buruk dan
gizi kurang, antara balita laki-laki dan perempuan, walaupun ada kecenderungan
pada anak perempuan gizi buruk lebih tinggi dari anak laki-laki.
Semakin tinggi pendidikan KK semakin rendah prevalensi gizi buruk dan gizi
kurang pada balita.
3) Tabel 3 (Resiko KEK Penduduk Wanita Umur 15-45 Tahun)
Selayar 17,0%
Bulukumba 13,5%
Bantaeng 17,7%
Jeneponto 11,9%
Takalar 15,4%
Gowa 19,9%
Sinjai 9,3%
Maros 11,3%
Pangkajene Kepulauan 16,5%
Barru 16,1%
Bone 11,1%
Soppeng 9,4%
Wajo 10,7%
Sidenreng Rappang 11,6%
Pinrang 8,0%
Enrekang 8,8%
Luwu 15,0%
Tana Toraja 33,7%
Luwu Utara 7,5%
Luwu Timur 10,3%
Kota Makassar 7,7%
Kota Pare-pare 9,7%
Kota Palopo 9,1%
Indonesia 13,6%
Risiko KEK di Provinsi Sulawesi Selatan adalah 12,5%, sedikit lebih rendah
dibanding angka nasional (13,6%). Berdasarkan kabupaten, angka risiko KEK tertinggi
adalah Tana Toraja (33,7%), dan yang terendah adalah Luwu Utara (7,5%). Dari 23
kabupaten/kota, terdapat 9 kabupaten/kota yang angka risiko KEK lebih tinggi dari angka
Provinsi Sulawesi Selatan.
4) Tabel 4 (Resiko KEK Penduduk Wanita Umur 15-45 Tahun menurut
Pendidikan)
Pendidikan KEK
Kategori IMT
Istilah obesitas umum digunakan untuk gabungan kategori berat badan lebih (BB
lebih) dan obese. Prevalensi obesitas umum untuk Provinsi Sulawesi Selatan 16,3%
(7,9% BB lebih dan 8,4% obese), sedikit lebih rendah dari angka nasional (19,1%). Ada
12 kabupaten/kota memiliki prevalensi obesitas umum di atas angka prevalensi Sulawesi
Selatan. Kabupaten Tana Toraja memiliki prevalensi obesitas umum terendah yaitu 8,0%,
dan yang tertinggi adalah Kota Palopo (23,4%).
Persentase Status Gizi Dewasa (15 Tahun Ke Atas) Menurut IMT dan
Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan, Riskesdas 2007
Kategori IMT
Hasil tabulasi silang status gizi penduduk dewasa menurut IMT dengan
berdasarkan pendidikan, yaitu masalah kurus pada penduduk dewasa, pada umumnya
prevalensi tertinggi terjadi untuk kelompok yang tidak sekolah dan tidak tamat SD.
Tugas Epidemiologi
DISUSUN OLEH :
BUDIAWAN
PO.71.3.231.09.013
SEMESTER 3
JURUSAN GIZI
2010