You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein,

Dengan cara ini diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan untuk

menentukan jenis asam amino maupun kuantitas masing-masing asam amino

perlu diadakan pemisahan antara asam-asam amino tersebut.

Banyak metode yang dapat dilakukan dalam pemisahan dan identifikasi

asam amino, seperti metode gravimetri, kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi

dan elektroforesis. Salah satu meteode yang paling banyak digunakan dalam

pemisahan asam-asam amino adalah metode romatografi.

Metode kromatografi merupakan metode pemisahan dua atau lebih

senyawa atau ion berdasarkan pada perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau

ion-ion tersebut di dalam dua fasa yang berbeda. Metode kromatografi bermacam-

macam, dapat digolongkan berdasarkan mekanisme pemisahannya serta alat yang

digunakan. Salah satu jenis kromatograi adalah kromatografi lapis tipis (KLT).

kromatografi jenis ini murah dan mudah dilakukan serta rutin digunakan di

berbagai laboratorium.

Dalam percobaan ini kita akan menentukan nilai Rf asam amino serta

mengidentifikasi asam amino dalam suatu larutan sampel berdasarkan nilai Rf

menggunakan kromatografi lapis tipis, sehingga kita akan lebih memahami

pemisahan dan identifikasi asam amino dengan metode ini. Hal inilah yang

melatarbelakangi sehingga percobaan ini dilakukan.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami cara pemisahan dan identifikasi asam amino melalui metode

kromatografi lapis tipis.

1.2.1 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk:

1. Menghitung nilai Rf dari beberapa jenis asam amino dan larutan sampel.

2. Mengidentifikasi asam amino dalam larutan sampel berdasarkan nilai Rf

nya.

1.3 Prinsip Percobaan

Identifikasi asam amino berdasarkan perbedaan nilai Rf dengan

menggunakan metode kromatrografi lapis tipis yang fase geraknya terdiri dari

campuran n-butanol, asam asetat dan air, dan fase diamnya berupa lapisan tipis

silika gel.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik

menggunakan enzim maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campuran

bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino maupun

kuantitas masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antara asam-

asam amino tersebut (Poedjiadi, 2005).

Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode gravimetri,

kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi dan elektroforesis. salah satu metode

yang banyak memperoleh pengembangan adalah metode kromatografi. Macam-

macam kromatografi ialah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis dan

kromatografi penukar ion (Poedjiadi, 2005).

Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan fisik, dimana

komponen-komponen yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fasa, salah

satu fasa tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas,

yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut sepanjang landasan stasioner

(Day dan Underwood, 2002).

Fase stasioner dapat berupa padatan maupun cairan, sedangkan fase

bergerak dapat berupa cairan maupun gas. Dalam semua teknik kromatografi, zat-

zat terlarut yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom, dan tentu saja laju

pemisahan terlatak dalam laju perpindahan yang berbeda untuk larutan yang

berbeda (Day dan Underwood, 2002).


Zat terlarut di dalam suatu fasa gerak mengalir pada suatu fasa diam. Zat

terlarut yang memiliki afinitas terhadap fasa gerak yang lebih besar akan tertahan

lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zat terlarut yang afinitasnya terhadap fasa

gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada fasa diam. Dengan demikian

senyawa-senyawa dapat dipisahkan komponen demi komponen akibat perbedaan

migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diam (Anonim, 2008).

Penggolongan kromatografi dapat didasarkan atas mekanisme

pemisahannya serta alat yang digunakan. Berdasarkan mekanisme pemisahannya,

kromatografi digolongkan atas kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi,

kromatografi pasangan ion, kromatografi penukar ion, dan kromatografi eksklusi

ukuran. Sedangkan berdasarkan alat yang digunakan, kromatografi dibedakan atas

kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi cairan kinerja

tinggi (HPLC), serta kromatografi gas (Aisyah, 2008).

Kromatografi kertas adalah salah satu jenis kromatografi partisi, aitu

pemisahan beberapa zat berdasarkan perbedaan kelarutan dalam dua pelarut yang

tidak dapat bercampur. Cara melakukan pemisahan dengan kromatografi ini

cukup sederhana. Campuran beberapa asam amino sebagai hasil hidrolisis

diteteskan sedikit pada kertas kromatografi pada titik tertentu dan kemudian ujung

kertas dilarutkan ke dalam pelarut tertentu.


Kertas kromatografi

Pelarut ini akan naik berdasarkan proses kapilaritas dan akan membawa

senyawa-senyawa dalam campuran tersebut. Asam amino yang mudah larut dalam

pelarut tertentu itu, misalnya pelarut organik, akan terbawa naik lebih jauh

daripada yang sukar larut. Setelah pelarut mencapai bagian atas atau garis akhir,

kertas diangkat dari pelarut kemudian dibiarkan kering dengan sendirinya di

udara. Dengan proses ini, asam-asam amino akan terpisah satu dengan yang lain,

dan dengan menyemprotkan pereaksi ninhidrin pada kertas kromatografi tersebut

akan tampak noda-noda biru yang membuktikan adanya asam amino yang

terpisah itu (Poedjiadi, 2005).

Kromatografi lapis tipis menggunakan aluminium oksida, serbuk selulosa

atau silica gel sebagai absorben yang berupa lapis tipis yang diletakan di ata

selembar kaca. Seperti halnya pada kromatografi kertas, larutan yang

mengandung asam amino diteteskan di atas absorben dan dibiarkan bergerak.

Pemisahan asam amino didasarkan perbedaan kecepatan bergerak asam-asam

amino tersebut pada pH tertentu (Poedjiadi, 2005).

Untuk memperoleh pemisahan asam amino yang baik, dapat digunakan

dua fase pelarut, misalnya pasangan fenol – air, n-butanol – air atau dengan tiga

fase pelarut, misalnya n-butanol – asam asetat – air, dimana setiap jenis asam

amino mempunyai koefisien partisi tertentu untuk pasangan pelarut tertentu. Pada
kromatografi partisi, kertas digunakan sebagai pendukung air (fase stasioner).

Campuran komponen-komponen yang akan dipisahkan ditempatkan pada fase

stasioner (zat padat), kemudian dihubungkan dengan fasa mobile (zat cair), maka

fasa mobile akan melalui fasa stasioner, sambil membawa komponen-komponen

tersebut, dimana perbandingan kecepatan perpindahan komponen dengan

kecepatan permukaan fasa mobile merupakan dasar untuk mengidentifikasi

komponen-komponen yang dipisahkan. Perbandingan kecepatan ini disingkat

dengan Rf (Rate of front) (Tim Dosen Biokimia, 2008).

Kromatografi penukar ion juga merupakan metoda yang paling banyak

digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi, dan menghitung jumlah tiap-tiap

asam amino dalam suatu campuran. Metode ini juga memanfaatkan perbedaan

dalam tingkah laku asam basa dari asam amino, tetapi terdapat faktor tambahan

yang menyebabkan prosedur ini efektif (Lehninger, 1995).

Kromatografi kertas, merupakan salah satu jenis kromatografi partisi,

yaitu pemisahan beberapa zat berdasarkan perbedaaan kelarutan dalam dua pelarut

yang tidak dapat bercampur. Cara melakukan pemisahan dengan kromatografi ini

cukup sederhana. Campuran beberapa asam amino sebagai hasil hidrolisis

diteteskan sedikit pada kertas kromatografi pada titik tertentu dan kemudian ujung

kertas dicelupkan ke dalam pelarut tertentu (Khopkar, 1990).

Kromatografi lapis tipis (KLT), teknik ini dikembangkan tahun 1938 oleh

Ismailoff dan Schraiber. Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak

sebagai penunjang fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam
dan terbentuklah kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom

terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan

pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang

terpisahkan (Khopkar, 1990).

Harga Rf yaitu b/a merupakan ciri khas suatu asam amino pada pelarut

tertentu. Dengan menggunakan standar asam-asam amino yang telah diketahui

macamnya pada kromatografi kertas seperti yang dilakukan di atas maka dapat

diketahui macam asam amino yang diperiksa. Penentuan macam asam amino

dapat pula dilakukan dengan menghitung harga Rf masing-masing asam amino,

dan dibandingkan dengan harga Rf asam amino yang telah ada (Poedjiadi dan

Supriyanti, 2005).

Protein adalah molekul terbesar sebagai penyusun tubuh kita setelah air.

Hal ini mengindikasikan pentingnya protein dalam menopang seluruh proses

kehidupan dalam tubuh kita dalam kenyataannya, memang kode genetik yang

tersimpan dalam untaian DNA digunakan untuk membuat protein. Protein

berfungsi sebagai penyimpan dan pengantar seperti hemoglobin yang memberikan

warna merah pada sel darah merah kita masih banyak lagi fungsi protein sepert

hormon, antibodi dalam pertahanan tubuh.(Witarto, 2009).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Larutan sampel, larutan glisin, larutan histidin, larutan alanin, eluen (n-

butanol : asam asetat : air = 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v), larutan penyemprot ninhidrin 2 %,

plat KLT, aseton, akuades, selotip dan tissue roll, sabun cair

3.2 Alat Percobaan

Chamber, pipet volum 1 mL, pipa kapiler 0,5 µ L, gelas ukur 10 mL, botol

semprot, pipet tetes, gunting, pensil, penggaris, gegep dan oven, bulb filter,

mistar, lap halus, dan sikat tabung.

3.3 Prosedur Percobaan

Dibuat larutan eluen dengan menggunakan larutan n-butanol, asam asetat,

dan air dengan perbandingan 2,5 : 6 : 2,6 v/v. Kemudian dimasukkan eluen ke

dalam chamber, dikocok sebentar, kemudian ditutup dan ditunggu sampai jenuh.

Pada plat KLT yang sebelumya telah digunting sesuai ukuran chamber, dibuat

base line, kemudian membuat titik-titik pada base line yang merupakan tempat

penotolan larutan asam amino alanin, glisin, histidin serta asam amino sampel X

serta membuat garis pada ujung atas absorben sebagai batas tanda elusi. Plat KLT

selanjutnya diaktifasi degan jalan dipanaskna dalam oven pada suhu sekitar 100
o
C. Setelah plat KLT diaktifasi, semua larutan asam amino dan larutan asam

amino sampel X ditotolkan pada titik yang telah dibuat pada plat KLT dengan

menggunakan pipa kapiler yang sebelumya telah dicuci dengan aseton kemudian
dikeringkan. Jika eluen telah jenuh, plat KLT dielusi ke dalam chamber dengan

hati-hati agar base line tidak tercelup ke dalam eluen. Elusi dihentikan jika eluen

menempuh jarak yang telah ditentukan sebelumnya. Dikeluarkan absorben dari

chamber dan dikeringkan. Selanjutnya kromatogram disemprot dengan larutan

ninhidrin, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu kurang lebih 60°C

selama setengah jam. Setelah kering diberi tanda pada noda yang timbul pada

kromatogram dengan pensil. Ditentukan nilai Rf dari masing-masing noda pada

kromatogram.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel hasil pengamatan :

No Asam amino Jarak eluen (cm) Jarak noda (cm) Rf (cm)

1 Glisin 6 3,9 0,65

2 Serin 6 4,1 0,68

3 Alanin 6 4,1 0,68

4 sampel X 6 4 0,67

4.2 Reaksi

- Reaksi asam amino glisin dengan ninhidrin.

C OH
H CH COOH + C

C OH
NH 2
glisin O
ninhidrin
O
O
HO C

C + H CH + NH3 + CO2

H C

O
hidrindantin

O O O
O
OH HO C C C
C
+ NH 3 + C C N C + 3 H2 O
C
OH H C C C
C
O OH O
O
ninhidrin hidrindantin diketohidrindilen dikethidrindamin
Reaksi asam amino serin dengan ninhidrin

Reaksi Serin dengan ninhidrin


O

C OH

C
+
C OH

O serin
Ninhidrin Serin

Ninhidrin + CH2OH – CH + NH3 + CO2

Hidrindantin

C OH

C + NH3 +
C OH

Ninhidrin Hidrindantin

3 H2O + +3 H2O

Diketohidrindilen diketohidrindamin
Senyawa berwarna biru ungu
- Reaksi asam amino alanin dengan ninhidrin

C OH

C + H3C CH COOH

C OH NH2

ninhidrin alanin

O
O

HO C
C OH
C
C + NH3 +
H C
C OH

O
O

ninhidrin hidridantin

HO C

+ H3C CH + NH3 + CO2


C

H C O

hidridantin
O O

C C

C N C + 3H2O

C C

OH O

diketodihidrindilendiketodihidrindamin
warna biru ungu

- Reaksi asam amino sampel X

C OH
H3 C CH COOH + C

C OH
NH 2
O
ninhidrin
O
O
HO C

C + H 3C CH + NH 3 + CO 2
H C

O
hidrindantin

O O O O
C OH HO C C C
C + NH3 + C C N C + 3 H2
Senyawa berwarna
C biru unguH C C C
OH

4.3 Pembahasan
O O OH O
ninhidrin hidrindantin diketohidrindilen diketohidrindamin
Kromatografi adalah suatu prosedur yang memungkinkan pemisahan

campuran zat terlarut bergantung pada derajat pada mana berbagai zat terlarut

diadsorpsi dibagi atau ditukar antara larutan asal (“fase bergerak”) dan suatu fase

padat atau fase cair kedua, yang dikenal sebagai “fase diam”. Pada percobaan

pemisahan dan identifikasi asam amino ini digunakan kromatografi lapis tipis

(KLT)

Pada percobaan ini dilakukan identifikasi asam amino pada suatu sampel

dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT), dimana dilakukan perhitungan

nilai Rf beberapa asam amino yang digunakan dan asam amino sampel yang akan

diidentifikasi.

Pada percobaan ini kita menggunakan kertas kromatografi yang berukuran

sekitar 7 cm x 3 cm, dan setelah digunting dibuat garis base line sekitar 2 cm

sebagai tempat menotol asam amino glisin, alanin, histidin serta larutan sampel x.

Base line pada tepi atas plat KLT berfungsi sebagai batas berhentinya proses

elusi. Kertas kromatografi ini adalah fase diam dalam percobaan ini. Plat KLT

yang digunakan harus sudah dikeringkan dalam oven agar kadar air dalam plat

KLT habis (menguap semua).

Selanjutnya kertas kromatografi digunting sesuai ukuran chamber yang

digunakan. Sebelum dilakukan penotolan larutan asam amino, plat KLT terlebih
o
dahulu diaktifasi melalui pemanasan pada suhu sekitar 100 C. Tujuan

pengaktifan ini adalah untuk menghilangkan uap air pada plat KLT, sehingga

dalam proses elusi nantinya plat KLT dapat menyerap eluen dengan baik. Setelah

dilakukan aktifasi plat KLT, selanjutnya larutan asam amino ditotolkan pada plat

KLT menggunakan pipa kapiler. Setiap penotolan asam amino dilakukan tegak
lurus dengan bidang tempat menotol, serta hanya dilakukan satu kali. Tujuannya

adalah untuk menghindari terjadinya komet (noda berekor) pada plat.

Larutan eluen dibuat dari campuran n-butanol, asam asetat, dan air dengan

perbandingan 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v. Pemilihan ketiga pelarut ini didasarkan pada

perbedaan kepolaran dari ketiga pelarut tersebut, dengan urutan kepolaran air > n-

butanol > asam asetat. Setiap asam amino memiliki koefisien partisi tertentu untuk

pasangan pelarut tertentu. Asam amino yang memiliki afinitas terhadap fasa gerak

(pelarut) yang lebih besar akan tertahan lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zat

terlarut yang afinitasnya terhadap fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama

pada fasa diam. Dengan demikian asam amino dapat dipisahkan akibat perbedaan

migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diamnya. Prinsip percobaan KLT ini

didasarkan pada sifat fisik dan kimia asam amino. Sifat fisik ditunjukkan oleh

kecepatan bergerak pada fase diam dari kertas kromatografi dan sifat kimianya

berdasarkan pada warna ynag timbul ketika disemprot dengan larutan ninhidrin

Sebelum dimasukkan plat KLT, chamber terlebih dahulu dijenuhkan

dengan eluen dengan cara menutup rapat chamber yang berisi eluen. Tujuan

penjenuhan ini adalah agar proses elusi dapat berjalan dengan cepat serta untuk

mencegah penguapan eluen. Setelah eluen dijenuhkan dan plat KLT telah

ditotolkan larutan asam amino dan sampel, plat KLT dimasukkan dalam chamber

dan dilakukan proses elusi sampai bayang-bayang eluen mencapai end line (batas

akhir elusi). Setelah plat KLT diangkat dari eluen, kemudian dikeringkan pada

suhu kamar dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin, yang bertujuan untuk

memberikan warna pada noda asam amino dan Ninhidrin berfungsi sebagai

pereaksi spesifik terhadap asam amino dengan membentuk warna ungu


(lembayung) bagi asam amino glisin, serin, dan alanin dan larutan sampel. Untuk

memperjelas noda asam amino, plat KLT dimasukkan dalam oven pada suhu

sekitar 90 oC selama sepuluh menit. Proses elusi dibiarkan beberapa saat agar

eluen mencapai jarak tertentu yang telah diberi tanda dan setelah sampai pada

garis tanda, plat KLT dikeringkan dengan oven agar pelarut menguap sempurna

sehingga noda yang terbentuk tidak melebar. Selanjutnya dilakukan pengukuran

jarak eluen dan jarak noda dari base line (tempat penotolan).

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh nilai Rf untuk

asam amino glisin adalah 0,65, asam amino serin 0,68, dan asam amino alanin

adalah 0,68 Untuk asam amino sampel X didapatkan nilai Rf nya sama dengan

nilai Rf asama amino alanin, yaitu 0,67. Hasil nilai Rf dari larutan sampel ini

tidak ada yang sesuai dengan asam amino tersebut namun, nilainya mendekati

dengan nilai asam amino serin atau alanin, tetapi sesuai dengan teori nilai Rf

sampel itu adalah phenylalanine.

Adanya kesalahan dari hasil percobaan yang dilakukan, yaitu perbedaan

nilai Rf asam amino yang diperoleh dengan nilai Rf asam amino berdasarkan

tabel, mungkin disebabkan karena saat melakukan proses elusi, chamber yang

digunakan tidak terlalu rapat, atau dapat pula karena pembuatan eluaen yang tidak

terlau tepat perbandingannya atau ini juga bisa terjadi karena adanya beberapa

faktor yaitu pada saat penotolannya dilakukan berkali-kali pada tempat penotolan

yang sama sehingga hasil penotolannya melebar, faktor yang lain pada saat proses

elusi plat KLT mengenai larutan eluen sehingga asam aminonya menjadi larut

dalam eluen. Chamber yang tidak ditutup rapat dengan menggunakan isolasi bisa

membuat hasil kromatografi tidak memuaskan.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan:

1. Nilai Rf asam amino glisin adalah 0,65, asam amino serin 0,68, asam

amino alanin 0,68, serta sampel X adalah 0,67.

2. Berdasarkan nilai Rf, larutan sampel X adalah mendekati larutan asam

amino alanin.dan serin.

5.2 Saran

Untuk laboratorium agar kebersihannya agar tetap terjaga dan kalau bisa

asam amino yang disediakan asam amino yang beragam.

Untuk asiten kinerjanya sudah sangat baik dalam menjelaskan kepada

kami praktiknnya tentang prosedur percobaan yang akan dilakukan, saya harap

dapat dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, 2008, Kromatografi, (online), (http://rgmaisyah.wordpress.com/


kromatografi, diakses tanggal 16 Maret 2010, pukul 16.00 WITA.)

Anonim, 2008, Kromatografi Adalah, (online), (http://137maestro. blogspot.com/


2009/03/kromatografi-adalah.html, diakses tanggal 16 Maret 2010, pukul
16.30 WITA.)

Day, R.A dan Underwood, A.L., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam,
diterjemahkan oleh : Iis Sopyan, Erlangga, Jakarta.

Lehninger, A. L., 1995, Dasar-Dasar Biokimia jiid 1, diterjemahkan oleh Maggy


Thenawidjaja, Erlangga, Jakarta.

Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta

Poedjiadi, A., 2005, Dasar-Dasar Biokimia edisi revisi, UI-Press, jakarta.

Tim Dosen Biokimia, 2009, Penuntun dan Laporan praktikum Biokimia,


Laboratorium Biokimia fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin, Makassar.

Witarto, A.B., 2009, Journal of Biochemistry, Tokyo University of Agriculture


and Technology, 105(5), (http ://www.jstage.jst.go.jp, diakses tanggal 16
Maret 2010, pukul 19.44 WITA)
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 17 OKTOBER 2010

ASISTEN PRAKTIKAN

( INDRIYANI ) ( AHMAD FADEL)

Lampiran 1

• Perhitungan nilai Rf

3,9 cm
- Rf Glisin = = 0,65 cm
6 cm

4,1 cm
- Rf Serin = = 0,68 cm
6 cm

4,1 cm
- Rf Alanin = = 0,68 cm
6 cm
Lampiran 2

• Daftar nilai Rf 20 asam amino

Amino acid Rf value


alanine 0.38
arginine 0.20
asparagine 0.5
aspartic acid 0.24
cysteine 0.4
glutamine 0.13
glutamic acid 0.30
glycine 0.26
histidine 0.11
isoleucine 0.72
leucine 0.73
lysine 0.14
methionine 0.55
phenylalanine 0.68
proline
0.43
not a true amino acid - shows up as yellow
serine 0.27
threonine 0.35
tryptophan 0.66
tyrosine 0.45
valine 0.61

Lampiran 3

Bagan kerja

Plat KLT

- Digunting dan diberi tanda

- Dikeringkan dalam oven untuk mengaktifkan lapisan tipis

- Ditotolkan larutan contoh dan sampel

- Dikeringkan

- Dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen (n-butanol : asam

asetat : air = 2,5 ml : 0,6 ml : 2,6 ml) yang telah jenuh.

- Dielusi sampai tanda batas yang telah ditentukan

- Dikeluarkan dari chember dan dikeringkan

- Disemprot dengan larutan ninhydrin 0,1 %

- Dikeringkan dalam oven selama beberapa menit pada suhu 60 oC.


Noda
- Ditandai dengan diberi lingkaran dengan menggunakan pensil

- Diukur jarak noda dari tempat penotolan

- Diukur jarak tempuh eluen

- Dihitung nilai Rf-nya

Data-

Lampiran 4

• Gambar hasil Kromatografi Lapis Tipis

You might also like