Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dengan cara ini diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan untuk
dan elektroforesis. Salah satu meteode yang paling banyak digunakan dalam
senyawa atau ion berdasarkan pada perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau
ion-ion tersebut di dalam dua fasa yang berbeda. Metode kromatografi bermacam-
digunakan. Salah satu jenis kromatograi adalah kromatografi lapis tipis (KLT).
kromatografi jenis ini murah dan mudah dilakukan serta rutin digunakan di
berbagai laboratorium.
Dalam percobaan ini kita akan menentukan nilai Rf asam amino serta
pemisahan dan identifikasi asam amino dengan metode ini. Hal inilah yang
1. Menghitung nilai Rf dari beberapa jenis asam amino dan larutan sampel.
nya.
menggunakan metode kromatrografi lapis tipis yang fase geraknya terdiri dari
campuran n-butanol, asam asetat dan air, dan fase diamnya berupa lapisan tipis
silika gel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik
bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino maupun
satu fasa tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas,
yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut sepanjang landasan stasioner
bergerak dapat berupa cairan maupun gas. Dalam semua teknik kromatografi, zat-
zat terlarut yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom, dan tentu saja laju
pemisahan terlatak dalam laju perpindahan yang berbeda untuk larutan yang
terlarut yang memiliki afinitas terhadap fasa gerak yang lebih besar akan tertahan
lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zat terlarut yang afinitasnya terhadap fasa
gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada fasa diam. Dengan demikian
pemisahan beberapa zat berdasarkan perbedaan kelarutan dalam dua pelarut yang
diteteskan sedikit pada kertas kromatografi pada titik tertentu dan kemudian ujung
Pelarut ini akan naik berdasarkan proses kapilaritas dan akan membawa
senyawa-senyawa dalam campuran tersebut. Asam amino yang mudah larut dalam
pelarut tertentu itu, misalnya pelarut organik, akan terbawa naik lebih jauh
daripada yang sukar larut. Setelah pelarut mencapai bagian atas atau garis akhir,
udara. Dengan proses ini, asam-asam amino akan terpisah satu dengan yang lain,
akan tampak noda-noda biru yang membuktikan adanya asam amino yang
atau silica gel sebagai absorben yang berupa lapis tipis yang diletakan di ata
dua fase pelarut, misalnya pasangan fenol – air, n-butanol – air atau dengan tiga
fase pelarut, misalnya n-butanol – asam asetat – air, dimana setiap jenis asam
amino mempunyai koefisien partisi tertentu untuk pasangan pelarut tertentu. Pada
kromatografi partisi, kertas digunakan sebagai pendukung air (fase stasioner).
stasioner (zat padat), kemudian dihubungkan dengan fasa mobile (zat cair), maka
asam amino dalam suatu campuran. Metode ini juga memanfaatkan perbedaan
dalam tingkah laku asam basa dari asam amino, tetapi terdapat faktor tambahan
yaitu pemisahan beberapa zat berdasarkan perbedaaan kelarutan dalam dua pelarut
yang tidak dapat bercampur. Cara melakukan pemisahan dengan kromatografi ini
diteteskan sedikit pada kertas kromatografi pada titik tertentu dan kemudian ujung
Kromatografi lapis tipis (KLT), teknik ini dikembangkan tahun 1938 oleh
Ismailoff dan Schraiber. Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak
sebagai penunjang fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam
dan terbentuklah kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom
terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan
Harga Rf yaitu b/a merupakan ciri khas suatu asam amino pada pelarut
macamnya pada kromatografi kertas seperti yang dilakukan di atas maka dapat
diketahui macam asam amino yang diperiksa. Penentuan macam asam amino
dan dibandingkan dengan harga Rf asam amino yang telah ada (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2005).
Protein adalah molekul terbesar sebagai penyusun tubuh kita setelah air.
kehidupan dalam tubuh kita dalam kenyataannya, memang kode genetik yang
warna merah pada sel darah merah kita masih banyak lagi fungsi protein sepert
METODE PERCOBAAN
Larutan sampel, larutan glisin, larutan histidin, larutan alanin, eluen (n-
butanol : asam asetat : air = 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v), larutan penyemprot ninhidrin 2 %,
plat KLT, aseton, akuades, selotip dan tissue roll, sabun cair
Chamber, pipet volum 1 mL, pipa kapiler 0,5 µ L, gelas ukur 10 mL, botol
semprot, pipet tetes, gunting, pensil, penggaris, gegep dan oven, bulb filter,
dan air dengan perbandingan 2,5 : 6 : 2,6 v/v. Kemudian dimasukkan eluen ke
dalam chamber, dikocok sebentar, kemudian ditutup dan ditunggu sampai jenuh.
Pada plat KLT yang sebelumya telah digunting sesuai ukuran chamber, dibuat
base line, kemudian membuat titik-titik pada base line yang merupakan tempat
penotolan larutan asam amino alanin, glisin, histidin serta asam amino sampel X
serta membuat garis pada ujung atas absorben sebagai batas tanda elusi. Plat KLT
selanjutnya diaktifasi degan jalan dipanaskna dalam oven pada suhu sekitar 100
o
C. Setelah plat KLT diaktifasi, semua larutan asam amino dan larutan asam
amino sampel X ditotolkan pada titik yang telah dibuat pada plat KLT dengan
menggunakan pipa kapiler yang sebelumya telah dicuci dengan aseton kemudian
dikeringkan. Jika eluen telah jenuh, plat KLT dielusi ke dalam chamber dengan
hati-hati agar base line tidak tercelup ke dalam eluen. Elusi dihentikan jika eluen
ninhidrin, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu kurang lebih 60°C
selama setengah jam. Setelah kering diberi tanda pada noda yang timbul pada
kromatogram.
BAB IV
4 sampel X 6 4 0,67
4.2 Reaksi
C OH
H CH COOH + C
C OH
NH 2
glisin O
ninhidrin
O
O
HO C
C + H CH + NH3 + CO2
H C
O
hidrindantin
O O O
O
OH HO C C C
C
+ NH 3 + C C N C + 3 H2 O
C
OH H C C C
C
O OH O
O
ninhidrin hidrindantin diketohidrindilen dikethidrindamin
Reaksi asam amino serin dengan ninhidrin
C OH
C
+
C OH
O serin
Ninhidrin Serin
Hidrindantin
C OH
C + NH3 +
C OH
Ninhidrin Hidrindantin
3 H2O + +3 H2O
Diketohidrindilen diketohidrindamin
Senyawa berwarna biru ungu
- Reaksi asam amino alanin dengan ninhidrin
C OH
C + H3C CH COOH
C OH NH2
ninhidrin alanin
O
O
HO C
C OH
C
C + NH3 +
H C
C OH
O
O
ninhidrin hidridantin
HO C
H C O
hidridantin
O O
C C
C N C + 3H2O
C C
OH O
diketodihidrindilendiketodihidrindamin
warna biru ungu
C OH
H3 C CH COOH + C
C OH
NH 2
O
ninhidrin
O
O
HO C
C + H 3C CH + NH 3 + CO 2
H C
O
hidrindantin
O O O O
C OH HO C C C
C + NH3 + C C N C + 3 H2
Senyawa berwarna
C biru unguH C C C
OH
4.3 Pembahasan
O O OH O
ninhidrin hidrindantin diketohidrindilen diketohidrindamin
Kromatografi adalah suatu prosedur yang memungkinkan pemisahan
campuran zat terlarut bergantung pada derajat pada mana berbagai zat terlarut
diadsorpsi dibagi atau ditukar antara larutan asal (“fase bergerak”) dan suatu fase
padat atau fase cair kedua, yang dikenal sebagai “fase diam”. Pada percobaan
pemisahan dan identifikasi asam amino ini digunakan kromatografi lapis tipis
(KLT)
Pada percobaan ini dilakukan identifikasi asam amino pada suatu sampel
nilai Rf beberapa asam amino yang digunakan dan asam amino sampel yang akan
diidentifikasi.
sekitar 7 cm x 3 cm, dan setelah digunting dibuat garis base line sekitar 2 cm
sebagai tempat menotol asam amino glisin, alanin, histidin serta larutan sampel x.
Base line pada tepi atas plat KLT berfungsi sebagai batas berhentinya proses
elusi. Kertas kromatografi ini adalah fase diam dalam percobaan ini. Plat KLT
yang digunakan harus sudah dikeringkan dalam oven agar kadar air dalam plat
digunakan. Sebelum dilakukan penotolan larutan asam amino, plat KLT terlebih
o
dahulu diaktifasi melalui pemanasan pada suhu sekitar 100 C. Tujuan
pengaktifan ini adalah untuk menghilangkan uap air pada plat KLT, sehingga
dalam proses elusi nantinya plat KLT dapat menyerap eluen dengan baik. Setelah
dilakukan aktifasi plat KLT, selanjutnya larutan asam amino ditotolkan pada plat
KLT menggunakan pipa kapiler. Setiap penotolan asam amino dilakukan tegak
lurus dengan bidang tempat menotol, serta hanya dilakukan satu kali. Tujuannya
Larutan eluen dibuat dari campuran n-butanol, asam asetat, dan air dengan
perbandingan 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v. Pemilihan ketiga pelarut ini didasarkan pada
perbedaan kepolaran dari ketiga pelarut tersebut, dengan urutan kepolaran air > n-
butanol > asam asetat. Setiap asam amino memiliki koefisien partisi tertentu untuk
pasangan pelarut tertentu. Asam amino yang memiliki afinitas terhadap fasa gerak
(pelarut) yang lebih besar akan tertahan lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zat
terlarut yang afinitasnya terhadap fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama
pada fasa diam. Dengan demikian asam amino dapat dipisahkan akibat perbedaan
migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diamnya. Prinsip percobaan KLT ini
didasarkan pada sifat fisik dan kimia asam amino. Sifat fisik ditunjukkan oleh
kecepatan bergerak pada fase diam dari kertas kromatografi dan sifat kimianya
berdasarkan pada warna ynag timbul ketika disemprot dengan larutan ninhidrin
dengan eluen dengan cara menutup rapat chamber yang berisi eluen. Tujuan
penjenuhan ini adalah agar proses elusi dapat berjalan dengan cepat serta untuk
mencegah penguapan eluen. Setelah eluen dijenuhkan dan plat KLT telah
ditotolkan larutan asam amino dan sampel, plat KLT dimasukkan dalam chamber
dan dilakukan proses elusi sampai bayang-bayang eluen mencapai end line (batas
akhir elusi). Setelah plat KLT diangkat dari eluen, kemudian dikeringkan pada
suhu kamar dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin, yang bertujuan untuk
memberikan warna pada noda asam amino dan Ninhidrin berfungsi sebagai
memperjelas noda asam amino, plat KLT dimasukkan dalam oven pada suhu
sekitar 90 oC selama sepuluh menit. Proses elusi dibiarkan beberapa saat agar
eluen mencapai jarak tertentu yang telah diberi tanda dan setelah sampai pada
garis tanda, plat KLT dikeringkan dengan oven agar pelarut menguap sempurna
jarak eluen dan jarak noda dari base line (tempat penotolan).
asam amino glisin adalah 0,65, asam amino serin 0,68, dan asam amino alanin
adalah 0,68 Untuk asam amino sampel X didapatkan nilai Rf nya sama dengan
nilai Rf asama amino alanin, yaitu 0,67. Hasil nilai Rf dari larutan sampel ini
tidak ada yang sesuai dengan asam amino tersebut namun, nilainya mendekati
dengan nilai asam amino serin atau alanin, tetapi sesuai dengan teori nilai Rf
nilai Rf asam amino yang diperoleh dengan nilai Rf asam amino berdasarkan
tabel, mungkin disebabkan karena saat melakukan proses elusi, chamber yang
digunakan tidak terlalu rapat, atau dapat pula karena pembuatan eluaen yang tidak
terlau tepat perbandingannya atau ini juga bisa terjadi karena adanya beberapa
faktor yaitu pada saat penotolannya dilakukan berkali-kali pada tempat penotolan
yang sama sehingga hasil penotolannya melebar, faktor yang lain pada saat proses
elusi plat KLT mengenai larutan eluen sehingga asam aminonya menjadi larut
dalam eluen. Chamber yang tidak ditutup rapat dengan menggunakan isolasi bisa
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Nilai Rf asam amino glisin adalah 0,65, asam amino serin 0,68, asam
5.2 Saran
Untuk laboratorium agar kebersihannya agar tetap terjaga dan kalau bisa
kami praktiknnya tentang prosedur percobaan yang akan dilakukan, saya harap
dapat dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan Underwood, A.L., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam,
diterjemahkan oleh : Iis Sopyan, Erlangga, Jakarta.
ASISTEN PRAKTIKAN
Lampiran 1
• Perhitungan nilai Rf
3,9 cm
- Rf Glisin = = 0,65 cm
6 cm
4,1 cm
- Rf Serin = = 0,68 cm
6 cm
4,1 cm
- Rf Alanin = = 0,68 cm
6 cm
Lampiran 2
Lampiran 3
Bagan kerja
Plat KLT
- Dikeringkan
Data-
Lampiran 4