You are on page 1of 11

PENGELOLAAN HARA TANAMAN

(Nutrient Management)

Pengelolaan Nitrogen (N)

Peran N dalam Tanaman


Nitrogen adalah hara utama tanaman, merupakan komponen dari asam amino, asam nukleid, nudeotides,
klorofil, enzim, dan hormon. N mendorong per tumbuhan tanaman yang cepat dan memperbaiki tingkat
hasil dan kualitas gabah melalui peningkatan jumlah anakan, pengembangan luas daun, pembentukan gabah,
pengisian gabah, dan sintesis protein. N sangat mobil di dalam tanaman dan tanah.

Aplikasi Pupuk N pada Padi


N merupakan elemen pembatas pada hampir semua jenis tanah. Oleh karenanya, pemberian pupuk N
yang tepat sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, khususnya dalam sistem
pertanian intensif. Kekurangan/atau pengelolaan N yang tidak sesuai akan berakibat buruk pada tanaman
dan lingkungan. Strategi pengelolaan N yang optimal ditujukan pada keserasian pemberian pupuk N dengan
kebutuhan aktual tanaman, sehingga serapan tanaman terhadap N maksimal dan mengurangi kehilangan N
ke udara.

Pengelolaan N
• Gejala kekurangan N. Tanaman tumbuh kerdil, daun menguning dan jumlah anakan sedikit; hasil
rendah karena jumlah malai per unit area dan jumlah gabah per malai lebih sedikit.
• Terjadinya kekurangan N. Hampir semua jenis tanah kekurangan N; tanah masam dengan tekstur
kasar (coarse) dan kandungan bahan organik rendah (kurang dari 0,5 % organik C); tanah masam,
salin, drainase buruk, dan tanah kahat P dengan kapasitas mineralisasi N dan fiksasi biologis N rendah;
kalkareous dan tanah salin dengan kadar bahan organik rendah serta berpotensi tinggi untuk terjadinya
penguapan amonia.
• Dosis aplikasi N. Pupuk anorganik merupakan sumber yang biasa digunakan mensuplai N, dan lebih
menguntungkan petani dibandingkan menggunakan pupuk N organik. Sumber pupuk organik N tersedia
di lahan pertanian seperti pupuk kandang dan kompos bisa efektif dan menarik secara finansial guna
memenuhi kebutuhan padi.akan N. Berikan pupuk N anorganik 40-50 kg/ha untuk setiap kenaikan
satu ton hasil dari tanpa pemberian N. Pada level hara optimum, tanaman padi (jerami + biji) menyerap
sekitar 16 kg N per ton hasil gabah ( 10 kg N dalam gabah + 6 kg N dalam jerami).
• Waktu pemberian N. Warna daun dan penampilan tanaman menunjukkan status N dan membantu
menentukan kebutuhan akan pemupukan N. Lihat; i) Pengelolaan N berdasarkan Bagan Warna Daun
(BWD=leaf color chart=LCC), dan ii) Split aplikasi N berdasarkan fase pertumbuhan dan BWD.

Sumber N
• Amonium sulfat (21 % N, 24 % S)
• Urea (46 % N)
• Diamonium fosfat atau DAP (18 % N; 44-46 % P2O5).
Aplikasi pupuk N (urea) selama Tanaman kahat N dibandingkan dengan tanaman cukup N
pertumbuhan tanaman

Aplikasi Terpisah

Efisiensi pemupukan N dapat ditingkatkan dengan memonitor warna


daun pada selang waktu 7-10 hari dengan BWD dan N diberikan
sesuai kebutuhan tanaman (lihat BWD). Alternatif aplikasi
pemupukan N dengan pendekatan waktu pemberian disajikan
berikut ini untuk kasus di mana petani tidak mungkin melakukan
monitoring sawahnya dalam interval 7-10 hari.
Plot tanpa pupuk untuk memperkira-
kan suplai alami N tanah.

Pola Pendekatan Aplikasi N Terpisah


Pola pendekatan terpisah memberikan anjuran total kebutuhan pupuk N (kg/ha) dan rencana pemecahan
dan waktu aplikasi sesuai dengan tahapan pertumbuhan tanaman, varietas yang digunakan dan metode
penumbuhan tanaman. Bagan Warna Daun (BWD) digunakan untuk pemupukan susulan tersendiri.
Perkirakan kebutuhan total pupuk N dan buat pola pemecahan aplikasinya. Gunakan BWD pada tahap
pertumbuhan tanaman kritis untuk menyesuaikan dosis N yang ditentukan sebelumnya.

Memperkirakan Kebutuhan Total Pupuk N


Buat plot pemupukan (F) di lahan petani (lihat Petakan plot omisi). Bandingkan hasil dari plot -F yang
mewakili hasil dengan pembatas N dengan target hasil di lokasi tersebut, berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki untuk hasil yang dapat dicapai dengan antisipasi pengelolaan tanaman dan pemupukan. Beda
antara hasil target dan hasil –N menunjukkan antisipasi tanggap tanaman padi terhadap pemupukan N.
Tetapkan kebutuhan total pupuk N berdasarkan keperluan 40-50 kg N/ha yang merupakan antisipasi
tanggap tanaman terhadap N. Prinsip umum respon 40 kg N/ton N sudah memadai pada musim dengan
hasil tinggi dan 50 kg N/ton respon memadai pada musim dengan hasil rendah. Kebutuhan N tinggi 60 kg
N/ton dijumpai pada kondisi pengelolaan N sub-optimal atau bila target hasil mendekati potensi hasil pada
tanggap N rendah (<2 t/ha).

Penggunaan BWD
Gunakan nilai BWD kritis untuk menyesuaikan dosis N terpisah berdasarkan kebutuhan dan status N
tanaman. Sebagai contoh, bila 30±10 kg N/ha dianjurkan untuk fase pertumbuhan tertentu,
• Berikan 40 kg N/ha, bila warna daun di bawah nilai kritis
• Berikan dosis standar 30 kg N/ha bila warna daun sesuai nilai kritis
• Tangguhkan pemberian pupuk dan berikan dosis kurang dari 20 kg N/ha bila warna daun di atas
nilai kritis.

Padi tanam pindah Total pemupukan N (kg/ha)¹)

Waktu pemberian HST 40 80 120 160


Basal (sebelum tanam) - - - 20
Awal anakan 14-20 20 25 36 35
Medio anakan 20-35 - 25 40±10 45±10
Pembentukan malai 40-50 20 30 40±10 50±10
Heading - bunga pertama²) 60-70 (15-20)
Kisaran pupuk N 40 80 100-140 130-190

Tabela Total pemupukan N (kg/ha)¹

Waktu pemberian HST 40 80 120 160


Basal (sebelum tanam) 10-20 20 20-25 20-30 30-35
Medio anakan 25-35 20 25 35±10 45±10
Pembentukan malai 40-50 30 45±10 50±10
Heading - bunga pertama² 55-65 (15-20)
Kisaran pupuk N 40 75-80 80-130 105-1701.
1) Berikan 20 kg N/ha, bila hasil –F < 3t/ha. Kurangi dosis N
2) Opsi pada musim hasil tinggi, bila stand tanaman bagus dan cekaman hama rendah.

Merancang pola pemberian terpisah


Gunakan tabel di atas untuk membuat pola pemecahan pemberian pupuk N pada setiap domain
pertumbuhan. Penyesuaian pada kondisi spesifik diperlukan dengan partisipasi petani setempat.

Azolla
Azolla adalah sejenis pakis (fern) air tawar yang hidup di kolam, danau,
rawa dan sungai kecil baik di kondisi tropis maupun sub tropis. Untuk
berabad lamanya, azolla telah digunakan sebagai pupuk hijau di Cina
Selatan dan Vietnam Utara.

Penggunaan Azolla pada Padi


Azolla berasosiasi dengan ganggang biru hijau algae anabaena dapat
memfiksasi N dari udara ke dalam bentuk amonia yang dapat diserap
tanaman padi saat diinkorporasikan ke dalam tanah. Azolla mengandung
2-5 % N, 3-6 % K (bahan kering).
Azolla yang digunakan
Pengelolaan Azolla pada Padi di lapang
Perbanyakan
• Azolla memperbanyak diri secara vegetatif (tidak menghasilkan biji). Dengan demikian, inokulum
azolla dipertahankan hidupnya sepanjang tahun dengan menumbuhkannya dalam kolam kecil atau
parit berisi air ( untuk luas 4-5 m2 dengan dalam 0,5-1,0 m, dibutuhkan 250-500 gm (berat segar)
inokulum).
• Azolla tumbuh baik pada suhu rata-rata harian 25º C, namun mati bila suhu lebih tinggi. Dapat
digunakan, baik pada padi musim hujan maupun kemarau.
• Azolla dapat digunakan dengan 2 cara: 1) sebagai pupuk hijau, dibenamkan ke dalam tanam
sebelum tanam pindah dan 2) sebagai intercrop, dibenamkan setelah tanam pindah.
• Pada kedua cara tersebut, diberikan sekitar 500 kg berat segar/ha pada air yang tergenang di
sawah.

Pembenaman azolla sebelum transplanting


• Tumbuhkan azolla sekitar satu bulan sebelum pembenaman saat tanam pindah. Pupuk azolla dengan
2,2 kg P/ha setiap 5 hari, 4 kg K/ha setiap 10 hari, dan/atau 500-1000 kg/ha pupuk kandang
setiap 5-10 hari. Bila pupuk kimia tidak tersedia, dapat digantikan dengan abu.

Tumpangsari azolla
• Berikan azolla ke dalam pertanaman padi dalam keadaan tergenang. Tumpangsari azolla biasanya
tidak dipupuk ( namun bila tersedia super fosfat (TSP) pemberian 4-5 kg P/ha dapat dianjurkan).
• Pada kedua sistem, azolla dapat dibenamkan beberapa kali selama siklus pertumbuhan padi.

Kecepatan pertumbuhan
• 16-20 hari setelah inokulasi, pertanaman akan tertutup oleh sekitar 20 ton azolla, yang selanjutnya
dibenamkan ke dalam tanah. Biasanya sebagian azolla dibiarkan tumbuh setelah pembenaman
pertama. Kadangkala 3-4 pertanaman azolla diproduksi dan dibenamkan pada setiap kali bertanam
padi.
• Teknologi ini mampu menghasilkan sekitar 40 t azolla segar/ha setara dengan sekitar 60 kg N/ha.
Untuk itu diperlukan aplikasi 0,5 t inokulum azolla segar, 2-3 t pupuk kandang, 20-30 kg P, dan
20 kg K/ha.

Keterbatasan
• Azolla tidak dapat bertahan pada kondisi kering – sehingga selalu diperlukan genangan air.
• Karena azolla berkembang secara vegetatif, inokulumnya harus selalu dipertahankan dalam
persemaian sepanjang tahun dan diperbanyak untuk disebarkan sebelum diinokulasikan ke
lapang.
• Suhu tinggi mengakibatkan meningkatnya serangan hama dan penyakit pada azolla. Cuaca
dingin merupakan kunci sukses pemanfaatan azolla.
• Diantara unsur hara, P yang terpenting untuk azolla. Karena azolla mengapung, ia tidak
dapat menyerap P dari tanah, oleh karenanya pertumbuhannya terkendala oleh kekurangan
P bila unsur ini tidak diberikan ke dalam genangan air.
• Penggunaan azolla secara ekonomi amat penting. Teknologinya memerlukan tenaga kerja
intensif. Petani seringkali tidak memperoleh keuntungan ekonomi dari penggunaan azolla
dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia karena adanya tambahan biaya tenaga kerja,
kesempatan lahan memperoleh irigasi, binit/inokulum, fosfat, dan pestisida menjadikan penggunaan
azolla tidak ekonomis.
Sesbania
Sesbania sebangsa leguminosa yang biasa digunakan sebagai pupuk hijau untuk menambah N dan bahan
organik ke dalam tanah. Spesies sesbania yang banyak digunakan di Asia adalah Sesbania cannabina (d/
h acculeata). S. restrata dan S. rostrata (menghasilkan nodul fiksasi N pada akarnya). S. rostrata
(memproduksi bintil fiksasi N pada akar dan batang) banyak ditemukan di Afrika.

Penggunaan Sesbania pada Padi


Bahan organik dan N yang dihasilkan Sesbania membantu memperbaiki tanah dan pertumbuhan
tanaman. Pada keadaan tertentu, menanam pupuk hijau lebih murah dan pemulihan sumber N,
khususnya bila keadaan infrastruktur dan fasilitas transportasi tidak memadai sehingga pupuk menjadi
mahal dan tidak dapat tersedia tepat waktu.

Pengelolaan Sesbania pada padi


Sesbania dapat menghasilkan 80-100 kg N/ha (setara dengan 4-5 t/ha bahan kering Sesbania) dalam
waktu sekitar 40 hari dalam musim hari panjang dan dalam 50-60 hari musim hari pendek.
• Waktu tanam: Ditanam sebelum atau sesudah padi ketika lahan bera. Sesbania sangat sensisitif
terhadap fotoperiod, berbunga dalam sekitar 35 hari selama musim hari panjang dan dalam 125
hari selama musim hari pendek.
• Suhu. Sesbania tumbuh bagus pada suhu di atas 25ºC.
• Pengolahan lahan. Walaupun Sesbania dapat tumbuh dengan pengolahan tanah minimum,
pengolahan lahan sempurna (sekali bajak dengan 2-3 kali garu) akan memberikan pertumbuhan
terbaik.
• Kebutuhan benih. Bila populasi gulma rendah, benih sesbania dapat disebar sebanyak 30 kg/ha
sebelum hujan turun. Tanah diolah dan diairi. Dosis benih dapat dikurangi sampai 16 kg/ha. Berat
benih biasanya 14-18 g/100 biji. Untuk meningkatkan perkecambahan (sampai 65 %) dan
pertunasan, biji dapat direndam dalam air dengan suhu 100ºC selama 3 detik. Sebagian petani
melukai (scarify) benih (sedikit mengupas kulit biji) dengan menumbuk benih dalam karung.
• Irigasi: Tanaman tidak memerlukan genangan air, namun irigasi dapat diberikan sewaktu-waktu
diperlukan (bila tanah belah/retak dan daun sesbania tampak layu)
• Pembenaman. Setelah 45-60 hari, dan sebelum batang mengayu, benamkan sesbania dengan
cara antara lain: cacah tanaman agar mudah dibenam melalui pembajakan. Cara yang lebih cepat
dan efisien adalah merebahkan tanaman sesbania menggunakan batang kayu yang ditarik ternak,
kemudia bajak searah tanaman yang direbahkan tersebut. Hydrotiller efektif digunakan
membenamkan biomass sesabania pada lahan berlumpur dalam. Cagewheel berkecepatan tinggi
dengan gigi triangular pendek memotong-
motong biomass menjadi serpihan sebelum
dibenamkan ke lahan berlumpur. Bila memakai
hydrotiller lahan diairi terlebih dahulu paling
tidak 48 jam sebelum pembenaman biomas.
Untuk produksi skala besar, penggunaan traktor
4-roda denga rototiller paling efisien.
• Produksi benih. Benih sesbania diproduksi
pada saat panjang hari kurang dari 11 jam.
Selama periode tersebut, sesbania berbunga
dalam 30-35 hari dan menghasilkan biji 30 hari
kemudian. Biji yang dipanen selama musim hujan seringkali kualitasnya rendah karena terserang
hama penggerek. Benih dapat juga diproduksi pada lahan marginal, parit atau galengan sawah
untuk mengurangi biaya.

Keterbatasan
Kendala sesbania sebagai pupuk hijau :
• Produksi benih rendah
• Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja (mis. untuk membajak dan membenamkan biomasa ke
dalam tanah)
• Sesbania sensitif terhadap fotoperiod
• Masalah hama
• Kompetisi dengan tanaman lain akan lahan dan air.

Fosfat

Peran P dalam Tanaman


P adalah hara utama tanaman yang penting untuk perkembangan
akar, anakan, berbunga awal, dan pematangan. P mobil dalam
tanaman, tetapi tidak mobil dalam tanah.
Tanaman kahat P kerdil
Pengelolaan P
dan daunnya tegak lurus
dibandingkan dengan
• Gejala kahat P. Tanaman hijau gelap dan kerdil dengan tanaman normal
daun tegak dan anakan kurang; batang kurus dan kecil;
matang lambat (tidak terjadi pembungaan pada kahat P yang
parah); gabah hampa tinggi.

• Terjadinya kahat P. P seringkali kurang pada tanah berpasir


dengan kandungan bahan organik rendah; tanah kalkareous/
salin/alkalin; degradasi tanah sawah; tanah abu vulkan atau
tanah kering masam dengan kapasitas fiksasi P tinggi; tanah Anakan berkurang pada
gambut; dan tanah sulfat masam dengan kandungan besi tanaman kahat P. Foto:
dan aluminium tinggi. Dobermann & Fairhust
(2000)
• Waktu aplikasi P. Benam dan aduk semua pupuk P ke
dalam tanah sebelum pelumpuran terakhir dan tanam pindah
atau sebar seluruh P pada 10-15 hari setelah benih disebar
langsung.

Perubahan warna pada


daun umum terjadi pada
tanaman kahat P.
Sumber P
Sumber pupuk P dan kesetaraan P2O5

Pupuk P % P2O5 Pupuk P2O5 (kg/ha)

15 20 30 40 60
Jumlah pupuk yang diperlukan (kg/ha)
Single super 16-18 88 117 176 234 352
Double super/SP36 36 42 56 84 112 168
Triple super 44-46 33 44 66 88 132
DiammoniumP(DAP)* 44-46 33 44 66 88 **

* Mengandung juga 18 % N.
**Pada dosis P2O5 tinggi, kombinasikan DAP dengan pupuk P lainnya untuk menghindari kelebihan pemupukan
dasar N. Catatan: 1 kg P2O5 = 0,44 kg P, dan 1 kg P = 2,29 P2O5

Target hasil dalam t/ha 4 5 6 7 8

Status P tanah Hasil pada plot Anjuran pemupukan P dalam kg P2O5/ha


tanpa P (t/ha)

[ [
Rendah 3 20 40 60
[
4 15 25 40 60
Medium 5 - 20 30 40 60
6 - - 25 35 45
Tinggi 8 - - - - 35

Rekomendasi pupuk P2O5 berdasarkan target hasil dan faktor pembatas hasil P pada petak omisi (tanpa P) [ indikasi
target hasil yang mungkin tidak realistik.

Kalium (K)

Peran K dalam Tanaman


Kalium adalah hara tanaman utama yang dibutuhkan untuk meningkatkan perkembangan akar dan vigor
tanaman, ketahanan terhadap kerebahan dan hama/penyakit. K mobil dalam tanaman dan sangat mobil di
dalam tanah.

Aplikasi K pada Padi


Kalium seringkali merupakan unsur pembatas untuk memperoleh hasil padi yang tinggi setelah nitrogen
(N). Pupuk K perlu diberikan dalam jumlah mencukupi pada hampir semua lahan sawah irigasi. Hara
lainnya perlu diberikan dalam jumlah seimbang untuk menjamin respon yang baik dari tanaman terhadap
aplikasi K dan pencapaian pertumbuhan tanaman yang sehat dan produktif.
• Gejala kahat K. Tanaman hijau gelap dan kerdil dengan margin daun cokelat kekuningan dan/
atau dengan margin dan ujung daun tua nekrotik, gejala kahat K pada daun dapat menyerupai
gejala penyakit tungro, namun tungro biasanya terjadi pada spot-spot yang tersebar (tidak
menyeluruh) dan lebih nyata warna daun kuning dan oranye dan tanaman kerdil; gejala pada daun
nampak pada fase pertumbuhan lanjut; akar tidak sehat dan menghitam; kerebahan dan kehampaan
gabah tinggi; bobot gabah lebih ringan.
• Terjadinya kahat K. Kahat K terjadi di daerah pertanaman yang intensif yang mendapat
pemupukan N dan P tinggi. K seringkali kurang pada tanah berpasir atau bertekstur kasar; tanah
kering masam; lahan sawah terdegradasi; tanah sulfat masam; dan tanah organik. Catatan:
penambahan unsur K dari air irigasi cukup nyata pada daerah tertentu ( contoh: di Vietnam).
• Dosis aplikasi K. Pada hara tanaman optimum, tanaman padi (jerami+gabah) mengambil sekitar
19 kg K2O (16 K) untuk setiap ton hasil gabah (2,2 kg K2O pada gabah dan 16,8 kg K2O pada
jerami). Rekomendasi pemupukan K berdasarkan target hasil dan status K tanah (Tabel..) seperti
ditetapkan oleh hasil gabah dari K-petak omisi (lihat teknik Petak Omisi Hara).
• Waktu aplikasi K. Bila dosis yang digunakan rendah, benam dan aduk pupuk K ke dalam tanah
saat pelumpuran terakhir sebelum tanam pindah atau sebar seluruh pupu K pada 10-15 hari setelah
benih disebar langsung. Pada dosis > 30 K2O/ha, berikan 50% sebagai pupuk dasar dan 50%
pada awal pembentukan malai. Pecah pemberian K paling tidak dua kali pada tanah berpasir
dengan derajat pencucian tinggi. Pemberian K pada fase pembungaan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap penyakit dan kerebahan dengan kanopi rapat dan target hasil tinggi, namun
belum tentu meningkatkan hasil.

Sumber Kalium
Yang sudah banyak dikenal adalah kalium klorida (MOP-muriate of potash) yang mengandung 50% K
atau 60% K2O dalam bentuk KCl (30 kg K2O setara dengan 50 kg MOP atau KCl). Jerami kaya akan
K (14,0 kg K atau 16,8 kg K2O/ton jerami). Catatan: 1 kg K2O = 0,83 kg K dan 1 kg K = 12 kg K2O.
Rekomendasi pemupukan K berdasarkan target hasil dan pembatas hasil K pada K-petak omisi (tanpa
K) pada level pengembalian jerami medium (2-3 t/ha).

Target hasil dalam t/ha 4 5 6 7 8

Status K tanah Hasil plot tanpa Rekomendasi pemupukan K2O dalam kg/ha
K (t/ha)

[ [
Rendah 3 30 60 90
[
4 0 35 65 95
Medium 5 - 20* 50* 80* 110*
6 - - 35* 65* 95*
Tinggi 7 - - - 50* 80*
8 - - - - 65*
[
indikasi kemungkinan target hasil tidak realistik
* Dosis K2O rendah sekitar 20-25 kg K2O/ha, bila 4-5 t/ha jerami dikembalikan ke tanah setelah
panen, input dari endapan K tinggi, atau percobaan jangka panjang menunjukkan suplai K tanah
tinggi. Tingkatkan dosis K dengan jumlah sama dengan yang diambil jerami (bila jerami tidak
dikembalikan ke tanah) setelah panen.
Belerang (S)

Peran S dalam Tanaman


Belerang atau Sulfur (S) adalah hara utama penting yang diperlukan untuk
produksi khlorofil. S diperlukan untuk memproduksi asam amino (cystein,
methionin, dan cystin) dalam tanaman yang berkaitan dengan nutrisi manusia. Daun-daun termuda
S sangat mobil dalam tanaman (walaupun lebih kurang mobil dibandingkan menguning pada tanaman
dengan N), namun hanya sebagian mobil dalam tanah. kahat S. Foto: Dobermann
& Fairhust 2000.
Aplikasi S pada padi
• Gejala kahat S. Tanaman hijau pucat; daun muda menguning pucat
(kontras dengan daun tua yang menguning cepat dan mati pada
tanaman kahat N). Analisis tanah dan/tanaman diperlukan untuk
mengkonfirmasikan gejala kahat S.
• Terjadinya kahat S. Kahat S sesunggunhnya jarang dijumpai. S
mungkin diperlukan pada tanah berpasir yang mudah tercuci; tanah
dengan kandungan bahan organik rendah; dan tanah dengan
pelapukan tinggi kaya akan besi oksida.
• Dosis aplikasi S. Berikan 10 kg S/ha pada kahat S yang parah.
Tanaman memerlukan sekitar 2 kg S/ha (jerami+gabah) untuk
Kanopi daun terlihat
setiap ton hasil gabah. menguning pada petak
• Waktu pemberian S. Bila dibutuhkan, berikan semua jenis pupuk yang kahat S.
S sesaat sebelum pelumpuran bersama dengan pupuk P dan K.
Pengaruh pemberian S bertahan sampai 2 musim tanam.

Sumber Pupuk S
Sumber S yang biasa digunakan adalah amonium sulfat (24% S), single super fosfat (12% S), dan gypsum
(17% S).

Zinc (Zn)
Peran Zn dalam Tanaman
Seng atau Zinc (Zn) adalah hara utama penting yang dibutuhkan tanaman
untuk beberapa proses biokimia dalam tanaman padi, termasuk produksi
klorofil dan integritas membran. Oleh karenanya kahat Zn mempengaruhi
warna dan turgor tanaman. Zn hanya sedikit mobil dalam tanaman dan
sangat mobil di dalam tanah.

Aplikasi Zn pada Padi Terlihat adanya spot-spot


Zn membatasi pertumbuhan tanaman, suplai Zn tanah rendah atau kecoklatan di permukaan
kondisi tanah buruk (misalnya, selalu kebanjiran) menghalangi serapan bagian atas pada tanaman
Zn oleh tanaman. Pada kasus tertentu, Zn perlu diberikan sesuai yang kahat Zn.
kebutuhan. Hara lainnya perlu diberikan dalam jumlah seimbang untuk
menjamin respon tanaman yang baik terhadap pupuk Zn dan pencapaian
pertumbuhan tanaman yang sehat dan produktif.
Pengelolaan Zn
• Gejala kahat Zn. Tanaman kerdil dan bercak coklat berdebu
pada bagian atas daun; spot-spot tanaman yang tumbuh jelek;
gejala terlihat 2-4 minggu setelah tanam pindah; kehampaan
gabah tinggi; pematangan terlambat dan hasil rendah; gejala
kahat Zn menyerupai kahat S dan Fe pada tanah alkalin dan
keracunan Fe tanah organik berdrainase buruk.
• Terjadinya kahat Zn. Kahat Zn tidak sering dijumpai, namun
dapat terjadi pada tanah kalkareous dan netral; pertanaman
intensif; tanah sawah yang selalu kebanjiran atau berdrainase
buruk; tanah salin dan sodik; tanah gambut, tanah dengan P Pada petak yang kahat Zn
dan silikat ( Si) tersedia tinggi; tanah berpasir; tanah dengan bahkan tanaman bisa tidak
pelapukan tinggi, asam, dan bertekstur kasar; tanah yang tumbuh.
terbentuk dari serpentin dan laterik; dan tercuci, tanah sulfat
masam tua dengan konsentarsi K, Mg, dan Ca rendah.
• Aplikasi Zn. Bila kahat Zn nampak di lapang, berikan 10-25 kg ZnSO4.H2O atau 20-40
ZnSO4.7H2O per ha pada permukaan tanah, atau celupkan akar bibit padi dalam 2-4% larutan
ZnO sebelum transplanting (20-40 g ZnO/lt air). Tanaman dapat pulih dari kahat Zn bila sawah
didrainasi – kondisi kering meningkatkan ketersediaan Zn. Tanaman hanya memerlukan sekitar
0,05 kg Zn/ha (jerami+gabah) per ton hasil gabah, namun lebih banyak pupuk Zn harus diberikan
karena begitu diberikan Zn tidak selalu tersedia bagi tanaman.
• Waktu aplikasi Zn. Berikan pupuk Zn pada permukaan tanah setelah pelumpuran terakhir dan
perataan lahan atau berikan Zn pada bedeng persemaian 7-8 hari sebelum bibit dicabut. Pengaruh
pemberian Zn berlaku sampai 2-5 musim tanam pada semua jenis tanah kecuali tanah alkalin.
Pada tanah alkalin, Zn perlu diberikan pada setiap musim tanam.
Catatan: Aerasi tanah – membiarkan mengering – dapat mengurangi kahat Zn.

Sumber Zn
Sumber Zn yang biasa digunakan adalah zinc sulfate terlarut (23-36% Zn), zinc klorida terlarut (48-50%
Zn), dan zinc oksida tidak larut (60-80% Zn).

Besi (Fe)

Peran Fe dalam Tanaman


Fe adalah hara esensial yang dibutuhkan tanaman untuk mendukung transportasi elektron dalam proses
fotosintesis. Fe merupakan akseptor elektron penting dalam reaksi redoks dan aktivator untuk beberapa
enzim. Kekurangan Fe akan menghambat absorpsi K. Fe tidak mobil, baik dalam tanaman maupun tanah.

Aplikasi Fe pada Tanaman Padi


Setelah kahat unsur utama N, P, K, S, dan Zn, kahat Fe merupakan urutan penting berikutnya yang
membatasi hasil tanaman padi. Aplikasinya harus berimbang agar terjamin pertumbuhan tanaman
yang sehat dan produktif.
Pengelolaan Fe
• Gejala kahat Fe. Antartulang daun menguning, daun yang muncul mengalami klorosis. Seluruh
daun dan bagian tanaman menguning (khlorotik). Produksi bahan kering dan hasil menurun.
• Terjadinya kahat Fe. Kahat Fe tidak dijumpai pada sawah tergenang yang sedikit asam, namun
banyak dijumpai pada sawah dengan tekstur tanah berpasir, kalkareous dan bereaksi alkalin.
Kahat Fe sering dijumpai pada lahan kering dengan tanah bereaksi netral, kalkareous dan alkalin
(basa).
• Dosis aplikasi. Kahat Fe sangat sulit diatasi dan mahal untuk dikoreksi. Pemberian pada tanah
memerlukan 100-300 kg/ha fero sulfat (sulfat besi). Pemberian melalui daun, 2-3 % larutan fero
sulfat atau 100 l/ha Fe chelate 2-3 dalam selang waktu 2 minggu dimulai pada fase anakan. Tanaman
memerlukan sekitar 0,5 kg/ha Fe (jerami dan biji/gabah) untuk setiap ton hasil gabah, namun
setelah aplikasi Fe tidak tersedia bebas bagi tanaman.
• Waktu aplikasi. Berikan solid fero sulfat (FeSO4) di sebelah barisan tanaman padi dengan dosis
100 kg/ha. Dua sampai tiga aplikasi 2-3 % larutan FeSO4 melalui daun atau chelate besi pada
selang waktu 2 minggu pada fase anakan.

Sumber Fe
Pupuk Fe yang biasa digunakan adalah larutan fero sulfat (20-30 % Fe), fero amonium sulfat (14 % Fe),
dan chelate besi (5-14 %).

Kahat Fe. Tulang Keracunan Fe. Bercak Kahat Fe. Daun menguning
daun menguning coklat kecil pada daun pada kondisi lapang

You might also like