You are on page 1of 22

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin
2010
Kata Pengantar
2

Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Wawasan Budaya
Maritim ini dengan tepat waktu. Makalah ini berisi tentang salah satu unsur budaya
yang ada pada masyarakat maritim yaitu Pengetahuan.

Faktor pendukung seperti buku ajaran dan berbagai literature dari berbagai
sumber sebagai salah satu indikator pendidikan yang perlu diprioritaskan demi
tercapainya hasil belajar yang optimal serta kemampuan berfikirdan percakapan
hidup adalah hasil akhir yang diharapkan.

Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca semuanya
.Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan.Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah
ini.

Makassar, 20 Oktober 2010

Hormat Kami,

Penulis

Daftar Isi

Kata pengantar ............................................................................................................. 2

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


3

Daftar Isi ...................................................................................................................... 3

Bab I . Pendahuluan ..................................................................................................... 4

a. Latar Belakang ................................................................................................ 4

b. Tujuan ............................................................................................................. 4

c. Manfaat ........................................................................................................... 4

Bab II . Sistem Pengetahuan ...................................................................................... 6

Bab III. Sistem pengetahuan Masyarakat Bajo ...........................................................10

1. Pengetahuan tentang waktu Berlayar ..............................................................10

2. Pengetahuan tentang Angin............................................................................ 14

3. Pengetahuan tentang Karang ......................................................................... 16

4. Pengetahuan tentang Lokasi Penangkapan Ikan ........................................... 16

5. Pengetahuan tentang Ombak ........................................................................ 17

6. Pengetahuan tentang Pantangan/ pemali ...................................................... 17

Bab IV. Kesimpulan ................................................................................................. 20

Daftar Pustaka .............................................................................................................21

Nama-Nama Kelompok ..............................................................................................22

BAB I

Pendahuluan

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


4

a. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim dan agraris. Indonesia dikenal sebagai


Negara maritim karena wilayah perairan indonesia yang sangat luas dan negara
agraris karena indonesia merupakan negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa
sehingga menyebabkan pertanian indonesia sangat banyak menghasilkan flora yang
bermacam-macam. Kehidupan masyarakat Bangsa Indonesia sangat dipengaruhi
dengan kondisi geografis Indonesia terutama kehidupan masyarakat maritim. Posisi
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar juga dapat membuka kesempatan bagi
Indonesia untuk membangun potensinya sebagai Negara maritim besar. Dengan
wilayah laut yang sangat luas, Indonesia dapat memperoleh manfaat yang besar dari
sumberdaya yang terdapat di dalamnya.

Fenomena sosial masyarakat Indonesia tentunya melahirkan unsur-unsur budaya.


Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang salah satu unsur budaya tersebut,
yaitu pengetahuan. Pengetahuan digunakan untuk menhadapi lingkungan dan
mendorong tindakan terwujudnya tindakan sesuai dengan motif yang dipunyai oleh
masyarakat maritim.

b. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui perkembangan kebudayaan


masyarakat maritim khususnya di bidang pengetahuan .

c. Manfaat

Manfaat dari makah ini yaitu :

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


5

 Kita dapat memperoleh pengetahuan mengenai Pengetahuan masyarakat


maritim
 Kita dapat mengetahui perkembangan pengetahuan masyarakat maritim .

BAB II

Sistem Pengetahuan

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


6

Sistem budaya bahari terdiri atas berbagai unsur sistem antara lain:
pengetahuan, gagasan, keyakinan/kepercayaan, nilai, dan norma/aturan dan
pengenalan lingkungan sosialnya berkenaan dengan pemanfaatan sumberdaya dan
jasa-jasa laut. Unsur-unsur sistem ini menjadi regulator masyarakat bahari dan dilain
pihak, masyarakat bahari mendukung dan memberikan energi kepada budaya bahari.
Keterkaitan antara informasi budaya bahari dan penguatan energi dalam sistem sosial
masyarakat, akan menyebabkan masyarakat bahari di satu pihak membentuk
kepribadian, watak atau jiwa bahari individu angggota-anggotanya dan dilain pihak,
individu anggota masyarakat bahari mendukung dan memberikan energi kepada
masyarakat bahari

Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur ini dapat berasal dari pandangan,
teori, asas dan sebagainya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui/
dimengerti. Jadi system pengetahuan pada masyarakat bahari adalah metode yang
teratur dan saling berkaitan yang diketahui / dimengerti oleh masyarakat yang
biasanya berasal dari pengalaman. Sistem pengetahuan ini berfungsi sebagai
pedoman bagi manusia dalam interpretasi lingkungan dan pengalaman serta pedoman
dalam bertingkah laku.

Seperti kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli Indonesia


sudah sejak lama menaruh perhatian pada langit. Keterbatasan pengetahuan membuat
kebanyakan pengamatan dilakukan untuk keperluan astrologi. Pada tingkatan praktis,
pengamatan langit digunakan dalam pertanian dan pelayaran. Dalam masyarakat
Jawa misalnya dikenal pranatamangsa, yaitu peramalan musim berdasarkan gejala-
gejala alam, dan umumnya berhubungan dengan tata letak bintang di langit.

Pengetahuan yang menjadi landasan utama bagi nelayan dalam


mengekplitasi lingkungan laut. Yang diuraikan sebagai berikut :

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


7

1. Pengetahuan tentang pelayaran


Berkaitan dengan aktivitas pelayaran, masyarakat nelayan mutlak membutuhkan
pengetahuan-pengetahuan tentang musim-musim, kondisi cuaca, arus laut atau
kondisi dasar dan tanda-tanda alam lainnya untuk menentukan waktu-waktu
memulai pelayaran, kelancaran, keberhasilan, dan keselamatannya. Nelayan dan
pelayar memilki pengetahuan tentang dua musim utama, yaitu musim barat dan
musim timur yang menentukan waktu-waktu intensif atau sepinya aktivitas
pemanfaatan sumber daya alam laut oleh nelayan Pagae. Pembagian dan
karakterstik masing-masing pola musim tersebut, sebagai berikut :

a) Bulan 12 – 6 berlangsungnya musim baratdengan hujan lebat, angin badai


besar dengan arus kuat dari arah barat ke timur tidak atau kurang
memungkinkan aktivitas nelayan dan pelayaran rakyat.
b) Sebaliknya usim timur berlangsung antara bulan 7 – 12 di tandai dengan
angn dan arus agak lemah dari timur ke barat memeberikan peluang besar
bagi nelayan beroperasi secara intensif.
c) Dari musim barat ketimur ada musim beralihan berlangsung selama
kurang lebih 3 bulan. (bulan 5 – bulan 7) membawa angin denga
goncangan ombak kurang menetu tak henti-hentinya. Di beberapa perairan
terbukadi Indonesia bagian Timur, termasuk Sulawes Selatan kecuali
sebagian wilayah Teluk Bone, sulit di masuki selama musim peralihan
tersebut.

Mengenai perubahan musim, perubahan cuaca dan suhu, kondisi air laut,
konisi dasar, yang mempengaruhi (positif negatif) aktifitas pelayaran dan
eksploitasi sumber daya laut/perikanan, Nelayan Pagae misalnya berpedoman pada
perangkat pengetahuan mereka tentang tanda-tanda di laut dan angkasa berupa
kilat, awan hitam, bunyi kemudi perahu, cahaya laut, yang duhubungkan dengan

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


8

peristiwa atau hal datangnya angin kencang, adanya batu karang, dan lain-lain
sebagainya. Khusus nelayan utamanya nelayan Pagae di Kodingareng, memiliki
pengetahuan berdasarkan pengalaman dan warisan pengetahuan mengenai kondisi
dasar (dalam, dangkal, berpasir, berlumpur, berbatu-batu, rata, landai, curam) dan
kondisi air laut, terutama ombak dan arus. Pengetahuan seperti ini diperlukan bagi
pilihan penggunaan jenis ikan.
2. Pengetahuan tentang biota laut yang bernilai ekonomis

Jika dibandingkan dengan kaum saintis dari berbagai bidang ilmu ( biologi laut,
ilmu perikanan dan kelautan), nelayan cukup miskin pengetahuaannya mengenai
jenis- jenis biota laut. Umumnya nelayan hanya mengetahui jenis-jenis ikan yang
bernilai ekonomis .

3. Pengetahuan tentang lokasi tepat/rumah ikan

Dari akumulasi pengalaman dan warisan generasi tua, nelayan di mana-mana


mempunyai pengetahuan tentang lokasi-lokasi ikan, bahkan letak rumah-rumah
ikan targetnya: dasar (dalam, dangkal, berpasir, berlumpur, berbatu-batu, rata,
landai, curam) dan kondisi air laut, terutama ombak dan arus. Pengetahuan seperti
ini diperlukan bagi pilihan penggunaan jenis ikan.

4. Pengetahuan tentang lingkungan sosial.

Kelompok-kelompok nelayan tentu di kelilingi oleh kelompok-kelompok sosial


dengan mana mereka berinteraksi, bekerjasama, atau bersaing memperebutkan
peluang-peluang penguasaan sumber daya dan pasar. Pengetahuan tentang kondisi
lingkungan sosial sekeliling tersebut digunakannya untuk menyusun siasat bagi
pengambilan keputusan/pilihan tindakan (choice action )

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


9

BAB III

Sistem Pengetahuan Masyarakat Bajo

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


10

Masyarakat Bajo di desa Bajoe adalah merupakan masyarakat maritim


mempunyai sistem pengetahuan yang berkaitan dengan kemaritiman yang
dimanifestasikan setiap harinya. Sistem pengetahuan itu terlihat dalam teknik
pembuatan perahu, rumah, ilmu astronomi perbintangan.

Masyarakat Bajo masih mempercayai sampai dewasa ini tentang hari baik dan
hari buruk untuk melakukan perjalanan. Dengan demikian, tiap hari berpengaruh
terhadap hasil pekerjaan, semua urusan dan pekerjaan yang akan dilakukan selalu
diawali dengan menghitung-hitung hari yang baik dan hari yang buruk. Sistem
pengetahuan ini merupakan pewarisan nenek moyangnya, kemudian
ditransformasikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang dalam lingkungan
sekitarnya.

1. Pengetahuan tentang waktu berlayar

Berdasarkan terbitnya bulan (Qamariah), menurut penduduk Bajoe hari yang


paling baik untuk berlayar adalah hari ke-8 terbitnya bulan. Menurut orang Bajo
jadwal waktu yang baik untuk berangkat berlayar adalah sebagai berikut :
 Hari Senin, pukul 09.00 disebut ele
 Hari Selasa, pukul 07.00 ele-kelek dan pukul 14.00 disebut tangngasso
 Hari Rabu, pukul 06.00 disebut ele-kele
 Hari Kamis, pukul 07.00 disebut ele-kele
 Hari Jum’at, pukul 06.00 disebut ele-kele
 Hari Sabtu, pukul 08.00 disebut ele
 Nakkase’taung (nahas tahunan), yaitu malam/hari terbitnya satu
 Muharram.
 Nakkase’pallopi (nahas pelayar), yaitu apabila bertepatan hari ahad dan
terbitnya pula bulan purnama.

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


11

 Toppoi jennek kebok, yaitu angin kencang yang bertiup sekitar tanggal 17
Agustus sampai 20 Agustus.
 Anginna Wara-warae, yaitu angin kencang yang bertiup sekitar tanggal 17
sampai 20 Juli.
 Anginna tanrae, yaitu angin kencang yang bertiup sekitar tanggal 15 Agustus
 Barubunna manue, yaitu angin yang bertiup pada tanggal 10 Oktober.

Pengetahuan untuk menentukan arah perahu dan daerah yang akan dituju
umunya dimiliki oleh orang Bajo. Untuk menetukan arah memerlukan bantuan
bintang pada malam hari. Pengetahuan mengenai bintang-bintang adalah sebagai
berikut :

1. Sule bawie,
adalah sebuah bintang yang selalu muncul di sebelah timur dan terbit pada
awal malam, tenggelam sekitar pukul 21.00. Di sebut Sulo-bawie karena
sejak terbit dan bersinar, babi-babi di hutan keluar dari sarangnya mencari
msksnsn ksrena sudah gelap.

2. Buttee,
adalah sekolompok bintang terdiri atas 4 buah bintang berbentuk buttek
( sejenis ikan yang besar perutnya). Bintang ini berada di sebelah selatan
bersama-sama dengan walue dan eppangnge. Bila muncul buttee
menandakan ikan di laut bertelur khususnya ikan terbang.

3. Wara-warae,
adalah bintang tinggalyang menampakkan diri agak terang merah seperti
bara api. Pada bulan Juli tanggal 17 sampai 20, sering membawa angin
yang agak kencang yang disebut anginna wara-warae dan pada saat itu
sering terjadi kebakaran.

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


12

4. Tanrae,
adalah bintang yang berjumlah 3 buah, dijadikan sebagai pedoman dalam
menentukan arah perahu. Pada tanggal 15 Agustus, merupakan pertanda
bahwa akan ada angin yang agak kencang disebut anginna tanrae. Apabila
bintang tanrae muncul di sebelah timur menandakan mulai masuk angin
timur dan bila berada pada posisi tengah hari dan bertepatan dengan pukul
06.00, berarti musim pertengahan musim timur, terjadi sekitar bulan
Agustus dan pada bulan tersebut sering datang hujan yang disebut, bosi
tangngasso tanrai. Apabila bintang tanrae berada pada posisi sebelah barat
atau tenggelam di sebelah barat menandakan musim barat mulai datang.

5. Tande Mamallou,
adalah sebuah bintang yang muncul disebelah timur, terbit sekitar pukul
05.00 dan tenggelam pada pukul 06.30, bila Bintang ini muncul berarti
sudah fajar.

6. Mano,
adalah sejumlah bintang(6buah) yang menyerupai ayam dan bila muncul
di sebelah timur menandakan pertengahan musim timur. Pada tanggal 10
September memberi tanda akan sering bertiup angin yang disebut
barubunna manue.

7. Lumes,
terdiri atas 4 buah bintang yang berada di sebelah selatan tenggara sekitar
pukul 19.00 dan menghilang pukul 07.00. Apabila bintang tersebut
muncul menandakan ikan mulai menampakkan diri di permukaan laut
khususnya tarawani (ikan terbang). Bintang ini disebut juga bintang laki-

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


13

laki dan pasangannya adalah bintang eppangnge sebagai bintang


perempuan. Apabila bintang lumes masih berjajar menghadap ke atas,
suku Bajo belum mau berlayar, dana bila kebetulan berada di darat mereka
menunggu sampai bintang tersebut, menghadap ke bawah. Apabila
bintang wallue masih menghadap ke atas berarti ada angin kencang yang
bertiup.
8. Lakkeppang,
terdiri atas 7 bintang merupakan pasangan walue, Eppangnge disebut
sebagai perempuan, sebab bila bintang lumes tenggelam, maka eppangnge
“menangis” maksudnya pada saat tersebut hujan turun dan pohon-pohon
mulai berbuah atau berisi.
9. Puppuru,
ialah sekelompok 6 bintang yang menyerupai ikan pari dan muncul di
sebelah selatan, pada pukul 18.30. dan menghilang pada pukul 05.00.
Menurut orang Bajo bintang ini menandakan berarti musim barat mulai
datang.

10. Tandeng Tellue,


ialah sejumlah bintang muncul di sebelah timur menandakan musim timur
mulai muncul jam 19.00 dan tenggelam di sebelah barat pukul 06.00.
Menurut orang Bajo bintang itu merupakan tanda bahwa musim barat
mulai datang disertai angin keras.

11. Mamau Tangnga Baangi


Bintang ini muncul di sebelah Barat sekitar pukul 22.00 dan menghilang
pada jam
05.00. Bintang ini menandakan bahwa waktu tidak akan turun hujan.

2. Pengetahuan tentang angin

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


14

Selain itu Suku Bajo secara umum juga memahami jenis angin yang
didasarkan atas ramalan cuaca dan tanda-tanda bahaya di laut. Suku Bajo berdasarkan
sumber tradisi lisan pemahaman laut diperoleh melalui pengalaman yang sangat luas
dan melalui gejala alam sekitar serta ketajaman indera pakkita (penglihatan),
parengkalinga (pendengaran), paremmau (penciuman), penedding(firasat), dan
tentuang (keyakinan). Tanda-tanda bahaya yang bisa diramalkan oleh seorang
pasompe antara lain adalah sebagai berikut :

Angin bare’
Angin bare’adalah angin yang bertiup dari arah barat daya dan barat laut. Tanda-
tanda menjelang bertiupnya angin bare’ adalah :
a) Lino (angin laut yang tenang), musim malam hari dan siang. Angin
tersebut akan mulai bertiup pada waktu sore hari sampai malam.
b) Didahului oleh kilat yang mendatar di permukaan laut atau kilat itu
bersinar ke atas.
c) Cuaca gelap/menghitam di sebelah barat.
d) Apabila angin kencang tersebut akan menyerang dalam seketika, tandanya
awan menghitam di sebelah barat kemudian berubah menjadi terang (silih
berganti).
e) Guntur selalu berbunyi di saat hujan sedang turun.

Angin timo
Angin timo, yaitu angin timur yang bertiup pada bulan Juli-Agustus. Tanda- tanda
menjelang bertiupnya angin timo, adalah:
a) Di waktu malam bintang-bintang cahayanya kelihatan tidak tenang (reppek-
reppek).
b) Pada waktu air pasang, angin bertiup dengan keras, layar harus digulung. Pada
waktuu air surut, angin bertiup sedang, dan layar tidak perlu digulung karena
anginnya tidak terlalu kencang.

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


15

c) Gumpalan awan hitam ada di sebelah timur.

Laso angin (angin tornado),


yaitu angin yang sering datang pada musim barat. menurut keprcayaan mereka
cara mengalihkan angin itu adalah dengan jalan telanjang bulat di atas perahu
menghunus keris atau badik luwuk dan mengayungkan di udara tiga kali. Tanda akan
datang laso anging adalah : Udara berbau anyir, terlihat gumpalan yang menghitam
dan pada gumpalan tersebut berekor sebesar batang kelapa membayang ke
permukaan laut.

Angin Datue,
Anginna datue yaitu angin kencang yang bertiup sekitar pertengahan bulan
Agustus. Tanda-tanda yang mendahulukan adalah :
a) Selalu ada kilat di waktu malam.
b) Tanda-tanda akan merusak, apabila tiupan menimbulkan bunyi pada besi
karena tiupan yang demikian keras.

Angin Sulilik (kala-kala)


Angin sulili adalah angin yang muncul karena adanya pertemuan dua arus besar
di laut. Selain angin juga yang ditakuti adalah binatang laut seperti
• Binatang Laut (kurita),
Kurita adalah jenis hewan yang berbahaya, tanda-tandanya adalah :
a) Dari jauh kelihatan seperti sorotan lampu berwarna, hijau kebiru-biruan,
sering muncul pada awal terbitnya bulan dan pada terbenamnya bulan
(Qamariah).
b) Apabila di suatu tempat air yang tenang seperti bercampur dengan minyak
oli. Di mana arah ikan meloncat di tengah laut dan air beriak
bergelombang dan keruh di situ menandakan air dangkal.

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


16

Sebaliknyadimana arah ikan itu turun ke air dan air berwarna biru di situ
airnya dalam.

3..Pengetahuan Tentang Karang

Jika sementara masyarakat Bajo berlayar dan melihat laut tidak berombak dan
air laut tidak berarus keras banyak buih-buih air atau busa air terapung-apung disertai
adanya bau anyir maka mereka dipastikan bahwa ditempat itu ada karang. Tanda lain
adalah terdapatnya biji pelir mengecil. Di samping itu bilamana kayu perahu
berdesir.Seperti gesekan pasir berarti karang ada disekitar tempat itu .Disamping itu
untuk mengetahui tempat yang berbatu karang ,dikenal dengan tanda-tanda;

a. Pada waktu malam terang bulan ,gugusan karang nampak mengkilat akibat
pantulan cahaya bulan.
b. Di waktu siang gugusan karang terlihat berwarna putih akibat pecahan
ombak.
c. Bau gugusan batu karang dapat dirasakan kira-kira satu mil sebelum, yaitu
berbau anyir.

4.Pengetahuan Tentang Lokasi Penangkapan Ikan.

Tanda-tanda bahwa ditempat itu banyak ikan ialah adanya karang, karena
disekeliling karang itu tempat ikan bermain-main. Untuk menangkap harus
menghadang arus. Waktu yang sebaiknya menangkap ikan menurut orang Bajo
adalah waktu pagi dan sore. Hal ini disebabkan karena pada waktu itu laut tidak
begitu panas sehingga ikan-ikan bermain di permukaan laut. Pada waktu malam
penangkapan dilakukan dalam keadaan bulan redup karena pada waktu itu ikan-ikan
naik ke permukaan laut, tetapi sebaiknya kalau bulan terang, maka ikan-ikan itu turun
sampai pada kedalaman 20 meter.

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


17

5. Pengetahuan Tentang Ombak

Orang Bajo memiliki pengetahuan tentang Gayo atau ombak. Ombak menurut
pengetahuan kebaharian masyarakat Bajo terdiri atas :

Gayo didikki (ombak kecil), anjolang (gelombang), kakeang (pertemuan


arus), Goya salatang yang datangnya sekitar bulan Juni sampai Desember, Goya timo,
sekitar bulan Juni sampai Desember, Goya Utare yang datangnya sekitar bulan
Nopember dan Desember, Goya Bare datangnya sekitar bulan Desember sampai
April, Goya Kapuaka (panca roba) yang datangnya pada sekitar bulan Oktober dan
Desember.

Pada Goya Kapuaka ini disertai dengan sisiapu (laso anging) yaitu ditandai
dengan awan hitam yang berputar bentuknya kadang-kadang vertikal dan kadang-
kadang horisontal. Angin ini begitu dasyatnya sehingga apa yang didahuluinya
diangkat ke udara kemudian dihempaskan kembali ke permukaan laut. Utang
menolak angin ini suku Bajo meninggalkan pakaian kemudian duduk bersila di
haluan perahu sambil membaca mantra agar angin berubah arah.

6.Pengetahuan Tentang Pantangan ( Pemmali)

Berbagai pemali atau pantangan yang masih berlaku dan ditaati oleh para
nelayan antara lain adalah sebagai berikut:

a) Pantangan menjatuhkan sesuatu benda secara sengaja atau tidak pada waktu
akan berangkat berlayar.
b) dimana arah ikan itu turun ke air dan air berwarna biru di situ airnya dalam.
c) Pantangan menegur atau bertanya kepada orang yang sedang menuju
perahunya.

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


18

d) Pantang berpaling/berbalik ke belakang setelah berjalan menuju ke perahu


untuk berlayar.
e) Pantang menginjak pinggiran/ujung ombak (lila-wae) yang sedang terhempas
kedarat.
f) Pemmali menegur (makkemparang) di saat berlayar , dilarang
menegur/bertanya apabila menemukan hal-hal yang aneh atau tempat yang
dianggap keramat.
g) Pemmali situmpa ada, ritengnga dolangeng, dilarang bertengkar di dalam
perjalanan.
h) Pemmali mappacuru urung ritasie, yaitu dilarang menggunakan periuk atau
bejana timba air di laut.
i) Tidak boleh mengucapkan kata-kata : de’gaga (tidak ada), makessini
angingnge (angin sudah baik/tenang), tetapi harus diganti dengan kata- kata :
masempo (murah), dan masempona nangngiri angingnge (angin tidak bertiup
lagi ).
j) Pemali mallopie ritengnga dolangeng, yaitu pantang gembira/bermain secara
berlebih-lebihan di dalam perjalanan atau sedang berlayar.

Apabila si suami atau salah satu anggota keluarga sedang berlayar, ada
beberapa pantangan bagi pihak isteri/keluarga yang ditinggalkan seperti :
a. Mengeluarkan atau membuang debu dapur dari rumah.
b. Menunda mencuci pakaian suami sampai tiga hari.
c. Mencuci/memakai piring tempat makanan si suami.
d. Menurunkan barang-barang pada malam hari.
e. Membalikkan tempat beras.
f. Mencuci/menjemur kelambu, bantal dan kasur.
g. Memperbaiki/menurunkan bagian rumah seperti dinding dan atap.
h. Mencari kutu di tangga rumah.

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


19

i. Menyapu di waktu malam.


j. Sapa (pantang) makan ;

Sapa panyu, dilarang makan daging penyu karena penyu sering menolong
orang yang ditimpa musibah di laut. Sapa anre, (pantang makan), karena pesan dari
nenek moyang secara turun-temurun atau apabila dimakan timbul rasa gatal atau
bisul-bisul khususnya kepada jenis ikan tertentu. Sapa bale pesse-pesse, pantang
makan ikan pesse-pesse menurut masayarakat setempat jenis itu dianggap bukan ikan
karena tidak mempunyai lidah.

Muatan perahu ada pantangannya yang disebut Pemmalinna lureng lopie


antara lain perahu tidak boleh memuat colabai tungke (pantang memuat seorang
wadam, kecuali cukup dua orang atau lebih); bakka cilampa (tidak boleh memuat
seorang wanita, kecuali dua orang wanita atau lebih dan bila terpaksa harus
memenuhi, syarat membawa atau membeli seekor ayam ikut bersama dalam perahu
atau harus memakai topi/kopiah); Ase pulu bolong, (tidak boleh memuat beras pulut
hitam, baik dalam bentuk beras atau dalam bentuk kue-kue); Mesa (pantang memuat
batu nisan ), dan palungen (tidak boleh memuat lesung yang sudah dipakai, baik yang
terbuat dari batu maupun kayu).

BAB IV

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


20

Kesimpulan
Penduduk nelayan di Indonesia pada umumnya menghuni daerah pesisir pulau-
pulau besar dan memenuhi pulau-pulau kecil yang sangat banyak jumlahnya.
Mereka ini di kategorikan sebagai nelayan karena sebagian besar ataus sepenuhnya
menggantungkan kehidupan ekonominya secara langsung atau tidak langsung pada
pemanfaatan sumberdaya perikanan laut, dengan mengantungkan beberapa tipe
perahu dan jenis-jenis alat/teknik eksploitasi sumber daya laut.

Pengetahuan yang menjadi landasan utama bagi nelayang dalam mengekplitasi


lingkungan laut. Yang diuraikan sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang pelayaran
2. Pengetahuan tentang biota laut yang bernilai ekonomis
3. Pengetahuan tentang lokasi tepat/rumah ikan
4. Pengetahuan tentang lingkungan sosial.

Pada masyarakat bajo yang berada di daerah pesisir, sistem pengetahuannya


merupakan pewarisan nenek moyang. Kemudian ditransformasikan dengan situasi
dan kondisi yang berkembang dalam lingkungan sekitarnya. Sistem pengetahuan ini
terlihat dalam teknik pembuatan perahu, rumah, ilmu astronomi perbintangan.
Masyarakat bajo sendiri sejak zaman nenek moyang telah mengetahui cara
berlayar, jenis-jenis angin, mengenai terumbu karang, lokasi penangkapan ikan,
tentang ombak dan juaga tentang pantanga-pantangan (pemmali)

Daftar Pustaka

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


21

http://www.scribd.com/doc/17280040/Laporan-LDP-LPMA-Studi-Antropologi

http://arkeologijawa2.files.wordpress.com/2009/10/05_sofwan.pdf

http://www.scribd.com/doc/21108279/Budaya-Bahari-Sebagai-Budaya-Lokal-Masyarakat-
Nelayan-Bugis

Tim Pengajar wsbm UH.2010.Wawasan Sosial Budaya Maritim. Makassar: UPT MKU

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Kelas : KesMas D

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010


22

Kelompok : Lima

Nama :

 Eka Fatmawati

 Dwi Wahyuni

 Maya JC Moka

 Reski Darmah

 Dwi Ningrum

 Ismi

 Hardiana

 Rafiqah Masbah

Wawasan Sosial Budaya Maritim FKM UH 2010

You might also like