You are on page 1of 52

http://sweetir1s.multiply.

com/journal/item/5

Rid4's Site

Jun 3, '08 3:22 AM


for everyone
BAGIAN I
KARBOHIDRAT
 
A. Tujuan
Mahasiswa terampil dalam:
a. Reaksi Warna:
 Menentukan adanya karbohidrat secara umum.
 Menentukan adanya amilum/pati.
 Menentukan adanya gula reduksi.
 Menentukan adanya monosakarida.
          Menentukan larutan karbohidrat yang dapat mengalami peragian dan   tidak
mengalami peragian.
 Menentukan adanya gula yang mengandung gugus keton.
 Menentukan adanya heptosa.
 Menentukan adanya pentosa.
 Memahami peristiwa hidrolisis selulosa menjadi gula reduksi
 Menganmati bentuk osazon dari aldosa dan ketosa.
 Menentukan adanya galaktosa.
 
B. Paparan Data Hasil Praktikum

No. Pengujian Prosedur Hasil


1. Uji kelarutan a. Amilum+α-naftol+H2SO4 Terbentuk cincin/lapisan
dan Percobaan b. Sobekan kertas filter+air+α- yang berwarna ungu pada
Molisch naftol+H2SO4 dasar tabung
c. Glukosa+α-naftol+H2SO4
2. Percobaan Iod 2.1. Larutan (galaktosa, glukosa, 2.1..Larutan amilum beru-
No. Pengujian Prosedur Hasil
fruktosa, laktosa, amilum, sukro- bah warna menjadi biru
sa, dekstrin, dan maltosa)+ laru- kehitaman sedangkan yang
tan iodium. lainnya tetap.
2.2. amilum+larutan iod (dipanas- 2.2. sebelum dipanaskan
kan)+NaOH (setelah dingin). berwarna biru keunguan,
saat dipanaskan berwarna
kuning bening. Saat di-
dinginkan warna kembali
biru kehitaman dan pada
saat penambahan NaOH
warna berubah menjadi
kuning bening agak jing-ga.
3. Percobaan Reagen benedict+larutan(galak- Glukosa berubah warna

Benedict tosa, glukosa, fruktosa, sukrosa, menjadi kehijauan, se-

dan maltosa) dan dipanaskan. dangkan larutan lainnya

tidak berubah warna.


4. Percobaan --------- Tidak dilakukan

Barfoed
5. Percobaan Maltosa+suspensi ragi(tunggu 1 Terdapat gelembung CO2

peragian jam dalam tabung fermentasi). dan bau alkohol.


6. Percobaan Reagen Seliwanoff+5 tetes laru- Dengan larutan sukrosa

Seliwanoff tan (sukrosa, glukosa, fruktosa, berwarna oranye, dengan

galaktosa, maltosa, arabinosa, dan lainnya hasilnya negatif.

amilum).
7. Percobaan ------- Tidak dilakukan

Tauber
8. Percobaan Bial ------- Tidak dilakukan
No. Pengujian Prosedur Hasil
9. Hidrolisis Potongan kertas saring+air+H2- Dengan benedict negatif.

Selulosa SO4 pekat(dipanaskan&ditunggu Setelah dipanaskan lagi

1 jam), diambil sedikit+benedict. selama 30 menit dan di-

tambah benedict berubah

warna menjadi kekuni-

ngan.
10. Hidrolisis Amilum+HCl 1 N(dipanas-kan) Setelah negatif dengan

Amilum +iodium hingga negatif. iodium, pada menit ke 18,

Tambahkan benedict secara peri- warna berubah menjadi

odik. kehijauan saat dilakukan tes

Benedict.
11. Uji Osazon Fenilhidrazin+Na-asetat ke- Terdapat kristal osazon

ring+larutan(arabinosa, sukrosa, berbentuk pantagonal

glukosa, fruktosa, maltosa, dan pada galaktosa berbentuk

galaktosa) dan dipanaskan dalam runcing       sedangkan pa-

penangas air. da larutan yang lain tidak

ditemukan kristal osazon.


12. Uji Asam Larutan(galaktosa, glukosa dan Tidak ditemukan hablur
Musat
fruktosa)+HNO3 pekat dan dipa- pada ke tiga larutan yang di

naskan. Setelah bersisa setengah uji.

bagian, endapan di amati di ba-

wah mikroskop
 
C.     Analisis Data
1.      Uji Kelarutan dan Percobaan Molisch
a. Amilum
          Setelah larutan amilum dibubuhi dengan beberapa tetes α-naftol dan asam sulfat
pekat, muncul batasan cincin di dasar tabung reaksi berwarna ungu. Hal ini
membuktikan bahwa amilum tersebut mengandung karbohidrat yang dibuktikan
dengan reaksi positif yaitu adanya cincin ungu/violet tersebut.
       b. Selulosa
          Pada percobaan ini, sobekan kertas filter dimasukkan ke dalam 2 ml air ke-mudian
diberi beberapa tetes larutan  α-naftol dan asam sulfat pekat. Ter-nyata setelah
ditambah dengan larutan-larutan tersebut, muncul batasan cin-cin berwarna merah
ungu di dasar tabung sama seperti pada percobaan a. Hal ini juga membuktikan
bahwa pada selulosa kertas filter mengandung karbohidrat yang ditandai dengan
reaksi positif yang menghasilkan cincin berwarna ungu.
c.       Monosakarida
Larutan glukosa sebanyak 1 ml setelah ditanbahi dengan 2 tetes  α-naftol 10% dan
1 ml asam sulfat pekat terbentuk lapisan cincin ungu di dasar ta-bung. Cincin ungu
tersebut membuktikan bahwa larutan glukosa tersebut mengandung karbohidrat.
2.      Percobaan Iod
2.1.Dari ke-7 larutan yang diperiksa pada percobaan ini yaitu galaktosa, glu-kosa,
fruktosa, laktosa, amilum, dekstrin dan maltosa setelah ditambahkan beberapa
tetes larutan iodium warna larutan yang diuji ada yang berubah warna dan ada
yang tidak mengalami perubahan warna. Larutan yang me-ngalami perubahan
warna adalah larutan amilum yang berubah menjadi biru kehitaman. Larutan
yang lainnya tidak menunjukkan adanya peru-bahan warna. Hal ini membuktikan
bahwa hanya larutan amilum yang menunjukkan reaksi positif ketika di uji
dengan iodium. Hal ini berarti hanya larutan amilum yang mengandung pati.
2.2. Pada percobaan ini larutan amilum yang ditempatkan dalam tabung reak-si
kemudian ditambah larutan iod warnanya menjadi biru keunguan. Sete-lah
larutan tersebut dipanaskan warnanya menjadi kuning agak bening dengan uap
berwarna biru. Setelah didinginkan kembali, warna larutan tersebut kembali
menjadi biru keunguan. Ketika larutan tersebut ditambah dengan larutan NaOH,
warna biru menjadi hilang berubah menjadi kuning agak jingga. Na yang bersifat
alkalis dapat mengikat iodin sehingga warna biru kehitaman menjadi hilang.
3.      Percobaan Benedict
Pada percobaan ini, dari kelima macam larutan (galaktosa, glukosa, fruktosa, sukrosa,
dan maltosa) yang diperiksa dengan reagen Benedict, hanya larutan glukosa saja yang
menunjukkan adanya perubahan warna setelah dipanaskan, yaitu dari biru menjadi
kehijauan. Keadaan ini membuktikan bahwa glukosa mengandung gula pereduksi
yang mereduksi logam Cu2+ pada reagen benedict. Larutan lainnya tidak mengalami
perubahan warna ketika dipanaskan.
4.      Percobaan Peragian
Pada percobaan ini, larutan yang diuji adalah maltosa. Setelah larutan maltosa
ditambahkan dengan suspensi ragi dan didiamkan selama 1 jam dalam tabung
fermentasi, muncul gelembung-gelembung CO2 pada larutan tersebut. Selain muncul
gelembung-gelembung CO2, dari larutan tersebut dapat dicium bau alkohol. Keadaan
ini menunjukkan bahwa maltosa merupakan karbohidrat yang dapat mengandung
gugus gula yang dapat difermentasikan.
5.      Percobaan Seliwanoff
Pada percobaan ini, ketujuh macam larutan (sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa,
maltosa, arabinosa, dan amilum), setelah diuji dengan reagen seliwanoff dan
dipanaskan ± 20 detik dengan api langsung, hanya sukrosa saja yang memberikan
reaksi positif dengan adanya perubahan warna menjadi oranye, sedangkan larutan
lainnya menunjukkan hasil negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa memiliki
gugus keton.
6.      Hidrolisis Selulosa
Pada percobaan ini, potongan-potongan kertas saring yang telah dibasahi dengan air
dan H2SO4 , setelah mengalami pendinginan selama satu jam setelah dipanaskan,
ternyata memberikan hasil yang negatif ketika diuji dengan Benedict. Setelah
mengalami pemansan kembali selama 30 menit kemudian dilanjutkan dengan uji
Benedict, baru menghasilkan hasil yang positif dengan adanya perubahan warna
menjadi kekuningan yang menunjukkan selulosa telah terurai sempurna menjadi
monosakarida-monosakarida penyusunnya.
7.      Hidrolisis Amilum
Pada percobaan ini, suspensi amilum yang telah ditambah HCl dan dipanaskan,
dilakukan uji iodium dan hasilnya negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan
tersebut sudah tidak lagi mengandung pati. Setelah negatif, secara bertahap dilakukan
uji benedict setiap 3 menit. Pada menit ke-18, baru menunjukkan reaksi positif
dengan perubahan warna menjadi kekuningan yang menunjukkan bahwa
monosakarida-monosakarida penyusunnya memiliki gula pereduksi.
8.      Uji Osazon
Pada percobaaan ini, dari keenam macam larutan (arabinosa, sukrosa, glukosa,
fruktosa, maltosa, dan galaktosa), setelah direksikan dengan Fenilhidrazin yang telah
dicampur dengan Na-asetat kering lalu dipanaskan ± 30 menit dan didinginkan,
beberapa larutan menunjukkan reaksi positif dengan membentuk kristal berwarna
kuning yang disebut dengan osazon yaitu larutan fruktosa dan galaktosa dan larutan
lainnya tidak membentuk kristal osazon. Setelah diamati di bawah mikroskop, bentuk
kristal dari fruktosa adalah pentagonal sedangkan pada galaktosa segi empat runcing.
9.      Uji Asam Musat
Pada percobaaan ini, ada tiga macam larutan yang diuji yaitu galaktosa, glukosa dan
fruktosa. Setelah larutan-larutan tersebut diberi asam nitrat dan dipanaskan sampai
tersisa setengahnya. Setelah didinginkan, dari ketiga larutan yang diuji tidak
ditemukan adanya hablur yang keras seperti pasir atau hasil percobaaan ini adalah
negatif.
 
D.    Bahasan
Karbohidrat berasal dari kata karbon dan hidrat sehingga disebut hidrat dari karbon.
Karbohidrat memiliki rumus umum Cn(H2O)m yang pada umumnya harga n = harga m.
Karbohidrat merupakan kelompok besar senyawa polihidroksialde-hida dan
polihidroksiketon atau senyawa-senyawa yang dapat dihidrolisis menjadi
polihidroksialdehida atau polihidroksiketon (Wahyudi,dkk., 2003:94). Karbohidrat
memiliki rumus struktur dari Fisher dan Haworth. Struktur Fisher merupakan struktur
rantai terbuka sedangkan struktur Haworth merupakan struktur tertutup (siklik). Misalnya
untuk glukosa yang memiliki rumus molekul C6H12O6 struktur Fisher dan Haworthnya
adalah sebagai berikut (Partana,dkk., 2003:178):
 
 
 




CH2OH 
 
 
 
 
 

OH 

 

OH 
OH 
OH 
 
 
 
 
 

D.1 struktur Haworth Glukosa


 
 
                                                                  O
                                                                 C       H
                                                          H     C      OH
                                                      OH     C       H
                                                        H      C       OH
                                                        H      C       OH
                                                                CH2       OH
D.2 struktur Fisher Glukosa
 
 
Secara biologis, karbohidrat memiliki fungsi sebagai bahan baku sumber energi baik pada
hewan, manusia dan tumbuhan.
Karbohidrat dikelompokkan menjadi empat kelompok penting yaitu monosa-karida,
disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang
tidak dapat dihidrolisis dan tidak kehilangan sifat gulanya. Contoh dari monosakarida
adalah ribosa, arabinosa, fruktosa, glukosa, dan lainnya. Golongan monosakarida ini
biasanya dikelompokkan dalam triosa, tetrafosfat, pentosaheksosa, dan heptosa.
Disakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan dua monosakarida
yang sama atau berbeda. Contohnya adalah sukrosa yang jika dihidrolisis akan
menghasilkan glukosa dan fruktosa. Oligosakarida merupakan karbohidrat yang bila
dihidrolisis menghasilkan tiga hingga sepuluh monosakarida. Contohnya adalah raffinosa
yang dihidrolisis menghasilkan glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Kelompok karbohidrat
yang terakhir adalah polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang memiliki
bobot molekul yang tinggi. Bila dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh
monosakarida. Contohnya adalah amilum, dekstrin, glikogen, selulosa dan lainnya.
Dalam karbohidrat dikenal beberapa pengujian untuk menentukan kandungan yang
terdapat dalam karbohidrat tersebut. Salah satu test yang dilakukan untuk menentukan
ada tidaknya karbohidrat adalah tes Molisch. Ketika ada beberapa larutan yang tidak
dikenal secara pasti bahwa larutan tersebut mengandung karbohidrat atau tidak, tes ini
bisa dilakukan untuk menentukan adanya kandungan karbohidrat. Larutan yang bereaksi
positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika direksikan dengan α-naftol
dan asam sulfat pekat. Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai
agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang
kemudian dikombinasikan dengan α-naftol untuk membentuk produk berwarna (Harrow,
1946:17). Pada percobaaan yang telah dilakukan, terbukti bahwa amilum, selulosa, dan
glukosa adalah karbohidrat yang ditandai dengan terbentuknyacincin yang berwarna
ungu.
Pengujian selanjutnya adalah pengujian yang menggunakan iodium sebagai reagen
yang dikenal sebagai uji iod. Uji atau tes ini digunakan untuk memisahkan amilum atau
pati yang terkandung dalam larutan tersebut. Reaksi positifnya ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi biru. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari
ikatan kompleks antara amilum dengan iodin. Sewaktu amilum yang telah ditetesi iodin
kemudian dipanaskan, warna yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang positif akan
menghilang. Dan sewaktu didinginkan warna biru akan muncul kembali. Di dalam
amilum sendiri terdiri dari dua macam amilum yaitu amilosa yang tidak larut dalam air
dingin dan amilopektin yang larut dalam air dingin (Wahyudi,dkk., 2003:116). Ketika
amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk micelles yaitu molekul-molekul
yang bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler.
Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan
memberikan warna biru khas pada larutan yang diuji. Pada saat pemanasan, molekul-
molekul akan saling menjauh sehingga micellespun tidak lagi terbentuk sehingga tidak
bisa lagi mengikat I2. Akibatnya warna biru khas yang ditimbulkan menjadi menghilang.
Micelles akan terbentuk kembali pada saat didinginkan dan warna biru khaspun kembali
muncul (Fessenden, 1997:609). Warna biru khas yang ditimbulkan sebagai hasil dari
reaksi positif, juga akan hilang jika larutan yang telah positif dalam pengujian iod
ditambah dengan NaOH. Ion Na+ yang bersifat alkalis akan mengikat iodium sehingga
warna biru khas akan memudar dan hilang.
Beberapa glukosa memiliki gugus gula pereduksi. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pengujian Benedict yang akan memberikan warna kehijauan jika hasil reaksi tersebut
positif. Larutan glukosa yang dipanaskan setelah diteteska pada reagen benedict akan
memberi warna kehijauan. Dengan demikian, glukosa mengandung gula pereduksi.
Larutan tembaga alkalis pada reagen Benedict bila direaksikan dengan karbohidrat yang
memiliki gugus aldehid atau keton bebas akan terjadi reduksi membentuk Cupro oksida
(Cu2O) yang ditandai dengan warna kehijauan sebagai akibat adanya reduksi Cu 2+
menjadi Cu+. Reaksinya sebagai berikut:
 
CuCO3 + C6H12O6                 Cu2O
 
Gula reduksi yang terdapat pada glukosa adalah sorbitol, sedangkan pada fruktosa gula
reduksi adalah campuran dari sorbitol dan mannital. Galaktosa memiliki gula reduksi
berupa dulsital. Pada percobaaan, hanya glukosa saja yang memberikan reaksi positif.
Sedangkan yang lainnya tidak menunjukkan hasil yang positif. Faktor yang
mempengaruhi adalah pada saat melakukan prosedur kerja yang kurang cermat dan tidak
teliti. Fator lain yang mempengaruhi adalah murni tidaknya larutan-larutan yang akan
diuji maupun reagennya.
Percobaaan peragian dilakukan untuk menentukan gula yang dapat difermentasikan.
Pada percobaaan, gula yang diuji adalah maltosa. Maltosa adalah gula disakarida. Pada
proses disakarida, contohnya maltosa, maltosa akan dihidrolisis menjadi glukosa dan
glukosa terlebih dahulu dengan enzim zymase yang terdapat pada ragi (Harrow,
1946:21). Reaksi hidrolisis maltosa sebelum fermentasi:
 
 
 
Setelah dihidrolisis menjadi glukosa dan glukosa, selanjutnya glukosa yang terbentuk
akan mengalami proses fermentasi. Reaksi fermentasi:
 
 
Hasil dari fermentasi adalah adanya gelembung-gelembung CO2 dan bau alkohol.
Maltosa memberikan hasil yang positif dalam pengujian ini. Hal ini berarti bahwa
maltosa adalah salah satu karbohidrat yang dapat difermentasikan.
Beberapa karbohidrat memiliki gugus keton. Adanya gugus keton dapat dibuktikan
melalui uji seliwanoff. Fruktosa adalah karbohidrat yang memiliki gugus keton, struktur
fruktosa:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Jika karbohidrat yang mengandung gugus keton direaksikan dengan seliwanoff akan
menunjukkan warna merah sebagai reaksi positifnya. Adanya warna merah merupakan
hasil kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya didahului dengan pembentukan
hidroksi metil furfural. Proses pembentukan hidroksi metil furfural berasal dari konversi
dari fruktosa oleh asam klorik panas yang kemudian menghasilkan asam livulenik dan
hidroksi metil furfural (Harrow, 1946:17)
Selulosa adalah polisakarida yang tersusun dari banyak monosakarida. Pada
percobaaan hidrolisis seluluosa, bahan yang akan diuji adalah serat selulosa yang ada
pada sobekan kertas saring. Selulosa akan terhidrolisis menjadi Ban yak monosakarida
dengan bantuan asam sulfat pekat. Pada pemanasan kedua, kertas saring yang telah
dipanaskan dan ditambah dengan reagen benedict menunjukkan hasil yang positif. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi lebih muda, hampir kuning
kehijauan, yang menandakan bahwa selulosa telah terhidrolisis dengan sembpurna.
Selain selulosa, amilum juga merupakan polisakarida yang tersusun atas Ban yak
monosakarida. Hidrolisis amilum adalah pengujian untuk mengetahui bahwa amilum
dapat terurai menjadi glukosa (monosakarida penyusunnya). Penambahan HCl yang
dilakukan memiliki fungsi yang sama dengan asam sulfat pada proses hidrolisis selulosa
yaitu menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida penyusunnya. Ketika diuji
dengan larutan iodium, amilum yang telah ditambah dengan asam klorida telah
menunjukkan hasil yang negatif. Dapat disimpulkan bahwa amilum telah terhidrolisis
dengan sempurna. Monosakarida hasil uraian amilum diuji dengan reagen Benedict.
Hasilnya adalah positif dengan adanya perubahan warna menjadi kehijauan. Hal ini
menandakan bahwa terdapat gula reduksi pada monosakarida penyusun amilum.
Pada umumnya, monosakarida dan beberapa sakarida yang lain dapat membntuk
osazon atau kristal kuning apabila direaksikan dengan fenilhidrazin. Rumus molekul dari
fenilhidrazin adalah C6H5NHNH2. Proses pembentukan kristal osazon berawal dari satu
molekul gula yang bergabung dengan satu molekul dari fenilhidrazin untuk membentuk
hidrazon. Reaksinya sebagai berikut:
 
 
 
 
 
                                                                                      glukosa    glukosa fenilhidrazin
Kemudian, kelebihan dari fenilhidrazin berikatan dengan molekul gula lainnya.
Kemudian diikuti adanya perubahan kelompok alkohol dari hidrazon menjadi keton dan
selanjutnya molekul dari ketiga reagen masuk ke dalam reaksi membentuk kristal osazon.
Reaksinya (Harrow, 1946:20):
 
 
 
 
 
 
Osazon tersebut berwarna kuning dan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air.
Kristal ini memiliki bentuk yang spesifik pada masing-masing monosakarida sehingga
dapat digunakan untuk identifikasi lebih lanjut. Pada percobaaan yang telah dilakukan,
kristal hanya ditemukan pada fruktosa yang berbentuk pentagonal dan pada galaktosa
yang bentuknya panjang meruncing. Tidak semua larutan yang diuji mengahsilkan kristal
osazon. Hal ini dipengaruhi oleh ketidakcertmatan prosedur kerja sehingga hasilnya
negatif.
 Pada percobaaan yang telah dilakukan tidak dihasilkan hablur yang keras seperti
pasir yang merupakan asam musat. Faktor yang mempengaruhi adalah ketidakcertmatan
prosedur kerja yang telah ada.
 
E. Simpulan
          Karbohidrat merupakan kelompok besar senyawa polihidroksialdehida dan
polihidroksiketon atau senyawa-senyawa yang dapat dihidrolisis menjadi
polihidroksialdehida atau polihidroksiketon. Karbohidrat dikelompokkan menjadi
empat kelompok penting yaitu monosa-karida, disakarida, oligosakarida, dan
polisakarida.
          Pengujian pada karbohidrat ada beberapa macam yaitu uji molisch, uji iodium, uji
benedict, uji peragian, uji seliwanoff, uji osazon dan uji asam musat.
          Tidak semua uji menghasilkan hasil yang positif. Ketidakcertmatan dalam
prosedur kerja akan mempengaruhi hasil percobaaan.
          Salah satu test yang dilakukan untuk menentukan ada tidaknya karbohidrat adalah
tes Molisch. Larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin yang berwarna
ungu ketika direksikan dengan α-naftol dan asam sulfat pekat. Diperkirakan,
konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak
pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian
dikombinasikan dengan α-naftol untuk membentuk produk berwarna.
          Sewaktu amilum yang telah ditetesi iodin kemudian dipanaskan, warna yang
dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang positif akan menghilang. Dan sewaktu
didinginkan warna biru akan muncul kembali. Ketika amilum dilarutkan dalam
air, amilosa akan membentuk micelles yaitu molekul-molekul yang bergerombol
dan tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler. Micelles ini dapat
mengikat I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan memberikan warna biru
khas pada larutan yang diuji. Pada saat pemanasan, molekul-molekul akan saling
menjauh sehingga micellespun tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa lagi
mengikat I2. Akibatnya warna biru khas yang ditimbulkan menjadi menghilang.
Micelles akan terbentuk kembali pada saat didinginkan dan warna biru khaspun
kembali muncul, ika larutan yang telah positif dalam pengujian iod ditambah
dengan NaOH. Ion Na+ yang bersifat alkalis akan mengikat iodium sehingga
warna biru khas akan memudar dan hilang.
          Larutan tembaga alkalis pada reagen Benedict bila direaksikan dengan
karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas akan terjadi reduksi
membentuk Cupro oksida (Cu2O) yang ditandai dengan warna kehijauan sebagai
akibat adanya reduksi Cu2+ menjadi Cu+.
          Pada proses disakarida, contohnya maltosa, maltosa akan dihidrolisis menjadi
glukosa dan glukosa terlebih dahulu dengan enzim zymase. Setelah dihidrolisis
menjadi glukosa dan glukosa, selanjutnya glukosa yang terbentuk akan mengalami
proses fermentasi. Hasil dari fermentasi adalah adanya gelembung-gelembung
CO2 dan bau alkohol.
          Jika karbohidrat yang mengandung gugus keton direaksikan dengan seliwanoff
akan menunjukkan warna merah sebagai reaksi positifnya. Adanya warna merah
merupakan hasil kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya didahului dengan
pembentukan hidroksi metil furfural.
          Selulosa akan terhidrolisis menjadi Ban yak monosakarida dengan bantuan asam
sulfat pekat. Pada pemanasan kedua, kertas saring yang telah dipanaskan dan
ditambah dengan reagen benedict menunjukkan hasil yang positif. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi lebih muda, hampir kuning
kehijauan, yang menandakan bahwa selulosa telah terhidrolisis dengan sempurna.
          Pada umumnya, monosakarida dan beberapa sakarida yang lain dapat membentuk
osazon atau kristal kuning apabila direaksikan dengan fenilhidrazin.Proses
pembentukan kristal osazon berawal dari satu molekul gula yang bergabung
dengan satu molekul dari fenilhidrazin untuk membentuk hidrazon. Kemudian,
kelebihan dari fenilhidrazin berikatan dengan molekul gula lainnya. Kemudian
diikuti adanya perubahan kelompok alkohol dari hidrazon menjadi keton dan
selanjutnya molekul dari ketiga reagen masuk ke dalam reaksi membentuk kristal
osazon.
          Untuk menentukan adanya galaktosa, uji yang digunakan uji asam musat.
Galaktosa dipisahkan dari monosakarida-monosakarida lain melalui reaksi dengan
HNO3 (asam nitrat). Hasil dari oksidasi monosakarida yang lain adalah larut dalam
asam dikarboksilat, sedangkan galaktosa yang dihasilkan tidak larut dalam asam
musat. Pada prinsipnya, oksidasi galaktosa dengan asam nitrat akan menghasilkan
asam dekarboksilat yang disebut dengan asam musat.
 
F. Daftar Pustaka
Harrow, Benjamin. 1946. Textbook of Biochemistry. London: W. B. Saunder Company.
Fessenden, Ralph J. dan Joan S. Fessenden. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta:
Binarupa Akasara.
Pratana, Crys Fajar dkk. 2003. Kimia Dasar 2: Common Textbook. Malang: UM Press.
Wahjudi, dkk. 2003. Kimia Organik II. Malang: UM Press.
 

http://wahyuriyadi.blogspot.com/2009/10/uji-kualitatif-karbohidrat.html

Tuesday, October 20, 2009

Uji Kualitatif Karbohidrat

Karbohidrat adalah polisakarida, merupakan sumber energi utama pada makanan. Nasi,
ketela, jagung adalah beberapa contoh makanan mengandung karbohidrat.

Penyusun utama karbohidrat adalah karbon, hidrogen, dan oksigen (C, H, O) dengan
rumus umum Cn(H2O)n. Karena inilah maka nama karbohidrat diberikan. Karbohidrat
berasal dari kata ‘karbon’ dan ‘hidrat’. Atom karbon yang mengikat hidrat (air).

Meskipun beberapa saat kemudian diketahui bahwa hidrogen dan oksigen berikatan
bukan sebagai air, namun kata karbohidrat sudah terlanjur meluas dan tetap digunakan
sampai sekarang.

Terdapat beberapa cara uji kimia untuk mengenali dan mengetahui adanya kandungan
karbohidrat pada makanan (sample).

1. Uji Molisch

Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi
heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa
menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang
merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam
pereaksi molish. Uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Mono-, di-, dan polisakarida akan
memberikan hasil positif.

Cara kerja: sebanyak 5 ml larutan yang di uji (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa,
maltosa, dan pati) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi
molish (5% a-naphtol dalam 95% etanol), dicampur rata, kemudian ditambahkan 3 ml
asam sulfat pekat secara perlahan-lahan melalui dinding tabung, warna violet (ungu)
kemerah-merahan pada batas kedua cairan menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna
hijau menunjukan reaksi negatif.

2. Uji Benedict

Uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat (gula) pereduksi (yang memiliki
gugus aldehid atau keton bebas), seperti yang terdapat pada glukosa dan maltosa. Uji
benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas
dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat
untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau,
merah, atau orange.

Cara kerja: sebanyak 5 ml reaksi Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 8 tetes larutan bahan yang diuji dicampur rata dan dididihkan selama 5
menit, biarkan sampai dingin kemudian diamati perubahan warnanya, jika terbentuk
warna hijau, kuning atau endapan merah bata berarti positif.

3. Uji Seliwanof

Uji seliwanoff bertujuan untuk mengeahui adanya ketosa (karbohidrat yang mengandung
gugus keton). Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asam
levulinat dan hidroksilmetil furfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung
gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya.

Cara kerja: 5 ml peraksi dan beberapa tetes bahan percobaan dimasukkan ke dalam
sebuah tabung reaksi, lalu dididihkan selama 30 detik, kemudian diamati warna yang
terjadi.

4. Uji Iod

Pada uji iodine, kondensasi iodine dengan karbohidrat, selain monosakarida dapat
menghasilkan warna yang khas. Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru,
sedangkan dengan glikogen akan membentuk warna merah. Oleh karena itu uji iod ini
juga dapat membedakan amilum dan glikogen.

Cara kerja:
pada papan uji diteteskan bahan yang akan diuji, kemudian ditambahkan dengan satu
tetes iodium encer, dan dicampur merata.

Posted by Wahyu Riyadi  

Labels: chemistry

http://yukiicettea.blogspot.com/2009/10/biochemistry-laporan-biokimia-
lipida.html
Biochemistry: Laporan Biokimia Lipida

ACARA II
LIPIDA

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan lemak dalam berbagai solvent (zat
pelarut), penjenuhan, ketengikan, emulsi dan sifat lemak yang lain.

Tinjauan Pustaka
Lipid adalah sekumpulan senyawa di dalam tubuh yang memiliki ciri-ciri yang serupa
dengan malam, gemuk (grease), atau minyak. Karena bersifat hidrofobik, golongan
senyawa ini dapat dipakai tubuh sebagai sarana yang bermanfaat untuk berbagai
keperluan. Misalnya jenis lipid yang dikenal sebagai trigliserida berfungsi sebagai bahan
bakar yang penting. Senyawa ini sangat efisien untuk dipakai sebagai simpanan bahan
penghasil energi karena terkumpul dalam butir-butir kecil yang hampir-hampir bebas air,
membuatnya jauh lebih ringan daripada timbunan karbohidrat setara yang sarat air. Jenis
lipid yang lain lagi merupakan bahan structural yang penting. Kemampuan lipid jenis ini
untuk saling bergabung menyingkirkan air dan senyawa polar lain menyebabkannya
dapat membentuk membran sehingga memungkinkan adanya berbagai organisme yang
kompleks. Membran tersebut memisahkan satu sel dengan sel yang lain di dalam
jaringan, serta memisahkan berbagai organel di dalam sel menjadi ruangan-ruangan yang
memiliki ciri kimia tertentu sehingga dapat ditata dan diatur sendiri (Gilvery &
Goldstein, 1996).
Lemak berkarakteristik sebagai biomolekul organik yang tidak larut atau sedikit larut
dalam air dan dapat diekstrasi dengan pelarut non-polar seperti chloroform, eter, benzene,
heksana, aseton dan alcohol panas. Di masa lalu, lemak bukan merupakan subjek yang
menarik untuk riset biokimia. Karena kesukarannya dalam meneliti senyawa yang tidak
larut dalam air dan berfungsi sebagai cadangan energi dan komponen struktural dari
membran, lemak dianggap tidak memiliki peranan metabolik beragam seperti yang
dimiliki biomolekul lain, contohnya karbohidrat dan asam amino. Namun, dewasa ini,
riset lemak merupakan subjek yang paling menawan dari riset biokimia, khususnya dalam
penelitian molekular mengenai membran. Pernah diduga sebagai struktur lembam (inert),
dewasa ini membran dikenal secara fungsional sebagai dinamik dan suatu pengertian
molekular dari fungsi selularnya merupakan kunci untuk menjelaskan berbagai
komponen biologi yang penting, contohnya, sistem transport aktif dan respon selular
terhadap rangsang luar (Armstrong, 1995). Jaringan bawah kulit di sekitar perut, jaringan
lemak sekitar ginjal mengandung banyak lipid terutama lemak kira-kira sekitar 90%,
dalam jaringan otak atau dalam telur terdapat lipid kira-kira sebesar 7,5-30% (Riawan,
1990).
Suatu asam lemak (Tabel 2.1) merupakan suatu rantai hodrokarbon dengan suatu gugusan
karboksil terminal, telah diidentifikasi lebih dari 70 asam lemak yang tersedia di alam.
Walaupun asam lemak berantai pendek, contohnya, asam lemak berantai empat-atau
enam- adalah lazim ditemukan, namun triasilgliserolutama ditemukan pada tumbuh-
tumbuhan memiliki asam lemak dengan jumlah atom karbon genap, dengan panjang 14
hingga 22 karbon. Asam lemak jenuh tidak mengandung ikatan ganda C=C dalam
strukturnya, sementara asam lemak tidak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan ganda,
yang kadang-kadang berada dalam konfigurasi geometris cis. Asam lemak tidak jenuh
paling melimpah memiliki satu atau dua ikatan ganda (masing-masing, asam lemak
monoenoat dan dienoat); namun, asam lemak olefinik dengan tiga (trienoat) dan empat
(tetraenoat) ikatan ganda juga ditemukan secara alamiah (Armstrong, 1995).

Pada hakekatnya, asam lemak tidak jenuh memiliki titik lebur yang lebih rendah
dibandingkan asam lemak jenuh. Contohnya, asam lemak jenuh C 18 (asam stearat)
memiliki titih didih 70 oC; suatu bentuk monoenoat (asam oleat) melebur pada 13 oC dan
suatu bentuk dienoat (asam linoleat) pada -5 oC. Triasilgliserol tumbuhan (minyak
tumbuh-tumbuhan) adalah cair pada suhu ruang, karena mereka memiliki proporsi asam
lemak tidak jenuh yang lebih besar daripada triasilgliserol hewan (contohnya, lemak
babi), yang padat atau semi-padat pada suhu yang sama. Perbedaan dalam kandungan
asam lemak tidak jenuh ini mendapat banyak perhatian, karena pengertian bahwa asupan
harian yang berlebihan dari asam lemah jenuh dan kolesterol berkaitan dengan terjadinya
penyakit jantung. Sebagai akibatnya, penasehat medis dan gizi menyarankan suatu
penurunan dari lemah hewan (dan kolesterol) dalam diet, dengan proporsi yang lebih
tinggi dari asupan lemak berupa triasilgliserol yang tinggi dalam asam lemak
polyunsaturated, yaitu asam lemak yang mengandung dua atau lebih ikatan ganda).
Asupan lemak yang lebih rendah juga merupakan kalori dari suatu diet, karena atas dasar
berat, lebih dari dua kali lipat kalori (energi) didapat dari lemak daripada karbohidrat dan
protein (Armstrong, 1995).
Molekul asam lemak memiliki daerah hidrofobik dan daerah hidrofilik sekaligus. Dua
sifat yang saling bertolak belakang dalam satu molekul inilah yang umumnya mendasari
berbagai fungsi biologis lipid. Ekor hidrokarbon asam lemak cenderung saling berkumpul
sedemikian rupa sehingga hanya sedikit saja berhubungan dengan air.. Sebaliknya, gugus
karboksilnya, karena bersifat polar, cenderung untuk berhubungan dengan lingkungan
sekitar yang terutama terdiri atas air (Gilvery and Goldstein, 1996).
Lemak merupakan komponen utama dari membrane sistem kehidupan, Dua tipe lemak
yang dapat tersaponifikasi dalam membrane memiliki suatu gugusan fosfat dalam
strukturnya dan dengan demikian disebut fosfolipid. Salah satu jenis memiliki gliserol
sebagai senyawa induk (fosfogliserida) dan yang lain memiliki sfingosin (sfingolipid).
Dua komponen lemak lain yang penting dari membrane adalah glikolipid yang
mengandung karbohidrat dan steroid kolesterol, yang disebut terakhir ini merupakan
suatu lemak non-saponifikasi yang berasal dari eukariotik yang ditemukan dalam
membrane seluler hewan (Armstrong, 1995).
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa golongan.. Ada
beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan
besar, yaitu: (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol,
contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes); (2) lipid gabungan yaitu ester asam
lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, cerebrosida; (3) derivate
lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak,
gliserol dan sterol. Di samping itu berdasarkan sifat kimianya yang penting, lipid dapat
dibagi dalam dua golongan besar, yaitu lipid yang dapat disabunkan, yakni yang dapat
dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan,
contohnya steroid. Lipid dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan struktur
kimianya, yaitu: asam lemak, lemak, lilin, fosfolipid, sfingolipid, terpen, steroid, lipid
kompleks (Riawan, 1990).
Asam lemak adalah asam lemah. Apabila larut dalam air molekul asam lemak akan
terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+. Dalam hal ini pH larutan tergantung pada
konstanta keasaman dan derajat ionisasi masing-masing asam lemak. Rumus pH untuk
asam lemah pada umumnya telah dikemukakan oleh Henderson-Hasselbach. Asam lemak
dapat bereaksi dengan basa, membentuk garam.
R-COONa + H2OR-COOH + NaOH
garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut dalam air dan
dikenal sebagai sabun. Sabun kalium disebut sabun lunak dan digunakan untuk sabun
bayi. Asam lemak yang digunakan pada sabun pada umumnya adalah asam palmitat atau
stearat. Minyak adalah ester asam lemak tidak jenuh dengan gliserol. Melalui proses
hidrogenasi dengan bantuan katalis Pt atau Ni, asam lemak tidak jenuh diubah menjadi
asam lemak jenuh, dan melalui proses penyabunan dengan basa NaOH atau KOH akan
terbentuk sabun dan gliserol (Riawan, 1990).
Sabun digunakan sebagai bahan pembersih kotoran , terutama kotoran yang bersifat
seperti lemak atau minyak karena sabun dapat mengemulsikan lemak atau minyak. Jadi
sabun dapat berfungsi sebagai emulgator. Pada proses pembentukan emulsi ini, bagian
hidrofob sabun masuk ke dalam lemak, sedangkan ujung yang bermuatan negatif ada di
bagian luar. Oleh karena adanya gaya tolak antara muatan listrik negate ini, maka kotoran
akan terpecah menjadi partikel-partikel kecil dan membentuk emulsi. Dengan demikian
kotoran mudah terlepas dari kain atau benda lain. Sabun mempunyai sifat dapat
menurunkan tegangan permukaan air, Hal ini tampak dari timbulnya busa apabila sabun
dilarutkan dalam air dan diaduk (Riawan, 1990).
Lipid memiliki reaksi kimia yang khas, antara lain:
a. Hidrolisis
Hidrolisis lipid seperti triasilgliserol dapat dilakukan secara enzimatik dengan bantuan
lipase, menghasilkan asam-asam lemak dan gliserol. Sifat lipase pancreas dapat
dimanfaatkan yang lebih suka memecahkan ikatan ester pada posisi 1 dan 3 daripada
posisi 2 dari triasilgliserol (Harper, 1980).
b. Penyabunan
Hidrolisis lemak oleh alkali disebut penyabunan. yang dihasilkan adalah gliserol dan
garam alkali asam lemak yang disebut sabun (Harper, 1980).
c. Penguraian (kerusakan, ketengikan) lipid
Ketengikan adalah perubahan kimia yang menimbulkan bau dan rasa tidak enak pada
lemak (Harper, 1980). Penyebabnya antara lain auto oksidasi, hidrolisis dan kegiatan
bakteri (Riawan, 1990). Oksigen udara dianggap menyerang ikatan rangkap pada asm
lemak untuk membentuk ikatan peroksida. Dengan demikian bilangan yodium turun,
walaupun sedikit asam lemak bebas dan gliserol dilepaskan. Timbal atau tembaga
mengkatalisis ketengikan. Mengasingkan oksigen atau menambah zat antioksidan
menghambat proses ketengikan. Radikal-radikal bebas dihasilkan dihasilkan selama
pembentukan peroksida, dan ini dapat merusak jaringan-jaringan jidup kecuali terdapat
antioksidan, misalnya tokoferol (vitamin E) yang bereaksi radikal-radikal bebas

Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah rak tabung, tabung reaksi,
lampu spirtus, penjepit tabung, gelas ukur, pipet tetes, corong, korek api, penangas air,
kertas minyak, dan lempeng tetes.
Bahan. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah chloroform, eter, air,
Na2CO3, larutan empedu encer, pereaksi Hubl, minyak zaitun, minyak jarak, minyak
kelapa, gliserol dan larutan NaHSO4.

Metode
1. Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi
Disediakan 5 tabung reaksi yang diisi dengan ketentuan sebagai berikut: tabung 1 berisi
chloroform dan tiga tetes minyak kelapa dan kemudian digojok. Tabung 2 diisi dengan 2
ml eter dan 3 tetes minyak kelapa dan kemudian digojok. Tabung 3 diisi dengan 2 ml air
dan 3 tetes minyak kelapa. Tabung ke 4 diisi dengan 2 ml Na2CO3 dan 3 tetes minyak
kelapa. Tabung 5 diisi dengan 2 ml larutan empedu encer dan 3 tetes minyak kelapa dan
kemudian digojok. Semua perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
2. Uji Angka Iod (Ketidak-jenuhan)
Ke dalam tabung reaksi dicampurkan 9 ml chloroform dan 9 tetes pereaksi Hubl. Setelah
digojok, larutan tersebut dibagi ke dalam 3 buah tabung reaksi yang berbeda. Tabung
pertama ditetesi oleh minyak kalapa, tabung kedua ditetesi oleh minyak jagung, tabung
ketiga ditetesi oleh minyak hewan. Semua penetesan dilakukan hingga warna merah
muda hilang.
2. Uji Akrolein
Pada tabung pertama diisikan 0,5 ml minyak kelapa dan 1 ml KHSO4 dan kemudian
dipanaskan. Amati perubahan yang terjadi. Pada tabung kedua diisikan 0,5 ml gliserol
dan 1 ml KHSO4 dan kemudian dipanaskan. Amati perubahan yang terjadi.
3. Uji Angka Asam
Ke dalam sebuah tabung reaksi dicampurkan 2,5 gram sample (minyak atau margarine)
yang sudah dicairkan, 12,5 ml pelarut lemak, 0,25 ml phenolptalein dan kemudian semua
campuran tersebut divortex. Kemudian dilakukan titrasi dengan 1 N KOH hingga warna
larutan menjadi tepat berwarna pink. Kemudian dilakukan pencatatan jumlah mol KOH
0,1 N yang diperlukan.
4. Uji Noda Lemak
Disediakan dua buah tabung reaksi, ke dalam tabung reaksi pertama diisi dengan
setengah sendok kecil tepung gandum dan 2 ml eter yang kemudian digojok. Larutan
yang terjadi dituangkan ke dalam droplet dan eter yang tertinggal dibiarkan menguap.
Filtrat yang tersisa diusap dengan kertas minyak dan dilakukan pengamatan noda lemak
pada kertas. Pada tabung kedua, dimasukkan setengah sendok kecil tepung kedelai dan 2
ml eter dan kemudian digojok. Larutan yang terjadi dituangkan ke dalam droplet dan eter
yang tertinggal dibiarkan menguap. Filtrat yang tersisa diusap dengan kertas minyak dan
dilakukan pengamatan noda lemak pada kertas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi


Hasil
Tabung 1. Minyak kelapa larut dalam chloroform.
Tabung 2. Minyak kelapa larut dalam eter.
Tabung 3. Minyak tidak larut dalam air, batas antara minyak dan air terlihat jelas.
Tabung 4. Terjadi sedikit gelembung putih pada permukaan larutan
Tabung 5. Terbentuk adanya butir-butir lemak. Minyak mengalami emulsi.

Minyak mempunyai sifar tidak larut dalam pelarut polar dan larut dalam pelarut non-
polar seperti alkohol panas, eter, khloroforn, benzene. Pada hasil percobaan, minyak
kelapa yang diteteskan pada kloroform dan eter akan larut dan tidak larut dalam air. Hal
ini sesuai dengan dasar teori yang digunakan menurut Armstrong (1995). Sifat-sifat
lemak yang mengalami saponifikasi dan membentuk emulsi juga sesuai dengan tinjauan
pustaka.

2. Uji Angka Iod (Ketidakjenuhan)


Hasil
Tabung 1. Setelah ditetesi 20 tetes warna menjadi jernih sekali
Tabung 2. Warna agak keruh setelah ditetesi 25 tetes.
Tabung 3. Warna keruh sekali dan warna merah muda hilang setelah ditetesi 20 tetes.

Minyak kelapa dan minyak jagung termasuk ke dalam asam lemak tak jenuh yang
mngandung ikatan ganda. Minyak kelapa lebih jenuh daripada minyak jagung meskipun
keduanya sama-sama asam lemak tak jenuh. Sedangkan minyak hewan termasuk asam
lemak jenuh. Percobaan in ikurang berhasil karena kurang sesuai dengan tinjauan pustaka
yang digunakan karena pada hasil percobaan tidak ditemukan konsistensi pola kejenuhan
dan ketidakjenuhan. Seharusnya, makin jenuh suatu asam lemak, maka makin banyak
pereaksi Hubl yang dibutuhkan. Percoban ini kurang berhasil karena adanya kontaminan
misalnya air, tetesan tidak sama, dan mungkin kurang homogen saat melakukan
homogenasi.

3. Uji Akrolein (Ketengikan)


Hasil
Tabung 1. Terdapat warna kuning pada bagian ata larutan dan putih di bagian bawah. Bau
yang ditimbulkan tengik setekah dilakukan pemanasan.
Tabung 2. Terdapat endapan melayang (agak keruh) dan bau yang ditimbulkan lebih
tengik dari tabung pertama.

Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Gliserol lebih cepat tengik
daripada minyak karena gliserol mengalami dehidrasi menjadi akrolein, sedangkan asam
lemak akan mengalami oksidasi menjadi keton dan aldehida. Minyak kelapa harus
mengalami hidrolisis terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang digunakan
menurut Riawan (1990) yang menyatakan bahwa penyebab ketengikan antara lain adanya
auto-oksidasi, hidrolisis dan kegiatan bakteri (jasad renik).

4. Uji Angka Asam


Hasil
dengan perhitungan angka asam:
(ml titrasi X 5,6)/ gram sample = (15 X 5,6)/ 2,5318 = 33,18 mg KOH/gram sampel

Uji angka asam adalah uji yang dilakukan untuk mengetahi jumlah milligram KOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dari 1 gram lemak.

5. Uji Noda Lemak


Hasil
Tabung 1. Larutan yang terbentuk adalah berwarna putih. Noda lemak yang terbentuk
sangat sedikit
Tabung 2. Larutan yang terbentuk berwarna kuning dan setelah eter diuapkan dan noda
diusapkan, terdapat noda lemak yang lebih nyata dibandingkan dengan hasil tabung
pertama.

Pada hasil percobaan tabung pertama terdapat sedikit noda lemak karena pad tepung
gandum kandungan karbohidratnya lenih banyak daripada kandungan lemaknya.
Sedangkan pada tepung kedelai, kandungan lemaknya lebih banyak dibandingkan
kandungan lemak tepung gandum.

KESIMPULAN

Lemak memiliki sifat-sifat yang khas yaitu tidak larut atau sedikit larut dalam air dan
dapat diekstrasi dengan pelarut non-polar seperti chloroform, eter, benzene, heksana,
aseton dan alcohol panas. Lemak mempunyai banyak fungsi biologis yang sangat
menunjang kehidupan organisme, antara lai berperan dalam transport aktif sel, penyusun
membrane sel, sebagai cadangan energi dan isolator panas, sebagai pelarut vitamin A, D,
E, dan K. Lemak dapat mengalami reaksi hidrolisis, ketengikan, hidrogenasi, penyabunan
dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia. Edisi ketiga. EGC: Jakarta

Gilvery, Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi 3. Airlangga


University Press: Surabaya
Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry). Edisi 17. EGC:
Jakarta

Riawan, S. 1990. Kimia Organik. Edisi 1. Binarupa Aksara: Jakarta

Posted by yuki at Thursday, October 22, 2009

http://sukseskimia-sukseskimia.blogspot.com/2010/04/laporan-
biokimia-lipid.html

Rabu, 14 April 2010

Laporan Biokimia Lipid

A.      JUDUL PERCOBAAN            :  LIPID

B.       DASAR TEORI

Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah
senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik
tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air. Pelarut organik yang dimaksud adalah pelarut
organik nonpolar, seperti benzen, pentana,dietil eter,dan karbon tetraklorida.Dengan
pelarut-pelarut tersebut lipid dapat diekstraksi dari sel dan jaringan tumbuhan ataupun
hewan.

Lipid di kelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok lipid sederhana


(simple lipids) dan kelompok lipid kompleks (complex lipid). Lipid sederhana mencakup
senyawa-senyawa yang tidak mudah terhidrolisis oleh larutan asam atau basa dalam air
dan terdiri dari subkelompok-kelompok: steroid,prostaglandin dan terpena.

Lipid kompleks meliputi subkelompok-kelompok yang mudah terhidrolisis


menjadi zat-zat penyusun yang lebih sederhana, yaitu lilin (waxes) dan gliserida.
Komponen-komponen campuran lipid dapat difraksionasi lebih lanjut dengan
menggunakan perbedaan kelarutannya didalam berbagai pelarut organik. Sebagai contoh;
fosfolipid dapat dipisahkan dari sterol dan lemak netral atas dasar ketidaklarutannya di
dalam aseton.

Suatu reaksi yang sangat berguna untuk fraksionasi lipid, adalah reaksi
penyabunan. Alkali menghidrolisa lipid kompleks dan menghasilkan sabun dari
komponen-komponen yang mengandung asam-asam lemak yang dapat diesterkan.

C.      ALAT DAN BAHAN

a. Reaksi uji lipid

1).Uji Akrolein

Alat-alat                                                   

- Mortir                                                      - Spatula                                 

- Tabung reaksi                                          - Pipet tetes

- Penjepit tabung                                       - Neraca analitik

- Pembakar bunsen

Bahan-bahan

- Gliserol                                                   - KHSO4

- Lemak                                                     - Aquades

2). Uji Penyabunan

Alat-alat

- Tabung reaksi                                          - Penangas air

- Pipet tetes                                               - Gelas kimia


- Gelas ukur

Bahan-bahan

- KOH alkoholis 10 %

- Lemak

- Aquades

3). Uji Peroksida

Alat-alat

- Gelas ukur

- Pipet tetes

- Tabung reaksi

Bahan-bahan

- Minyak olive                                           - laritan KI 10 %

- Kloroform                                               - Asam asetat glasial

b. Sifat-sifat kimia lipid

1). Penentuan Angka Iod

Alt-alat

- Neraca analitik                                        - Statif dan buret

- Erlemeyer                                                - Pipet tetes

- Gelas ukur

Bahan-bahan

- Lipid
- Kloroform

- Larutan iodin hanus

- Larutan KI 15 %

- Na2S2O3 0,1 N

- Larutan kanji 1 %

PROSEDUR KERJA

D.    HASIL PENGAMATAN

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1). Uji Akrolein  

- 0,5 gr lemak + 0,5 gr KHSO4, - Bau lemak (tengik)


dipanaskan
- Tidak berbau
- 0,5 gr gliserol + 0,5 gr KHSO4,
dipanaskan  

   

2). Uji Penyabunan  

- 10 ml larutan KOH alkoholis 10 % +  


minyak,dikocok
- Larutan  berwarna kuning muda tidak saling
 
bercampur
- Dipanaskan di atas penangas air  

  - Minyak larut dalam KOH alkoholis dan


larutan berwarna kuning muda
 
 
- + 10 ml air
 
- Dipanaskan sampai semua alkohol
menguap - KOH alkoholis bercampur dengan lemak
dan larutan berwarna kuning muda.
   

   

3). Uji Peroksida - minyak larut dalam kloroform

- 1 ml minyak olive + 1 ml kloroform  

 
 

- + 1 ml asam asetat glasial,dikocok - terbentuk 2 lapisan,lapisan atas minyak yg


berwarna kuning dan lapisan bawah
  berwarna putih.
 

 
- larutan berwarna kuning
- +  1 tetes larutan KI 10 %
 
 
- terbentuk 2 lapisan,lap.atas berwarna putih
- didiamkan selama 5 menit dan lap. Bawah kuning

4). Penentuan Angka Iod  

- 0,25 gr lipid padat + 10 ml - lipid tidak larut dalam kloroform


kloroform
 
 
 
- + 30 ml larutan iodin hanus
- Larutan berwarna cokelat tua
 
 
- didiamkan selama 30 menit

   
- + 10 ml larutan KI 15 % -larutan berwarna cokelat muda

   

- + 100 ml aquades
 
 
- dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N
- larutan berwarna kuning
 
 

- + 2 ml indikator kanji
- larutan berwarna putih
 
 

- dititrasi kembali dengan Na2S2O3


sampai larutan berwarna biru - tidak terjadi perubahan warna larutan

E.     PEMBAHASAN

Lipid merupakan senyawa yang banyakterjadi di alam. Senyawa ini dapat


diperoleh dengan jalan mengekstraksi bahan-bahan alam baik tumbuhan maupun hewan
dengan pelarut tidak polar sperti petroleum eter, benzena, kloroform, dan lain-lain.
Dilihat dari strukturnya senyawa lipida tersusun oleh rantai hidrokarbon yang panjang,
sehingga lipida ini tidak larut dalam air. Senyawa lipida diberi nama berdasarkan sifat
fisikanya (kelarutan) dari pada secara struktur kimianya. Secara umum lipid dibagi
menjadi dua golongan besar yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Lipid yang
termasuk dalam golongan sederhana adalah senyawa-senyawa yang tidak mempunyai
gugus ester dan tidak dapat dihidrolisis. Golongan ini merupakan steroid. Golongan
lipida kompleks tersusun oleh senyawa-senyawa yang mempunyai gugus ester dan dapat
dihidrolisis, yang melipti minyak lemak dan lilin.

Pada percobaan ini dilakukan 3 reaksi uji lipid, yaitu uji akrolein, uji
penyabunan, dan uji peroksida. Selain itu dilakukan percobaan penentuan angka iod
untuk sifat larutan kmia lipid.

1.      Uji akrolein

Uji akrolein untuk gliserol tergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol
menjadi akrolein. Dalam uji ini ada dua percobaan yaitu percobaan pertama 0,5 gram
lemak cair + 0,5 gram KHSO4 yang sudah digerus, kemudian dimasukkan dalam
tabung reaksi kering, selanjutnya dipanaskan dengan pembakar Bunsen, mula-mula
dengan api kecil kemudian dilanjutkan dengan api dengan nyala besar. Pada saat dan
KHSO4 medidih menghasilkan bau lemak (tengik).Sedangkan pada percobaan yang
kedua untuk uji akrolein, 2 ml gliserol ditambahkan dengan 0,5 gr KHSO4 kemudian
dipanaskan. Dari hasil yang diperoleh, campuran tersebut tidak menghasilkan bau.
Reaksi yang terjadi adalah:

2.      Uji Penyabunan

Uji penyabunan untuk asam-asam lemak dilakukan dengan menambahkan 10 ml


KOH alkoholis 10% kedalam minyak yang hendak diuji, kemudian dikocok.
Pencampuran ini menghasilkan larutan berwarna kuning muda yang tidak saling
campur. Setelah itu minyak dan KOH alkoholisis 10% dipanaskan diatas penangas
air. Pada proses pemanasan ini minyak dapat larut dalam KOH alkoholisis dan larutan
berwarna kuning muda. Adapun reaksi kimia yang terjadi adalah:

 
Reaksi di atas dikenal dengan reaksi penyabunan (saponifikasi). Reaksi ini
bertujuan untuk pengambilan asam-asam lemak dari minyak, sehingga dihasilkan
campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alkohol. Pada
pengambilan asam lemak ini, minyak dihidrolisis dengan larutan alkali yaitu KOH
(Kalium hidrosida)

3.      Uji Peroksida

Minyak atau lemak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat
teroksi dari oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Apabila minyak
mengalami oksidasi maka senyawa peroksida yang dihasilkan akan meningkat.

Pada percobaan ini 1 ml minyak olive ditambahkan dengan 1 ml kloroform. Pada


proses penambahan ini minyak larut dalam kloroform, karena kloroform merupakan
pelarut nonpolar.

Campuran minyak olive dan kloroform kemudian ditambahkan 1 ml asam asetat


glasial, kemudian dikocok. Peranan asam asetat glasial dalam pemisahan asam lemak
yaitu sebagai katalis, artinya asam asetat dapat mempercepat reaksi yang sedasng
berlangsung sehingga reaksinya lebih cepat membentuk asam lemak. Minyak olive
yang ditambahkan 1 ml kloroform dan 1 ml CH 3COOH glasial kemudian dikocok,
menyebabkan terbentuknya 2 lapisan, yaitu pada lapisan atas minyak berwarna
kuning dan pda bagian bawah berwarna putih. Campuran tersebut kemudian
ditambahkan dengan 1 tetes larutan KI 10% sehingga larutan berwarna kuning.
Langkah selanjutnya didiamkan selama 5 menit. Dari proses ini kembali terbentuk 2
lapisan. Lapisan atas berwarna putih dan bawah berwarna kuning.

4.      Penentuan Angka Iod

Lipid mengandung bermacam-macam asam lemak tak jenuh yang bereaksi


dengan ion. Jumlah iod yang diabsorpsi menetukan jumlah ketidak jenuhan dalam
lipid. Jadi angka iod didefinisikan sebagai berikut: banyaknya gram iod diabsorpsi
oleh 100 gr lipid. Dua metode yang umumnya dipakai yaitu: metode Hanus yang
memakai iodin bromida sebagai carrier dan metode Wijs yang memakai iodin klorida.
Namun metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode iodin Hanus.
Sebanyak 0,25 gr lipid padat ditambahkan 10 ml kloroform. Lipid padat ini tidak larut
dalam kloroform karena lipid yang digunakan adalah lipid padat, bukan lipid yang
sudah dicairkan dengan proses pemanasan.

Selanjutnya ditambahkan 30 ml larutan iodin Hanus kemudian didiamkan selama 30


menit dengan sesekali dikocok. Hasil yang diperoleh, larutan menjadi cokelat tua.

Setelah 30 menit larutan ini ditambahkan dengan 10 ml larutan KI 15%. Larutan


berubah warna menjadi cokelat muda. Selanjutnya ditambahkan 100 ml aquadest
kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N, larutan menjadi kuning, setelah itu
ditambahkan dengan 2 ml indikator kanji sampai larutan berwarna putih dan dititrasi
lagi dengan Na2S2O3. Pada titrasi kedua ini larutan tidak berubah atau tidak terjadi
perubahan warna larutan.

KEISMPULAN

1.      Uji akrolein untuk gliserol tergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol menjadi
akrolein.

2.      Reaksi pembentukan sabun dari minyak dilarutkan dengan cara mereaksikan alkali
dengan minyak sehingga didapatkan suatu sabun.

3.      Pada reaksi safonifikasi dihasilkan campuran gliserol dan sabun

4.      Minyak atau lemak mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi
oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida.

5.      Pada percobaan angka iod tidak dihasilkan seperti yang diharapkan, mungkin
karena kesalahan pada prosedur kerja.

 
KEMUNGKINAN KESALAHAN

Adapun kemungkinan keslahan pada saat percobaan adalah:

1.      Saat mereaksikan larutan.

2.      Pemanasan larutan.

3.      Pengukuran larutan.

4.      Pengamatan warna.

DAFTAR PUSTAKA 

Anwar Chairil. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Depdikbud


Dirjen Pendidikan Tinggi.

Kristian. 2003. Kimia Organik I JICA. Malang: Universitas Negeri Malang

Teaching Team. 2007. Penuntun Praktikum Biokimia. Gorontalo: Jurusan Pendidikan


Kimia FMIPA UNG.

Diposkan oleh Musrin Salila,S.Pd. M.Si di 09.18

http://arifqbio.multiply.com/journal/item/17/Seri_Pengantar_Biokimia_III

Jun 29, '08 5:42 PM


Seri Pengantar Biokimia III
for everyone
LIPIDA

I.            PENDAHULUAN
    

Lipid dikenal oleh masyarakat awam sebagai minyak (organik, bukan minyak
mineral atau minyak bumi), lemak, dan lilin. Istilah "lipid" mengacu pada golongan
senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofob yang esensial dalam menyusun
struktur dan menjalankan fungsi sel hidup. Karena nonpolar, lipida tidak larut dalam
pelarut polar, seperti air atau alkohol, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti eter atau
kloroform.

Lipida banyak dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti lipid yang


dikandung minyak kelapa dan lain sebagainya. Penting bagi kita untuk mengetahui
tentang Lipida dan beberapa hal tentangnya.

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui bahwa lipida dapat membentuk
noda semi transparan pada kertas, mengetahui kelarutan lipida pada pelerut tertentu, dan
dapat mengetahui terjadinya pembentukan emulsi dari minyak

                 

  II.            TINJAUAN PUSTAKA

            Lipida, baik lemak atau minyak dapat membentuk noda translucent, sehingga
kertas tulis yang tidak tembus pandang menjadi semi transparan. Noda yang terbentuk
biasanya semakin melebar setelah disirami air dan dikeringkan.
            Lipida, pada umumnya tidak larut dalam air tetapi sedikit larut dalam alkohol dan
larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzena atau pelarut
non polar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil, karena
bila dibiarkan, maka kedua caiaran akan terpisah menjadi dua lapisan. Sebailknya minyak
dalam soda (Na2CO3) akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas
dalam larutan bereaksi membentuk sabun
            Emulsi adalah dispersi atau suspensi  metastabil suatu cairan lain yang kedua
tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil diperlukan suatu zat
pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying agent yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Cara kerja emulsifier terutama disebabkan
oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Emulsifier
akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan
permukaan, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama
lainnya. Bahan emulsifier dapat berupa : protein, gum, sabun, atau garam empedu.
 
           III.            MOTODOLOGI
            Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah menggunakan alat-alat, bahan-
bahan, dan prosedur sebagai berikut :

-Alat :

1.      Tabung Reaksi


2.      Rak tabung reaksi
3.      Pipet ukur, pipet tetes

-Bahan

1.      Minyak Kelapa


2.      Campuran alkohol-eter (2:1)
3.      Kertas Tulis yang tidak tembus pandang
4.      Kertas saring
5.      Alkohol 96 %
6.      Kloroform
7.      Eter
8.      Akudestilata
9.      Larutan Na2CO3 0.5 %
10.  Larutan Sabun
11.  Larutan Protein 2 %
12.  Larutan empedu encer
 

-Prosedur I (Uji Noda)

1.      Masukkan 2 mL campuran alkohol-eter ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering
2.      Tambahkan 10 tetes minyak kelapa dan kocok kuat-kuat sampai semua bahan
larut
3.      Teteskan campuran tersebut pada kertas saring dan kertas tulis. Biarkan pelarut
menguap dan lihat noda yangt terbentuk
4.      Cuci nodanya dengan air dan keringkan kembali kertasnya dan perhatikan
nodanya kembali

-Prosedur II (Uji Kelarutan Lipida)

1.      Siapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut-turut isilah dengan
akuadestilata, alkohol 96 %, eter, kloroform, dan larutan Na2CO3 0.5 % sebanyak
1 mL
2.      Tambahkan pada setiap tabung 5 tetes minyak kelapa.
3.      Kocok sampai homogen, lalu biarkan beberapa saat, dan amati sifat kelarutannya.

-Prosedur III (Uji Pembentukan Emulsi)

1.      Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering.


2.      Masukkan ke dalam setiap tabung 5 tetes minyak kelapa
3.      Tambahkan pada tabung 1 akuadestilata sebanyak 2 mL, pada tabung tabung 2
akuadestilata 2 mL dan 5 tetes Na2CO3 0.5 %, pada tabung 3 akuadestilata 2 mL
dan 5 tetes larutan sabun, pada tabung 4 larutan protein sebanyak 2 mL, tabung 5
larutan empedu encer sebanyak 2 mL.
4.      Kocoklah setiap tabung dengan kuat, lalau biarkan beberapa saat
5.      Amati terjadinya pembentukan emulsi

 
 
 
 
 
                                           IV.            HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Noda

Tabel 1. Hasil Uji Noda

Noda Sebelum dicuci Noda setelah dicuci


Bahan Uji
Kertas saring Kertas tulis Kertas saring Kertas tulis
Tebentuk nodaTebentuk nodaTebentuk nodaTebentuk noda semi
Minyak Kelapa
semi transparan semi transparan semi transparan transparan
Noda semi transparan yang terbentuk merupakan noda translucent. Noda yang
terbentuk pada kedua kertas uji biasanya akan mengalami pelebaran setelah disirami air
dan dikeringkan. Namun, pengamat tidak menemukan hal tersebut.

Uji Kelarutan Lipida

Tabel 2. Hasil Uji Kelarutan Lipida

Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4  Tabung 5


Akuadestilata 1 mL -- -- -- --
Alkohol 96 % -- 1 mL -- -- --
Eter -- -- 1 mL -- --
Kloroform -- -- -- 1 mL --
Na2CO3 0.5 % -- -- -- -- 1 mL
Minyak 5 tetes 5 tetes 5 tetes 5 tetes 5 tetes
Kelapa
Hasil Tidak Larut Terbentuk Larut Larut Terbentuk
emulsi emulsi
Lipida larut pada eter dan kloroform karena keduanya adalah pelarut organik.
Sedangkan pada alkohol 96 % terbentuk emulsi dan larutan tampak sedikit larut. Pada
akuadestilata dan Na2CO3 0.5 %  larut dan terbentuk emulsi, dan pada Na 2CO3 0.5 %
emulsi tampak lebih stabil, karena asam lemak pada minyak kelapa yang lepas bereaksi
dengan soda membentuk sabun, dibandingkan dengan emulsi yang terbentuk antara
akuadestilata dan minyak kelapa (lipid).
 
 

Uji Pembentukan Emulsi

Tabel 3. Hasil Uji Pembentukan Emulsi

Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4  Tabung 5


Minyak 5 tetes 5 tetes 5 tetes 5 tetes 5 tetes
Kelapa
Akuadestilata 2 mL 2 mL 2 mL -- --
Na2CO3 0.5 % -- 5 tetes -- -- --
Larutan -- -- 5 tetes -- --
Sabun
Larutan -- -- -- 2 mL --
Protein
Larutan -- -- -- -- 2 mL
Empedu
Hasil Tidak Larut Tidak Larut Terbentuk Tidak Larut Tidak larut dan
emulsi terbentuk emulsi
  

                 V.            KESIMPULAN


 
1.      Pada lipida yang terkadung di minyak kelapa dapat membentuk noda semi transparan
pada kertas.
2.      Lipida larut pada ester dan kloroform. Sedangkan, pada akuadestilata, Na 2CO3 0.5 %
dan alkohol 96 % tidak larut. Pada Na2CO3 0.5 % dan alkohol terbentuk emulsi.
3.      Lipda tidak larut pada akuadestilata, Na2CO3 0.5 %, larutan sabun, larutan protein,
larutan empadu dan terbentuk emulsi hanya pada larutan sabun dan larutan empedu.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Kimia
Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta.
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB.
Bandung
 

http://www.rismaka.net/2009/06/uji-lipid.html

Uji Lipid
Submitted by rismaka on June 20, 2009 at 2:00 pm
10 Comments

Lipid atau trigliserida merupakan bahan bakar utama hampir semua organisme disamping
karbohidrat. Trigliserida adalah triester yang terbentuk dari gliserol dan asam-asam
lemak.

Gambar 1. Struktur Asam Lemak

Asam-asam lemak jenuh ataupun tidak jenuh yang dijumpai pada trigliserida, umumnya
merupakan rantai tidak bercabang dan jumlah atom karbonnya selalu genap.

Ada dua macam trigliserida, yaitu trigliserida sederhana dan trigliserida campuran.
Trigliserida sederhana mengandung asam-asam lemak yang sama sebagai penyusunnya,
sedangkan trigliserida campuran mengandung dua atau tiga jenis asam lemak yang
berbeda. Pada umumnya, trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat
cairan pada suhu kamar, disebut minyak, sedangkan trigliserida yang mengandung asam
lemak jenuh bersifat padat yang sering disebut lemak.

Trigliserida bersifat tidak larut dalam air, namun mudah larut dalam pelarut nonpolar
seperti kloroform, benzena, atau eter. Trigliserida akan terhidrolisis jika dididihkan
dengan asam atau basa. Hidrolisis trigliserida oleh basa kuat (KOH atau NaOH) akan
menghasilkan suatu campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol. Hidrolisis trigliserida
dengan asam akan menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak penyusunnya.
Trigliserida dengan bagian utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah secara kimia
menjadi lemak padat oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya. Jika terkena
udara bebas, trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung
mengalami autooksidasi. Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi dengan asam
lemak, sehingga memutuskan ikatan gandanya menjadi ikatan tunggal. Hal ini
menyebabkan minyak mengalami ketengikan.

Kelas lipida yang lain adalah steroid dan terpen. Steroid merupakan molekul kompleks
yang larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling bergabung. Steroid yang
paling banyak adalah sterol yang merupakan steroid alkohol. Kolesterol adalah sterol
utama pada jaringan hewan. Kolesterol dan senyawa turunan esternya, dengan asam
lemaknya yang berantai panjang adalah komponen penting dari plasma lipoprotein.

Tujuan Percobaan

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari beberapa reaksi uji terhadap golongan lipid,
yaitu lemak, minyak, dan kolesterol.

Bahan dan Alat

Alat yang dipakai yaitu tabung reaksi, pengaduk, bunsen, pipet tetes, pipet mohr, kertas
saring, erlenmeyer dan sumbat karet.
Bahan yang dipakai pada percobaan yaitu akuades, eter, kloroform, alkohol, alkali, asam
encer, minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam palmitat, asam
stearat, asam oleat, minyak kelapa tengik, kristal KHSO4, pereaksi iod Hubl, HCl pekat,
serbuk CaCO3, kolesterol, kloroform anhidrat, asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat
dan floroglusinol.

Prosedur Percobaan

Percobaan uji kelarutan, sebanyak 2 ml pereaksi atau pelarut dimasukkan ke dalam


tabung reaksi yang bersih, kemudian dibubuhkan sedikit bahan percobaan lalu dikocok
kuat-kuat dan diamati kelarutannya. Pelarut yang digunakan yaitu akuades, eter,
kloroform, alkohol panas, alkohol dingin, alkali dan asam encer.

Percobaan uji akrolein, kristal KHSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 3-4 tetes bahan percobaan. Selanjutnya dipanaskan diatas api kecil lalu api
diperbesar, diperhatikan bau akrolein yang terbentuk dibandingkan bau SO2 yang berasal
dari karbohidrat. Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa, lemak hewan, gliserol, asam
palmitat dan asam stearat.

Percobaan uji ketidakjenuhan, sebanyak 1 ml bahan percobaan dimasukkan dalam tabung


bersih, lalu ditambahkan kloroform sama banyak, dikocok sampai semua bahan larut.
Kemudian ditambahkan beberapa tetes pereaksi iod Hubl sambil dikocok dan diamati
perubahan yang terjadi. Lakukan uji ini terhadap minyak kelapa tengik, minyak kelapa,
lemak hewan, mentega, margarin, asam palmitat, asam oleat.
Percobaan uji ketengikan, erlenmeyer 100 ml diisi dengan 5 ml bahan percobaan,
ditambahkan 5 ml HCl pekat, dan dicampurkan hati-hati. Selanjutnya dimasukkan serbuk
CaCO3 dan segera ditutup dengan sumbat karet yang dijepitkan kertas floroglusinol
sehingga kertasnya tergantung dan dibiarkan selama 10-20 menit. Kemudian warna yang
timbul diamati pada kertas tersebut dan bila kertas berwarna merah muda berarti bahan
tersebut tengik. Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa tengik, minyak kelapa, lemak
hewan dan mentega.

Percobaan uji Salkowski untuk kolesterol, beberapa miligram kolesterol dimasukkan ke


dalam tabung reaksi yang sudah berisi 3 ml kloroform anhidrat. Kemudian ditambahkan
asam sulfat pekat dengan volume yang sama, tabung dikocok perlahan-lahan dan
dibiarkan lapisan cairan terpisah, diamati warna pada lapisan tersebut.

Percobaan uji Lieberman Buchard, larutan kolesterol dan kloroform dari percobaan
Salkowski ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrat dan 2 tetes asam sulfat pekat,
kemudian dikocok perlahan-lahan dan dibiarkan beberapa menit.

Data dan Hasil Pengamatan

Tabel 1. Uji kelarutan lipid pada berbagai pelarut.

Tabel 2. Hasil uji akrolein pada sampel.


Tabel 3. Data pengamatan uji ketidakjenuhan.

Tabel 4. Data pengamatan pada uji ketengikan.

Tabel 5. Data pengamatan uji Salkowski dan Lieberman-Buchard.

Pembahasan

Pada uji kelarutan lipid, hampir semua jenis lipid, yaitu lemak dan minyak tidak larut
dalam pelarut polar seperti air, namun larut dalam pelarut non polar sepertio kloroform,
eter, dan benzena. Asam oleat dan gliserol larut dalam air maupun alkohol. Hal ini
disebabkan karena pada gliserol dan asam oleat mempunyai kepala polar berupa gugus
-OH yang dapat berikatan hidrogen dengan molekul air ataupun alkohol. Lemak hewan
dan minyak kelapa tengik dapat terdispersi menjadi misel yang megubah asam-asam
lemak penyusunnya menjadi sabun.

Pada hasil uji akrolein, gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam
lemak/minyak akan mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein.
Senyawa pendehidrasi dalam uji ini adalah KHSO4 yang menarik molekul air dari
gliserol. Hasil uji akrolein menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji memberikan bau
yang tajam yang diidentifikasi oleh praktikan sebagai bau akrolein. Pada teorinya, hanya
gliserol dalam bentuk bebas atau yang terikat berupa senyawa yang akan membentuk
akrolein, sedangkan asam-asam lemak tidak. Dalam percobaan ini asam lemak seperti
asam oleat dan stearat memberikan hasil uji positif untuk akrolein. Penyebab kesalahan
ini adalah kesalahan praktikan dalam mengidentifikasi bau akrolein.

Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi
oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi
asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan
tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak
tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod huble. Dari hasil uji ketidakjenuhan, asam oleat
menunjukkan hasil negatif, yaitu bahwa ia mempunya uikatan rangkap pada molekulnya,
sedangkan bahan lain yang diujikan menunjukkan hasil positif, yaitu tidak adanya ikatan
rangkap pada molekulnya.

Ketengikan pada kebanyakan lemak atau minyak menunjukkan bahwa kebanyakan


golongan trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen dalam udara bebas. Pada uji
ketengikan, warna merah muda menunjukkan bahwa bahan tersebut tengik. Warna merah
muda dihasilkan dari reaksi antara floroglusinol dengan molekul oksigen yang
mengoksidasi lemak/minyak tersebut. Hasil percobaan menunjukkan, dari semua bahan
yang diuji, hanya minyak kelapa dan margarin yang tidak tengik. Hal-hal yang
mempengaruhi ketengikan ini adalah proses penyimpanan bahan uji yang cukup lama dan
kurang tertutup, sehingga berinteraksi dengan udara bebas yang menyebabkannya
menjadi tengik.

Uji salkowski dan lieberman-buchard digunakan untuk mengidentifikasi adanya


kolesterol. Pada uji salkowski, terbentuk cincin coklat yang menunjukkan terjadinya
reaksi antara kolesterol dengan asam sulfat pekat. Warna hijau pada uji lieberman-
buchard menunjukkan reaksi antara kolesterol dengan asam asetat anhidrat. Kedua uji
tersebut diatas dapat digunakan untuk mengukur kadar kolesterol secara kalorimetri.

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang diperoleh, lipid larut dalam pelarut organik seperti
kloroform, atau eter tetapi tidak larut dalam air. Pada uji akrololein semua bahan
mengandung gliserol yang membedakannya hanya intensitas bau yang ditimbulkan. Pada
uji ketidakjenuhan bahan yang jenuh memberikan perubahan warna menjadi merah muda
sedangkan yang tidak jenuh tetap pada warna asalnya. Minyak atau lemak yang tengik
dapat dideteksi denga perubahan warna kertas menjadi merah muda. Kolesterol diuji
secara kualitatif dengan uji Salkowski dan Lieberman Buchard. .

Daftar Pustaka
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga,
Jakarta

Topik : Uji Karbohidrat


Tautan : http://www.gudangmateri.com/2009/12/uji-karbohidrat.html
 Update via :
 RSS
 Facebook
 Twitter
 Scribd

http://www.gudangmateri.com/2009/12/uji-karbohidrat.html

Cari Materi

Portal | Apps | Biografi | Ensiklopedia | Forum | TV | Index | Iklan | News | Mobile |


Kamus | Musik | Komik | Travel

Uji Karbohidrat

  Powered by Translate

A. Judul :
Karbohidrat

B. Tujuan Percobaan :
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan dapat mengetahui sifat-sifat glukosa
dan amilum.

C. Landasan Teori

Karbohidrat dapat dinyatakan dengan rumus Cx(H2O)y , dan diklasifikasikan menjadi


monosakarida. Selanjutnya , glukosa merupakan salah satu contoh monosakarida.
Sedangkan , Sukrosa adalah disakarida, dan Selullosa and Amilum ialah contoh dari
Polisakarida.

Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen. Jumlah atom
hidrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2 : 1 seperti pada molekul air. Sebagai
contoh molekul glukosa mempunyai rumus kimia C6H12O6, sedangkan rumus sukrosa
adalah C12H22O11. Pada glukosa tampak bahwa jumlah atom hidrogen berbanding
jumlah atom oksigen ialah 12 : 6 atau 2 : 1, sedangkan pada sukrosa 22 : 11 atau 2 : 1.

Dengan demikian dahulu orang berkesimpulan adanya air dalarn karbohidrat. Karena haI
inilah maka dipakai kata karbohidrat, Yang berasal dari "karbon"dan. "hidrat" atau air.
alaupun pada kenyataannya senyawa karbohidrat tidak mengandung molekul air, narnun
kata karbohidrat tetap digunakan di samping nama lain yaitu sakarida.

Ada beberapa senyawa yang mempunyai rumus empiris seperti karbohidrat, tetapi bukan
karbohidrat, misalnya C2H4O2 adalah asam asetat atau hidroksiasetaldehida, sedangkan
formaldehida mernpunyai rumus CH2O atau lazim ditulis HCHO. Dengan demikian
senyawa yang termasuk karbohidrat tidak hanya ditinjau dari rumus empirisnya saja,
tetapi yang penting ialah rumus strukturnya.

Dari rumus struktur akan terlihat bahwa ada jugus fungsi penting yang terdapat pada
molekul karbohidrat. Gugus-gugus fungsi itulah yang menentukan sifat senyawa tersebut.
Berdasarkan gugus yang ada. pada molekul karbohidrat, maka karbohidrat dapat
didefinisikan sebagai polihidroksialdehida atau polihidroksiketon serta, senyawa yang
menghasilkannya pada proses hidrolisis. Sehubungan dengan itu berikut ini dibahas
struktur molekul senyawa yang termasuk karbohidrat.

Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat mempunyai molekul yang


berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang mernpunyai berat
molekul 90 hingga senyawa yang mempunyai berat molekul 500.000 bahkan lebih.
Berbagai senyawa itu dibagi dalam tiga golongan, yaitu golongan monosakarida,
golongan oligosakarida dan golongan polisakarida.

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang terdapat dalarn
alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH20; misalnya, rumus molekul
glukosa. ialah C6H12O6 (enam kali CH20). Senyawa ini pemah disangka "hidrat dari
karbon," sehingga disebut karbohidrat. Dalam tahun 1880-an disadari bahwa gagasan
"hidrat dari karbon" merupakan gagasan yang salah dan karbohidrat sebenarnya adalah
polihidroksi aldehida dan keton atau turunan mereka.

Karbohidrat sangat beranekaragam sifatnya. Misalnya, sukrosa (gula pasir) dan kapas,
keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan. utama antara pelbagai tipe
karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Monosakarida (sering disebut gula sederhana)
adalah satuan karbohidrat Yang tersederhana; mereka takdapat dihidrolisis menjadi
molekul karbohidrat yang lebih kecil. Sukrosa adalah suatu disakarida yang dapat
dihidrolisis menjadi satu satuan. glukosa. dan satu satuan. fruktosa. Monosakarida dan
disakarida larut dalam air dan umumnya terasa manis.

Karbohidrat yang tersusun dua sampai delapan satuan monosakarida dirujuk sebgai
oligosakarida. Jika lebih dari delapan satuan monosakarida diperoleh dari hidrolisis,
maka karbohidrat tersebut disebut polisakarida. Contoh polisakarida adalah pat,I, yang
dijumpai dalam gandum dan tepung jagung, dan selulosa, penyusun yang bersifat serat
dari tumbuhan dan komponen utama dari kapas.

Pembagian Karbohidrat

Berdasarkan hasil hidrolisa dibagi menjadi empat golongan, yaitu :

1. Monosakarida.

Monosa = gula sederhana, ialah karbohidrat dimana molekulnya tidak


dapat dihidrolisa lagi penjadi molekul yang lebih kecil.
Sifat dari monosakarida = mudah larut dalam air, larutannya berasa
manis.

2. Oligosakarida, ialah gula yang bila terhidrolisa menghasilkan bebera


pa molekul monosakarida. Termasuk senyawa ini ialah :

a) disakarida, tersusun dari 2 molekul monosakarida.


b).trisakarida, tersusun dari 3 molekul monosakarida.,
c) tetrasakarida, tersusun dari 4 molekul monosakarida.

Sifat dari oligosakarida : mudah larut daiam air dan larutannya berasa manis.
Monosakarida dan oligosakarida karena berasa manis kedua golongan ini disebut gula.

3. Polisakarida, ialah karbohidrat dimana molekulnya apabila dihidroli


sa menghasilkan banyak sekali monosakarida (300).
Sifat polisakarida : sukar larut dalam air, larutannya dalam air be
rupa kolloid dan rasanya tidak manis, sering disebut bukan gula.

4. Glukosida, karbohidrat yang molekulnya terdiri dari gabungan molekul gula + molekul
non gula.

Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri
atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam
kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana ialah
gliseraldehid dan dihidroksiaseton.

Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada
mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida.
Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida,
sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida.

Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak
mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi. Berat molekul polisakarida
bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut
dalam air akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting di
antaranya ialah amilum, glikogen, dekstrin dan selulosa.

Amilum Polisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan.
Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan
biji-bijian.

Polisakarida adalah senyawa dalam mana molekul-molekul mengandung banyak satuan


monosakarida yang disatukan dengan ikatan gukosida. Polisakarida memenuhi tiga
maksud dalam sistem kehidupan sebagai bahan bangunan, makanan dan zat spesifik.
Polisakarida bahan bangunan misalnya selulosa dan kitin. Polisakarida makanan yang
lazim adalah pati dan glikogen. Sedangkan polisakarida zat spesifik adalah heparin, satu
polisakarida yang mencegah koagulasi darah.

A. Alat dan Bahan

Alat :
o Alat pemanas dan kawat kasa
o Labu erlemeyer 250 ml
o Termometer 10 – 100oC
o Empat tabung reaksi + rak
o Penjepit tabung reaksi
o Spatula
o Segi tiga porselin
o Batu Didih

Bahan :
o Larutan glukosa
o Larutan Amilum
o Larutan Sukrosa
o Larutan HCl 3M
o Larutan HCl 12 M
o Larutan Iodium
o Fehling A dan Fehling B

B. Langkah Kerja

1. MENGUJI DENGAN LARUTAN FEHLING

a. Kedalam 4 tabung reaksi yang bersih , masing-masing diisi dengan 2 ml glukosa, 2 ml


sukrosa , 2 ml amilum , dan yang keempat dengan sobekan kertas saring bersih.
b. Tambahkan 1 ml larutan fehling A dan 1 ml larutan fehling B.
c. Kocok tabung tersebut lalu, amati perubahannya.
d. Kemudian didihkan tabung tersebut dalam penangas air selama 2 menit ! Lalu catat
perubahan warna yang terjadi.

2. MENDIDIHKAN LARUTAN KARBOHIDRAT


a. Isi 4 tabung reaksi kira-kira seperempatnya dengan air.
b. Tambahkan kedalam tiap-tiap tabung 1 ml Glukosa , 1 ml sukrosa, 1 ml amilum dan
sobekan kertas saring bersih.
c. Kedalam keempat tabung masukkan masing-masing 3 buah batu didih.
d. Didihkan isi tabung tersebut selama kira-kira 1 menit dalam penangas air.
e. Ujilah hasil didihan tersebut dengan 1 ml fehling A dan 1 ml fehling B.
f. Catatlah hasil pengamatan yang diperoleh dan bandingkan dengan hasil pada percobaan
1.

3. MENDIDIHKAN KARBOHIDRAT DENGAN ASAM KLORIDA ENCER

a. Isi 4 tabung reaksi kira – kira seperempatnya dengan larutan HCl 3 M.


b. Tambahkan kedalamnya 1 ml larutan glukosa, 1 ml larutan sukrosa, 1 ml larutan
amilum, dan seobekan kertas saring bersih.serta 3 butir batu didih.
c. Didihkan tabung tersebut selama 2 menit dalam penangas air.
d. Tuangkan kira-kira separuh dari larutan yang diperoleh kedalam tabung reaksi lain,
kemudian tambahkan campuran 1 ml fehling A dan 1 ml fehling B kedalam larutan
tersebut.
e. Didihkan kembali larutan tersebut dalam penangas air dan catat hasilnya.

4. MENGUJI DENGAN LARUTAN IODIUM

a. Isi 4 tabung reaksi kira-kira sepertiganya dengan air.


b. Kedalam 4 tabung reaksi tadi masing-masing ditambahkan denan 2 ml glukosa, 2 ml
sukrosa, 2 ml amilum, dan sobekan kertas saring bersih.
c. Tambahkan 2 tetes larutan iodium kedalam tiap tabung . Kocok dan amati apa yang
terjadi.

5. MENDIDIHKAN LARUTAN KARBOHIDRAT

a. Isi 4 tabung reaksi dengan air kira-kira sepertiganya.


b. Kedalam tabung reaksi masing-masing ditambahkan dengan 2 ml glukosa , 2 ml
sukrosa, 2 ml amilum, dan sobekan kertas saring bersih serta 3 biji batu didih.
c. Didihkan keempat tabung reaksi itu dalam penangas air.
d. Tambahkan dua tetes larutan iodium kedalam tiap tabung reaksi.
e. Kocok dan amati apa yang terjadi.

6. MENDIDIHKAN KARBOHIDRAT DENGAN ASAM KLORIDA ENCER

a. Isi 4 tabung reaksi dengan larutan HCl 3 M kira-kira seperempatnya.


b. Tambahkan kedalamnya 1 ml larutan glukosa, 1 ml larutan sukrosa, 1 ml larutan
amilum , dan sobekan kertas saring bersih serta 3 butir batu didih.
c. Didihkan keempat tabung reaksi itu selama 2 menit dengan penangas air.
d. Tambahkan 2 tetes larutan iodium kedalam tiap tabung reaksi .
e. Kocok dan amati apa yang terjadi.
C. Hasil Pengamatan

D. Pertanyaan

1. Berdasarkan pada percobaan pertama gugus apa yang ada dalam macam – macam bila
dalam pengamatan menggunakan larutan Fehling memberikan hasil positif ?
Jawab :

Dalam percobaan Uji Fehling, sampel Glukosa , Sukrosa, Amilum dan Sellulosa yang
diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling A + Fehling B) pada masing-masing tabung dan
kemudian dipanaskan , maka Glukosa dan Sukrosa akan menghasilkan endapan merah
bata. Hal yang menyebabkan dihasilkannya endapan merah bata ini karena ini berasal
dari Fehling yang memiliki ion Cu++ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana
basa akan diendapkan berwarna merah bata (Cu2O). Sedangkan pada sampel amilum dan
selulosa yang diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling A + Fehling B) dan kemudian
dipanaskan ternyata larutan berwarna biru dengan sedikit endapan merah bata.

Hal ini disebabkan karena amilum merupakan polisakarida yang tidak dapat bereaksi
positif dengan Fehling. Amilum bukan gula pereduki yang tidak mempunyai gugus
aldehid dan keton bebas, sehingga tidak terjadi oksidasi antara amilum + larutan Fehling,
maka tidak terbentuk endapan dan larutan tetap berwarna biru setelah dipanaskan.
Begitupula dengan Selulosa yang merupakan polisakarida yang tidak dapat bereaksi
positif dengan fehling.

2. Apakah yang terjadi dengan karbohidrat-karbohidrat yang di uji bila dipanaskan dalam
penangas air ?
Jawab :

Bila karbohidrat dipanaskan pada penangas air maka, ikatan-ikatan yang terdapat pada
karbohidrat seperti , glukosa, sukrosa, amilum dan selulosa, akan terurai menjadi satuan
monosakarida.

3. Terangkan hasil pengamatan percobaan ke 3 sewaktu karbohidrat didihkan dalam asam


klorida encer ?
Jawab :

Pada percobaan hidrolisis Glukosa, Sukrosa , Amilum, dan Sellulosa menghasilkan


warna hijau muda, karena waktu yang diperlukan oleh Monosakarida untuk terhidrolisis
oleh asam klorida encer adalah 10 menit, sedangkan waktu yang dipergunakan hanyalah
2 menit sehingga hasil yang diperoleh masih tahap awal. Belum lagi golongan
Polisakarida , seperti Amilum yaitu pada 110 menit untuk terhidrolisis oleh asam klorida
encer dan diperoleh hasil yang berbeda tiap menit. Menit ke 1 hijau, menit ke 2 – 24 biru
pekat, menit ke 25 – 56 ungu, menit 57 – 110 coklat.

4. Karbohidrat manakah yang ada bila penambahan larutan iodium memberi warna biru
tua ?
Jawab :

Karbohidrat yang berwarna biru tua , bila terjadi penambahan larutan iodium ialah
Amilum karena, diduga karena terjadi absorbi molekul Iodium yang masuk dalam aliran
spiral amilosa (pati) polisakarida. Apabila dipanaskan, spiral molekul akan merenggang
dan kehilangan daya absorbsinya terhadap Iodin sehingga ia kembali menjadi tidak
berwarna (warna sama seperti warna sampel awal). Iodium yang dipakai disini berfungsi
sebagai indikator suatu senyawa polisakarida. Bila suatu senyawa/larutan dipanaskan dan
diberi I2 menjadi biru, maka senyawa itu adalah polisakarida. Apabila senyawa itu
dipanaskan membentuk koloid, yang jika ditambah I2, warna menjadi bening (tidak
berwarna) hal ini menandakan bahwa polisakarida itu telah terhidrolisis sempurna
menghasilkan glukosa (monosakarida).

A. Kesimpulan

Hal yang dapat kita simpulkan dari percobaan diatas adalah :

- Jika golongan karbohidrat direaksikan dengan fehling A+B maka akan diperoleh
endapan merah bata bila positif bereaksi dan larutan berwarna biru bila bereaksi negative.

- Saat diuji dengan larutan Fehling Glukosa dan Sukrosa membentuk endapan merah
bata. Sedangkan, Amilum dan Sellulosa dengan Fehling tidak terbentuk endapan merah
bata.

- Ketika penambahan asam klorida encer karbohidrat : glukosa, sukrosa, amilum ,dan
selulosa menghasilkan warna hijau, karena pemanasan yang sebentar saja.

- Pada hidrolisis polisakarida, amilum akan menghasilkan glukosa yang diperlihatkan


dengan perubahan warna koloid amilum menjadi biru saat ditambahkan Iodium pada
waktu pemanasan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta


Girindra, A. 1983. Biokimia I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Purba, Michael.2006.”Kimia untuk SMA Kelas XII Semester 2” Jakarta : Erlangga Pub.
Purba, Michael.2006.”Kimia untuk SMA Kelas XII Semester 1”. Jakarta : Erlangga Pub.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit, Universitas Indonesia. Jakarta
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung
Suwandi, M., dkk. 1989. Kimia Organik. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta

http://www.wendyismy.name/biologi/biokimia/uji-lipid-dan-prinsip-isolasi-lipid.html

Uji Lipid dan Prinsip Isolasi Lipid


On Sunday, October 10, 2010 by admin
0 Diskusi ↓

Lipid merupakan biomolekul yang memiliki sifat non-polar. Akibatnya, lipid tidak dapat
larut dalam air, yang notabene adalah pelarut polar. Lipid larut dalam pelarut organik
seperti eter, kloroform, dan benzena.

Lipid merupakan salah satu makromolekul yang menjadi building block (*masih dalam
konfirmasi) dalam tubuh makhluk hidup. Lipid banyak terdapat pada komponen
struktural sel. Dalam sel, lipid ditemukan bergabung dengan molekul posfat yang
menjadi komponen utama membran plasma. Selain itu, lipid juga merupakan senyawa
yang penting sebagai sumber biosintesis molekul biologis lainnya.

Lipid dalam makhluk hidup, seperti yang sudah disinggung, dapat berada dalam bentuk
bebas maupun bergabung dengan molekul lainnya. Lipid dapat berikatan dengan protein
membentuk lipoprotein, dengan molekul karbohidrat menjadi glikolipid, dan berikatan
dengan posfat anorganik menjadi posfolipid. Posfolipid inilah yang menjadi komponen
utama penyusun membran plasma.

Lipid sebagai molekul biologis dapat diisolasi dan diuji baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.

1. Prinsip Isolasi Lipid

Prinsip dasar yang digunakan dalam isolasi lipid adalah perbedaan kelarutan lipid dengan
senyawa lain dalam sampel percobaan. Misalkan saja suatu jaringan hewan, yang mana
mengandung berbagai macam lipid, dilarutkan dalam pelarut tertentu. Selanjutnya lipid
tertentu akan larut sesuai dengan pelarut organik atau pelarut lipid masing-masing.

2. Uji Kualitatif Lipid


Uji kualitatif lipid dilakukan untuk mengetahui bahwa dalam suatu sampel percobaan
terkandung senyawa lipid. Banyak sekali metode yang bisa dilakukan untuk menguji
keberadaan senyawa lipid dalam sebuah sampel.

a. Tes kelarutan

Dapat dilakukan untuk menguji keberadaan lipid dalam suatu sampel.  Tes kelarutan
dapat digunakan untuk mengekstraksi dan isolasi lipid dari sampel biologis, misalnya
telur atau jaringan hewan.

b. Tes Penyabunan Saponifikasi

Saponifikasi merupakan proses terbentuknya garam asam lemak dan gliserol saat minyak
atau lemak dipanaskan dengan penambahan alkali.

c. Uji gliserol

Uji gliserol didasarkan pada sifat lecitin atau gliserol yang bila dipanaskan dan ditambah
kalsium bisulfit akan menghasilkan bau yang khas.

d. Uji Lieberman-Burchard

Tes ini  didasarkan pada sifat sterol yang berikatan rangkap bila direaksikan dalam
kondisi kering dengan asam anhidris dan asam sulfat pekat, akan menghasilkan suatu
warna. Warna yang muncul merupakan gradasi antara merah biru dan hijau.

e. Uji posfat dan posfolipid

Posfolipid bila direaksikan dengan amonium molibdat akan menghasilkan kompleks


amonium posfomolibdat yang berwarna biru.

3. Tes Kuantitatif Lipid

Tes kuantitatif merupakan tes yang digunakan untuk menguji kadar dan nilai dari sifat-
sifat kualitatif lemak.

a. Tes Angka asam

Angka asam merupakan jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam
lemak bebas dalam minyak atau lemak. Asam lemak bebas yang ada dapat berasal dari
pemutusan ikatan rangkap. Pemutusan ikatan rangkap tersebut dapat disebabkan oleh
adanya pembentukan peroksida dan akibat hidrolisis oleh mikroorganisme.

b. Penentuan Bilangan TBA (Tiobarbituric Acid)


Reaksi oksidasi lipid biasanya akan menghasilkan hidroperoksida. Hidroperoksida
memiliki sifat dapat terurai menjadi senyawa yang lebih kecil, seperti aldehid. Aldehid
dapat menimbulkan bau tidak enak pada lemak atau lipid, selain itu juga dapat
menimbulkan kanker karena aldehid memiliki sifat karsinogenik. Salah satu cara untuk
mengetahui adanya aldehida adalah mereaksikan lemak atau lipid dengan TBA, atau
asam tiobarbiturat.

c. Penentuan Angka Peroksida

Lipid merupakan salah satu senyawa yang mudah mengalami oksidasi. Sifat tersebut
menyebabkan bau tengik pada lipid. Lipid yang teroksidasi akan membentuk senyawa
hidroperoksida, yang kadarnya bisa dilihat dari bilangan peroksida. Angka peroksida
merupakan hasil bagi antara faktor perkalian 1.2 x A x K dengan m x Ast.

A adalah absorbansi sampel pada panjang gelombang : 560 nm. K adalah faktor konversi
volume, yang memiliki nilai sebesar 1.01212; m adalah berat minyak; dan Ast adalah
absorbansi standar pada panjang gelombang: 560 nm.

d. Penentuan Angka Iodium

Iodium merupakan salah satu senyawa yang memiliki elektronegatifitas tinggi. Kondisi
demikian merupakan salah satu dasar bahwa Iodin mudah bereaksi dengan asam lemak,
yaitu asam lemak tidak jenuh. Iodin dapat menyebabkan adanya reaksi adisi pada ikatan
rangkap asam lemak. Angka iodium merupakan jumlah mg Iodium yang diserap oleh 1 g
minyak atau lemak.

You might also like