You are on page 1of 174

HUKUM PERUSAHAAN

* BUSINESS LAW *

Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H., M.S.

1
APA ITU PERUSAHAAN ?
• Setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap
jenis usaha yang bersifat tetap dan terus
menerus serta yang didirikan, bekerja dan
berkedudukan dalam wilayah NKRI untuk
tujuan memperoleh keuntungan ( UU No.3/82 :
WDP ).
• Usaha : suatu tindakan, perbuatan atau kegiatan
di bidang perekonomian yang dilakukan oleh
pengusaha untuk tujuan memperoleh
keuntungan atau laba.
2
APA ITU PERUSAHAAN ?
• Perusahaan : Setiap bentuk usaha yang
melakukan kegiatan secara tetap dan terus
menerus dengan tujuan memperoleh
keuntungan atau laba, baik yang
diselenggarakan oleh orang perorangan maupun
badan usaha yang berbentuk badan hukum atau
bukan badan hukum, yang didirikan dan
berkedudukan dalam wilayah Negara republik
Indonesia ( Ps 1 (1) UU No.8 Thn 97 Tg
Dokumen Perusahaan.

3
SIAPA PENGUSAHA
• Pengusaha : orang perorangan atau
persekutuan atau badan hukum yang
menjalankan suatu jenis usaha.
• Menjalankan usaha : bila seseorang secara
terus menerus, terang-terangan dan tidak
terputus-putus berhubungan dengan pihak
ketiga untuk tujuan mendapatkan keuntungan
atau laba.

4
APA KEWAJIBAN PENGUSAHA
• Membuat Daftar Perusahaan ( UU No.3/82).
• Membuat Dok Perusahaan ( UU No.8/97 ).
• Daftar Perusahaan : bertujuan mencatat bahan
keterangan yang dibuat secara benar dari suatu
perusahaan dan merupakan sumber informasi
resmi untuk pihak yang berkepentingan
mengenai data serta keterangan lain tentang
suatu perusahaan.

5
DOKUMEN PERUSAHAAN
• Dokumen Perusahaan : data, catatan dan atau
keterangan yang dibuat dan atau diterima oleh
perusahaan dalam rangka pelaksanaan
kegiatannya baik tertulis di atas kertas atau
saran lain maupun terekam dalam bentuk corak
apapun yang dapat dilihat, dibaca atau didengar.
• Dokumen Perusahaan : Dokumen Keuangan
dan Dokumen Lainnya.

6
DOKUMEN PERUSAHAAN
• Dokumen Keuangan : Catatan, Bukti Pembukuan dan
Data Pendukung Administrasi Keuangan yang
merupakan bukti adanya hak dan kewajiban serta
kegiatan usaha perusahaan.
• Dokumen Lainnya : data atau setiap tulisan yang
berisi keterangan yang mempunyai nilai guna bagi
perusahaan meskipun tidak terkait langsung dengan
dokumen keuangan.
• Usaha Perniagaan : segala sesuatu atau keseluruhan
atau kesemuanya dipergunakan sebagai sarana untuk
mendapatkan keuntungan.
7
BENTUK PERUSAHAAN
• Perusahaan : Perusahaan Perorangan, mis : PB, UD,
Suplier, dsb.
• Bukan Badan Hukum : Partenership ( Maatschap,
Perserikatan Perdata ) Ps 1618 – 1652 KUHPdt ,
Partnership ( Vennootschap Onder Firma, Firma),
Limited partnership ( Commanditaire Vennootschap,
Persekutuan Komanditer ) Ps 15 – 35 KUHD .
• Badan Hukum : Corporation ( Corp ), Limited Liability
Company ( Ltd ) , Besloten Vennootschap ( BV ) ,
Naamlose Vennoootschap ( NV ), Perseroan Terbatas
( PT ) “ Tbk “ atau Tertutup. UU No.40 Tahun 2007 Tg
PT jo UU No.8 Thn 1995 Tg PM.

8
BADAN HUKUM
• Badan Hukum : sesuatu oleh hukum diakui atau
dianggap sbg subyek hukum seperti halnya
orang. Subyek hukum : penyandang, pembawa
hak dan kewajiban. Orang adalah terminoligi
juridis yang dibedakan dengan manusia sbg
terminologi biologis. Orang ( de heersende
leer/ajaran umum ) : orang perorangan
( naturlijk persoon dan badan hukum
rechtspersoon ).
• Ciri badan hukum : kekayaan terpisah; tujuan
tertentu; kepentingan sendiri ; organisasi yg
teratur.

9
DOKTRIN KEKAYAAN
TERPISAH
• Apa yang dimaksud dengan kekayaan terpisah
atau yang dipisahkan ( termasuk kekayaan
negara yang dipisahkan ) sudah menjadi
persoalan lama di kalangan teoritisi hukum
perdata dan hukum bisnis.
• Bermula dari lahirnya teori badan hukum (BH),
apakah itu teori fiksi, teori harta kekayaan atau
teori organ, semuanya menjelaskan bahwa salah
satu ciri badan hukum adalah adanya kekayaan
terpisah. Namun apa yang dimaksud dengan
kekayaan terpisah, tidak ditemukan
penjelasannya. Paling hanya dikatakan bahwa
arti terpisah adalah terpisah dari kekayaan si
pendiri badan hukum tersebut.
10
DOKTRIN KEKAYAAN
TERPISAH
• Demikian pula ketika orang mempelajari bentuk-bentuk
perusahaan. Dimulai dari bentuk FA, CV yang dalam
KUHD dikenal sebagai bentuk perusahaan yang bukan
badan hukum, namun di dalam praktek FA maupun CV
selalu membuat kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan
sekutunya.
• Bahkan tidak jarang FA maupun CV sekarang sudah
lazim menyelenggarakan pembukuan yang demikian rapi
yang mengesankan bahwa perusahan itu mempunyai
kekayaan terpisah . Namun demikian oleh KUHD, FA
maupun CV belum dikategorikan sebagai badan hukum.
Secara teoritis, ada sementara ahli seperti yang terjadi di
dalam praktek Notaris di Belanda dan Perancis,
menyarankan bahwa FA seyogyanya dikategorikan
sebagai BH.
11
DOKTRIN KEKAYAAN
TERPISAH
• Hal ini berkaitan dengan ketentuan Pasal 1381
KUHPerdata tentang cara mengakhiri perikatan
yang satu diantaranya adalah dengan
kompensasi.
• Misalnya FA didirikan oleh A dan B dengan nama
FA ”AB”. Kemudian masing-masing sekutu
berjanji memasukkan ” inbreng ” sebesar Rp.10
juta. Namun dilain pihak masing-masing sekutu
itu juga saling mempunyai piutang sebesar
Rp.10 juta,--. Kemudian mereka sepakat untuk
mengakhiri utang piutangnya dan memenuhi
kewajiban ” inbrengnya ” pada FA dengan jalan
mengkompensasikan utang piutang sekutu
tersebut.
12
DOKTRIN KEKAYAAN
TERPISAH
• Jika suatu perusahaan didirikan dengan cara demikian, itu
bukan ” roh”nya suatu perusahaan. Tidak masuk akal
hukum jika perusahaan didirikan dengan ” modal dengkul
”. Lalu bagaimana halnya jika FA diakui sebagai BH. Jika FA
adalah BH, maka jika terjadi salah satu sekutu tidak
memasukkan ” inbreng” sesuai dengan yang disanggupkan
, maka BH FA tersebut yang akan menagih ”inbreng ”
kepada sekutu yang wanprestasi, yang dalam hal ini akan
diwakili oleh sekutu yang tidak wan prestasi.
• Dari sudut hukum perikatan perjanjian utang piutangnya
berakhir dan kewajiban ” inbreng ” mereka juga terpenuhi.
Namun didalam FA , adakah ” uang ” riil yang masuk ke
kas perseroan sebagai modal?.Tidak ada, karena semua
mengakhiri dengan cara kompensasi, artinya masing-
masing tidak perlu keluar uang, namun kewajiban ”
inbreng ” seolah-olah sudah terpenuhi dengan jalan
mengkompensasikan hutang piutang mereka.
13
KEKAYAAN TERPISAH VS
KEUANGAN NEGARA
• Fakultas Hukum UGM sebenarnya sudah sejak
lama pernah menyuarakan perlunya pembentuk
undang-undang memberikan difinisi normatif di
dalam peraturan perundang-undangan yang
secara tegas dan jelas mengatur tentang apa
yang dimaksud dengan kekayaan (negara) yang
dipisahkan.
• Persoalan kekayaan terpisah didalam praktek
bersinggungan dengan persoalan keuangan
negara yang menimbulkan permasalahan yang
belakangan ini menjadi semakin marak dan
mendesak untuk dicarikan pemecahannya terkait
dengan status BUMN, khususnya yang
berbentuk hukum PT (Persero), Persero Tbk.
14
TUNDUK UU MANA BUMN ?
• Sebagai suatu entitas hukum mandiri yang oleh
UU BUMN sendiri dinyatakan tunduk pada UU
No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
(UUPT ) dan UU No. 8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal ( UUPM ), namun di dalam praktek
sering dipermasalahkan apakah BPK atau BPKP
boleh memeriksa Persero atau tidak , bahkan
Yayasan yang berada di bawah Departemen
atau BUMN atau BUMD juga bisa diperiksa oleh
BPK atau BPKP atau tidak, sementara
pembukuan Persero, Persero Tbk atau Yayasan
tersebut telah diaudit oleh Akuntan Publik dan
tunduk pada UUPT dan UU Yayasan.
15
TUNDUK UU MANA BUMN ?
• Sementara ada pihak yang mengatakan ” boleh ”
dengan argumen karena kekayaan Persero atau Yayasan
itu semula berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan yang merupakan bagian dari keuangan
negara.
• Dipihak lain, ada yang berpendapat ” tidak boleh ” ,
karena sekalipun kekayaan Persero atau Yayasan itu
berasal dari kekayaan negara , namun kekayaan
tersebut sudah dipisahkan.
• Apa yang dimaksud dengan ” dipisahkan ” tidak ada
penjelasannya baik waktu itu di dalam UU No.9 Tahun
1969 Tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara (UU BUN ) ,
juga di dalam UU Yayasan bahkan juga di dalam UU
Keuangan Negara ( UU No.17 Thn 03/UUKN ).
16
HUTANG PIUTANG BUMN ?
• Perdebatan berlanjut terkait dengan masalah hutang
piutang BUMN sebagai suatu perusahaan yang tunduk
pada UUPT dan UUPM untuk PT ” Tbk ”, namun
Pemerintah menggunakan standart ganda. Melalui peran
BPK dan/atau BPKP menempatkan aset BUMN adalah
bagian dari aset negara, demikian pula Menteri Keuangan
sendiri melalui peran PUPN menempatkan piutang BUMN
adalah piutang negara yang penagihannya menjadi
kewenangan PUPN, berdasarkan UU No.49 Prp 1960.
• Jika kekayaan BUMN, khususnya yang berbentuk hukum
PT ( Persero ) atau PT Biasa ( yang sekarang banyak
didirikan oleh Pemda sebagai BUMD ), masih diakui
merupakan bagian dari kekayaan negara atau aset negara,
maka konsekuensinya jika terdapat hutang BUMN mestinya
juga harus diakui sebagai hutang negara yang dapat
dibayar oleh Pemerintah, melalui APBN.

17
UU NOMOR 1 TAHUN 2004
• Piutang Negara ( UU No.1/2004 : Pbdhran Negara ) : Jumlah
uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau
hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai
akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
per-uu-an yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.
• Utang Negara : jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah
Pusat dan/atau kewajiban Pemerintah Pusat yang dapat dinilai
dengan uang berdasarkan peraturan per-uu-an yang berlaku,
perj atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
• Barang Milik Negara : semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.

18
UU NOMOR 1 TAHUN 2004
• Pasal 50 UU No.1/04 : Pihak manapun dilarang
melakukan penyitaan terhadap :
• a. uang atau surat berharga milik negara/daerah baik yg
berada pada Instansi Pmth maupun pada pihak ketiga; b.
uang yg harus disetor oleh pihak ketiga kepada
negara/daerah; c. barang bergerak milik negara/daerah
baik yg berada pada Instansi Pmth maupun pada pihak
ketiga; d. barang tidak bergerak dan hak kebendaan
lainnya milik negara/daerah;.e. barang milik pihak
ketiga yang dikuasai oleh negara/daerah yang
diperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan.

19
UU NO.49 PRP TAHUN 1960
• Pasal 8. UU No.49 Prp.Thn 60 Tg PUPN, Piutang
Negara atau hutang kepada Negara adalah jumlah
uang yg wajib dibayar kepada Negara atau badan-
badan, yg baik secara langsung atau tidak langsung
dikuasai oleh Negara berdasarkan suatu Peraturan,
perjanjian atau sebab apapun.
• Ps 12 UU No.49 Prp Thn 60, sifat penyerahan
penagihan Piutang Negara kepada PUPN adalah
wajib, bagi piutang yang ada dan besarnya telah pasti.

20
SK MENKEU NO.300/2002
• SK Menkeu No.300/2002 : Piutang Negara pada
tingkat pertama diselesaikan sendiri oleh Instansi
Pemerintah, Lembaga Negara atau badan usaha
yang modalnya sebagian atau seluruhnya
dimiliki oleh negara atau dimiliki oleh
BUMN/BUMD sesuai ketentuan perundangan
yang berlaku, sedangkan dalam hal penyelesaian
Piutang Negara tidak berhasil wajib diserahkan
pengurusannya kepada Panitia Cabang.

21
PP NO.14/2005 TG
PENGHAPUSAN PIUTANG
NEGARA
• Tahun 2005 keluar : PP No.14 tahun 2005 Tg Tata
Cara Pengahapusan Piutang Negara yang diikuti dg
keluarnya PerMenkeu No.31/PMK.07/2005 Tg Tata
Cara Pengajuan Usul, Penelitian dan Penetapan
Penghapusan Piutang Persh Negara/Daerah dan
Piutang Negara/Daerah.
• PP di atas kemudian direvisi dengan PP No.33 Thn
2006 agar sejalan dengan UU No.19/03 Tg BUMN.

22
PP NO.33/2006 TG PENGURUSAN
PIUTANG BANK BUMN
• Di dalam PP No.33/2006 jo PMK
No.87/PMK.07/2006 : a. Pengurusan piutang
Bank BUMN sesuai ketentuan per-uu-an PT dan
BUMN; b. Pengurusan Piutang Bank BUMN
yang telah diserahkan kepada PUPN dan usul
penghapusan Piutang Persh Negara/Daerah yg
telah diajukan kepada Menteri Keuangan
melalui DJPL tetap dilaksanakan berdasarkan
UU PUPN dan PP No.14/2005.

23
PERAN AUDITOR NEGARA DAN
AUDITOR PUBLIK
• Berkaitan dengan pembukuan BUMN, di dalam
praktek selama ini, BPK maupun BPKP selalu
mengaudit pembukuan ( kekayaan ) PT-PT Plat
Merah tersebut. Praktek demikian seakan-akan
menguatkan pendapat bahwa aset BUMN
memang menjadi bagian dari aset negara.
• Namun demikian sebagai PT Plat Merah, PT-PT (
Persero ) tidak jarang pula yang mengangkat
Akuntan Publik untuk memeriksa pembukuan
mereka. Dari sisi efisiensi bisa dikatakan sebagai
suatu pemborosan biaya., karena fungsi BPK
atau BPKP sebenarnya kurang lebih sama
dengan fungsi Akuntan Publik.

24
FATWA MA TERKAIT KEKAYAAN
TERPISAH
• Belakangan sekitar pertengahan tahun 2006 yang lalu
dengan munculnya Fatwa Mahkamah Agung tentang
penafsiran ketentuan Pasal 2 UUKN ( UU No.17/03)
khususnya yang berkaitan dengan ” kekayaan negara
yang dipisahkan ”, kekayaan BUMN dikatakan oleh
Mahkamah Agung bukan merupakan bagian dari
kekayaan negara.
• Konsekuensi selanjutnya wewenang BPK, BPKP, PUPN
menjadi tidak ada lagi dalam kerangka pemeriksaan dan
penagihan-penagihan atas piutang-piutang BUMN
( Persero ). BPK, BPKP dan PUPN tampaknya belum
sepenuhnya dapat memahami dan menerima ketentuan
ini. Di dalam praktek masih menyisakan perdebatan
yang berkepanjangan sampai sekarang . Kemudian
ditata melalui beberapa peraturan per-uu-an
sebagaimana kami kutip di atas.
25
SIAPA PN ATAU BUMN ITU ?

• Perusahaan Negara (PN) atau yang


sekarang dikenal dengan sebutan BUMN
adalah korporasi yang modalnya sebagian
besar atau seluruhnya dimiliki oleh
negara. Suatu korporasi dapat disebut
BUMN, menurut UU BUMN jika
kepemilikan Negara minimal 51 %.

26
LINTASAN SEJARAH BUMN
• Sejarah perkembangan BUMN di Indonesia
merupakan suatu evolusi yang panjang sejak
adanya kebijakan nasionalisasi perusahaan-
perusahaan milik Belanda berdasarkan UU No.86
Tahun 1958.
• Dengan kebijakan tersebut, seluruh perusahaan
milik Belanda yang beroperasi di Indonesia
diambil alih dan dikelola oleh Pemerintah
Indonesia. Take over tersebut disertai dengan
ganti rugi yang besarnya ditetapkan oleh sebuah
Panitia yang dibentuk berdasarkan PP No. 9
Tahun 1959.
27
LINTASAN SEJARAH BUMN
• Selanjutnya sekitar tahun 60-an, dikeluarkan UU No.19
Tahun 1960 yang mengatur tentang penyeragaman
bentuk BUMN hasil nasionalisasi menjadi Perusahaan
Negara.
• Diperkirakan pada waktu itu terdapat kurang lebih 822
PN hasil nasionalisasi tersebut. Perusahaan-perusahaan
tersebut berada dibawah kontrol Menteri Pertama
( semacam Perdana Menteri ).
• Seluruh modal Negara yang tertanam dalam Perusahaan
Negara ditetapkan sebagai kekayaan Negara yang
dipisahkan. Sejak saat ini istilah kekayan Negara yang
dipisahkan muncul dalam peraturan perundang-
undangan.

28
LINTASAN SEJARAH BUMN
• Walaupun telah ada UU No.19 Tahun
1960, ternyata masih terdapat beberapa
usaha negara dalam bentuk Perseroan
Terbatas seperti PT. Hotel Indonesia
Internasional, PT. Sarinah dan bentuk
badan usaha khusus yang ditetapkan
dengan Undang-undang tersendiri, seperti
Bank-bank Pemerintah dan Pertamina
(Pramono, 2001, Kementerian BUMN,
2004 ).
29
BUMN DI ERA ORDE BARU
• Perjalanan sejarah masuk ke era Orde Baru.
Pada tahun 1969 dikeluarkan UU No.9 Tahun
1969 Tentang BUN, yang diawali dengan
dikeluarkannya Inpres No.17 Tahun 1967.
• Dalam UUBUN, BUMN dikelompokkan menjadi 3
( tiga ) jenis usaha negara yaitu : Perjan ex. Stb.
1927 : 419 tentang Indonesische Bedrijfvenwet (
IBW ); Perum yang tunduk pada UU No.10
Tahun 1960 dan Persero yang ditundukkan pada
Pasal 35 sampai dengan Pasal 55 KUHD yang
mengatur tentang PT yang sekarang diubah
dengan UU PT.
30
BUMN DI ERA ORDE BARU
• Dengan keluarnya UU BUN tersebut, maka PN
yang bergerak di bidang usaha yang bersifat
komersial dijadikan Persero dan pembinaannya
dilakukan menurut PP.No.12 Tahun 1969, yang
kemudian diubah dengan PP No.12 Tahun 1998
dan terakhir diubah dengan PP.45 Tahun 2005.
• Di dalam PP-PP tersebut ditegaskan bahwa
Persero adalah suatu korporasi yang dikelola
sepenuhnya sebagaimana Perseroan Terbatas.
Hakekat dari kebijakan tersebut adalah bahwa
terhadap Persero diperlakukan secara fair
sebagai badan usaha dan tidak dibedakan
dengan badan usaha swasta. Kedudukan
Pemerintah adalah sebagai pemegang saham.
31
PP NO.3 TAHUN 1983
• Di samping itu, di tahun 1983 dikeluarkan PP No.3 Tahun
1983 Tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan
Perjan, Perum, Persero. Intisari dari PP tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Pembinaan Perusahaan Negara dilakukan oleh Menteri
Keuangan selaku Pemegang Saham atau pemilik
modal bersama-sama dengan Menteri Teknis selaku
kuasa pemegang saham atau pemilik modal;
2) Baik Perjan maupun Perum, bahkan Persero sekalipun,
sangat kental nuansa penyelenggaraan kemanfaatan
pada umumnya;
3) Kekayaan Perjan bukan merupakan kekayaan Negara
yang dipisahkan, sedangkan kekayaan Persero dan
Perum adalah kekayaan Negara yang dipisahkan;

32
PP NOMOR 3 TAHUN 1983
4) Pimpinan Perusahaan dilakukan oleh Direksi ,
sedangkan Komisaris atau Dewan Pengawas sebagai
Pengawas dan Pemegang Saham atau pemilik modal
hanya sebagai pengarah;
5) Direksi/Komisaris Persero diangkat oleh Menteri
Keuangan atas usul Menteri;
6) Direksi/Dewan Pengawas Perum dan Perjan
diangkat oleh Presiden;
7) Direksi Perusahaan Negara dieselonisasikan pada
jenjang organisasi Departemen yang bersangkutan;
8) Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas merupakan
wakil-wakil dari Departemen Terkait ( Kementerian
BUMN, 2004 ).

33
DUALISME PEMBINAAN BUMN
• Dualisme pembinaan Perusahaan Negara
tersebut telah menyebabkan birokrasi yang
sangat panjang dan berbelit-belit sehingga
Perusahaan Negara sering terlambat dan bahkan
kehilangan momentum dan peluang bisnis yang
sudah ada didepannya. Bahkan banyak
Perusahaan Negara yang semakin hari semakin
menurun kinerjanya. Menyadari akan hal ini
Pemerintah kemudian mengeluarkan PP .No 12
Tahun 1998 Tentang Persero dan PP No.13
Tahun 1998 Tentang Perum. Dan PP.No.6
Tahun 2000 Tentang Perjan.
34
INTISARI PP NO.12 & 13 Thn 98
• Intisari PP No.12 dan No.13 tersebut di atas
adalah sebagai berikut.
1) Pembinaan Persero dilakukan oleh Menteri
Keuangan selaku pemegang saham, sedangkan
pembinaan Perum dilakukan oleh Menteri Keuangan
bersama-sama Menteri Teknis;
2) Bagi Perum nuansa penyelenggaraan kemanfaatan
umumnya masih sangat kental, namun bagi Persero
mengejar keuntungan merupakan tujuan, sehingga
apabila diberikan penugasan khusus dalam rangka
penyelenggaraan kemanfaatan umum, hal itupun
harus dikaitkan dengan upaya memperoleh
keuntungan;

35
INTISARI PP NO.12 & 13 Thn 98
3) Kekayaan Persero dan Perum adalah kekayaan
Negara yang dipisahkan;
4) Pimpinan Perusahaan dilakukan oleh Direksi,
sedangkan Komisaris atau Dewan Pengawas sebagai
Pengawas dan pemegang saham atau pemilik modal
hanya sebagai pengarah;
5) Direksi dan Komisaris Persero diangkat oleh Menteri
Keuangan, sedangkan Direksi dan Pengawas Perum
diangkat oleh Menteri Keuangan atas usul Menteri
Teknis;
6) Pada Persero maupun Perum tidak diberlakukan
eselonisasi jabatan sebagai pegawai negeri;

36
Intisari PP No.12 & 13 Thn 98
7) Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas diangkat
berdasarkan integritas dan kemampuan. Kalaupun
ada pejabat dari Departemen Pemerintahan terkait,
pengangkatannyapun harus memperhatikan
persyaratan integritas dan kemampuan;
8) Pegawai Persero dan Perum merupakan pegawai
perusahaan yang tunduk pada ketentuan
ketenagakerjaan;
9) Adanya larangan yang tegas terhadap pihak
manapun selain Direksi, Komisaris/Dewan Pengawas
dan pemegang saham atau Pemilik Modal untuk ikut
campur dalam pengelolaan perusahaan;
10)Adanya penegasan untuk tidak memberlakukan
ketentuan pelaksanaan APBN terhadap Perum dan
Persero ( Kementerian BUMN , 2004 ).

37
GARIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN
BUMN ( PERSERO )
• Jika kita pelajari secara lebih mendalam, sejak dari PP
No. 3 Tahun 83 sampai dengan PP No.12 dan No.13
Tahun 1998 sebenarnya Pemerintah sudah memberikan
arahan yang jelas bahwa yang disebut BUMN—
khususnya PT ( Persero )—suatu bentuk perusahaan
yang sistem kinerja dan pengelolaannya tunduk pada
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
PT. Misalnya : ketegasan tentang posisi atau status
Menteri Keuangan sebagai Pemegang Saham, Direksi
dan Komisaris Persero diangkat oleh Menteri Keuangan
selaku Pemegang Saham, Larangan yang tegas terhadap
pihak manapun selain Direksi, Komisaris dan Pemegang
Saham ( Menteri Keuangan ) untuk ikut campur dalam
pengelolaan perusahaan, merupakan penegasan status
PT ( Persero ) yang tidak lain adalah PT Biasa
sebagaimana diatur dan tunduk pada KUHD ( dulu )
atau UUPT ( setelah tahun 1995 sampai sekarang ).
38
GARIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN
PERSERO
• Dapat disimpulkan bahwa jiwa PT ( Persero ) tidak lain
adalah PT sebagaimana diatur di dalam KUHD atau
UUPT. Sayangnya di dalam PP-PP tersebut tentang apa
yang dimaksud dengan kekayaan (negara) yang
dipisahkan juga tidak diberi difinisi.
• Di dalam PP-PP tersebut hanya ditegaskan bahwa di
dalam Persero tidak berlaku ketentuan pelaksanaan
APBN.
• Ketentuan ini sebenarnya dapat diartikan bahwa
mekanisme aturan pelaksanaan APBN tidak berlaku bagi
PT ( Persero ). Makna dari ketentuan ini sebenarnya
menyiratkan bahwa kekayaan (negara) yang dipisahkan
ke dalam PT ( Persero ) bukan lagi menjadi bagian dari
kekayaan negara atau keuangan negara, akan tetapi
sudah menjadi kekayaan Persero ( modal ).

39
POSISI NEGARA DALAM PERSERO
• Posisi Negara yang dalam hal ini diwakili oleh Menteri
Keuangan adalah sebagai Pemegang Saham. Namun lagi-
lagi di dalam praktek sampai dengan sekarang ini, BPK,
BPKP dan PUPN masih masuk ke wilayah aset PT (Persero)
dengan dalil bahwa kekayaan Persero masih merupakan
bagian dari kekayaan negara.
• Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah sendiri selalu tidak
konsekuen dengan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan di bidang perseroan, disatu pihak menegaskan
bahwa Persero adalah entitas hukum korporasi yang
tunduk pada UUPT maupun UUPM ( untuk Persero Tbk ),
namun di pihak lain memperlakukan Persero sebagai ”
birokrasi ”( Bandingkan : Nugroho.D dan Siahaan, 2005 ).
Berdasarkan pemikiran obyektif teoritis, mari kita lihat
dahulu secara jernih apa yang dimaksud dengan kekayaan
negara yang dipisahkan itu, sebagaimana akan diuraikan di
bawah ini.
40
KEKAYAAN NEGARA VS KEUANGAN
NEGARA
• Kekayaan negara erat kaitannya dengan
keuangan negara ex. UUKN.
• Apakah yang dimaksud dengan keuangan
negara itu?.
• Apakah kekayaan negara yang dipisahkan
masih merupakan bagian dari keuangan
negara ?.

41
KEUANGAN NEGARA VERSI UU
TIPIKOR
• Yang dimaksud dengan keuangan negara dapat
ditemukan di dalam UU No.31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( UU Tipikor ).
• Yang dimaksud dengan keuangan negara adalah seluruh
kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan
atau tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala
bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban
yang timbul karena :
• (1). Berada dalam penguasaan, pengurusan dan
pertanggungjawaban Pejabat, Lembaga Negara, baik di
tingkat pusat maupun di daerah;
• (2). Berada dalam penguasaan, pengurusan dan
pertanggungjawaban BUMN/BUMD, Yayasan, Badan
Hukum dan perusahaan yang menyertakan modal
negara atau perusahaan yang menyertakan modal pihak
ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara.
42
KEUANGAN NEGARA VERSI UUKN

• Pasal 1 Angka (1) UUKN memberikan


batasan pengertian tentang apa yang
dimaksud dengan keuangan negara
adalah semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, serta
segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut.

43
KEUANGAN NEGARA VERSI UUKN
• Menurut Pasal 2 UU KN tersebut , Keuangan Negara
sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 1 Angka (1 )
tersebut meliputi :
• hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan
mengedarkan uang dan melakukan pinjaman;
• kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas
layanan umum pemerintahan negara dan membayar
tagihan pihak ketiga;
• Penerimaan Negara;
• Pengeluaran Negara;
• Penerimaan Daerah;
• Pengeluaran Daerah;

44
KEUANGAN NEGARA VERSI UUKN
• Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola
sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain
yang dapat dinilai dengan uang, termasuk ”
kekayaan yang dipisahkan ” pada perusahaan
negara/perusahaan daerah;
• Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh
pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan/atau kepentingan
umum;
• Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan
menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
45
TOLAK UKUR TDK SAMA TG UNSUR
KEUANGAN NEGARA
• Dari dua difinisi tersebut di atas, dapat dilihat adanya
dua difinisi tentang keuangan negara yang di dalamnya
memasukkan kekayaan negara yang dipisahkan sebagai
bagian dari keuangan negara, namun kedua difinisi itu
tidak memberikan batasan pengertian yang sama atau
tolak ukur yang sama tentang apa yang merupakan
unsur-unsur dari keuangan negara .
• UU Tipikor memberikan batasan pengertian yang sangat
luas yaitu meliputi seluruh kekayaan negara dalam
bentuk apapun.....dst, sedang UU KN memberikan
batasan pengertian keuangan negara yang lebih sempit
yaitu sebagai semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang ....dst.

46
TIMBUL PERDEBATAN
• Dari dua difinisi ini saja orang bisa berdebat, jika
mengacu kepada UU Tipikor , keuangan negara
berarti ” seluruh kekayaan negara .....dst ”,
sedangkan jika mengacu kepada UUKN ,
keuangan negara berarti ” hak dan
kewajiban ....dst”. Samakah makna hukumnya
antara ”seluruh kekayaan negara ” dengan ”hak
dan kewajiban negara”. Jawabannya pasti beda.
Yang satu wujudnya atau unsurnya adalah
seluruh kekayaan ( benda ) atau dapat diperluas
dengan istilah seluruh harta kekayaan negara,
sedang yang lain wujud atau unsurnya adalah
hak dan kewajiban .

47
UU TIPIKOR VS UUKN

• Jika dikupas lebih lanjut hak dan


kewajiban itu terkait erat dengan
kedudukan subyek hukum . Subyek
hukumlah yang menurut hukum dapat
menyandang hak dan kewajiban. PT
( Persero ) adalah subyek hukum , karena
PT ( Persero ) adalah badan hukum ,
sedang harta kekayaan adalah sesuatu
atau obyek yang dapat dimiliki atau
dikuasai oleh suatu subyek hukum yang
dapat menyandang hak dan kewajiban itu.
48
UU TIPIKOR VS UUKN

• Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa UU


Tipikor mengartikan keuangan negara dari sudut
obyeknya, sedang UU KN mengartikan keuangan
negara dari sudut subyeknya.
• Dari sini saja jika masing-masing siapapun
yang terlibat dalam pelaksanaan undang-undang
tersebut tidak menggunakan kriteria yang sama
atau pendekatan yang sama , dapat dipastikan
dalam pelaksanaannya akan menimbulkan
permasalahan.

49
SEKEDAR CONTOH
• Kami ambil contoh , pada masa Pemerintah Orde Baru
disamping didirikan Persero , banyak pula didirikan Yayasan
oleh lembaga-lembaga atau instansi Pemerintah baik di pusat
maupun di daerah termasuk oleh BUMN dan BUMD.
• Pembentukan Persero dan Yayasan tersebut telah membawa
konsekuensi hukum sebagian keuangan negara “dipisahkan”
untuk dijadikan modal atau kekayaan awal Persero atau
Yayasan tersebut.
• Posisi atau status Negara atau Pemerintah dalam Persero
adalah Pemegang saham atau Pemilik Modal dan status
Pemerintah dalam Yayasan adalah Pendiri Yayasan.
• Kemudian jika Persero mendirikan Yayasan, maka status
Persero adalah Pendiri Yayasan.
• Di sini seharusnya tidak ada lagi istilah ” masih menjadi
bagian dari kekayaan negara”. Kekayaan itu sudah menjadi
kekayaan entitas hukum yang didirikan tersebut, terpisah dari
induknya.
50
SEKEDAR CONTOH
• Kedudukan lembaga Pemerintah sebagai pendiri Persero
atau Yayasan atau kedudukan Persero sebagai pendiri
Yayasan pada umumnya diwakili oleh pejabat pada
lembaga atau Persero yang bersangkutan baik secara ex
offisio maupun secara pribadi.
• Praktek di Era Orde Baru , walaupun bertindak secara
pribadi, namun kewenangan-kewenangan publik yang
melekat pada dirinya sering “dimanfaatkan” untuk
kepentingan-kepentingan tertentu atau untuk memupuk
kekayaan yayasan.
• Bagi Yayasan-yayasan yang berada di bawah
Departemen atau Persero dalam kiprahnya tersebut
tampak seperti dikuasai oleh Pemerintah atau Persero
tersebut.
51
SEKEDAR CONTOH
• Namun demikian jika dikupas secara yuridis, Persero
atau Yayasan menurut hukum adalah entitas hukum
privat yang mandiri terlepas dari para pendirinya
termasuk di dalamnya kekayaan Persero atau kekayaan
yayasan adalah terlepas dari kekayaan para pendiri
tersebut. Yang kemudian menimbulkan permasalahan
adalah sekalipun Persero atau Yayasan yang dibentuk
oleh Pemerintah atau oleh Persero yang secara yuridis
diakui sebagai entitas hukum privat , namun di dalam
praktek ada pihak-pihak yang masih mempersoalkan
apakah kekayaan Persero atau Yayasan di bawah
Departemen atau Yayasan yang didirikan oleh Persero
boleh atau tidak diperiksa oleh BPK atau BPKP ?.

52
SEKEDAR CONTOH
• Yang berpandangan bahwa Persero dan Yayasan adalah
entitas hukum privat mengatakan bahwa pemeriksaan
tersebut tidak tepat. Yang benar adalah diperiksa oleh
Akuntan Publik yang fungsinya sama dengan BPK atau
BPKP.
• Sementara pihak yang berpandangan bahwa kekayaan
negara yang dipisahkan itu masih merupakan bagian
dari keuangan negara mengatakan bahwa pemeriksaan
itu tentunya harus dibolehkan.
• Pro kontra demikian tidak kunjung selesai, karena
pengertian ” kekayaan negara yang dipisahkan ” tidak
jelas batasan normatifnya di dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku saat itu. Sekali lagi ”
korporasi ” secara ” kikuk ” diperlakukan sebagai ”
birokrasi ”.

53
BAGAIMANA SETELAH KELUAR UU
BUMN ?
• Dengan keluarnya UU No.19 Tahun 2003 Tentang BUMN
( UUBUMN) , apa yang dimaksud dengan kekayaan
negara yang dipisahkan dapat kita temukan difinisinya
secara jelas, sebagaimana akan kami bahas dibawah.
• Diharapkan polemik tentang apa yang dimaksud dengan
kekayaan negara yang dipisahkan yang berimbas kepada
status BUMN, khususnya Persero dapat diakhiri dengan
keluarnya UU tersebut.
• Namun demikian ternyata di dalam praktek sejauh
pengamatan kami ternyata polemik itu juga belum
berhenti , terlebih jika dikaitkan dengan gerakan
pemberantasan KKN di negeri ini, khususnya jika
dikaitkan dengan UU Tipikor dan UU KN seperti
diuraikan di atas.
54
KEKAYAAN TERPISAH MENURUT UU
BUMN ?
• Di dalam Pasal 1 Ayat (1) UU BUMN, yang
dimaksud dengan BUMN adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari ”kekayaan negara
yang dipisahkan”.
• Kemudian menurut Pasal 1 Ayat (10) yang
dimaksud dengan kekayaan negara yang
dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal
dari APBN untuk dijadikan penyertaan modal
negara pada Persero dan/atau Perum serta PT
lainnya.
55
KEKAYAAN TERPISAH MENURUT UU
BUMN
• Selanjutnya di dalam Pasal 4 Ayat (1) ditegaskan
bahwa modal BUMN merupakan dan berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan.
• Dalam penjelasannya dikatakan bahwa yang
dimaksud dengan ” dipisahkan ” adalah
pemisahan kekayaan negara dari APBN untuk
dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN
untuk selanjutnya pembinaan dan
pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada
sistem APBN, namun pembinaan dan
pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip
perusahaan yang sehat.
56
KEKAYAAN TERPISAH MENURUT UU
BUMN
• Sebagaimana diketahui bahwa dengan
keluarnya UU BUMN , BUMN sekarang ini
tidak lagi terdiri dari tiga jenis, yaitu
Perjan, Perum, Persero seperti diatur di
dalam UUBUN dahulu, namun terdiri dari
dua jenis, yaitu : Perusahaan Persero dan
Perusahaan Umum.

57
PERSERO MENURUT UU BUMN
• Yang dimaksud dengan Perusahaan Perseroan,
yang selanjutnya disebut Persero adalah BUMN
yang berbentuk PT yang modalnya terbagi
dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51
% sahamnya dimiliki oleh Negara RI yang tujuan
utamanya mengejar keuntungan ( Pasal 1 Ayat
(2) ).
• Perusahaan Perseroan Terbuka, yang
selanjutnya disebut Persero Terbuka adalah
Persero yang modal dan jumlah pemegang
sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau
Persero yang melakukan penawaran umum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
di bidang pasar modal ( Pasal 1 Ayat (3).
58
PERUM MENURUT UUBUMN

• Yang dimaksud dengan Perusahaan


Umum, yang selanjutnya disebut Perum
adalah BUMN yang seluruh modalnya
dimiliki negara dan tidak terbagi atas
saham, yang bertujuan untuk
kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi
dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.
59
DOKTRIN HUKUM BISNIS
• Dari ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 1
Ayat (10) jo Pasal 4 Ayat (1) UUBUMN beserta
penjelasannya sudah cukup jelas dan tegas
tentang apa yang dimaksudkan dengan
kekayaan negara yang dipisahkan itu.
• Menurut pandangan Hukum Bisnis kekayaan
negara yang dipisahkan untuk dijadikan
penyertaan modal pada Persero itu menjadi
terlepas , terpisah dari induknya ( sistem APBN )
dan berubah menjadi modal yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk ”saham” dan
pembinaan serta pengelolaannya didasarkan
pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan
yang sehat ( good corporate governance ).
60
DOKTRIN HUKUM BISNIS
• Dari sudut pandang Hukum Bisnis, munculnya istilah
kekayaan yang dipisahkan atau kekayaan terpisah,
sebenarnya sudah sejak lahirnya teori tentang badan
hukum.
• Apakah teori fiksi, teori organ. Teori kekayaan bersama,
teori kekayaan bertujuan, teori kenyataan yuridis ,
semuanya menyatakan adanya kehendak dan kedudukan
yang mandiri ( persona standi in judicio ) bagi badan
hukum.
• Namun hanya teori ” kekayaan bersama ”
( vermogenstheorie ) dari Rudolf von Jhering ( Jerman )
Molenggraaf ( Belanda ) Marcel Planiol ( Perancis ) yang
kemudian diikuti oleh Star Busmann, Kranenburg, Paul
Scolten dan Apeldororn dan teori ” kekayaan bertujuan ”
( zweckvermogen ) dari A.Brinz ( Jerman ) Van der Heijden
dan Utrecht ( Belanda ) yang menerangkan adanya
kekayaan terpisah dari badan hukum.
61
DOKTRIN HUKUM BISNIS

• Makna dari ” terpisah ” di sini adalah terlepas


dari yang memegangnya ( onpersoonlijk atau
subjecttloos ) ( Periksa : Ali, 1987 ).
• Dalam bahasa Belanda ” dipisah ” itu digunakan
istilah ” split’sen, spliste, gesplitst ” yang artinya
”dibagi” atau ”dibelah”. ” Splitsing ” adalah
pembagian atau pembelahan.
• Di bagi atau dibelah atau dipisahkan itu berarti
terlepas satu dengan yang lain, terpisah. Tidak
tepat jika dikatakan bahwa yang satu masih
merupakan bagian dari yang lain.
62
FILOSOFI MENDIRIKAN BH
• Filosofi orang mendirikan badan hukum adalah bahwa
dengan kematiannya, maka harta kekayaannya
diharapkan masih dapat bermanfaat bagi orang lain.
• Oleh karena alasan filosofi itu, maka hukum
menciptakan suatu kreasi ” sesuatu ” yang oleh hukum
kemudian dianggap atau diakui sebagai subyek hukum
mandiri seperti halnya orang ( natuurlijk persoon ).
• Kemudian ” sesuatu ” itu oleh ilmu hukum disebut
sebagai ” badan hukum ” ( rechtspersoon ) yang dapat
menjadi subyek hukum dan menyandang hak dan
kewajiban seperti halnya orang ( natuurlijk persoon ).
Agar badan hukum itu dapat bertindak seperti halnya ”
orang sungguhan ” ( natuurlijk persoon ) , maka
diperlukan ” organ ”, sebagai alat dari badan hukum itu
dalam menjalin hubungan hukum dengan pihak ketiga.

63
FILOSOFI MENDIRIKAN BH
• Agar badan hukum itu dapat berinteraksi dalam
pergaulan hukum seperti : membuat perjanjian,
melakukan kegiatan usaha tertentu, diperlukan
”modal”.
• Modal awal badan hukum itu datang dari
kekayaan si pendiri yang dipisahkan, di”splits”
menjadi kekayaan badan hukum itu, terpisah,
terlepas dari kekayaan si pendiri.
• Oleh sebab itu salah satu ciri utama suatu badan
hukum , seperti halnya PT ( termasuk PT
Persero ) adalah adanya kekayaan terpisah ini,
yaitu kekayaan yang terpisah dari kekayaan
pribadi si pendiri badan hukum itu.
64
FILOSOFI PERSERO SBG BH
• Mengacu kepada teori badan hukum seperti
diuraikan di atas, pendirian PT maupun PT
Persero atau badan hukum yang lain oleh
Negara dengan jalan memisahkan harta
kekayaan negara untuk dijadikan modal badan
hukum akan mengandung makna bahwa begitu
badan usaha tersebut dinyatakan sah berstatus
sebagai badan hukum, maka ”kekayaan yang
dipisahkan ”yang merupakan salah satu ciri
utama badan hukum, harus diartikan sebagai
harta kekayaan badan hukum itu yang terlepas
atau terpisah dari orang atau pihak atau pendiri
dari badan hukum itu.

65
FILOSOFI PERSERO SEBAGAI BH
• Tidak tepat jika hal itu dipahami sebagai ” dilepaskan
kepalanya , tetapi kemudian masih dikendalikan atau
dipegang ekornya ”. Tidak tepat jika dirikan suatu ”
korporasi ”, namun dekelola secara ” birokrasi ”.
• Bukan begitu ” ruh” nya badan hukum korporasi itu.
Oleh sebab itu, benar jika dipersoalkan bahwa jika aset
Persero sebagai badan hukum mandiri, masih diangap
sebagai aset negara, maka hutang Persero juga harus
dianggap sebagai hutang negara.
• Jika konsekuen dengan pemahaman ini, negara akan
bisa bangkrut , karena APBN akan bisa ”habis” hanya
dipakai untuk membayar hutang-hutang BUMN
( Persero ). Sekali lagi , bukan begitu ” ruh ” dari badan
hukum Persero itu.
66
TAFSIR YANG AMBIGIUS ?

• Hakekat badan hukum seharusnya tidak


dipahami sebagai demikian. Tidak tepat jika kita
memberikan tafsir yang ambigius dalam
memahami ” kekayaan negara yang dipisahkan ”
menjadi penyertaan modal dalam BUMN
( Persero ).
• Di satu sisi kekayaan tersebut diakui sebagai
modal Persero, yang kemudian berujud saham,
namun di sisi lain masih tetap merupakan bagian
dari kekayaan negara yang berarti merupakan
bagian dari keuangan negara.
67
TAFSIR YANG AMBIGIUS

• Bisa dibayangkan bagaimana jadinya , jika


saham itu kemudian dijual melalui bursa pasar
modal, kemudian dibeli oleh masyarakat umum,
bahkan bisa oleh pemodal asing.
• Pemahaman bahwa kekayaan negara yang
dipisahkan tersebut masih menjadi bagian dari
kekayaan negara atau keuangan negara, akan
mengakibatkan ketidakpastian hukum berkenaan
dengan status saham tersebut. Kami berani
memprediksikan bahwa saham tersebut pasti
tidak akan diminati investor.
68
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS
• Dari kacamata hukum bisnis, pengertian ” dipisahkan ”
( splitsing ) yang berarti dibagi, dibelah, dihibahkan
wajib dimengerti sebagai hukum khusus ( lex
specialis ) , sehingga seharusnya perdebatan tentang
apakah kekayaan negara yang dipisahkan itu masih
menjadi bagian dari kekayaan negara atau keuangan
negara atau bukan, tidak perlu terjadi dan harus
dihentikan mulai sekarang.
• Dalam kaitan ini, jika ada potensi kerugian atau risiko
bisnis sebagai akibat dari business judment yang
dilakukan oleh manajemen, tidak harus selalu diartikan
sebagai telah merugikan keuangan negara, karena
kekayaan Persero memang bukan bagian dari keuangan
negara. Setiap business judment dalam suatu korporasi
bisa saja hasilnya tidak selamanya dapat mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan.
69
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS
• Sebagai contoh, Bank ( Persero ) memberikan kredit
sesuai dengan aturan yang berlaku, kemudian karena
krisis seperti yang terjadi pada tahun 1997 yang lalu,
kredit tersebut macet. Sebagai akibatnya Bank mengalami
kerugian dan apabila dipahami karena kekayaan Bank
( Persero ) tersebut masih menjadi bagian dari kekayaan
negara, maka kerugian Bank tersebut dapat
dikualifikasikan sebagai ”kerugikan negara ” alias dapat
dikenakan ketentuan tentang tindak pidana korupsi.
• Jika pemahaman demikian diterima, efeknya dalam
hukum bisnis sangat luas. Manajemen akan menjadi ”
pobia” untuk mengambil keputusan ”business”. Akibat
selanjutnya Persero tersebut dapat dipastikan lama
kelamaan akan koleps dengan sendirinya, karena
manajemen takut mengambil keputusan bisnis yang
benar.

70
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS
• Selama masih dalam koridor atau batas-batas ketentuan
UU dan anggaran dasar perusahaan, maka kerugian itu
adalah kerugian perusahaan, bukan kerugian negara.
• Jika dapat dibuktikan bahwa hal itu terjadi karena
mismanajemen, maka UUPT telah memberi sanksi
adanya pertanggungjawaban Direksi dan Komisaris serta
Pemegang Saham sampai kepada harta pribadi masing-
masing secara tanggung renteng, tentunya bersama-
sama dengan PT sebagai badan hukum. Jika PT melalui
Direksi melakukan manipulasi pajak misalnya, maka
UUPajak akan meberikan sanksi hukum terhadapnya.
• Jika PT melalui manajemennya telah melakukan
pencemaran lingkungan, maka UU Lingkungan Hidup
akan memberikan sanksi hukum terhadapnya, dan
seterusnya.

71
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS

• Jika seandainya Direksi sebagai manajemen


Perseroan mengikuti tender proyek Pemerintah,
kemudian Direksi ikut terlibat dalam melakukan ”
mark up ” nilai proyek, tindakan seperti ini dapat
saja dikualifikasikan merugikan keuangan
negara, karena ada uang negara yang langsung
disalahgunakan oleh Pimpinan Proyek dengan
konspirasi dengan Direksi Perseroan. Pendapat
ini kami kemukakan secara panjang lebar, bukan
berarti kami anti pemberantasan korupsi.

72
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS

• Kami mendukung penuh gerakan


pemberantasan korupsi di negeri ini yang sudah
bagaikan ” penyakit cancer ”, namun kami
sebagai ilmuwan hanya ingin memberikan
sumbang pemikiran obyektif, bahwa penegakan
hukum jangan justru dilakukan dengan
mangabaikan kepastian hukum atau bahkan
dengan cara-cara yang melanggar kaedah-
kaedah atau asas-asas hukum itu sendiri yang
merupakan jiwa dari hukum normatif yang
tersurat di dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
73
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS

• Seperti UUPT, UUPM, UU BUMN menurut hemat


kami adalah hukum khusus yang mengatur
tentang PT , PT ” Tbk ” , Persero Terbuka dan
BUMN khususnya.
• Berhadapan dengan UU Perbendaharan Negara
dan UU Tipikor atau UU PUPN misalnya ,
menurut hemat kami harus berlaku adagium ”
lex specialis derogat legi generali ”.
• UUPT dan UU BUMN adalah hukum khusus,
sedangkan UU Tipikor dan UU Perbedaharaan
Negara dan UU PUPN adalah hukum umumnya.
74
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS
• Memang kami juga bisa memahami, jika
pengertian kekayaan negara yang dipisahkan itu
dikaitkan dengan ketentuan yang mengatur
tentang keuangan negara seperti yang diatur di
dalam UU KN, kemudian timbul pertanyaan
apakah kekayaan negara yang dipisahkan itu
masuk dalam kategori atau klasisfikasi keuangan
negara menurut UU KN atau tidak ?.
• Jawabannya tegas secara normatif ”masuk”
( Lihat Pasal 2 UU KN). Jika kita setuju dengan
jawaban ” masuk ”, bukankah berarti bahwa
kekayaan negara yang dipisahkan itu masih
merupakan bagian dari keuangan negara ?.

75
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS
• Dari pertanyaan yang terakhir ini, jawabannya juga tegas,
yaitu : ya, benar, bahwa kekayaan negara yang dipisahkan
adalah bagian dari keuangan negara menurut ketentuan
Pasal 2 UU KN . Jika penjelasan ini disetujui, bukankah lalu
benar juga jika kita katakan bahwa kekayaan negara yang
dipisahkan yang kemudian dijadikan penyertaan modal
Persero masih dapat kita katakan sebagai bagian dari
keuangan negara.
• Jika benar, bukankah BPK atau BPKP boleh masuk
memeriksa kinerja keuangan dari BUMN tersebut ?.
Bukankah PUPN adalah institusi yang wenang menagih
piutang BUMN ( Persero ) tersebut ?. Jika dari pengelolaan
kekayaan Persero tersebut diduga atau terindikasi adanya
kerugian perusahaan, bukankah kerugian itu dapat
dikualifikasikan sebagai kerugian negara, yang dengan
demikian dapat dikenai ketentuan UU Tipikor ?.

76
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS
• Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang selama ini menjadi
perdebatan berkepanjangan terkait erat dengan Program
Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Namun demikian, jika
kita secara jernih , secara obyektif teoritis sepakat bahwa UU
BUMN , UUPT , UUPM adalah hukum khusus yang mengatur
tentang BUMN, maka seharusnya perdebatan seperti ini tidak
perlu terjadi.
• Dari kacamata hukum bisnis sudah jelas dan tegas bahwa
kekayaan negara yang dipisahkan itu akan menjadi bagian
modal Persero atau PT atau PT Terbuka yang ujudnya akan
berubah menjadi saham. Kedudukan negara yang diwakili
oleh Pejabat yang ditunjuk – dalam hal ini Meneg BUMN –
adalah sebagai Pemegang Saham. Intensitas ”
medezeggenschap ” terhadap Perusahaan tergantung dari
besarnya jumlah saham ( modal ) yang dimiliki atau
berdasarkan perjanjian tersendiri antara pihak Pemerintah
dan pihak pemilik atau pendirinya lainnya ( Pramono, 2001;
Biro Sospol dan Hukum Departemen Perindustrian, 1972 ).
77
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS
• Perlu disadari bahwa Persero maupun Persero Terbuka
atau PT yang modalnya sebagian milik negara itu tidak
menutup kemungkinan masuknya orang luar atau
swasta bahkan swasta asing yang juga berstatus sebagai
pemegang saham. Bahkan tidak tertutup kemungkinan
Persero tersebut masuk ke Bursa Pasar Modal, dimana
setiap saat pemegang sahamnya bisa berubah-ubah.
Jika kedudukan Negara sebagai pemegang saham dan
sahamnya masih dikait-kaitkan sebagai bagian dari
kekayaan negara yang dipisahkan yang berarti
merupakan bagian dari keuangan negara, maka ” roh ”
PT akan kabur, investor akan lari dari Bursa Pasar Modal
karena instrument itu menjadi tidak menarik lagi karena
tidak adanya kepastian hukum .

78
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS
• Pemahaman ” saham” sebagai bagian dari keuangan
negara akan mengaburkan hakekat PT sebagai badan
hukum mandiri.
• Kedudukan Pemegang Saham akan tidak jelas, akan
menjadi ” rancu ” . Bagian dari kekayaan pihak luar, pihak
swasta yang menjadi pemegang saham juga dalam Persero
akan menjadi tidak mempunyai kepastian hukum. Jika hal
ini dibenarkan , akan berpengaruh luas terhadap eksistensi
PT termasuk Persero maupun PT Terbuka.
• Bisa dibayangkan jika PT itu sudah menjual sahamnya ke
Pasar Modal dan setiap saat saham itu bisa berubah dari
satu pemegang ke pemegang saham yang lain, kemudian
hukum umum memandang bahwa saham itu dinyatakan
sebagai bagian dari kekayaan negara, dari sisi hukum
bisnis hal ini pasti akan berpengaruh pada investor pasar
modal.

79
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS
• Bahwa hampir dapat dipastikan bursa pasar
modal tidak akan menarik bagi para investor
untuk berinvestasi di bursa pasar modal.
• Multiplier efeknya bursa akan tidak diminati
investor dan cepat atau lambat akan
berpengaruh terhadap keberhasilan kinerja
perekonomian nasional. Seharsunya adagium ”
lex specialis derogat legi generali ” dipahami
bersama oleh aparat penegak hukum dan setiap
pihak yang berkepentingan dengan ” masalah
kekayaan negara yang dipisahkan ” ini dan
masalah yang berkaitan dengan status BUMN,
khususnya PT Persero.

80
HUKUM BISNIS – LEX SPECIALIS

• Oleh sebab itu, jika Persero atau Persero


Terbuka atau PT yang sebagian sahamnya
dimiliki oleh negara yang menurut UU BUMN
masih dikategorikan sebagai BUMN, kami
berpendapat bahwa berkaitan dengan kekayaan
negara yang dipisahkan dari APBN itu harus
diartikan sebagai kekayaan Persero.
• Hukumnya tunduk pada UUPT, UUPM maupun
UUBUMN. Di sinilah kunci pemahaman tentang
”makna” atau ” ruh ” atau ” hakekat ” dari apa
yang dimaksud dengan kekayaan negara yang
dipisahkan itu.
81
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS
• Silahkan kembali dipahami secara lebih teliti ketentuan
Pasal 1 Ayat (10 ) jo Pasal 4 Ayat (1) beserta
penjelasannya dari UU BUMN dikaitkan dengan
pengertian Persero. Persero itu adalah BUMN yang
bentuk hukumnya PT seperti yang diatur di dalam UU
PT. Jika PT ( Persero ) itu menjual sahamnya ke Bursa
Pasar Modal, maka ia akan ditundukkan pula pada UU
PM .
• Terkait dengan kekayaan negara yang dipisahkan yang
dijadikan penyertaan modal pada Persero tersebut
menurut hukum PT wujudnya menjadi ” saham ”.
Negara yang diwakili oleh Pejabat Negara yang ditunjuk
– dalam hal ini Meneg BUMN -- statusnya adalah
Pemegang Saham.
82
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS
• Jadi menurut hukum PT, kekayaan negara yang
dipisahkan itu secara yuridis hakekatnya adalah
telah ”dilepaskan penguasaannya ” atau dapat
dikatakan telah ” dihibahkan ” , sehingga segala
konsekuensi penggunaan, pengelolaan dan
pengawasan atas kekayaan tersebut akan lepas
sama sekali dari pihak yang memberi atau yang
menghibahkan atau yang memisahkan kekayaan
tersebut dan UU BUMN mengamanatkan bahwa
kekayaan itu wajib dikelola berdasarkan prinsip-
prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat atau
yang sering disebut dengan istilah good
corporate governance.

83
DEVIDEN MASUK BAGIAN KEUANGAN
NEGARA
• Jika akan dikaitkan dengan ” keuangan negara ”.
Barangkali deviden yang ada ( jika ada ) dari hasil saham
yang menjadi hak BUMN tersebut yang wajib disetorkan
ke kas negara, layak dan tepat jika dikatakan merupakan
bagian dari keuangan negara menurut UUKN. Selagi masih
dalam status saham, hukum PT yang berlaku, begitu ada
deviden ( itupun jika ada , karena PT belum tentu dapat
membagi deviden ) , maka deviden itu lah wujud dari
bagian keuangan negara. Jika ” deviden ” disalahgunakan
oleh Direksi , maka itu adalah tindakan yang masuk dalam
koridor ” korupsi ”, jika tidak ya bukan korupsi namanya.
• Jika uang Perseroan disalahgunakan oleh Direksi, bisa jadi
itu ”penggelapan ” sebagaimana diatur di dalam Pasal 372
KUHP atau mungkin ” penipuan ” sebagaimana diatur di
dalam Pasal 378 KUHP, tidak harus semuanya
dikualifikasikan ” korupsi ”.

84
FATWA MA PENEGASAN DOKTRIN
HUKUM BISNIS
• Bagaimanapun PT adalah entitas hukum privat dengan
segala konsekuensi yuridisnya. Oleh karena itu, menurut
hemat kami tepat Fatwa Mahkamah Agung RI No.
WKMA/Yud/20/VIII/2006 Tgl. 16 Agustus 2006 yang
ditujukan kepada Menteri Keuangan yang antara lain
mengatakan bahwa berkaitan dengan ketentuan Pasal 1
Ayat (1) jis Pasal 4 Ayat (1) UU BUMN dan Pasal 2 huruf
”g” UU KN , ketentuan di dalam Pasal 2 huruf ”g” UU KN
khusus mengenai ” kekayaan negara yang dipisahkan
pada perusahaan negara/perusahaan daerah ” tidak
mempunyai kekuatan hukum lagi.
• Tepat pula apa yang ditulis oleh Prof.Erman Rajagukguk
di Harian Bisnis Indonesia, Rabu, Tgl. 4 Oktober 2006
yang menyatakan bahwa kekayaan BUMN Persero bukan
kekayaan negara.

85
FATWA MA PENEGASAN DOKTRIN
HUKUM BISNIS
• Jika mengacu kepada pandangan yuridis seperti kami
kemukakan di atas bahwa kekayaan negara yang
“dipisahkan” penguasaannya oleh negara, berarti bahwa
kekayaan itu telah dilepaskan, telah dihibahkan atau
telah diberikan kepada Persero sebagai entitas hukum
privat yang mandiri, terlepas dari si pemberi atau pendiri
atau pihak yang memisahkan , maka pada saat pendiri (
dalam hal ini Negara ) mengikrarkan harta kekayaannya
“dipisahkan” dari APBN, maka pada saat itu kekayaan
negara tersebut secara yuridis mempunyai kedudukan
mandiri ( standi in judicio ) dan secara yuridis pula
pendiri tidak lagi mempunyai hubungan hukum dengan
kekayaan Persero. Harta kekayaan yang dipisahkan
tersebut telah putus hubungan dengan sistem
pengelolaan dalam APBN.
86
FATWA MA PENEGASAN DOKTRIN
HUKUM BISNIS
• Pengurusan harta kekayaan Persero tersebut selanjutnya
dilakukan oleh Direksi yang merupakan pemegang
amanat perseroan berdasarkan prinsip ” fiduciary duty ”.
• Direksi bertindak untuk dan atas nama Persero, mewakili
Persero di dalam maupun di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan UU dan anggaran dasar dan
kepantasan serta kepatutan (bandingkan : Prasetya,
1984 : 6, Pangaribuan, 1984 : 4, Hasil Lokakarya Hukum
Perseroan : BPHN-USU-UGM, 14-15 Februari 1984).
Direksi dalam menjalankan pengurusan Persero dan
pengawasan Persero harus dilandasi itikad baik dan
tanggung jawab demi kepentingan dan tujuan Persero.
Setiap kelalaian Direksi dan Komosaris akan
dipertanggungjawabkan secara pribadi untuk
seluruhnya, berdasarkan teori ” piercing the corporate
veil ”.
87
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS
• Namun demikian jika mengacu kepada UU Tipikor,
kekayaan negara yang dipisahkan kepada Persero
( BUMN ) , masih dikualifikasikan sebagai bagian dari
pengertian keuangan negara.
• Dari kacamata hukum bisnis sekali lagi perlu dipahami
apa makna ” kekayaan negara yang dipisahkan ” seperti
diatur di dalam UU BUMN dan apa kaitannya dengan
keuangan negara seperti yang diatur di dalam UU KN.
• Dalam kaitan ini ” adagium lex specialis derogat legi
generali dan lex posteriori derogat legi priori ”
merupakan asas yang harus diberlakukan untuk
memahami kerkaitan antara ketiga undang-undang
tersebut.

88
HUKUM BISNIS = LEX SPECIALIS

• Jika Persero atau Persero Terbuka ,


komposisi sahamnya tidak lagi memenuhi
kriteria Pasal 1 Ayat (2) dan Ayat (3) UU
BUMN, makan PT tersebut tidak lagi dapat
dikatakan sebagai BUMN. Oleh karenanya
ia akan murni berstatus sebagai PT biasa
sebagaimana diatur di dalam UUPT dan
tidak lagi tunduk pada ketentuan UU
BUMN apalagi UU KN dan UU Tipikor.

89
PEMBEDAAN LAIN JENIS
PERUSAHAAN
• 1. Persh Negara ( BUMN ) : badan usaha yg seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan ( Ps 1
(1) UU No. 19 Thn 2003 Tg BUMN ). BUMN : Perusahaan Perseroan
( Persero ) ; Perusahaan Perseroan Terbuka ( Persero Tbk ) ;
Perusahaan Umum ( Perum ).
• Persero : BUMN yg berbentuk PT yg modalnya terbagi dlm saham yg
seluruhnya atau paling sdkt 51 % shmnya dimiliki oleh Negara yang
tujuan utamanya mengejar keuntungan.
• Persero Tbk : Persero yg modal dan jumlah pmg shmnya memenuhi
kriteria tertentu atau Persero yg melakukan penawaran umum melalui
psar modal.
• Perum : BUMN yg selh modlnya dimiliki negara dan tdk terbagi atas
saham yg bertujuan utk kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan atau jasa yg bermutu mtinggi dan sekaligus mengejar
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan persh.

90
PEMBEDAAN LAIN JENIS
PERUSAHAAN
• 2. Perusahaan Swasta : Badan usaha yg
modalnya seluruhnya dimiliki oleh swasta.
Umumnya berbentuk hukum PT, CV.
• 3. Perusahaan Nasional : Persero ( Persero Tbk )
yg modalnya 51 % dimiliki oleh Negara atau
Swasta nasional dan 49 % asing.
• PMA : Persero ( Persero Tbk ) yg modalnya
kurang dari 51 % dimiliki oleh Negara atau
Swasta nasional dan selebihnya asing.
• PMA : Joint Venture, Joint Entreprise, Kontrak
Karya, BOT, BLT dan 100 % Modal Asing.

91
SUMBER HUKUM PERUSAHAAN
• Sumber Hukum Perusahaan : asal darimana kewenangan dan
kekuatan memaksa hukum positif diperoleh.

• Sumber Hukum Perusahaan : KUHPdt, KUHD,UU No. 1 Thn 1995 jo


UU No. 40 Thn 2007 Tg PT, UU No.8 Thn 1995 Tg Pasar Modal ,UU
No. 7 Thn 1992 jo UU No.10 Thn 1998 Tg Perbankan, UU No.3 Thn
2004 Tg BI , UU No.8 Thn 1997 Tg Dokumen Perusahaan, UU No.3
Thn 1982 Tg Wajib Daftar Perusahaan, UU No.4 Thn 1998 JO uu
No.37 Thn 2004 Tg Kepailitan; UU No.19 Thn 2003 Ttg BUMN, uu
No.5 Thn 99 Tg Anti Monopoli, UU No. 25 Thn 2007 Tg Penanaman
Modal, UU No.25 Thn 92 Tg Koperasi, dan lain-lain UU diluar KUHD
dan KUHPdt yang mngatur tentang lingkungan bisnis dan PP,
Kepres, Kep.Menteri dan sebagainya sebagai bentuk peraturan
pelaksanaan atas UU terkait; Kebiasaan dan Jurisprudensi serta
Doktrin ( Pendapat Ahli yang sdh menjadi Communis Opinio
Doctorum ).

92
BENTUK-BENTUK
PERUSAHAAN
• PARTNERSHIPS

• Persekutuan, Kongsi, Kompanyon, Asosiasi, Kemitraan.

• Diatur dlm Ps 1618 – 1652 KUHPdt.


• Partnership : perjanjian antara dua orang atau lebih yg mengikatkan
diri utk memasukkan sesuatu ( inbreng : pemasukan, modal ,
kontribusi ) kedlm persekutuan, dng maksud utk membagi
keuntungan yg diperoleh karenanya ( Ps 1618 KUHPdt ).
• “ Inbreng “ dan “ kerjasama “ adl unsur mutlak utk adanya
partnership. Inbreng : uang, barang, tenaga kerja ( skill : lahiriah-
tenaga, batiniah – profesi, keahlian ).
• Unsur-unsur lain : bertindak terang-terangan, bersifat kebendaan,
mengejar untung, keuntungan harus dibagi bersama, adanya
kerjasama tdk perlu dikethui pihak ketiga, tujuan kerjasama harus
tidak terlarang oleh hukum, untuk kepentingan bersama para
sekutu.
93
PARTNERSHIP
• ISI PERJANJIAN PARTNERSHIP.
• Bagian “ inbreng “ dan cara memasukkannya.
• Cara kerja atau pembagian pengurusan.
• Pembagian keuntungan ( ila tdk diatur berlaku KUHPdt).
• Tujuan kerjasama.
• Jangka waktu.
• Dll.
• Ciri Partnership : keluar masing2 sekutu bertindak
seolah-olah utk diri sendiri ( mengikat diri sendiri ) thp
pihak ketiga, namun kedlm mereka mengikatkan diri dlm
persektuan.

94
PARTNERSHIP
• CONTOH
• A, B dan C sepakat mendirikan Partnership dg
Nama A & Assosiated. A bertindak keluar
membuat perjanjian dg D misalnya. Sekalipun ia
mengatasnamakan A & Assosiated, secara
yuridis hanya A yg terikat kepada D, kecuali jika
perbutan itu mengutungkan Partnership . Jika yg
bertindak keluar itu A dan B , maka A dan B
terikat sama besar thp pihak ketiga. Kesannya
janggal atau tidak adil, namun itulah prinsip
partnership-kerjasama utk kepentingan
bersama.

95
PARTNERSHIP
• SIFAT KEPRIBADIAN
• Dlm Partnership sifat kepribadian antar anggota sekutu
masih dominan, krn tanpa saling mengenal antar
anggota niscaya terjadi kerjasam utk tujuan dan
kepentingan bersama. O.k.i masing2 anggota hrs saling
mengenal utk terjadinya kerjasama. Tujuan kerjasama
ini yg membedakan antara perjanjian pada umumnya
( ex Ps 1313 KUHPdt dg Perjanjian Partnership ). Perj
(Ps 1313 KUHPdt ) masing-masing berhadapan ( timbal
balik ) hak dan kewajiban timbal balik, sedang dlm
partnership tdk demikian, situasinya paralel, kerjasama
utk tujuan bersama mencari keuntungan.

96
PARTNERSHIP
• CARA MENDIRIKAN
• Prinsip : lisan sdh lahir atau berdiri partnership, krn
partnership adl perjanjian ex 1313 j0 1618 KUHPdt.
• Praktek : selalu dibuat dg Akta Notaris. Fungsi akta
hanya sbg alat bukti “ existensi “ Partnership thp pihak
ketiga.
• Akta didaftarkan di Kantor Kepaniteraan Pengadilan
Negeri, sekarang seharusnya di Kantor Pendaftaran
Perusahaan ex UU No.3 Thn 82 Tg WDP utk tujuan
publikasi.
• Sbg persh juga perlu NPWP, SITU,Ijin HO,SIUP,dll.

97
TAGGUNG JAWAB ANGGOTA
PARTNERSHIP
• TANGGUNG JAWAB ANGGOTA
• Internal ( antar anggota ) : Jika ada salah satu yg ditunjuk
sbg pengurus, mk Ps 1637 KUHPdt menentukan bhw
pengurus berhak melakukan semua perbuatan “ beheer “
walaupun tdk disetujui anggota lain, asal dilakukan dg itikad
baik.
• Mitra lain terikat atas perbuatan tsb selama masa
penunjukan.
• Bila tdk ada penunjukan khusus, mk Ps 1639 KUHPdt
menentukan bhw setiap anggota dianggap sec timbal balik
telah saling memberi kuasa utk bertindak thp pihak ketiga,
kecuali ada anggota yg sec tegas keberatan sebelum
perbuatan nhukum dilakukan.
• Jadi tanggung jwb anggota dpt sendiri, dpt tanggung
renteng.

98
TANGGUNG JAWAB ANGGOTA
• Ekternal terhadap Pihak Ketiga.
• Jika tdk ada surat kuasa khusus utk bertindak thp pihak
ketiga, maka p 3 hanya dapat minta pertanggung
jawaban thp sekutu ybs.
• Ps 1642 KUHPdt : Para anggota sekutu tidaklah terikat
masing2 utk seluruh utang Partnership dan masing2
sekutu bisa mengikat sekutu lain, bila mereka tidak telah
memberikan kuasa kepadanya untuk itu.
• Pengecualiannya : jika perbuatan itu menguntungkan
partnership, mk p 3 dpt menggugat anggota sekutu yg
lain ex Ps 1644 KUHPdt.

99
PEMBAGIAN HASIL
• PEMBAGIAN UNTUNG RUGI
• Pada prinsipnya anggota bebas mengatur tentang bgmn cara
membagi keuntungan dan kerugian perusahaan. Bila mereka tdk
mengatur secara khusus, mk Ps 1635 KUHPdt menetapkan bhw
keuntungan atau kerugian akan dibagi seimbang dengan kontribusi
masing2 anggota dan anggota yg hanya memasukkan ketrampilan,
akan memperoleh keuntungan atau kerugian seimbang dg anggota
yg kontribusinya paling kecil baik berupa uang atau barang.
• Ada ketentuan KUHPdt yg wajib diikuti dlm mengelola Partnership,
yaitu Ps 1634. Ps 1634 menentukan : “ para sekutu tidak
diperkenankan memperjanjikan bhw mereka akan menyerahkan tg
besarnya bagian keuntungan masing2 kpd salah seorang anggota
sekutu saja. Janji yg demikian hrs dianggap tdk perbah ada atau
batal. Namun janji yg menyatakan bhw semua kerugian akan
ditanggung oleh salah seorang anggota sekutu atau lebih,
diperbolehkan.
• Rationya : perjanjian tg “ keuntungan “ tadi melanggar asas
kerjasama, sedang perjanjian tg “ kerugian “ tidak.

100
PENGALIHAN ANGGOTA
• PENGALIHAN KEANGGOTAAN
• Kepentingan atau keanggotaan persekutuan tdk
dpt dialihkan tanpa persetujuan sekutu yg lain,
kecuali telah diperjanjikan sebelumnya dalam
pendirian. O.k.i , kecuali dijanjikan lain
seblumnya, kematian, penempatan dibawah
pengampuan, kepailitan anggota sekutu, akan
menyebabkan partnership bubar.
• Memasukkan pihak ketiga menjadi anggota
sekutu hanya berarti terikat kepada anggota
yang memasukkan itu, tdk dg anggota sekutu yg
lain.

101
PEMBUBARAN PARTNERSHIP
• PEMBUBARAN PARTNERSHIP
• Pasal 1646 KUHPdt menentukan : partnership
bubar bila telah terjadi salah satu dari :
1) lewatnya waktu yang ditentukan dlm perjanjian
pendirian ;
2) musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan
yg menjadi pokok persekutuan;
3) atas kehendak semata-mata dari beberapa atau
seorang anggota sekutu;
4) jika salah satu anggota sekutu meninggal,
ditempatkan dibawah pengampuan atau pailit.
• Pasal 1646 ini tidak bersifat limitatif.

102
PEMBUBARAN PARTNRSHIP
• Pembubaran, pecah, berakhir.
• Ontbinding dan vereffening.
• Ontbinding : bubar, pecah dalam arti de jure, sesuai dg
ketentuan UU, AD, perjanjian.
• Vereffening : verifikasi, pemberesan, likuidasi. Untuk
menentukan penyelesaian hak dan kewajiban perusahaan.
• Secara yuridis utk kepentingan vereffening, perusahaan
masih dianggap ada, eksis sejauh utk kepentingan
likuidasi.
• Setelah selesai likuidasi, jika hutang sdh dibayar, piutang
sdh ditagih dan masih ada sisa, maka akan dibagi sesuai
perjanjian kepada seluruh anggota. Setelah semuanya
tuntas, barulah Partnership benar-benar “ bubar “ baik de
jure maupun de facto.

103
PARTNERSHIP DI AS
• 1. General Partnership (GP)
– Governed by a Partnership Agreement;
– Each partner has unlimited individual liability for
debts of the partnership;
– Evenly split between partners : equal authority,
each is an agent for the partnership, each partner
is jointly and severally liable and aprtnership files
tax return but partners are all the taxed
individually (pass –thruogh entity or flow –
through entity).

104
PARTNERSHIP DI AS
• 2. Limited Partnership (LP)
– At least one generakl partner and one limited
partner;
– General partner is an active managing partner;
– Limited partner acts more than like an investor with
little or no input in day to day business decisions;
– Governed by statute ( such as the Uniform Limited
Partnership Act and the partnership agreement );
– Created by filing document with a state;

105
PARTNERSHIP DI AS
– Requires a written agreement among the partners;
– Liability : GP is fully liable and LP is liable to the
extent of investment;
– GP has full authority to bind the LP;
– LP may freely transfer their interest unless the
partnership agreement provides otherwise.
However, a GP cannot tranfer their interest unless
all of the other GP and LP consent;
– Generally, treated as a partnership for tax
purposes;

106
FIRMA
PENGATURAN

• Diatur dlm Ps 15 sd 35 KUHD.


• Firma : tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk
menjalankan perusahaan dengan memakai nama
bersama atau firma. Mis : Firma Nindyo & Assosiated.
• Firma adalah bentuk Partnership khusus.
• Kekhususannya : pasti menjalankan perusahaan, dg
memakai nama bersama ( firman), mempunyai sistem
pertanggungjawaban secara pribadi antar sekutu untuk
seluruhnya.
• O.k.i ketentuan KUHPdt tg Partnership juga berlaku
sejauh tdk diatur khusus dlm KUHD dan akta pendirian.

107
FIRMA
• SIFAT KEPRIBADIAN
• Oleh krn Firma adl Partnership khusus, mk sifat
kepribadian anggota juga masih dominan spt pd
Maatschap.
• Sdh jarang dijumpai dlm praktek. Tdk begitu
diminati masyarakat. Hasil penelitian FH UGM
ada kecenderungan hanya utk kongsi dan
menyelamatkan harta warisan utk tdk dibagi
antar keluarga.

108
FIRMA
• CARA MENDIRIKAN
• Pada prinsipnya cukup lisan spt pd partnership.
• Praktek selalu dibuat dg Akta Notaris, dg ketentuan
harus didaftarkan dan diumumkan dlm TBNRI.
• Praktek tdk pernah diumumkan, hanya didaftarkan di
Kepaniteraan PN, seharusnya di Kantor Pendaftaran
Perusahaan ex UU No.3 Thn 1982 Tg WDP.
• Fungsi akta sama dg partnership, hanya utk alat bukti tg
eksistensi Firma pd pihak ketiga.
• Praktek sbg perusahaan juga perlu NPWP, SITU, SIUP,
Ijin HO, TDP,dll.
• Praktek selalu membuat pembukuan layaknya
perusahaan pd umumnya.

109
• Pendaftaran dan pengumuman
• Jika pendaftaran dan pengumuman tdk
dilakukan akibatnya bukan Firma bubar
atau batal, namun Firma : akan dianggap
menjalankan kegiatan usaha yg tdk
terbatas, pertanggungjawaban anggota
sekutu tdk terbatas, jangka waktu
usahanya tidak terbatas.
• Tujuannya untuk melindungi pihak ketiga
yg beritikad baik.

110
FIRMA
• HAK DAN TANGGUNG JAWAB ANGGOTA
• Setiap anggota sekutu berhak utk
mengumumkan dan bertindak keluar atas nama
Firma;
• Perjanjian yg dibuat anggota sekutu mengikat
anggota yg lain;
• Segala seuatu yg diperoleh oleh seorang
anggota sekutu menjadi harta Firma;
• Tiap2 anggota sekutu bertanggung jawab secara
tanggung renteng utk seluruh perikatan Firma.

111
FIRMA
• PERBEDAAN DAN PERSAMAAN FIRMA DG MAATSCHAP
• I. Firma
– 1. Ada pertanggungjawaban secara pribadi utk seluruhnya dan
pertanggungjawaban sec tanggung renteng dan pada
maatschap tdk ada;
– 2. Tdk perlu ada surat kuasa khusus ;
– 3. Bukan badan hukum;
– 4. Membuat harta kekayaan terpisah ( pembukuan ) ;
– 5. Didirikan atas dasar perjanjian , dg akta otentik, didaftarkan
dan diumumkan di TBNRI ;
– 6. Fungsi akta hanya sbg alat bukti, bukan syarat berdirinya Fa;
– 7.Pembagian keuntungan berdasarkan perbandingan besar
kecilnya inbreng masing2.

112
FIRMA
• II. Maatschap
1) Ada pertanggungjawaban sendiri2 dan para sekutu terikat
masing2 utk seluruh utang maatschap;
2) Masing2 anggota tdk dpt mengikat anggota sekutu lain,
kecuali dg surat kuasa khusus;
3) Bukan badan hukum;
4) Praktek jarang membuat kekayaan terpisah ( pembukuan)
, namun sudah ada yg mulai membuat pembukuan;
5) Didirkkan berdasarkan perjanjian, tdk harus dg akta
otentik, ada yg membuat akta otentik;
6) Tdk ada keharusan pendaftaran dan pengumuman dlm
TBNRI;
7) Fungsi akta hanya sbg alat bukti.

113
FIRMA
• HUBUNGAN DG PIHAK KETIGA
• Jika dlm Maatschap, hubungan anggota sekutu
tdk dg sendirinya mengikat sekutu lain, kecuali
ada kuasa utk itu dan menguntungkan
maatschap, dlm Firma setia Firman berhak
bertindak atas nama Fa dlm lingkup kegiatannya
dan mengikat pihak ketiga kecuali pihak ketiga
dengan tegas menolak hak tersebut.
• Setia sekutu bertanggung jawab masing2 dan
utk seluruhnya thp perikatan Firma dg pihak
ketiga.
114
FIRMA
• ADANYA SEKUTU BARU
• Jika krn kematian dari anggota sekutu atau krn
sebab lain anggota sekutu harus diganti, maka
caranya :
1) lama dpt dibubarkan dan didirikan Fa baru;
2) Fa lama diteruskan dg memasukkan anggota baru
utk menggantikan anggota lama yg meninggal atau
keluar.
Perbedaan kedua cara ini hanya terletak pd tanggung
jawab dari Firma terhadap hutang lama. Jika fa
bartu didirikan, maka hutang lama bukan tanggung
jawabnya, namun jika Fa diteruskan maka Fa masih
bertanggung jawab utk hutang lama.

115
FIRMA
• PEMBUBARAN FIRMA
• Oleh karena Fa pada dasarnya dalah Partnership
Khusus, mk cara mengakhiri Fa spt diatur di
dalam Ps 1646 KUHPdt berlaku pula bagi Fa,
kecuali diatur lain di dalam Akta Pendirian.
• Likuidasi biasanya diselsaikan dulu melalui
kekayaan Fa yg dipisahkan. Jika ternyata kurang
maka harta pribadi anggota sekutu dijadikan
jaminan atas piutang Fa thp pihak ketiga.

116
COMMANDITAIRE
VENNOOTSCHAP (CV)
• C.V. adalah perusahaan yg didirikan oleh satu orang
atau lebih dengan satu orang atau lebih yg lain sebagai
pelepas uang atau sekutu komanditer.
• Diatur di dlm Ps 19 sd 21 KUHD.
• Disebut Persekutuan Komanditer, krn memilik sekutu
pelepas uang yg disebut sekutu komanditer, yi : sekutu
yg hanya melepaskan sejumlah uangnya sbg bagian dri
modal persekutuan dan hanya bertanggung jawab
sebats modal yg dilepaskan tersebut dan tdk ikut dalam
pengurusan persekutuan.
• CV memp 2 sekutu : sekutu aktif ( sekutu kerja, sekutu
komplementer, sekutu pengurus ) dan sekutu pasif
( sleeping partner, sekutu diam, sekutu tdk kerja, sekutu
komanditer ).

117
CV
• SIFAT KEPRIBADIAN
• Sifat kepribadian sudah mulai ditinggalkan.
• Sektu komanditer hanya berada dibelakang
layar, tdk ikut mengurus perusahaan.
• Jika ketentuan ini dilanggar, ia akan
dipertanggungjawabkan seperti sekutu kerja.
• Sekutu komanditer dapat terdiri dari beberapa
orang, demikian pula sekutu kerja.
• Sekutu kerja di dalam praktek sering disebut
Direktur , Manager, Pimpinan CV.

118
CV
Perbedaan Sekutu Diam dg Sekutu Kerja
• Sekutu kerja sebagai pengurus atau pengelola
CV, sedang sekutu pasif tidak;
• Sekutu Kerja bertanggung jwb secara pribadi
utk seluruh utang CV, sedang sekutu pasif
hanya sebatas uang yg dia masukkan;

Perbedaan CV dg PT
1. Pengurus CV bertanggung jwb penuh,
Pengurus PT terbatas;

119
CV
2. Bila sekutu CV meninggal maka CV
bubar, namun tdk demikian halnya pada
PT. Jika Pengurus meninggal dpt
digantikan orang lain melalui RUPS;
3. Sekutu kerja menjabat seumur hidup,
Direksi PT terbatas sesuai AD;
4. CV Atas saham mempunyai Komisaris spt
PT yg diangkat dari sekutu komanditer,
sama spt dalam PT juga punya Komisaris.

120
CV
• CARA MENDIRIKAN
• Tdk berbeda dg Maaatschap dan Fa,
secara yuridis cukup lisan.
• Praktek selalu dibuat dg akta notaris, yg
berfungsi sebagai alat bukti adanya CV.
• Status hukumnya tetap bukan badan
hukum menurut KUHD.
• Praktek selalu membuat kekayan terpisah
( pembukuan ).
121
CV
• MACAM CV
• CV Diam-diam : Tampil keluar sbg Fa, ke dlm
didalam akte dikenal adanya sekutu
komplementer dan sekutu komanditer.
• CV terang2an : tampil keluar terbuka sbg CV,
baik melalui Kop Surat, Papan Nama, Cap,dsb.
• CV Atas Saham : Membagi pemasukan modal
dari sekutu komanditer, diganti dalam ujud
saham oleh perusahaan. Mrpkn bentuk terminal
ke bentuk PT.

122
CV
• BERAKHIRNYA CV
• Pada hakekatnya sama dg Maatschap dan
Firma dan AD CV.

123
PERSEROAN TERBATAS
• PENGERTIAN DAN STATUS BH PT

• PT adalah badan hukum yg mrpkn persekutuan modal ,


didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dg modal dasar yg seluruhnya terbagi dlm saham
dan memenuhi persyaratan yg ditetapkan dalam UU ini
serta PPnya ( Ps 1 Ay (1) UUPT ).
• Perseroan memperoleh status BH dahulu menurut UU
No.1/95 adalah setelah Akta pendiriannya disahkan
Menteri Kehakiman & HAM. UU No.40/07 : “.. Pada tgl
diterbitkannya Kepmen mengenai pengesahan BH PT
( Ps 7 (4) UU No.40/07 ( UUPT).

124
PROSEDUR MENDIRIKAN PT
• Dua orang ( kecuali BUMN ) datang ke Notaris mohon
dibuatkan Akta pendirian PT yg berisi AD PT.
• Akta Notaris adalah syarat adanya PT ( syarat mutlak ).
• Akta Pendirian tersebut oleh Notaris akan dimintakan
pengesahan kpd Menteri Kehakiman. Skrng melalui sistem
administrasi badan hukum ( sisminbakum ) secara on-line dg
prosedur yg cepat. Permohonan hrs dilengkapi NPWP, Bukti
( kuitansi ) setoran saham, dll.
• Akta yg sdh mendapat pengesahan Menteri hrs diumumkan di
TBNRI oleh Menteri– dulu oleh Direksi -- ( Ps 30 UUPT ) utk
tujuan publikasi dan diumumkan serta didaftarkan di Kantor
Pendaftaran Perusahaan sesuai UU No.3 Thn 1982 Tg WDP.
• Faham yg dianut adalah faham perjanjian, kecuali PT( Persero
yg 100 % sahamnya dimiliki negara dan PT.BEI,LKP,LPP,
lembaga lain) yang tunduk pada UUBUMN dan UUPM .

125
KEADAAN PS 1 ORANG ?
• Setelah PT menjadi BH, PS kurang dari 2 orang,
maka dalam waktu paling lama 6 bulan terhitung
sejak keadaan tersebut pemegang saham wajib
mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang
lain atau mengeluarkan saham baru kpd orang
lain (Ps 7 ay 5 UUPT ).
• Dlm hal jngka waktu tsb telah dilampaui, PS
tetap 1 orang, maka PS bertanggung jwab
secara pribadi atas segala perikatan dan
kerugian PT, dan atas permohonan pihak yang
berkepentingan, PN dapat membubarkan PT tsb
( Ps 7 Ay 6 UUPT ).

126
PIHAK YG BERKEPENTINGAN ?
• Pihak yang berkepentingan adalah Kejaksaan untuk
kepentingan umum, Pemegang Saham, Direksi,
Dewan Komisaris, Karyawan Perseroan, Kreditor
dan/atau Pemangku Kepentingan ( Stake Holder )
(Penjelasan Ps 7 Ayat 6 UUPT ).
• Ada kejanggalan dalam penjelasan ayat 6 ini, yaitu :
PS sebagai pihak yang berkepentingan. Mengapa PS
menjadi pihak yg berkepentingan di sini ?. Apa kira2
kepentingannya utk membubarkan PT ?.

127
MACAM-MACAM PT

• Ada dua : PT Terbuka ( Tbk ) dan PT Tertutup.


• PT Terbuka dibelakang nama PT ada tanda “ Tbk”,
biasanya “ Go Public “ ke Pasar Modal atau pemegang
sahamnya lebih dari 100 pihak atau modal dasarnya lebih
3 miliar atau suatu jumlah tertentu yg ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan.
• PT Tertutup tdk tegas diatur didlm UUPT. Indikatornya :
dimiliki oleh keluarga, kerabat, teman dekat. Tdk
menggunakan tanda Tbk dibelakang nama PT, modal
dasar Rp.50 juta, tdk “ go public “ ke Pasar Modal.
• Di Belanda PT Tbk = NV, PT tertutup BV. Di AS PT Tbk =
Publik Company (Corporation ), PT tertutup = Private
Company.

128
CIRI KHAS PT
• Sbg badan hukum mandiri ( persona standi in judicio ), legal
entity, legal body.
• Sbg asosiasi modal
• Mempunyai kekayaan terpisah;
• Pertanggungjawaban terbatas bagi para pemegang saham sebatas
saham yg dimilikinya;
• Pemegang saham tdk bertanggung jwb atas kerugian PT melebihi
saham yg dimiliki, kecuali terkena ketentuan Ps 3 Ay 2 UUPT
( Piercing the Corporate veil );
• Adanya pemisahan tegas antara fungsi pemegang saham ( RUPS )
dg fungsi Direksi dan Komisaris;
• Memiliki Komisaris sbg Supervisor Direksi;
• RUPS sbg pemegang kekuasaan tertinggi dalam arti kekuasaan yg
tdk diberikan kpd Direksi dan Komisaris.

129
ORGAN PT

• Organ PT terdiri : RUPS, Komisaris dan Direksi.


• RUPS : pemegang kekuasaan tertinggi dalam struktur
PT, dlm arti kekuasaan yg tdk diberikan kepada Direksi
dan Komisaris.
• Komisaris : pengawas perbuatan pengurusan yg
dilakukan Direksi dan pemberi nasehat bagi Direksi.
• Direksi : wakil PT baik di dalam maupun diluar
Pengadilan. Direksi PT mengurus PT dg tanggung jwb
dan itikad baik utk kepentingan dan tujuan PT.

130
Beheer en Beschikking Daden
• Direksi : organ PT yg bertanggung jawab
penuh atas pengurusan PT untuk
kepentingan dan tujuan PT.
• Jadi orientasi perbuatan pengurusan
Direksi : kepentingan dan tujuan PT.
• Beschikking : perbuatan hukum direksi yg
memerlukan persetujuan RUPS atau
Komisaris.

131
AJARAN HUBUNGAN ANTAR
ORGAN PT
• Pandangan klasik ketiga organ, kedudukannya
berjenjang.
• RUPS : Pemegang kekuasaan tertinggi ( centrum
) . Kekuasaan Direksi dan Komisaris hanya
limpahan kekuasaan RUPS.
• Konsekuensinya : setiap waktu dpt saja dicabut.
• Akibatnya : orientasi kebijakan direksi adalah
kepentingan RUPS ( Pemegang saham ).

132
AJARAN HUBUNGAN ANTAR
ORGAN PT
• Pandangan modern berubah ( Faham
Institusional/Institutionale opvating ).
• Kedudukan ketiga organ tdk lagi berjenjang.
• Organ yg satu tdk “ untergeordnert “ thp yg
lain, tetapi “ neben “.
• Wewenang Direksi dan Komisaris bukan
limpahan RUPS, melainkan berdasar
kekuatan UU dan AD PT.

133
AJARAN HUBUNGAN ANTAR
ORGAN PT
• Masing2 tugas dan wewenang organ PT :
otonom.
• UUPT mengadopsi faham ini misalnya di dlm Ps
1 ayat (5) jo Ps 92 UUPT : Orientasi kebijakan
Direksi dalam menjalankan kepengurusan PT :
untuk kepentingan dan tujuan PT ( het
vennootschap belang ).
• Otonomi penting utk mencapai tujuan
perseroan.

134
AJARAN HUBUNGAN ANTAR
ORGAN PT
• Yg penting untuk diperhatikan Direksi :
bertanggung jwb penuh atas pengurusan PT utk
kepentingan dan tujuan PT ( Ps 97 jo ps 92 ),
wajib dg itikad baik menjalankan tugasnya utk
kepentingan dan usaha PT ( Ps 97 (2) ).
• Otonomi Direksi dibatasi oleh kepantasan dan
kepatutan Ps 23 AB, Ps 1338, 1339, 1365 BW ).

135
SIFAT KOLEGIALITAS
• Menurut sistemnya tanggung jawab Direksi
dan Komisaris bersifat kolegial, idealnya
berbentuk : Dewan.
• Struktur Dirut, Direktur I, Direktur Personalia,
dst, tdk menunjukan bahwa kedudukan yang
satu lebih tinggi dari yang lain.
• Namun prakteknya Dirut selalu ditempatkan
sebagai Pemegang kendali Perseroan yang
paling tinggi.

136
SIFAT KOLEGIALITAS
• Pembagian tugas diantara mereka ( Direksi
/Komisaris ) hanyalah bersifat internal.
• Pihak 3 diluat PT tdk terikat pada pembagian
tugas tersebut.
• PT tdk dpt mengelak jika ada seorang anggota
Direksi yg bertindak melampaui batas tugas
dan wewenangnya yg mereka atur secara
internal tsb.

137
SIFAT KOLEGIALITAS
• UUPT yg baru memberi kemungkinan adanya
Direksi hanya 1 orang ( Ps 92 Ay 3 ).
• Ps 93 (3) UU PT No.40/07 : Direksi Perseroan
terdiri atas 1 orang anggota Direksi atau lebih.
• Ps 83 (1) UU PT No.1/95 : Dalam hal anggota
Direksi terdiri lebih dari 1 orang, maka yang
berwenang mewakili perseroan adalah setiap
anggota Direksi kecuali ditentukan lain dalam
UU ini atau AD ( di sini sifat kolegial itu ).

138
SIFAT KOLEGIALITAS
• UUPT No.40/07 : Dlm hal Direksi terdiri atas 2
anggota Direksi atau lebih, pembagian tugas dan
wewenang pengurusan diantara anggota Direksi
ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.
• Ketentuan sebagaimana diatur di dlm Ps 83 (1) UUPT
No.1/95 , tedapat dlmPs 98 (2) UUPU No.40/07 :
Dlm hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 orang, yg
wenang mewakili PT adalah setiap anggota Direksi,
kecuali ditentukan lain dlm AD ( sifat kolegial ).

139
SIFAT KOLEGIALITAS
• Kewenangan Direksi utk mewakili PT adalah tdk
terbatas dan tdk bersyarat, kecuali ditentukan lain dlm
UU, AD atau Keputusan RUPS.
• Keputusan RUPS tdk boleh bertentangan dg
ketentuan UU dan/atau AD PT.
• Contoh : RUPS tdk berwenang memutuskan bahwa
Direksi didlm mengagunkan atau mengalihkan sbgian
aset PT cukup dg persetujuan Dekom atau RUPS dg
kuorum kurang dari 3/4. ( bertentangan dg UUPT ).

140
SIFAT KOLEGIALITAS
• Contoh : bertentangan dg AD PT : misalnya
AD PT menentukan utk pinjam uang di atas 1
miliar, Direksi hrs mendapat persetujuan
Dekom . RUPS tdk berwenang mengambil
keputusan bahwa untuk pinjam uang di atas
500 juta, Direksi hrs memperoleh persetujuan
Dekom, tanpa terlebih dahulu mengubah
ketentuan AD PT.

141
SIFAT KOLEGIALITAS
• Akibat dari sifat kolegialitas, maka tanggung
jawab pribadi atas kerugian PT akibat
kesalahan atau kelalaian Direksi dlm
menjalankan tugas pengurusan sesuai Ps 97
(2), bersifat tanggung renteng.
• Namun Direksi yg dpt membuktikan keadaan
sbgmn disebutkan Ps 97 (5), terbebas dari
pertanggung jawaban atas kerugian tsb.

142
SIFAT KOLEGIALITAS
• Tujuan PT; ©. Ps 97 (5) UUPT : (a). Kerugian
tersebut bukan krn kesalahan atau
kelalaiannya; (b). Telah melakukan
pengurusan dg itikad baik dan kehati-hatian
utk kepentingan dan sesuai dg maksud dan ©.
Tdk mempunyai benturan kepentingan baik lsg
maupun tdk lsg atas tindakan pengurusan yg
mengakibatkan kerugian; (d). Telah
mengambil tindakan untuk mencegah timbul
atau berlanjutnya kerugian tersebut.
143
PERBUATAN HUKUM CALON
PENDIRI PT
• Perbuatan hk yg dilakukan calon pendiri utk
kepentingan PT yg belum berdiri, mengikat PT
setelah menjadi BH, dengan syarat : (a) RUPS
Pertama PT secara tegas menyatakan
menerima atau mengambil alih semua hak dan
kewajiban yg timbul dari perbuatan hukum yg
dilakukan calon pendiri atau kuasanya ( Ps 13
(1).
• RUPS 1 hrs diselenggarakan dalam waktu
paling lambat 60 hari setelah PT menjadi BH.

144
PERBUATAN HUKUM a.n. PT
BELUM STATUS BH
• Perbuatan hkm a.n PT yg belum status BH hanya boleh
dilakukan oleh semua anggota Direksi bersama-sama
semua Pendiri dan semua anggota Dewan Koisaris dan
mereka semua bertanggung jawab secara tanggung
renteng atas perbuatan hukum tsb ( Ps 14 (1) UUPT ).
• Dlm hal perbuatan hkm diatas dilakukan oleh Pendiri
a.n. PT yg belum brstatus BH, perbuatan hukum
tersebut menjadi tanggung jawab Pendiri yang
bersangkutan dan tidak mengikat PT ( Ps 14 (2) UUPT
).

145
PERBUATAN HUKUM a.n. PT
BELUM STATUS BH
• Perbuatan hukum sbgmn tsb pada Ps 14 (1) di atas,
karena hukum menjadi tanggung jawab PT setelah PT
menjadi BH.
• Karena hukum artinya tidak diperlukan lagi titel ttt
atau alas hak tertentu untuk peralihan tanggung jawab
tsb.
• Perbuatan hkm sbgmn tsb pada Ps 14 (2) di atas hanya
mengikat dan menjadi tanggung njawab PT setelah
perbuatan hkm tsb disetujui oleh semua PS dalam
RUPS yang dihadiri oleh semua PS PT.
• RUPS tsb adalah RUPS Pertama.
146
FUNGSI AKTA PENDIRIAN PT

• Akta pendirian PT yang berisi AD PT


merupakan syarat mutlak untuk berdirinya PT.
Selain sebagai alat bukti yang kuat: lahiriah,
formal dan material, akta pendirian intern :
berfungsi sebagai aturan main diantara para
pemegang saham dengan organ PT, extern :
merupakan identitas dan menentukan
pengaturan pertanggung jawaban PT terhadap
pihak ketiga.

147
MODAL DAN SAHAM

• Modal (kapital) : kekayaan total seseorang atau


suatu badan atau nilai total dari suatu usaha
ekonomi, kekayaan usaha yang segera dapat
diubah ke dalam bentuk kontan, bagian pokok
dari pinjaman sebagai yang dibedakan dari
bunga, bahkan sering diartikan sebagai sejumlah
uang atau bagian nilai kekayaan yang dapat
mendatangkan penghasilan.
• Dalam PT dikenal 3 jenis modal: (1) modal
dasar; (2) modal ditempatkan; (3) modal disetor.

148
MODAL DAN SAHAM
• Modal dasar : modal maksimum dimana dapat
dikeluarkan saham tanpa perubahan anggaran dasar.
Modal ditempatkan : sejumlah modal dengan nilai
nominal yang diambil oleh para pendiri.
• Modal disetor: modal yang telah dipenuhi kewajiban
penyetorannya.
• UUPT menentukan : PT harus mempunyai modal dasar
minimal Rp. 50.000.000 ( Ps 32 (1) UUPT ) ,- kecuali
PT “Bank”, Lembaga Keuangan Non Bank. Dari modal
dasar tersebut palilng sedikit 25% harus telah
ditempatkan dan disetor penuh (Ps 33 (1) UUPT).Modal
ditempatkan dan disetor penuh tsb dibuktikan dengan
bukti penyetoran yang sah. Pengeluaran saham lebih
lanjut untuk menambah modal yg ditempatkan harus
disetor penuh.

149
Modal dan Saham
• Yang dimaksud dengan “ bukti penyetoran
yang sah “, antara lain : bukti setoran
pemegang saham ke dalam rekening bank atas
nama Perseroan, data dari laporan keuangan
yang telah diaudit oleh akuntan atau neraca
Perseroan yang ditandatangani oleh Direksi
dan Dewan Komisaris ( Penjelasan Ps 33 (2)
UUPT ). Dulu hanya “ kuitansi yang sah “.

150
MODAL DAN SAHAM
• Modal yang ditempatkan di dalam neraca biasanya
berada di pos passiva, sedang dalam pos aktiva modal
dicantumkan sebagai kas. Contoh:
Aktiva Passiva
Kas Rp. 50.000.000,- Modal yang ditempatkan
Rp. 50.000.000,-

• Modal PT sebagaimana terlihat dalam neraca


merupakan utang PT tetapi bukan utang biasa, namun
“utang yang tidak dapat dibayar”, dalam arti utang
tersebut tidak diperbolehkan menjadikan suatu
keadaan: karena pembayaran kepada para pemegang
saham menyebabkan modal PT menjadi berkurang.

151
Tujuan Perlindungan Modal PT

• Perlindungan modal dan kekayaan PT


• Tujuan : mempersatukan dan menjaga
keutuhan kekayaan PT. Menjaga agar dengan
pembayaran deviden maupun interim deviden
yang dilakukan PT kepada para pemegang
saham atau mereka yang berhak atas
keuntungan PT (misal: tantieme) tidak akan
mengganggu dana cadangan menurut UU dan
modal PT dan harus mendapat persetujuan
RUPS.

152
Perlindungan Modal PT … lanjutan
• UUPT antara lain menentukan : Pembelian kembali
( buy back ) saham yg telah dikeluarkan dg ketentuan :
tidak menyebabkan kekayaan bersih PT menjadi lebih
kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah
cadangan yang wajib yang telah disisihkan.
• Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali
oleh PT dan gadai saham atau jaminan fidusia atas
saham yang dipegang oleh PT sendiri dan/atau PT lain
yg sahamnya lsg atau tdk lsg dimiliki PT, tidak
melebihi 10% dari jumlah modal yang ditempatkan ,
kecuali ditentukan lain dlm UUPM (Ps 37 UUPT).
• Pembelian kembali saham baik lsg atau ntdk lsg yg
bertentangn dg ketentuan di ats, batal demi hukum
dan direksi bertanggung jwb secara tanggung renteng
atas kerugian PS yg bertitikad baik.
153
Penambahan dan Pengurangan Modal

• Saham yg di buy back PT hanya boleh dikuasai


PT paling lama 3 tahun.
• Buy back atau pengalihannya lebih lanjut hany
boleh dilakukan berdasarkan persetujuan
RUPS, kecuali utk PT Go Publik yg tunduk pada
UUPM.
• Kpts RUPS tentang persetujuan tsb sah bila
dilakukan sesuai dg ketentuan mengenai
panggilan rapat, kuorum dan persetujuan
jumlah suara utk perubahan AD menurut UUPT
dan AD PT.
154
• RUPS dapat menyerahkan kewenangan kpd
Dekom guna menyetujui pelaksanaan kpts
RUPS tersebut di atas, untuk jangka waktu
paling lama 1 tahun.
• Penyerahan kewenangan tsb setiap kali dapat
diperpanjang utk jangka waktu yg sama ( 1 thn )
• Penyerahan kewenangan tsb sewaktu2 dpt
ditarik kembali oleh RUPS.

155
• Saham yg dikuasai PT krn buy back, peralihan
krn hukum, hibah atau hibah wasiat, tidak
dapat digunakan utk mengeluarkan suara dlm
RUPS dan tdk diperhitungkan dlm
menentukan jumlah kuorum yg harus dicapai
sesuai dg ketentuan UUPT dan/atau AD PT.
• Saham demikian tdk berhak mendapat
pembagian deviden.

156
• Penambahan modal dilakukan berdasarkan
persetujuan RUPS.
• RUPS dapat menyerahkan kewenangannya kpd
Dekom utk jangka wktu 1 thn.
• Penyerahahan kewenangan tsb sewaktu2 dpt ditarik
kembali.
• Kpts RUPS sah, bila dilakkuan dg memperhatikan
syarat kuorum, jumlah suara setuju utk perubahan AD
sesuai dg UUPT dan/atau AD PT.

157
• Kpts RUPS utk penambahan m odal ditempatkan dan
disetor dalam batas modal dasar “ sah “, bila
dilakukan dg kuorum kehadiran lebih dari ½ bagian
dari seluruh saham dg hak suara dan disetujui oleh
lebih dari ½ bagian dari jumlah seluruh suara yang
dikeluarkan, kecuali ditentukan lebih besar dalam AD
PT.
• Penambahan modal spt ini wajib diberitahukan kpd
Menteri utk dicatat dalam Daftar Perseroan.

158
Saham

• Saham
• UU PT skrg hanya mengenal 1 (satu)
jenis saham , yaitu op naam (registered
share) .
• Nilai nominal saham harus dicantumkan
dalam mata uang rupiah dan saham tidak
boleh diterbitkan tanpai nilai nominal
(share without par value), kecuali yg
diatur oleh UUPM . 159
Saham
• Disamping itu didalam PT dikenal jenis-jenis saham
didalam praktek antara lain:
• Saham biasa : Saham yang diberikan kepada setiap
orang yang memasukkan inbreng uang kepada PT.
• Saham utama : Saham ini memberikan kepada
pemegangnya hak lebih dari saham biasa dalam hal
keuntungan dan/atau saldo, pada waktu PT bubar.
• Saham utama kumulatif : Saham ini memberikan
kepada pemegangnya hal lebih daripada saham
utama, disamping mempunyai hak atas keuntungan
dan/atau saldo seperti saham utama, masih diberi
hak atas deviden tunggakan.

160
Saham ….(lanjutan)

• Saham prioritas : Saham yang memberi hak


kepada pemiliknya hak berbicara khusus dalam
RUPS yang biasanya mempunyai kekuatan mutlak.
• Saham pendiri : Saham yang diberikan sebagai
balas jasa terhadap jasa para pendiri PT.
• Saham bonus: Saham yang diberikan kepada
pemegang saham biasa tanpa ada setoran uang
tunai lagi atau benda lain, sebagai ganti hak
menagih kepada PT atas dana cadangan atau
kelebihan dari modal yang ditempatkan.

161
DPS DAN DAFTAR KHUSUS

• Perseroan harus menyelenggarakan Daftar Pemegang


Saham dan Daftar Khusus, yang memuat antara lain
nama, alamat pemegang saham, jumlah, nomor dan
tanggal perolehan dan keterangan pemilikan saham dari
anggota direksi dan komisaris dan keluarganya pada
perseroan yang bersangkutan atau perseroan lain serta
tanggal perolehan saham, untuk tujuan transparansi PT.
• Pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta
pemindahan hak. Akta pemindahan hak atau salinannya
disampaikan secara tertulis kepada PT. Direksi wajib
mencatat pemindahan hak atas saham, tgl, dan hari
pemindahan dlm Daftar PS atau Daftar Khusus dan
memberitahukan perubahan susuan PS tsb kepada
Menteri utk dicatat dalam, Daftar Perseroan paling lambat
30 hari terhitung sejak tgl pencatatan pemindahan hak.

162
Setoran Saham

• Penyetoran saham
• Pada waktu pendirian PT, modal yang disetor
merupakan kekayaan pertama PT dan merupakan
kekayaan sendiri PT. UUPT telah mengatur sedemikian
rupa sehingga PT benar-benar mempunyai kekayaan
riil, yaitu dengan ketentuan bahwa penyetoran berupa
uang harus dibuktikan dengan kuitansi yang sah.
• Fungsi kekayaan PT : Disamping merupakan kekayaan
realitas PT, dilain pihak sebagai jaminan terhadap
pihak ketiga dari utang-utang yang dibuat PT. Untuk
itu UUPT mengatur perlunya dana cadangan yang
harus diadakan oleh PT.

163
Setoran Saham dan Quasi Inbreng

• Penyetoran in natura harus bernilai ekonomis yang


dibuktikan oleh ahli independen dan jika setoran
dilakukan pada waktu pendirian harus
dicantumkan didalam akta PT, jika dilakukan
setelah pengesahan PT sebagai badan hukum
perlu persetujuan RUPS. Untuk inbreng benda
tidak bergerak harus diumumkan dalam 2 surat
kabar harian.
• Quasi-inbreng : semacam inbreng dimana calon
pemegang saham menjual benda tidak
bergeraknya kepada PT dan dari hasilnya
digunakan untuk penyetoran sahamnya.

164
Laporan Keuangan PT
• Laporan Keuangan Terhadap Perseroan
• Didalam UUPT ditetapkan bahwa laporan tahunan
yang telah disetujui oleh RUPS wajib diumumkan
dalam 2 (dua) surat kabar harian.
• Bagi PT yang bidang usahanya mengerahkan dana
masyarakat, misal : PT Perbankan, PT Asuransi,
dan lain-lain. Direksi wajib menyerahkan
perhitungan tahunan Perseroan kepada Akuntan
Publik.
• Didalam KUHD tidak ada keharusan pengumuman
dan pemeriksaan laporan keuangan diserahkan
kepada akuntan publik.

165
Pemeriksaan PT

• Pemeriksaan terhadap Perseroan dimaksudkan


untuk memperoleh data dan atau keterangan
apabila terdapat dugaan bahwa : (1) Perseroan
melakukan perbuatan melawan hukum yang
merugikan pemegang saham atau pihak ketiga,
atau (2) Anggota Direksi atau Komisaris melakukan
perbuatan melawan hukum yang merugikan
pemegang saham atau pihak ketiga.
• Permohonan untuk melakukan pemeriksaan
diajukan kepada Pengadilan Negeri secara tertulis.
Didalam KUHD, pemeriksaan terhadap Perseroan
dilakukan oleh Komisaris, sepanjang Komisaris
tidak merangkap tugas kepengurusan.

166
RESTRUKTURISASI MODAL
DAN PRIVATISASI
• Dewasa ini dalam rangka memperbaiki struktur modal, PT-PT
baik PT Terbuka maupun PT Tertutup , termasuk BUMN banyak
yang melakukan restrtukturisasi modal dengan berbagai cara,
antara lain
(1)dalam strategi pengembangan perusahaan telah dilakukan
berbagai upaya dengan menerapkan fit and proper untuk
pemilihan direksi.
(2) mendorong perusahaan lebih efisien dengan jalan privatisasi
perusahaan dan sebagainya.
• Langkah ini ditempuh karena dalam memasuki era persaingan
global, ada pendapat yang mengatakan bahwa kunci
keberhasilan suatu usaha khususnya perusahaan yang
berbentuk PT adalah soal daya saing dan efisiensi.
• Oleh karena itu trend ke depan, tampaknya bentuk PT termasuk
PT ( Persero ) akan mendominasi bentuk perusahaan baik
swasta maupun BUMN. Dengan keluarnya UU No.19/2003 Ttg
BUMN bentuk Perjan sudah tidak dipakai lagi.
167
RESTRUKTURISASI DAN PRIVATISASI

• Dapat diambil contoh, privatisasi BUMN dapat


dilakukan diberbagai tingkatan dengan Pemerintah
tetap memiliki kontrol efektif. Misalnya, untuk
BUMN Pertambangan. Pemerintah telah
merencanakan akan membentuk PT.BUMN
Pertambangan Holding, dengan anak perusahaan
yang dikelompokkan pada tiga sector, yaitu :
• (1) Sektor Timah : PT.Timah;
• (2). Sektor Emas, Nikel dan Tembaga : PT.Aneka
Tambang, PT. Tambang Emas, PT.Tambang Nikel,
PT.Tambang Bauksit, PT.Tambang Pasir Besi,
PT.Logam Mulia dan PT.Freeport;

168
RESTRUKTURISASI DAN PRIVATISASI

• (3). Sektor Batubara : PT.Bukit Asam.


• Beberapa rencana yang telah dibuat adalah
kepemilikan efektif di anak perusahaan hingga 13
%, sedang kepemilikan nominal di anak perusahaan
, misalnya Tambang Emas dapat diberikan hingga
51 %, kepemilikan nominal di Holding hingga 51 %.
• Sekalipun demikian identitas perusahaan akan tetap
sebagai Perusahaan Indonesia, seandainya nominal
51 % itu mungkin akan dimiliki atau dibeli oleh
investor asing.

169
PROBLEM PEMILIKAN SAHAM 100 % ?

• Di dalam praktek seperti dikemukakan di atas, PT


setelah menjadi badan hukum sahamnya menjadi
100 % dikuasai satu orang . Caranya dengan pola
jual beli saham. Konsekuensi hukumnya akan ada
pertanggungjawaban pribadi pada pemegang
saham.
• Di dalam hukum PT sekarang ini berkembang teori
atau faham “ institutionele opvating “ . Teori ini
mengatakan bahwa antara organ PT
kedudukannya sejajar. Organ satu tidak boleh
mencampuri kewenangan organ yang lain.

170
PROBLEM PEMILIKAN SAHAM 100 % ?

• Dalam kaitannya dengan modal perseroan, oleh


UUPT ditentukan bahwa PT tidak boleh
mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri. Jadi
pemilikan 100 % di atas sebenarnya bertentangan
dengan hakekat PT.
• Hal di atas termasuk anak perusahaan juga
dilarang memiliki saham dari induk perusahaannya.
Namun dalam praktek sering dilanggar.
• Hal ini menunjukan belum berperannya hukum
dalam kegiatan ekonomi.

171
FUNGSI KOMISARIS PT DLM RANGKA GCG

• Dalam PT sekarang ini fungsi Komisaris semakin diakui.


Idealnya Komisaris mampu menjalankan fungsi
supervisinya dengan baik.
• Komisaris sering membutuhkan Komite Audit untuk
membantu mengaudit pembukuan perusahaan dalam
rangka GCG.
• Dalam kaitannya dengan UU No.22 /1999 Tentang
Otonomi Daerah, belakangan muncul wacana baru
tentang tuntutan profit sharing terhadap BUMN-BUMN
yang berlokasi di daerah-daerah tertentu.
• Dengan adanya fenomena seperti itu , apakah model
profit sharing tersebut dalam wacana Negara Kesatuan
RI tepat ?. Layak menjadi bahan diskusi !.

172
HAK PS YG MEWAKILI 1/10 JUMLAH SAHAM

• Di dalam UU PT ada ketentuan yang menyatakan


bahwa pemegang saham atas nama diri sendiri atau
atas nama perseroan apabila mewakili paling sedikit
1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara sah, dapat memohon untuk dilakukan
pemeriksaan terhadap perseroan atau anggota Direksi
atau Komisaris, apabila ada dugaan adanya perbuatan
melawan hukum.
• Ketentuan ini di dalam praktek sering dipandang
sebagai sulit untuk dilaksanakan, karena untuk
memnuhi prosentase tersebut tidak mudah.
• Bahkan dipredeksikan secara teoritis quorom 1/10
bagian dari jumlah seluruh saham dengan suara sah
sulit dicapai karena posisi minoritasnya.

173
STATUS TAGIHAN PS THP PT

• Di dalam UUPT ada ketentuan yang menyatakan


bahwa pemegang saham yang mempunyai tagihan
terhadap perseroan tidak dapat menggunakan hak
tagihannya sebagai kompensasi kewajiban
penyetoran atas harga sahamnya, karena akan
membahayakan posisi modal PT, kecuali tagihan
tertentu.
• Bentuk tagihan tertentu yang dapat
dikompensasikan sebagai setoran saham menurut
UUPT adalah convertible bond.

174

You might also like