Professional Documents
Culture Documents
PRAKTIKUM I
OSMOREGULASI
mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi
menerangkan faktor-faktor fisik dan kimia yang bertanggung jawab akan asal,
(Fujaya,1999).
adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan
2010)
mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau
bentuk adaptasinya dapat dilihat secara morfologi dan adapula yang beradaptasi
diperairan tawar tentu memiliki bentuk adaptasi yang berbeda dan beberapa
beda pada ikan air tawar, air payau dan iar laut maka diadakanlah praktikum
osmoregulasi ini.
B. Tujuan dan Kegunaan
ppt, dan 30 ppt) terhadap tingkah laku ikan air tawar, ikan air laut, dan
mengetahui dan membandingkan teori yang didapat dari kuliah dengan hasil
adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan
berperan dalam proses osmoregulasi adalah ginjal, insang, kulit, membran mulut
(Burhanuddin, 2008).
bahwa osmoregulasi adalah upaya mengontrol keseimbangan air dan ion – ion
osmose.hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena; (1)
harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan; (2) membran
bergerak cepat; (3) perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan
lingkungan. Tanpa osmoregulasi maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi
dapat mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bisa mengatur
proses osmosis dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karena osmoregulasi
garam dan cairan tubuh mereka berubah – ubah dibandingkan air laut, dalam
kasus ini hewan juga harus mengatur tingkat ion internal (Djawad, dkk, 2007).
tinggi ke tempat yang konsentrasinya rendah. Osmosis adalah proses difusi air
dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasinya rendah yang melewati
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air
tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan
2010).
air terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air
yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik,
memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut),
sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh sebab itu,
dalam osmosis aliran molekul air adalah dari larutan hipotonik ke hipertonik.
Organisme yang hidup pada air tawar tidak melakukan osmoregulasi akibat
perbedaan tekanan osmose, sedangkan pada ikan estuari yang memiliki cairan
tubuh menyerupai garam air garam laut hanya melakukan sedikit upaya untuk
laju metabolisme dasar karena upaya menahan garam – garam internal dan
(Fujaya, 1999).
Insang ikan bersifat permeabel terhadap air dan garam. Di dalam laut
salinitasnya lebih besar daripada dalam cairan tubuhnya. Pada lingkungan air
keluar, tetapi garam berdifusi ke dalam. Hal ini karena kadar garam di dalam
tubuh ikan (mendekati 0.5%) yang lebih tinggi daripada konsentrasi air di mana
ikan tersebut hidup. Karena tubuh ikan akan berusaha agar proses difusi antara
air kedalam tubuh ikan tetap berlangsung, sejumlah besar air dikeluarkan oleh
ginjal. Sebagai hasilnya bahwa konsentrasi garam pada urine sangat rendah
( Fujaya,1999).
Pada semua ikan yang hidup di air tawar memiliki cairan tubuh yang
Keadaan ini menyebabkan mereka terancam dua hal utama yaitu kehilangan
garam dan pemasukan air yang berlebihan. Bila hal ini tidak terkendali atau
normal. Sisik tebal dan sejumlah jaringan pengikat dalam kulit pada ikan
Pada ikan air laut hidup pada lingkungan hipersomatik terhadap jaringan
dan cairan tubuhnya, sehingga ikan laut cenderung kehilangan air melalui kulit
ikan “minum” air laut, yang kemudian diserap melalui saluran pencernaan.
(Burhanuddin, 2008).
III. METODE PRAKTIK
Hewan Air, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
buah sebagai wadah diletakannya ikan, stopwatch 3 buah sebagai alat pengukur
waktu, salinometer 1 buah sebagai alat pengukur salinitas, dan lap kasar 1 buah
mas (Cyprinus carpio) 3 ekor, Ikan Giru (Amphiprion spp.) 3 ekor dan ikan mujair
(Oreochromis mosambicus) 3 ekor sebagai sampel yang diamati, air tawar 0 ppt,
air payau 15 ppt, air laut 30 ppt sebagai medium ikan, serta tissue roll sebagai
C. Prosedur Kerja
5. Memasukkan media air pada setiap toples yang berbeda diaman 3 toples
untuk air dengan salinitas 0 ppt (air tawar), 3 toples untuk air dengan
salinitas 15 ppt (air payau), dan 3 toples untuk air salinitas 30 ppt (air
laut).
ppt, dan 30 ppt, serta masing-masing 1 ikan mas pada toples dengan
pengenceran, dimana:
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan :
V1 = Volume awal
V2 = Volume akhir
M1 = Konsentrasi awal
M2 = Konsentrasi akhir
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Salinitas Waktu
Tingkah laku
(ppt) pengamatan
15 menit (1) Aktif dan mengeluarkan sedikit feses
0
15 menit (2) Aktif dan mengeluarkan sedikit feses
15 menit (3) Aktif jumlah feses tidak bertambah, media jernih
15 menit (1) Aktif dan berada di dasar
15 15 menit (2) Aktif dan berenang ke permukaan
15 menit (3) Gelisah, media keruh dan mengeluarkan feses
15 menit (1) Gelisah
15 menit (2) Kondisi kritis, jumlah feses terus bertambah dari
30
media keruh
15 menit (3) Mati
pengamatan 0 ppt pada ikan ikan mas (Cyprinus carpio), tingkah laku ikan masih
terlihat bergerak normal dimana pada menit ke-15 hingga menit ke-45 kondisinya
cenderung sama yaitu aktif dan sedikit mengeluarkan feses.. hal ini dikarenakan
ikan berada pada lingkungan yang sesuai dengan lingkungan asalnya dimana
ikan ini bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fujaya (1999) yang menyatakan bahwa teleostei air tawar bersifat
permukaan dan kadang di dasar. Keadaan ini meperlihatkan bahwa tingkah laku
ikan masih dalam keadaan yang normal. Pada pengamatan 15 menit III terlihat
ikan mulai gelisah dan mengeluarkan feses, media/air menjadi keruh serta ikan
dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Fujaya (1999) bahwa ikan air tawar
ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Untuk
dengan cara mengambil di udara agar pergerakan darah yang membawa ion-ion
gelisah, tetapi pada 15 menit II ikan mulai lemas banyak mengeluarkan feses,
bahwa ikan tidak mampu lagi menyesuaikan diri pada waktu yang lama, ini
dikarenakan jumlah ion - ion dalam tubuh semakin berkurang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Fujaya (1999) yang menyatakan bahwa ikan air tawar akan
mengeluarkan ion-ion ke lingkungan secara difusi karena sifat ikan air tawar
salinitas yang tinggi dalam waktu yang lama semakin nyata, hal ini ditandai
dengan kematian ikan. Kematian ikan ini mungkin dikarenakan banyaknya ion-
ion dalam tubuh yang keluar ke perairan serta dehidrasi yang dialami oleh ikan
kerena sifat ikan air tawar yang hiperosmotik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Fujaya (1999) yang menyatakan bahwa ikan air tawar bersifat hiperosmotik
sehingga ion-ion dalam tubuh akan berkurang dan untuk menjaga keseimbangan
cairan tubuhnya, maka ikan akan sedikit minum atau tidak minum sama sekali
15 feses
15 menit (2) Ikan berada di dasar, bergerak lambat
15 menit (3) Ikan berada di dasar, tidak banyak bergerak
15 menit (1) Ikan bergerak aktif
15 menit (2) Ikan bergerak aktif, bergerak ke permukaan
30 15 menit (3) Ikan bergerak aktif, lebih banyak bergerak ke
permukaan
pada 15 menit I ikan aktif bergerak, pada 15 menit II ikan mulai malas dan
pergerakan menjadi lambat, dan pada 15 menit III ikan lebih banyak
semakin lama ikan semakin tidak mampu melakukan adaptasi terhadap kisaran
salinitas yang rendah karena sifat ikan air laut yang hipoosmotik menyebabkan
ikan dapat mengalami dehidrasi, sekalipun ikan banyak minum tetapi tidak dapat
rendah yang tidak mencukupi garam yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga
aktifitas atau proses metabolisme sel dari ikan akan terhambat yang
menyebabkan menjadi lemas. Hal ini sesuai dengan pendapat Fujaya (1999)
yang menyatakan bahwa karena tekanan osmose air laut lebih tinggi dari pada
cairan tubuh ikan maka air akan mengalir dari dalam tubuh ikan ke
lingkungannya di mana jika air dalam tubuh ikan terlalu banyak yang dikeluarkan
maka ikan akan mengalami dehidrasi, sekalipun ikan air laut banyak minum. Ikan
laut juga membutuhkan ion - ion berupa garam mineral untuk melakukan aktifitas
yang konsentarasi ion total dalam plasma sekitas sepertiga dari konsentrasi ion
perairan (lingkungan).
ikan masih dalam keadaan yang normal, di mana pergerakanya aktif ke pinggir,
ke permukaan dan ke dasar perairan seperti halnya pada salinitas 30 ppt ini
dikarenakan ikan berada pada lingkungan yang hampir sama dengan lingkungan
asalnya. Hal ini berdasarkan pada pendapat Fujaya (1999) yang menyatakan
Pada pengamatan tingkah laku ikan Giru (Amphiprion sp) pada salinitas
30 ppt, pada 15 menit I ikan aktif bergerak, pada 15 menit II ikan bergerak aktif
dan lebih sering di permukaan dan pada 15 menit III ikan lebih aktif berenang di
dasar dan kemudian ikan lebih banyak berenang ke permukaan. Dari keadaan di
atas menunjukkan bahwa tingkah laku ikan masih dalam keadaan normal ini
dikarenakan ikan berada pada lingkungan yang hampir sama dengan lingkungan
asalnya. Hal ini berdasarkan pendapat Nontji (1993) yang menyatakan bahwa
karena ikan Giru merupakan ikan karang, maka kisaran salinitas yang baik untuk
ikan Giru sama dengan kisaran salinitas untuk terumbu karang, yaitu 27 ‰ – 40
‰.
Salinitas Waktu
Tingkah laku
(ppt) pengamatan
15 menit (1) Bergerak aktif
0 15 menit (2) Bergerak aktif dan sedikit mengeluarkan feses
15 menit (3) Bergerak aktif dan sedikit mengeluarkan feses
15 15 menit (1) Bergerak aktif
15 menit (2) Bergerak aktif dan mengeluarkan feses
15 menit (3) Diam di dasar
15 menit (1) Bergerak sangat aktif, mengeluarkan feses
15 menit (2) Bergerak aktif dan bergerak ke permukaan
30 15 menit (3) Banyak membuka mulut dan berada di dasar
serta mengeluarkan feses
15 menit III, ikan masih bergerak normal. Hal ini dikarenakan ikan berada pada
lingkungan yang sesuai dengan lingkungan asalnya, dimana ikan ini dapat
Fujaya (1999) yang menyatakan bahwa teleostei air tawar bersifat hiperosmotik
Pengamatan tingkah laku ikan pada salinitas 15 ppt yaitu pada 15 menit I
ikan mulai bergerak aktif. Pada 15 menit II tingkah laku ikan masih sama yaitu
bergerak aktif dan mengeluarkan feses. Dari tingkah laku ikan yang bergerak
aktif dan normal dapat diketahui bahwa ikan dapat beradaptasi dengan
lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nybakken (1992) yang menyatakan
Pengamatan tingkah laku ikan pada salinitas 30 ppt yaitu pada 15 menit I
ikan mulai bergerak aktif dan mengeluarkan feses. Pada 15 menit II ikan
bergerak aktif dan banyak bergerak ke permukaan. Pada 15 menit III ikan lebih
merupakan ikan yang dapat hidup pada perairan dengan kisaran salinitas yang
luas dimana ikan ini dapat bersifat hiperosmotik terhadap air tawar dan
hipoosmotik terhadap air laut, sehingga pada salinitas 25 ppt ikan dapat
A. Kesimpulan
yaitu:
1. Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan air tawar yang tidak dapat
stenohaline karena ikan mas hidup pada kisaran salinitas rendah. Adapun
salinitas yang dapat ditolerir hanyaa sebatas 0-0,5 permil untuk itu ikan
salinitas yang sangat berbeda dari habitat biasanya. Ikan mas juga
kedalam tubuh dan ion - ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi dan
berosmoregulasi dengan cara minum sedikit dan mengeluarkan urine
yang banyak.
osmoregulator.
3. Ikan giru (Amphiprion spp.) merupakan ikan air laut yang dapat hanya
dapat hidup pada salinitas >17 permil, oleh karena itu ia termasuk dalam
B. Saran
tetap.
DAFTAR PUSTAKA