Professional Documents
Culture Documents
dihancurkan.” Kata-kata ini merupakan umpatan dari beberapa aparat keamanan yang
Januari 1989. Mereka memaki-maki para jama’ah yang sedang berada di Musholla dan
berusaha memancing emosi para jama’ah. Beberapa diantaranya juga membawa senjata
api. Untungnya, Arifin, Sono, Mardono, Diono, Usman dan beberapa orang jama’ah
lainnya dapat menahan diri mereka sehingga aparat keamanan ini meninggalkan
dengan aparat keamanan maupun aparat pemerintah. Pukul 11.00 WIB tanggal 6
Februari 1989, kala matahari belum benar-benar tinggi dan sebagian besar jama’ah baru
tiba dari sawah dan ladang, mereka dikagetkan dengan penyerbuan dari rombongan
aparat yang terdiri dari Kasdim bersama Muspika, Kades Rajabasa Lama, Kadus
Talangsari III, Kapten Sutiman (Danramil Way Jepara) bersama 2 regu pasukannya.
aparat ini menembaki perkampungan dan disambut dengan pekik takbir oleh para
jama’ah. Pekik takbir itu kemudian dibalas lagi dengan tembakan beruntun oleh
cangkul, golok dan parang yang mereka bawa sepulang dari sawah. Pertempuran
memicu meletuskan penyerbuan yang jauh lebih akbar pada tanggal 7 Februari 1989.
kaget mendengar kabar wafatnya Kapten Sutiman. Demi mendengar kabar tak enak itu,
Beliau berencana turun langsung ke lapangan. Beliau membawa serta 3 pleton pasukan
Batalyon 143 Gatam dan 1 pleton Polisi Brimob. Terjadilah penyerbuan yang
direncanakan dengan apik dan dipersenjatai dengan baik. Penyerbuan ini dilakukan
dengan posisi tapal kuda. Pasukan menyerbu dari arah Utara (Pakuan Aji), Selatan
panjang, bahan peledak dan dua buah helikopter, melawan warga yang membentengi
diri dengan senjata seadanya memang sangat tidak imbang. Hal ini tentu saja
dirusak dan dibakar aparat hingga Desa Cihideung berubah menjadi lautan api.
dewasa, perempuan maupun anak-anak ini telah terjadi dua puluh satu tahun silam.
Namun, usaha untuk menyingkap penyebab tragedi memilukan tersebut belum
sepenuhnya membuahkan hasil. Bahkan kebenaran tentang apa yang terjadi di sana pun
Apa yang terjadi pada bulan Januari sampai awal Februari 1989 di Cihideung
Talangsari, Lampung mungkin hanya para pelaku dan korbannya saja yang benar-benar
tahu. Begitu banyak artikel, essay, berita maupun cerita beredar, tetapi banyak juga dari
kisah-kisah itu yang saling berlawanan. Berita yang satu tidak sejalan dengan berita
yang lain. Essay yang satu tidak setuju dengan essay yang lain. Untuk mengetahui lebih
dalam, saya mencari lebih banyak tulisan melalui ’mesin pencari data’ Google.com.
artikel, berita atau jenis tulisan lain yang berhubungan dengan tragedi ini. Dan semakin
Akhirnya, sebelum saya mulai menulis essay ini, saya memutuskan untuk
bertanya dahulu kepada Ibu. Mengingat Tragedi ini terjadi ketika saya baru berusia 9
bulan, agaknya Beliau sedikit banyak pernah mendengar kabar tentang apa yang terjadi
di sana ketika itu. Tetapi, ternyata Beliau belum pernah mendengar kabar tragedi ini.
Dan istilah ’Tragedi Talangsari’ nampaknya merupakan istilah baru di telinga Beliau.
Muncul pertanyaan di benak saya. Apakah berita mengenai Tragedi ini memang
tidak disiarkan dengan baik? Ataukah berita Tragedi Talangsari di masa itu sengaja
disembunyikan? Ataukah memang Ibu saya yang tidak memperhatikan pemberitaan
kala itu?
Begitu banyak peristiwa kekerasan yang terjadi di Pemerintahan Orde Baru dan
banyaknya pula usaha untuk memutar-balikan fakta atas peristiwa kekerasan tersebut,
membuat saya agaknya ber-negative thinking pula untuk Tragedi Talangsari Lampung
ini. Mengapa Pemerintahan Orde Baru selalu terlihat ”takut berlebihan” terhadap
menyebutnya ”takut berlebihan”, karena seringkali cara bersikap pemerintah saat itu
seperti cara bersikap orang yang ketakutan. Secara membabi buta dan terburu-buru,
mereka melakukan tindakan agresi kepada orang atau kelompok yang dianggap
guyonan sekalipun ditanggapi secara keras. Kasus-kasus seperti orang hilang dan
kekerasan serta Pelanggaran HAM menjadi amat banyak terjadi dengan berlandaskan
ketakutan-ketakutan ini.
Begitu pula yang saya lihat terjadi pada Kasus Talangsari ketika itu. Kegiatan
bahwa mereka akan melakukan pemberontakan dan bahkan mendirikan negara di dalam
negara, seperti yang dipaparkan Riyanto dalam bukunya yang berjudul ’Tragedi
Jika pun memang benar, bahwa Warsidi dan jama’ahnya berniat untuk membuat
sebuah negara Islam dalam Negara Indonesia, tidak bisakah mereka diadili secara lebih
adil dan ber-perikemanusiaan? Bukankah lebih baik kita mengambil tindakan tepat,
Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, bukti apa yang telah ditemukan
memang merupakan suatu kesalahan. Hal ini rupanya menimbulkan kecurigaan Kepala
Way Jepara. Kemudian tersiar kabar, ada pembuatan panah beracun di Permukiman
Muslim tersebut. Kabar tentang kegiatan itu memperkuat kecurigaan aparat setempat.
Tetapi rasa curiga saja tidak cukup sebagai dasar untuk menindak mereka begitu keras,
hingga jatuh banyak korban dari warga sipil. Kalaupun dapat dibuktikan bahwa ada
pergerakan yang menyimpang atau melanggar hukum, alangkah baiknya bila kasus-
kasus seperti ini diselesaikan secara hukum. Karena tegas secara hukum tidak akan
Sejak tahun 2001, beberapa LSM termasuk Kontras dan juga Komnas HAM
telah berusaha untuk mencari keadilan atas korban dan keluarga korban, juga keadilan
bagi pelaku yang bertanggung jawab atas kejadian ini. Namun, usaha itu rupanya
Memang, kasus ini adalah luka masa lalu yang dihadapi negara kita tercinta,
Indonesia. Dan berakhirnya rezim Orde Baru nampaknya dapat membuka keberanian
rakyat Indonesia untuk lebih ’bersuara’. Untuk itu, alangkah indahnya bila semua
elemen masyarakat negara Indonesia bisa bersama-sama mengobati luka-luka masa lalu.
Salah satunya adalah luka dalam Tragedi Talangsari. Penyelesaian kasus dengan adil
dan baik adalah harapan semua orang yang terlibat dalam kisah tragedi ini. Begitu pula
seperti kita saksikan sendiri, banyak sekali benturan yang harus dihadapi untuk dapat
adanya sebuah lembaga pemerintah yang memiliki kekuatan hukum, dimana lembaga
Pelanggaran HAM dan kekerasan, baik di masa lalu maupun sekarang. Ya, kita memang
telah memiliki Komnas HAM. Tetapi, Komnas HAM nampaknya juga memerlukan
bantuan dan dukungan dari lembaga lain yang memiliki kekuatan hukum lebih besar.
Lembaga inilah yang mendampingi Komnas HAM dan juga kepolisian serta TNI dalam
penyelesaian kasus-kasus besar ini bisa dilakukan dengan lebih cepat dan baik. Saya
berharap dengan adanya lembaga ini yang bekerja sama dengan Komnas HAM, kita
dapat menekan tingkat kekerasan dan Pelanggaran HAM yang bisa terjadi.
Atau, bila memungkinkan kita tidak perlu membentuk Lembaga baru lagi. Kita
hanya perlu meng-upgrade Komnas HAM. Sehingga Komnas HAM memiliki kekuatan
hukum lebih besar. Dan berkedudukan lebih strategis dalam pemerintahan. Lembaga ini
diharapkan menjadi lembaga yang berkekuatan hukum besar tetapi tetap mampu ramah
melayani. Maka orang-orang yang mengisi lembaga ini harus berasal dari beberapa
lapisan masyarakat dan dari beberapa bidang. Lembaga ini tidak hanya berasal dari
lingkungan militer ataupun sipil saja. Melainkan berasal dari kedua lingkungan itu. Di
dalamnya ada ahli psikologi, ahli hukum, ahli ekonomi, ahli lingkungan, ahli kesehatan,
ahli krimonologi, pakar keamanan nasional, ahli politik, ahli komunikasi dan ahli-ahli
lain yang diperlukan, juga di dalamnya terdapat aktivis-aktivis LSM. Sehingga suatu
Selain itu, agar kejadian serupa ini tidak terjadi lagi, kita juga perlu
mengevaluasi diri kita sebagai masyarakat dan juga pemerintah sebagai aparat.
Diperlukan hubungan yang baik dan tatanan serta aturan yang jelas agar tidak lagi ada
Dimana dalam aturan itu diatur juga sanksi apa yang dikenakan bila ada rakyat yang
melanggarnya. Sehingga segala sesuatunya dapat kita tempatkan pada hukum yang
benar, bukan hukum yang brutal. Dan kekerasan serta Pelanggaran-pelanggaran HAM
tidak perlu lagi menodai perjalanan negara Indonesia dan melukai senyum rakyat
Indonesia. Dan akhirnya, seperti harapan kita semua, kita dapat hidup dalam Negara
Dan bila nasib seluruh pulau ini ada di beberapa gedung tinggi itu
Jangan biarkan mereka menginjak-injak kehormatanmu
Maka akan ku kirimkan bunga edelweiss paling indah
Pada siapapun yang memperjuangkan hati rakyatmu
Sumber:
Http://tribunlampung.co.id
Http://pakarbisnisonline.blogspot.com
Http://lampungpost.com
Http://alchaidar.blogspot.com
Riyanto. 2005. Tragedi Lampung Peperangan Yang Direncanakan. Jakarta. PT
Toko Gunung Agung Tbk