Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Dikurangi :
Saham Yang Ditarik kembali dari peredaran, 2.800 lembar
Pada tanggal 1 Januari 1978 PT PI membeli 6.000 lembar dari pemegang saham PT PA di Pasar
Modal dengan harga @ Rp 15.000,00 dan seluruh saham yang ditarik kembali dari peredaran
dengan harga yang sama setiap lembarnya.
Dalam hal ini transaksi jual-beli saham tidak saja mempunyai akibat financial pada PT PI
melainkan juga kepada PT PA. Akibat financial tersebut pada masing-masing perusahaan akan
dicatat sebagai berikut :
Transaksi PT PI PT PA
Apabila pada tanggal 1 Januari 1978, sesaat setelah terjadinya pemilikan saham-saham PT PA
disusun neraca konsolidasinya, maka bentuk daftar lajur untuk penyusunan neraca konsolidasi
baik atas dasar metode harga perolehan maupun metode equity dan dengan mengabaikan pos-pos
lain di dalam neraca individual masing-masing perusahaan, nampak sebagai berikut :
Kredit :
Modal Saham, PT PA ─ 100.000.000
Elim 80% ─ ─ 80.000.000
Hak Pemegang Saham
Minoritas 20% ─ ─ ─ ─ ─ 20.000.000
Modal penjualan kembali
Saham di atas Harga
Perolehan ─ 5.000.000
Elim 80% ─ ─ 4.000.000
Hak Pemegang Saham
Minoritas 20% ─ ─ ─ ─ ─ 1.000.000
Contoh 2 :
Berikut ini struktur permodalan PT PA pada tanggal 31 Desember 1977 :
6% Saham Prioritas, 5.000 lembar nominal @ Rp 10.000,00 Rp 50.000.000,00
Saham Biasa 10.000 lembar nominal @ Rp 10.000,00 Rp 100.000.000,00
Agio Saham Biasa Rp 5.000.000,00
Laba Yang Ditahan Rp 45.000.000,00
Saldo modal tersebut dapat dikelompokan sesuai dengan jenis (golongan) saham sebagai berikut :
Hak Pemegang Hak Pemegang
Jenis Saham Prioritas Jumlah Modal
Saham Prioritas Saham Biasa
1. Tidak komulatip tidak berpatisipasi 200.000.000,00 50.000.000,00 150.000.000,00
2. Komulatip, tidak berpatisipasi
penuh, dividen menunggak tahun
1976 & 1977 200.000.000,00 56.000.000,00 144.000.000,00
3. Tidak komulatip, berpatisipasi
penuh 200.000.000,00 65.000.000,00 135.000.000,00
4. Komulatip berpatisipasi penuh,
dividen menunggak tahun 1975
sampai dengan 1977 200.000.000,00 69.000.000,00 131.000.000,00
Penjelasan :
Hak-hak masing-masing kelompok pemegang saham, pada tiap-tiap kasus tersebut
dihitung sebagai berikut :
Saham Prioritas tidak komulatip,
Saham Prioritas Saham Biasa
tidak berpatisipasi
Jumlah 0
Contoh 3 :
Hak dari masing-masing kelompok pemegang saham seperti tersebut di atas dihiutng dengan
cara yang sama pada contoh sebelumnya, namun demikian karena perusahaan dalam keadaan
defisit, maka hak partisipasi saham prioritas praktis tidak mempunyai pengaruh di dalam
penentuan hak atas saldo laba yang belum dibagi.
Pada kasus nomor 4, hak pemegang saham prioritas sebesar Rp 59.000.000,00 dan hak
pemegang saham biasa sebesar Rp 51.000.000,00 dari jumlah modal seluruhnya sebesar Rp
110.000.000,00 tersebut di atas dihitung dengan cara sebagai berikut :
Alokasi semacam ini diperlukan apabila oleh perusahaan induk akan disusun neraca konsolidasi,
di mana perusahaan anak memiliki lebih dari satu jenis modal saham yang beredar. Hasil alokasi
ini dipakai sebagai titik tolak di dalam melakukan eliminasi hak-hak pemiliknya pada peruahaan
anak di dalam daftar lajur penyusunan neraca konsolidasi. Untuk memperoleh gambaran yang
kongkrit berikut ini diberikan contohnya :
Contoh 4 :
Pada tanggal 1 Januari 19778 PT PI membeli saham-saham PT PA di Pasar Modal
masing-masing sebagai berikut :
- 2.000 lembar Saham Prioritas dengan kurs 120
- 8.000 lembar Saham Biasa dengan kurs 125
Posisi modal PT PA pada tanggal 31 Desember 1977 adalah sebagai berikut:
6% Saham Prioritas, 5.000 lembar nominal @ Rp 10.000,00 Rp 50.000.000,00
Saham Biasa, 10.000 lembar, nominal @ Rp 10.000,00 . . . . Rp 100.000.000,00
Agio Saham Biasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp 5.000.000,00
Laba Yang Ditahan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp 45.000.000,00
Jumlah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp 200.000.000,00
Saham Prioritas adalah komulatip tidak berpatisipasi. Meskipun dalam dua tahun terakhir (tahun
1976 dan tahun 1977) PT PA memperoleh keuntungan, akan tetapi mengingat kebutuhan modal
kerja dalam rangka ekspansi direksi para pemegang saham memutuskan untuk tidak
membagikan deviden. Apabila pada tanggal 1 Januari 1978 di saat setelah terjadi pemilikan
saham-saham oleh PT PI kemudian disusun neraca konsolidasi, maka alokasi hak-hak para
pemegang saham, pada tanggal tersebut adalah sebagai berikut (lihat juga contoh 2; kasus nomor
2).
(Hak Pemegang) (Hak Pemegang)
Elemen Modal Jumlah Modal
Saham Prioritas Saham Biasa
Atas dasar komposisi modal dari msing-masing kelompok/jenis saham yang telah dipisahkan
tersebut kemudian, eliminasi terhadap hak-hak pemilikan perusahaan induk dapat dilakukan di
dalam daftar lajur seperti terlihat di atas. Adapun jurnal eliminasinya adalah sebagai berikut :
(1) Modal Saham Prioritas, PT PA Rp 20.000.000,00
Laba Yang Ditahan, PT PA Rp 2.400.000,00
Selisih Lebih Harga Perolehan di atas Nilai Buku Saham Rp 1.600.000,00
Investasi Saham-saham Prioritas Rp 24.000.00,00
Kredit
Modal Saham Prioritas ─ 50.000.000
Eliminasi 40% 20.000.000
Hak Pemegang Saham
Minoritas 60% 30.000.000
Laba Yang Ditahan, untuk
Saham Prioritas 6.000.000
Elim. 40% seperti diatas 2.400.000
Hak Pemegang Saham
Minoritas 60% 3.600.000
Modal Saham Biasa 100.000.00
0
Eliminasi 80% 80.000.000
Hak Pemegang Saham
Minoritas 20% 20.000.000
Agio Saham (Biasa) 5.000.000
Eliminasi 80% 4.000.000
Hak Pemegang Saham
Minoritas 20% 1.000.000
Laba Yang Ditahan, untuk
Saham Biasa 39.000.000
Elim. 80% seperti diatas 31.200.000
Hak Pemegang Saham
Minoritas 20% 7.800.000
Pemisahan khususnya terhadap (saldo) Laba Yang Ditahan atau Defisit perusahaan
anak juga penting untuk menentukan jumlah selisih lebih (kurang) harga perolehan dari
nilai buku sahamnya.
Dalam hal ini nilai buku untuk 2000 lembar saham Prioritas PT PA yang dimiliki oleh PT
PI sebesar Rp 23.400.000 terdiri dari Nominal Rp 20.000.000 dan saldo Laba Yang
Ditahan sebesar Rp 2.400.000 (= 40% x Rp 6.000.000) sedang harga perolehannya
sebesar Rp 24.000.000 (2.000 x Rp 12.000). oleh sebab itu untuk saham-saham
prioritas dibayar dengan harga di atas nilai bukunya sebesar Rp 1.600.000.
Demikian sebaliknya untuk sebaliknya untuk 8.000 lembar Saham Biasa, dibeli oleh PT
PI dengan harga di bawah (kurang) dari nilai bukunya pada saat terjadi pembelian
sebesar RP 15.200.000 dapat dibuktikan dengan cara yang sama. Akan tetapi untuk
saham biasa nilai bukunya terdiri dari nilai nominal saham dan bagian atas saldo laba
yang ditahan ditambah lagi dengan sebagian agio sahamnya yang timbul pada saat
pertama kali sahamnya yang tersebut dikeluarkan.
Apabila dalam operasinya selama tahun buku 1978, PT PA menderita rugi sebesar Rp
30.000.000; maka akan mengakibatkan perubahan hak dari masing-masing pemegang
saham. Oleh karena Saham Prioritas mempunyai hak deviden yang kumulatif, maka
meskipun perusahaan menderita kerugian tetap diperhitungkan hak atas dividen
untuk tahun buku yang bersangkutan.
Di lain pihak para pemegang saham biasa akan berkurang haknya atas(saldo) laba
yang ditahan tidak hanya dengan seluruh jumlah rugi yang diderita melainkan ditambah
juga dividen untuk saham prioritas. Apabila saham prioritas mempunyai hak atas
dividen kumulatif, maka dilihat dari segi kepentingan para pemegang saham biasa
masih harus ditambah dengan dividen yang diperhitungkan untuk pemegang saham
prioritas. Dengan demikian dalam contoh ini saldo lada yang ditahan sebesar
Rp15.000.000 pada akhir tahun 1978 akan alokasikan sebagai berikut :
Jika metode harga perolehan dipakai (pada contoh nomor 4), maka tidak ada mutasi
apapun yang dicatat oleh PT PI, selama PT PA tidak membagi dividen. Namun
demikian untuk penyusunan neraca konsolidasi, saldo laba yang ditahan PT PA pada
tanggal 32 Desember 1978 harus dialokasikan. Hal ini diperlukan untuk menentukan
besarnya kenaikan (penurunan) saldo laba ditahan (Defisit) sejak terjadinya pemilikan
saham oleh PT PI.
Adapun daftar lajur penyusunan neraca konsolidasi per 31 Desember 1978, apabila
metode harga perolehan dipakai akan tampak sebagai berikut :
Kredit :
Modal saham prioritas - 50.000.000 - - - -
Eliminasi 40% seperti di
atas - - 20.000.000 - - -
Hak pemegang saham
minoritas 60% - - - - - 30.000.000
Laba yang ditahan, untuk
saham prioritas - 9.000.000 - - - -
Eliminasi 40% seperti di
atas - - 2.400.000 - - -
Hak pemegang saham
minoritas 60% - - - - - 5.400.000
Kenaikan saldo laba yang
ditahan untuk PT PI
(40% x Rp 3.000.000) - - - - - 1.200.000
Modal saham biasa - 100.000.000 - - - -
Eliminasi 80% seperti di
atas - - 80.000.000 - - -
Hak pemegang saham
minoritas 20% - - - - - 20.000.000
Agio saham - 5.000.000 - - - -
Eliminasi 80% seperti di
atas - - 4.000.000 - - -
Hak pemegang saham
minoritas 20% - - - - - 1.000.000
Laba yang ditahan, saham
Biasa - 6.000.000 - - - -
Eliminasi 80% seperti di
atas - - 31.200.000 - - -
Hak pemegang saham
minoritas 20% - - - - - 1.200.000
Penurunan saldo laba yang
ditahan untuk PT PI (80% x
(Rp 39.000.000-Rp
6.000.000) - - - - 26.400.000 -
Metode Equity
Pada contoh ini hubungan afiliasi antara PT PI dengan PT PA, timbul sebagai akibat
pemilikan sebagian besar saham biasa PT PA oleh PT PI. Namun demikian
dimungkinkan pula untuk melakukan pencatatan terhadap investasi saham-saham
prioritas seperti pada umumnya metode-metode pencatatan terhadap saham-saham
perusahaan anak.
Apabila metode equity dipakai sebagai dasar pencatatan terhadap investasi saham-
saham perusahaan anaknya, maka pencatatan yang harus dilakukan oleh PT PI
berhubungan dengan investasi saham-sahamnya pada PT PA selama tahun buku 1978
ialah; pengakuan terhadap bagian atas kerugian yang diderita (untuk saham-saham
biasa) dan pengakuan terhadap bagian atas deviden untuk saham-saham prioritasnya.
Adapun jurnal untuk mencatat pengakuan rugi dan bagian deviden tersebut adalah
sebagai berikut :
Jika pada tanggal 31 Desember 1978 dibuat neraca konsolidasi, maka bentuk daftar
lajur penyusunan neraca konsolidasi yang didasarkan atas metode equity nampak
sebagai berikut:
Kredit :
Laba yang ditahan (defisit)
PT PI (25.200.000) - - - 25.200.000 -
Modal saham prioritas - 50.000.000 - - - -
Eliminasi 40% seperti di
atas - - 20.000.000 - - -
Hak pemegang saham
minoritas 60% - - - - - 30.000.000
Laba yang ditahan, untuk
saham prioritas - 9.000.000 - - - -
Eliminasi 40% seperti di
atas - - 3.600.000 - - -
Hak pemegang saham
minoritas 60% - - - - - 5.400.000
Modal saham biasa - 100.000.000 - - - -
Eliminasi 80% - - 80.000.000 - - -
Hak pemegang saham
minoritas 20% - - - - - 20.000.000
Agio saham - 5.000.000 - - - -
Eliminasi 80% - - 4.000.000 - - -
Hak pemegang saham
minoritas 20% - - - - - 1.000.000
Laba yang ditahan, saham
Biasa - 6.000.000 - - - -
Eliminasi 80% seperti di
atas - - 4.800.000 - - -
Hak pemegang saham
minoritas 20% - - - - - 1.200.000
Apabila saham bonus (stock deviden) dibagikan oleh perusahaan anak, maka pada
perusahaan anak terjadi perubahan posisi modalnya, karena hal ini berarti terjadi
perubahan status dari sebagian (seluruh) saldo laba yang ditahan menjadi modal
statuair. Namun demikian dilihat dari perusahaan induk dan para pemegang saham
lainnya pembagian bonus saham ini tidak mempengaruhi proporsi pemilikannya, kecuali
terhadap adanya tambahan jumlah lembar saham yang dimilikinya. Oleh sebab itu
perusahaan induk sebagai pemegang saham perusahaan anaknya, demikian pula
halnya para pemegang saham lainnya tidak perlu mengakui adanya penghasilan yang
timbul dan kenaikan nilai investasinya sebagai akibat dari saham-saham yang diterima
kemudian sebagai deviden tersebut. Akan tetapi cukup membuat catatan memo tentang
bertambahnya jumlah (lembar) lembar saham yang dimiliki.
Akan tetapi oleh karena persoalan eliminasi hak-hak pemilikan pada perusahaan anak
berbeda-beda dan sangat dipengaruhi oleh metode pencatatannya, maka untuk lebih
jelasnya akan dilihat satu persatu pada masing-masing metode pencatatan berlaku.
Contoh 5 :
Pada tanggal 1 Januari 1977 PT Wijaya membeli 400 lembar saham-saham PT Dian
dengan kurs 175. Pada saat tersebut posisi modal PT Dian adalah sebagai berikut :
Dalam tahun 1977 PT Dian melaporkan laba sebesar Rp 12.500.000 dan membagikan
bonus saham sebanyak 50% dari modal yang telah beredar. Dengan bertitik tolak pada
data tersebut apabila sesaat setelah terjadinya pembelian saham PT Dian kemudian
disusun neraca konsolidasi , maka bentuk daftar Lajur penyusunan neraca
konsolidasinya akan Nampak sebagai berikut :
Kredit :
50.000.00
Modal saham PT Dian - 0 - - - -
40.000.00
Eliminasi 80% - - 0 - - -
Hak pemegang saham
10.000.00
minoritas 20% - - - - - 0
Laba yang ditahan PT 27.500.00
Dian - 0 - - - -
22.000.00
Eliminasi 80% - - 0 - - -
Hak pemegang saham
minoritas 20% - - - - - 5.500.000
Apabila metode harga perolehan dipakai, maka tidak ada penghasilan apapun
yang harus diakui dari bonus saham yang dibagikan. Di lain pihak nilai investasi juga
tidak berubah meskipun dalam hal ini diterima saham yang sama sebanyak 200 lembar
(50% x 400 lembar). Hal ini sesuai kenyataan, di samping tidak ada pengorbanan yang
terjadi untuk 200 lembar saham yang diterima kemudian ini, juga tambahan 200 lembar
saham yang sekarang dimiliki itu sama sekali tidak mempengaruhi besarnya bagian
pemilikan perusahaan induk pada perusahaan anaknya.
Oleh sebab itu tidak ada satu alasan pun untuk menaikkan nilai investasi saham-
saham bagi PT Wijaya. Oleh karena pembagian saham bonus berakibat pengurangan
terhadap saldo laba yang ditahan dan kenaikan jumlah modal statuair dari jumlah pada
saat terjadi pembelian saham, maka apabila setelah terjadi pembagian saham bonus ini
disusun neraca konsolidasi; eliminasi hak-hak pemilikan dari perusahaan induk diatur
sebagai berikut :
(1) Eliminasi terhadap modal saham, dipakai titik tolak dari modal terakhir (setelah
pembagian bonus saham) sebesar persentase kepemilikannya.
(2) Eliminasi terhadap saldo laba yang ditahan bertitik tolak dari saldo laba yang
ditahan pada saat/tanggal terjadinya pembelian saham-saham dikurangi dengan jumlah
yang dikapitalisasi sebagai modal saham (statuair).
Atas dasar ketentuan tersebut diatas maka bentuk daftar laju penyusunan neraca
konsolidasi pada tanggal 31 Desember 1977, menurut metode harga perolehan akan
nampak sebagai berikut :
Metode Equity
Apabila metode equity dipakai, mak investasi saham perusahaan anak harus
didebit sebesar RP 10.000.000 = (80% X Rp 12.500.000) sebagai pengakuan terhadap
bagian atas laba yang diperoleh PT Dian dalam tahun 1977, dengan rekening lawan
kredit pada Rugi-laba PT Dian (Laba yang ditahan)
Penerimaan 200 lembar saham bonus hanya dicatat dalam bentuk memo, dan dengan
demikian sekarang dimiliki 600 lembar dari 750 lembar saham-saham PT Dian yang
sudah beredar. Dalam hal ini juga berlaku argumentasi yang sama paa metode harga
perolehan untuk tidak menaikkan nilai investasi saham bagi PT Wijaya berhubung
dengan bonus saham yang diterima.
Sebaliknya penurunan saldo laba yang ditahan pada PT Dian juga tidak perlu diikuti
dengan mengurangi nilai saham investasi saham oleh PT Wijaya, karena penurunan
saldo laba yang ditahan diimbangi dengan kenaikan saldo modal saham (statuair)
dengan jumlah yang sama. Oleh sebab itu tidak ada satu alasan pun bagi PT wijaya
untuk mengurangi saldo rekening (nilai) investasi saham pada PT Dian dalam
hubungannya dengan bonus yang dibagikan, karena pembagian bonus saham tidak
berakibat berkurangnya kekayaan bersih PT Dian.
Kredit :
Laba yang ditahan PT 10.000.00
Wijaya - - - - - 0
75.000.00
Modal saham - 0 - - - -
60.000.00
Eliminasi 80% - - 0 - - -
Hak pemegang saham
15.000.00
minoritas 20% - - - - - 0
15.000.00
Laba yang ditahan - 0 - - - -
12.000.00
Eliminasi 80% - - 0 - - -
Hak pemegang saham
minoritas 20% - - - - - 3.000.000
Laba (Rugi) dari transaksi antar perusahaan berafiliasi (inter company profit)
Selama di antara perusahaan yang berafiliasi sebagai unit usaha masih tetap
melanjutkan usahanya masing-masing, maka tidak merupakan suatu hal yang mustahil
jika di antara unit-unit usaha tersebut melakukan jual-beli baik berupa barang
(dagangan)/ jasa yang dihasilkan maupun harta tak bergerak (aktiva tetap) untuk
fasilitas pabriknya.
Apabila hal ini terjadi berarti akan mengakibatkan timbulnya laba (rugi) bagi pihak yang
menjual, dan sudah semestinya apabila laba (rugi) yang terjadi diakui dan dilaporkan
dalam Laporan Rugi laba individual. Akan tetapi sesuai dengan tujuan dan konsepsinya
di dalam penyajian laporan keuangan yang dikonsolidasi, maka laba (rugi) yang timbul
sebagai akibat adanya transaksi antar perusahaan tersebut tidak boleh diakui. Dalam
hal ini jual-beli barang jasa maupun harta tak bergerak itu semata-mata sebagai
perpindahan pengelolaan saja, dan oleh karenanya tidak ada alasan apapun untuk
menaikkan/menurunkan nilai ataupun mengakui timbulnya laba (rugi) sari barang, jasa
maupun harta tak bergerak yang bersangkutan. Kecuali apabila barang, jasa maupun
harta tak bergerak itu oleh pihak yang membeli telah dijual kembali kepada pihak lain di
luar hubungan afiliasinya.
Adapun barang dagangan yang dibeli dari pihak yang ada hubungan afiliasi, dan
barang tersebut masih termasuk di dalam persediaan di pihak pembeli pada saat
laporan keuangan konsolidasi disusun, berarti bahwa laba (rugi) dan kenaikan
(penurunan) nilai barang dagangan yang telah diakui, (dalam laporan keuangan
individual) pihak penjual belum (tidak) seluruhnya direalisasikan. Sebab hal ini hanya
merupakan perpindahan (tempat) pengelolaan saja apabila dilihat dari segi ekonomi
untuk perusahaan induk dan anaknya.
Akan tetapi apabila barangan tersebut oleh pihak pembeli telah dijual kepada pihak lain
di luar hubungan afiliasinya, berarti laba (rugi) baik yang telah diakui oleh pihak penjual
sebelumnya maupun laba (rugi) yang diakui kemudian oleh pembeli (pertama) telah
sama-sama direalisasikan. Dalam keadaan ini apabila kemudian neraca konsolidasi
disusun untuk perusahaan-perusahaan yang berafiliasi tidak perlu adanya
penghapusan terhadap laba (rugi) yang telah diakui oleh kedua belah pihak tersebut.
Sebagai contoh, PT Dani yang memiliki 80% saham-saham yang beredar dari PT
Wijaya, menjual barang dagangan sebesar harga pokok Rp 500.000 dengan harga Rp
750.000 kepada PT Wijaya. Hal ini berarti PT Dani telah mengakui laba atas penjualan
tersebut sebesar Rp 250.000. di lain pihak pada buku-buku PT Wijaya barang yang
sama dicatat sebesar (harga pokok) Rp 750.000. Apabila kemudian PT Wijaya
menjualnya kembali kepada PT Anon (yang tidak da hubungan afiliasi dengan kedua
perusahaan terdahulu) dengan harga Rp 800.000, ini berarti diakui sekali lagi Laba atas
barang yang sama sebesar Rp50.000.
Tidak demikian halnya apabila PT Wijaya pada contoh di atas belum berhasil
menjual kembali barang dagangan tersebut kepada PT Anon, sehingga pada saat
laporan keuangan konsolidasi disusun sebagian dari atau seluruh barangan masih
tercantum sebagai persediaan (aktiva) yang sudah inklusif di dalamnya kenaikan nilai
atas harga pokok mula-mula. Hal ini mengakibatkan timbulnya persoalan, khususnya di
dalam proses eliminasi terhadap laba dan atau kenaikan nilai aktiva pada penyusunan
laporan keuangan konsolidasi.
Masalah eliminasi ini berhubungan dengan jumlah laba yang harus dieliminasi;
mengingat kemungkinan masih adanya pihak lain (Pemegang Saham Minoritas) di antara
perusahaan yang berafiliasi tersebut, di mana jumlah (eliminasi) itu dipengaruhi oleh:
b) Pihak yang melakukan penjualan atau pihak yang telah mengakui terjadinya laba (rugi)
dan kenaikan (penurunan) aktiva; perusahaan indukkah atau perusahaan anak.
1) Apabila penjualan barang (dagangan) dilakukan oleh perusahaan induk, berarti pula
perusahaan induk yang telah mengakui terjadi laba (rugi) dan atau kenaikan (penurunan)
nilai barang tersebut dengan demikian tidak melibatkan kepentingan para pemegang
saham minoritas.
2) Apabila pihak yang menjual barang adalah perusahaan anak yang telah mengakui
timbulnya laba (rugi) atas barang (dagangan) tersebut. Di lain pihak juga kenaikan
(penurunan) terhadap harta kekayaannya. Jika pemilikan saham oleh perusahaan induk
kurang dari 100% berarti hal ini menyangkut kepentingan (hak-hak) para pemegang
saham minoritas.
Pendapat pertama mengatakan, oleh karena para pemegang saham minoritas mempunyai
hak pembagian atas laba (rugi) maka baginya tidak perlu dibedakan tentang pembeli
barang (dagangan) tersebut apakah kelmpok anggota perusahaan afilisi atau pihak ketiga
(diluar afiliasi). Menurut pendapat ini mengakui bagian laba (rugi) dan kenaikan
(penurunan) nilai barang dagangan dari harga pokoknya semula yang merupakan hak
para pemegang saham minoritas di dalam laporan keuangan yang dikonsolidasi dapat
dibenarkan. Oleh sebab itu menurut pendapat ini eliminasi terhadap jumlah laba (rugi)
atas barang (dagangan) di dalam laporan keuangan yang dikonsolidasi terbatas hanya
sebesar bagian (haknya) perusahaan induk sebagai controlling interest.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa sesuai dengan tujuan penyusunannya, seluruh
jumlah laba (rugi) sebagai akibat transaksi jual-beli barang (dagangan) tersebut harus
dihapuskan di dalam laporan keuangan yang di konsolidasi. Menurut pendapat ini tidak
ada laba (rugi) yang timbul dari barang (dagangan) tersebut, yang harus diakui baik untuk
para pemegang saham minoritas maupun untuk perusahaan induk; selama barang
(dagangan) yang bersangkutan masih berada di dalam lingkungan anggota-anggota
perusahaan berafiliasi.
PT Dani memiliki 100% saham-saham (yang berdar dari) PT Wijaya. Pada tanggal 31
Desember 1977, PT Wijaya melaporkan persediaan barang dagangan sebesar Rp 2.500.000,00 di
mana termasuk di antaranya barang-barang yang dibeli dari PT Dani sebesar Rp 1.000.000,00.
Harga pokok barang dagangan tersebut menurut catatan PT Dani adalah sebesar Rp 750.000,00.
Atas dasar data tersebut, apabila pada tanggal 31 Desember 1977 disusun neraca
konsolidasi maka terhadap persediaan garang dagangan yang ada pada PT Wijaya harus
dikurangi menjadi sebesar harga pokoknya semula yaitu Rp 750.000,00.
Di lain pihak saldo – Laba Yang Ditahan dari PT Dani juga harus dikurangi sebesar laba yang
telah diakui atas barang dagangan yang dijual kepada PT Wijaya sebesar Rp 250.000,00. Adapun
jurnal eliminasinya adalah sebagai berikut:
Sedang kedua rekening tersebut dalam hubungannya dengan transaksi antar perusahaan yang
berafiliasi ini, akan nampak dalam daftar lajur penyusunan neraca konsolodasi sebagai berikut:
D K D K
Debit:
Persediaan barang
Dagangan - Rp250.000,00 - Rp250.000,00 Rp250.000,00
Kredit:
Laba Yang Ditahan,
PT Dani Rp250.000,00 - Rp250.000,00 - - -
Cara yang sama berlaku pula, apabila misalnya pemilikan saham PT Wijaya oleh PT Dani pada
contoh di atas kurang dari 100%.
Sebab dalam hal melakukan penjualan adalah penjualan induk, maka pengaruh antar transaksi
tersebut tidak melibatkan kepentingan para pemegang saham minoritas pada perusahaan anak.
Contoh 7: Penjualan barang dagangan oleh Perusahaan Anak, kepada Perusahaan Induk,
apabila Perusahaan Induk 100% saham-saham Perusahaan Anak.
Berdasar data tersebut di atas apabila pada tanggal 31 Desember 1977 disusun neraca
konsolidasi, maka laba yang timbul dari penjualan atas barang dagangan harus dihapuskan,
demikian sebaliknya nilai persediaan barang dagangan harus dikurangi menjadi harga pokoknya
semula. Oleh karena ada dua metode pencatatan atas investasi saham-saham perusahaan anak
yang masing-masing mempunyai ketentuan sendiri-sendiri, maka prosedur eliminasi terhadap
saldo Laba Yang Ditahan (PT Wijaya) dan nilai persediaan barang pada PT Dani juga tergantung
pada metode pencatatan yang dipakai.
Apabila metode harga pokok perolehan dipakai berarti bahwa laba atas barang dagangan
baru diakui pada buku-buku perusahaan anak, sedang perusahaan induk belum mengakui
bagian atas laba yang terjadi. Oleh sebab itu sebagai rekening lawan atas kredit pada
Persediaan Barang Dagangan (PT Dani) seluruhnya dibebankan pada saldo Laba Yang
Ditahan, PT Wijaya.
• Catatan : diumpamakan pada saat terjadi pembelian saham-saham oleh PT Dani, Saldo Laba Yang
Ditahan, PT Wijaya sebesar Rp 15.000.000,00
Dengan demikian rekening-rekening yang terlibat dalam hubungannya dengan laba yang terjadi
atas transaksi penjualan barang antara PT Wijaya dengan PT Dani di dalam daftar lajur neraca
konsolidasi menurut konsep/metode equity nampak sebagai berikut :
Metode Equity
Rekening-rekening PT Dani PT Eliminasi Neraca Konsolidasi
neraca Wijaya
(Rp) (Rp) D K D K
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Debit:
Persediaan barang dagangan 5.000.000,00 - - 500.000,00 4.500.00,00 -
Investasi saham-saham, PT
125.000.000,0
Wijaya 0 - - - - -
Elim. 100% modal saham - - - 100.000,00 - -
Elim. 100% laba Yang
Ditahan - - - 23.000.000,00 -
Selisih Laba Harga Perolehan
di atas nilai buku saham - - - - 10.000.000,00 -
Kredit:
250.000.000,0
Modal Saham, PT Dani 0 - - - - 250.000.000,00
Laba Yang Ditahan PT Dani 28.000.000,00 - 500.000,00 - - 57.500.000,00
Modal Saham, PT Wijaya - 100.000 - - - -
Elim. 100% - - 100.000.000 - - -
Laba Yang Ditahan PT
Wijaya - 23.000.000 - - -
Elim. 100% - - 23.000.000 - -
Dari contoh ini baik pada metode harga perolehan maupun metode equity kedua-duanya di
dalam neraca konsolidasi Perusahaan induk mengakui laba yang diperoleh perusahaan anak
sebesar Rp.7.500.000,00 yaitu sebesar kenaikan saldo Laba yang ditahan pada perusahaan anak
selama pemilikan saham-saham perusahaan anak dikurangi dengan laba atas transaksi jual beli
barang dagangan atau [ Rp 23.000.000,00 – (Rp 15.000.000,00 + Rp 500.000,00) ].
Contoh 8 : Penjualan barang dagangan oleh perusahaan anak kepada perusahaan induk,
apabila Perusahaan Induk memiliki kurang dari 100% saham-saham
Perusahaan Anak.
Diumpamakan pada contoh nomor 7, PT Dani hanya memiliki 80% dari jumlah saham-
saham PT Wijaya. Dengan bertitik tolak pada dasar-dasar pemikiran yang telah disebutkan di
muka, maka eliminasi terhadap laba yang telah diakui atas laba dari transaksi antara PT Wijaya
dan PT Dani harus dialokasikan sesuai dengan hak atas laba dari masing-masing kelompok
pemegang saham.
Dalam hal ini PT Dani sebagai perusahaan induk mempunyai hak atas laba sebesar : Rp
400.000,00 (80% x Rp 500.000,00), sedang Rp 100.000,00 selebihnya dibebankan kepada para
pemegang saham Minoritas pada PT Wijaya.
Adapun prosedur eliminasinya apabila disusun neraca konsolidasi pada tanggal 31 Desember
1977, tergantung pada metode pencatatan terhadap investasi saham yang bersangkutan, yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pada metode harga perolehan dipakai berarti bahwa bagian atas barang dagangan
sebesar : Rp 400.000,00 (80% x Rp 500.000,00) tersebut belum diakui/dicatat pada
buku-buku PT Wijaya. Oleh sebab itu seluruh jumlah laba yang timbul harus
dikurangkan dari saldo Laba Yang Ditahan PT Wijaya pada tanggal 31 Desember 1977,
sebagai rekening lawan dari penurunan nilai barang dagangan yang ada pada PT Dani
menjadi harga pokoknya semula.
Baru kemudian atas dasar Laba Yang Ditahan setelah dikurangi dengan Rp 500.000,00
tersebut eliminasi terhadap hak-hak pemilikan perusahaan induk itu dilakukan, namun
demikian sebagai konsekuensi dari laba atas barang dagangan tersebut kepada masing-
masing kelompok pemegang saham, maka untuk menentukan hak para pemegang saham
minoritas terhadap saldo Laba Yang Ditahan PT Wijaya pada tanggal 31 Desember 1977
dipakai titik tolak dari saldo Laba Yang Ditahan setelah dikurangi jumlah laba yang harus
dihapuskan tersebut. Dalam hal ini hak para pemegang saham minoritas terhadap saldo
Laba Yang Ditahan dari PT Wijaya pada tanggal 31 Desenber 1977 harus sebesar Rp
4.500.000,00 (20% x (Rp 23.000.000,00 - Rp 500.000,00) atau hasil perhitungan dari :
Dikurangi :
Sedangkan rekening-rekening yang terlibat dalam transaksi antara PT Dani dengan PT Wijaya
sebagai perusahaan afiliasi, dan prosedur eliminasinya dalam daftar lajur neraca konsolidasi
menurut metode harga perolehan, nampak sebagai berikut :
Daftar Lajur Penyusunan Neraca Konsolidasi – Partial
Pada metode equity berarti bahwa pada buku-buku PT Dani telah pula diakui bagian atas
laba dari barang dagangan tersebut sebesar Rp 400.000,00 (80% x Rp 500.000,00). Oleh
sebab itu pada metode equity sebagai rekening lawan dari pengurangan nilai persediaan
barang dagangan sebesar Rp 500.000,00 adalah debit masing-masing saldo Laba Yang
Ditahan, PT Dani sebesar Rp 400.000,00 dan saldo Laba Yang Ditahan PT Wijaya
sebesar Rp 100.000,00 yang merupakan hak atas bagian laba para pemegang saham
minoritas. Dengan demikian jurnal eliminasi terhadap laba yang terjadi dari transaksi jual
beli barang dagangan antar PT Dani dengan PT Wijaya, sebagai perusahaan afiliasi pada
metode equity adalah sebagai berikut:
Adapun prosedur eliminasi terhadap hak-hak pemilikan PT Dani pada PT Wijaya selanjutnya
dilakukan sebagaimana biasa yaitu dengan bertitik tolak pada posisi akhir hak-hak pemegang
saham PT Wijaya. Perbedaan disini hanya terletak pada prosdur penentuan hak para pemegang
saham minoritas terhadap saldo Laba Yang Ditahan pada tanggal 31 Desember 1977. Dala hal
ini dipakai dasar penentuan saldo Laba Yang Ditahan PT Wijaya dikalikan persentase pemilikan
sahamnya, kemudian dikurangi dengan bagian atas laba barang dagangan yang dihapuskan
tersebut.
Menurut metode equity bentuk daftar lajur penyusunan neraca konsolidasi pada tanggal 31
Desember 1977 adalah sebgai berikut:
Daftar Lajur Penyusunan Neraca Konsolidasi – Partial
Metode Equity
PT Dani memiliki 80% saham-saham PT Wijaya dan 75% saham-saham PT Anon. Pada
tanggal 31 Desember 1977 yaitu pada saat disusun neraca konsolidasi diketahui bahwa dalam
Persediaan Barang Dagangan PT Anon termasuk sebesar Rp 3.000.000,00 di antaranya barang-
barang yang semula dibeli dari PT Wijaya. Untuk setiap penjualannya dalam tahun buku 1977
PT Wijaya memperhitungkan tingkat laba kotor sebesar 20% dari harga pokoknya.
Dalam hal ini PT Dani mempunyai hak atas laba dari barang dagangan tersebut sebesar
Rp 400.000,00 (80% x Rp 500.000,00) sedang Rp 100.000,00 selebihnya adalah hak dari para
pemegang saham minoritas PT Wijaya.
Di dalam neraca konsolidasi seluruh jumlah laba tersebut harus dieliminasi sebagai imbangan
dari penurunan nilai persediaan barang yang ada pada PT Anon. Adapun jurnal eliminasinya,
dalam rangka penyusunan neraca konsolidasi adalah sebagai berikut :
Metode Equity
Contoh 10 : Transfer barang dagangan dua kali atau lebih, didalam lingkungan
perusahaan afiliasi.
Sangat dimungkinkan bahwa masalah penentuan jumlah laba (rugi) antar transaksi yang
harus dialokasikan kepada masing-masing pihak menjadi lebih kompleks. Ini terjadi apabila
sejumlah atau sebagian dari jumlah barang yang sama diperjual-belikan lebih dari satu kali di
antara perusahaan-perusahaan afiliasi. Misalnya pada contoh nomor 9 di muka, PT Anon
kemudian menjual semua barang dagangan yang dibeli semula dari PT Wijaya kepada PT Dani,
dengan harga Rp 3.250.000,00 dan sampai dengan tanggal penyusunan neraca konsolidasi
barang tersebut masih termasuk dalam persediaan PT Dani.
Dengan hal ini terhadap barang dagangan yang untuk terakhir kalinya
berada di dalam pengurusannya PT Dani telah diakui laba oleh perusahhan induk
sebesar Rp 587.500,00 dengan perincian sebagai berikut ini :
Dengan demikian ayat jurnal eliminasi terhadap laba atas barang dagangan pada
masing-masing metode pencatatan (investasi saham) untuk penyusunan neraca
konsolidasi pada tanggal 31 Desember 1977 adalah sebagai berikut :
Rp 250.000,00
2) Metode Equity
• Laba Yang Ditahan, PT Dani……………………………………
Rp 587.500,00
Laba Yang Ditahan, PT Wijaya (Pemegang Saham Minoritas)…
Rp 100.000,00
Laba Yang Ditahan, PT Anon (Pemegang Saham Minoritas)…..
Rp 62.500,00
Persediaan Barang Dagangan…………………………………
Rp
Laba (rugi) yang terjadi dari transaksi Penjualan Aktiva Tetap antar
Perusahaan Afiliasi
Debit :
Mesin dan
Alat-alat
Pabrik - 2.500.000, - 500.000, 2.000.000 -
00 00 ,00
Kredit :
Laba Yang
Ditahan, PT
Dani - 500.000, -
- 00 - 500.000,0
0
Dengan demikian dari data pada contoh tersebut di atas, jurnal eliminasi
yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan transaksi penjualan aktiva tetap
oleh PT dani kepada PT Wijaya untuk penyusunan neraca konsolidasi pada setiap
akhir periode akuntansi selama umur pemakaiannya dapat diikhtisarkan seperti
tabel yang berikut :
Debit :
Mesin dan
Alat-alat
Pabrik - 2.500.000, - 500.000, 2.000.000, -
00 00 00
Kredit :
Akumulasi
Penyusuta - 300.000, 1.200.000
n 1.500.000, 00 - - ,00
Laba Yang 00
Ditahan, PT -
Dani 200.000, - 200.000,0 -
- 00 0
Contoh 12 : Aktiva Tetap yang dibuat oleh perusahaan Anak dijual kepada
dan untuk perusahaan Induk. Apabila Perusahaan Induk
memiliki 100% saham-saham Perusahaan Anak.
Dengan demikian apabila pada contoh nomor 11 tersebut mesin dibuat oleh
PT Wijaya dan kemudian dijual kepada PT Dani, jurnal eliminasi yang dibuat untuk
penyusunan neraca konsolidasi pada saat terjadinya transaksi jual beli, dan
berturut-turut pada setiap akhir periode akuntansi berikutnya akan sama pada
contoh nomor 11 sebagai berikut :
- Rp 500.000,00 Rp 500.000,00
Adapun bentuk daftar lajur penyusunan neraca konsolidasi pada akhir tahun ke 4
akan nampak sebagai berikut :
Daftar Lajur Penyusunan Neraca Konsolidasi – Partial
Debit :
Mesin &
Alat Pabrik 2.500.000 - - 500.000, 2.000.000 -
,00 00 ,00
Kredit :
Akumulasi
Penyusutan - 400.000, 1.600.000
Laba Yang 2.000.000 00 - - ,00
Ditahan, PT ,00
Dani -
100.000, - 100.000,0 -
- 00 0
Contoh 13 : Aktiva Tetap yang dibuat oleh Perusahaan Anak dijual kepada
dan dipakai oleh Perusahaan Induk. Apabila Perusahaan Induk
memiliki saham-saham Perusahaan anak kurang dari 100%.
Jika pada contoh nomor 12 di muka, pemilikan saham oleh PT Dani atas
saham-saham PT Wijaya hanya berjumlah 75% dari seluruh saham yang beredar,
maka dalam neraca konsolidasi (yang disusun sesaat setelah terjadinya transaksi
jual beli) Mesin & Alat-alat Pabrik harus dilaporkan sebesar harga perolehan mula-
mula (dalam hal ini sebesar Rp 2.000.000,00). Laba antar transaksi dihapuskan
dengan mengurangkannya dari saldo Laba Yang Ditahan PT Dani sebesar Rp
375.000,00 (75% x Rp 500.000,00) dari saldo Laba Yang Ditahan PT Wijaya yang
menjadi hak para pemegang saham minoritas sebesar Rp 125.000,00 (25% x Rp
500.000,00).
Dalam neraca konsolidasi yang disusun setiap akhir tahun (periode) berikutnya
setelah terjadinya transaksi jual beli, Mesin & Alat Pabrik dilaporkan sesuai dengan
nilai bukunya (berdasar harga perolehan mula-mula). Oleh sebab itu sebagai
rekening lawan kredit dari rekening Mesin & Alat-alat Pabrik sebesar Rp 500.000,00
adalah debit pada rekening Akumulasi Penyusutan sebesar selisih antara jumlah
menurut rekening pembukuan PT Dani dengan jumlah yang dihitung menurut harga
perolehan semula. Laba dan transaksi antar perusahaan itu secara berturut-turut
menjadi berkurang sebesar Rp 100.000,00 (1/5 x Rp 500.000,00), yaitu hasil alokasi
dari jumlah laba antar transaksi selama umur pemakaian mesin. Dengan demikian
secara berturut-turt jumlah yang harus didebit pada rekening saldo Laba Yang
Ditahan PT Dani (Perusahaan Induk) dan PT Wijaya (Perusahaan Anak) masing-
masing akan semakin berkurang dengan Rp 75.000,00 (75% x Rp 100.000,00)
untuk PT Dani dan Rp 25.000,00 (25% x Rp 100.000,00) untuk PT Wijaya, seperti
ternyata pada tabel yang berikut :
Akumulasi
Tanggal Saldo Laba Yang Penyusutan Akumulasi Mesin dan Alat-
Penyusunan Ditahan, PT Dani Mesin & Alat Penyusutan alat Pabrik
Neraca (Perusahaan Pabrik (Debit) (Kredit)
Konsolidasi Induk) (Perusahaan
(Debit) Anak)
(Debit)
1) Pada saat
terjadi Rp 375.000,00 Rp 125.000,00 - Rp 500.000,00
penjualan Rp 300.000,00 Rp 100.000,00 Rp 100.000,00 Rp 500.000,00
Akhir tahun ke 1 Rp 225.000,00 Rp 75.000,00 Rp 200.000,00 Rp 500.000,00
Akhir tahun ke 2 Rp 150.000,00 Rp 50.000,00 Rp 300.000,00 Rp 500.000,00
Akhir tahun ke 3 Rp 75.000,00 Rp 25.000,00 Rp 400.000,00 Rp 500.000,00
Akhir tahun ke 4 - - Rp 500.000,00 Rp 500.000,00
Akhir tahun ke 5
Sedang bentuk daftar lajur penyusunan neraca konsolidasi pada akhir tahun
(periode) ke 1 setelah terjadinya transaksi penjualan mesin dan peralatan oleh PT
Wijaya sebagai perusahaan anak kepada PT Dani sebagai perusahaan induk
tergantung dari metode pencatatan terhadap investasi saham pada perusahaan
anak yang digunakan oleh PT Dani. Agar memperoleh gambaran yang yang konkrit
berikut ini akan diberikan serangkaian contoh-contoh sebagai berikut :
- Metode Equilty :
Pada metode Equilty, PT Dani akan akan melakukan pencatatan atas bagian
keuntungan yang dilaporkan PT Wijaya yang timbul dari transaksi antar kedua
perusahaan berikut :
Laba/Rugi, PT Wijaya
(Saldo Laba Yang Ditahan,
(1) Dalam Neraca konsolidasi pada akhirnya kenaikan saldo rekening Investasi
Saham-saham, PT Wijaya (perusahaan anak) dieleminasi seluruhnya.
(2) Saldo kredit Laba Yang Ditahan, PT Dani pada akhir tahun ke 1 sebesar Rp
75.000,00 merupakan koreksi atas pembebanan biaya penyusutan mesin yang
terlalu besar dalam tahun ke 1 tersebut.
Metode Equilty
Debit :
Investasi
Saham-
saham,
PT Wijaya 375.000,0 - - a) - -
Mesin 0 375.000,00
dan - - 2.000.000,0 -
Peralatan 2.500.000, 500.000,00 0
00
Kredit :
Akumulas - 100.000,00 400.000,0
i - - 0
Penyusut 500.000,0
an 0 - 300.000,00
Laba - - 75.000,00
Yang
Ditahan, 375.000,0 500.000, 100.000,00
PT Dani 0 00 - - 25.000,00
Laba a)
Yang - 375.000,00 - - -
Dtahan, -
PT Wijaya
Eliminasi -
75%
Dalam contoh ini ubtuk masa lima tahun PT Dani telah membebankan biaya
penyusutan mesin pada pendapatan yang bersangkutan sebesar RP 500.000,00
sedang seharusnya hanya sebesar hanya sebesar Rp 400.000,00 (1/5 x Rp
2.000.000,00) atau terlalu besar Rp 100.000,00 per tahun. Dengan denikian dalam
tahun ke 1 begitu juga untuk tahun-tahun berikutnya masih harus diakui biaya
sebesar Rp 25.000,00 (Rp 100.000,00 – Rp 75.000,00) oleh PT Dani sebagai akibat
pembelian mesin dari PT Wijaya. Di lain pihak jumlah yang sama (RP 25.000,00)
tersebut merupakan bagian laba para pemegang saham minoritas pada PT Wijaya,
sebagai nampak dalam daftar lajur diatas.
Pada metode harga perolehan laba antar transaksi yang dilaporkan PT Wijaya
belum/tidak diakui oleh PT Dani di dalam laporan keuangan individual sampai
dengan ada realisasi melalui pembagian deviden. Oleh sebab itu eliminasi terhadap
laba antar transaksi pada akhir tahun ke 1 setelah terjadinya trnsaksi akan nampak
seperti pada daftar lajur yang berikut :
Debit :
Mesin
dan 2.500.000, - - 500.000,00 2.000.000,0 -
Peralatan 00 0
Kredit :
Akumulas - 100.000,00 - 400.000,0
i 500.000,0 - 0
Penyusut 0
an - 300.000,00 -
Laba 300.000,00 -
Yang -
Ditahan, 500.000, 100.000,00 -
PT Dani 00 - -
Laba -
Yang
Dtahan, - -
PT Wijaya - - 25.000,00
Pemegan -
g Saham
Minoritas - - - 375.000,0
25% - 0
Kenaikan -
Saldo
Laba
untuk PT
Dani
Seperti halnya transaksi jual beli baik berupa barang-barang dagangan, jasa-
jasa maupun fasilitas-fasilitas produksi lainnya, maka sangat dimungkinkan
terjadinya pemilikan (Surat Hutang) Obligasi dari suatu perusahaan oleh
perusahaan lain didalam lingkungan perusahaan yang berafiliasi. Apabila hal ini
terjadi berarti akan timbul hutang-piutang antar perusahaan-perusahaan yang
berafiliasi. Di dalam neraca yang dikonsolidasi hutang-piutang tersebut harus
dieleminasi (dihapuskan), sehingga hanya obligasi-obligasi yang dimiliki oleh pihak-
pihak diluar perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dilaporkan sebagai “Hutang
Obligasi”.
Atas dasar alasan tersebut (rugi) pelunasan obligasi itu dihitung sebagai berikut:
Rp. 600.000
PT
Rekening PT Dani Wijaya D K D K
Debit:
Investasi 6%
Obligasi PT Dani
(nominal Rp.
5.000.000) - 5.450.000 - 5.450.000 - -
Kredit:
Prosedur Alternatip
Dikurangi:
Apabila pada contoh nomor 14, obligasi PT Dani yang dimiliki oleh PT Wijaya
dianggap sebagai obligasi yang ditarik dari peredaran maka eliminasi di dalam
daftar lajur penyusunan neraca konsolidasi yang diperlukan hanya terbatas pada
saldo premium obligasi. Atas dasar tersebut bentuk lajur pada tanggal 1 januari
1979, dimana obligasi yang dimiliki oleh PT Wijaya dianggap sebagai obligasi yang
ditarik dari peredaran akan tampak sebagai berikut ;
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa amortisasi premium secara periodik akan
mengurangi nilai buku hutang obligasi pada buku PT Dani sebesar Rp. 100.000
(premium Rp.1.000.000 diamortisasi dalam waktu 10 tahun). Sehingga untuj hutang
obligasi sebesar Rp.5.000.000 nilai bukunya akan berkurang secara periodik
sebesar Rp.50.000 ( ½ x Rp.100.000). disisi lain pihak amortisasi premium investasi
obligasi pada buku PT Wijaya secara periodik akan mengakibatkan penurunan nilai
bukunya sebesar Rp.75.000 (premium sebesar Rp.450.000 diamortisasi dalam
waktu 6 bulan).
Laba (rugi) yang terjadi sebagai akibat transaksi tersebut adalah perbedaan
nilai buku hutang obligasi (menurut PT Dani) dengan harga perolehan (nilai buku)
obligasi pada PT Wijaya. Oleh sebab itu eliminasi laba (rugi0 yang terjadi secara
periodik akan berkurang sebesar selisih amortisasi premium periodik menurut PT
Wijaya dengan amortisasi periodik PT Dani yaitu : Rp. 25.000 (atau 1/6 x xRp.
150.000).
Dengan demikian apabila sampai dengan akhir periode tahun buku 1982
obligasi PT Dani yang dimiliki PT Wijaya tidak dijual kembali, maka daftar lajur
neraca konsolidasinya sebagai berikut :
10.000.0
Kredit: 10.000.00 - -
00
Hutang 0 - -
Obligasi 100.000 -
100.000
Premium 200.000 - -
obligasi
-
Laba Yang 50.000 -
Ditahan, - - 50.000
PT Dani
Contoh 15:
Empat tahun kemudian yaitu pada tanggal 1 januari 1979 PT Dani membeli 5
lemmbar obligasi PT Wijaya dari para pemegang saham sebelumnya dengan harga
seluruhnya sebesar Rp. 5.450.000.
Premium Obligasi:
500.000) Rp.200.000
Rp. 300.000
Dalam hal ini rugi yang terjadi sebesar Rp. 150.000 harus dialokasikan
masing-masing Rp. 112.500 untuk PT Dani sebagai perusahan induk dan Rp.37.500
untuk PT Wijaya sebagai kerugian yang dibebankan kepada pemegang saham
minoritas.
Prosedur ini dilakukan apabila ini pelunasan terhadap hutang obligasi PT Wijaya.
Akan tetapi apabial pemilikan obligasi oleh PT dani atas PT Wijaya tidak merupakan
pelunasan hutang dan obligasimasih tetap dipegang oleh PT Dani berarti hubungan
hutng piutang masih tetap berlangsung sebagai unit usaha yang terpisah, meskipun
didalam neraca yang dikonsolidasikan harus ditiadakan.
Apabila hal terakhir ini yang terjadi, Maka atas dasar contoh nomor 15
eliminasi terhadap premium obligasi serta pengakuan rugi di dalam neraca yang
dikonsolidasi sejak saat pemilikan obligasi oleh PT Dani sampai dengan tanggal
jatuh tempo obligasi akan tampak sebagai berikut:
Pada dasarnya laba (rugi) yang terjadi sebagai akibat pemilikan obligasi oleh
perusahaan induk atas obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan anak sepenuhnya
menadi beban perusahaan anak. Akan tetapi oleh karena perusahaan induk
mempunyai bagian atas laba (rugi) pada perusahaan anak maka laba (rugi) yang
terjadi juga harus dialokasikan.dengan demikian pada contoh ini bagian rugi
sebesar Rp. 112.500 pada 1 januari belum nampak diakui pada buku-buku PT Dani.
Oleh sebab itu pada cost method seluruh jumlah kerugian yang terjadi (Rp.
150.000) harus didebiit (dikurangkan) dari saldo laba yang ditahan PT Wijaya,
dengan perincian = Rp. 112.500 harus ditanggunng oleh PT dani sebagai contrilling
interest dan Rp. 37.500 ditanggung para pemegang saham minoritas pada PT
Wijaya. Adapun bentuk lajurnya akan nampak sebagai berikut:
Metode Equity :
Apabila metode equity dipakai dalam pencatatan investasi saham pada
perusahaan anak berartibahwa PT Dani telah mengakui bagian ruugi yang diderita
oleh PT Wijaya. Oleh sebab itu apabila neraca konsolidasi disusun pada tanggal 1
januari 1979, maka eliminasi terhadap premium obligasi harus disertai dengan
pengakuan rugi masing-masing sebesar Rp. 112.500 dibebankan pada saldo laba
yang ditahan PT Dani sebagai contrilling interest dan Rp. 37.500 dibebankan pada
saldo yang ditahan PT Wijaya sebagai bagian rugi yang harus dibebankan para
pemegang saham minoritas perusahaan anak. Adapun bentuk lajurnya akan
nampak sebagai berikut:
Metode equity
10.000.000
Kredit: - 10.000.00 - -
Hutang 0 -
300.000
Obligasi - 300.000 -
Premium 600.000 -
obligasi
4.637.500
Laba Yang 4.750.000 112.500 -
Ditahan, - -
PT Dani
-
Laba Yang - 37.500 -
Ditahan, 2.500.000 -
PT Wijaya - 1.875.0 - -
Eliminasi - 00 -
75%
Hak
pemegang
saham
minoritas
(25% x Rp. - - 587.500
2.500.000) - - -
- Rp.
37.500
Catatan:
1. Saldo Laba Yang Ditahan PT Dani diumpamakan sebesar Rp. 4.525.000 tidak
termasuk bagian atas laba yang diperoleh PT Wijaya sejak terjadi pemilikan
saham yaitu sebesar 75% x (Rp. 2.500.000 _ Rp. 2.200.000) atau sebesar Rp.
225.000
2. Kenaikan saldo Laba Yang Ditahan PT Wijaya sejak pemilikan sahamnya oleh
PT Dani sampai dengan tanggal 1 januari 1979 sebesar Rp. 300.000