Professional Documents
Culture Documents
DEPARTEMEN MANAJEMEN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
OKTOBER 2010
PT KALBE FARMA Tbk.
Visi
Menjadi Perusahaan yang dominant dalam bidang kesehatan di
Indonesia dan memiliki eksistensi di pasar global dengan merek
dagang yang kuat, didasarkan oleh manajemen, ilmu dan teknologi
yang unggul
Misi
Meningkatkan Kesehatan untuk Kehidupan yang Lebih Baik
Motto
The Scientific Pursuit of Health for a Better Life
Products
Kalbe memiliki lebih dari 2.000 jenis produk yang disalurkan
melalui 64 cabang yang melayani langsung sekitar 150.000 outlet di
seluruh Indonesia.
Grup Kalbe memiliki fokus bisnis di 4 kategori produk dan jasa
kesehatan
3. Divisi Nutrisi
Portofolio produk nutrisi Perseroan mencakup 12 merek. Saat ini
Kalbe memiliki rangkaian lengkap produk nutrisi, terutama produk
susu bubuk, untuk seluruh lapisan usia mulai dari bayi, balita, anak-
anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta konsumen berkebutuhan
khusus.
Kalbe mendominasi pasar susu ibu hamil dan menyusui melalui
produk Prenagen dengan pangsa 52%; pasar makanan-minuman
diabetik melalui produk Diabetasol yang memiliki pangsa 71% serta
makanan bayi dan balita melalui produk Milna dengan pangsa 68%.
MILESTONES
STRUKTUR ORGANISASI
FINANCIAL HIGHLIGHTS
Manajemen Risiko
Kalbe menghadapi berbagai risiko penting dalam menjalankan
kegiatan bisnis baik risiko terkait aspek operasional maupun aspek
organisasi. Sebagai bagian dari komitmen Kalbe dalam pelaksanaan
Tata Kelola Perusahaan yang Baik, telah diterapkan proses manajemen
risiko yang menyeluruh pada setiap unit kerja dalam lingkup Grup.
Satuan Kerja Manajemen Risiko yang bertanggung jawab kepada
Direksi berfungsi untuk memfasilitasi penyempurnaan kemampuan
pengungkapan risiko dan mendorong efektivitas pengembangan dan
implementasi strategi pengendalian risiko secara keseluruhan.
Melalui mekanisme konsultasi dan evaluasi, Satuan Kerja
Manajemen Risiko menangani identifikasi faktor-faktor risiko utama
dan pelaksanaan kebijakan pengendalian untuk memitigasi risiko –
risiko tersebut secara organisasional.
Guna menjalankan fungsinya secara maksimal, Satuan Kerja
Manajemen Risiko melaksanakan beberapa kegiatan pengelolaan risiko
sebagai berikut:
a. Menjadi fasilitator dalam sosialisasi dan implementasi kebijakan
pengelolaan risiko dan kebijakan lainnya di seluruh unit usaha.
b. Membantu mengembangkan manajemen risiko pada setiap unit
usaha dalam mengidentifikasi risiko serta mengambil langkah
mitigasi sebagai antisipasi terhadap setiap risiko melalui self
assessment sesuai dengan standar praktik terbaik.
c. Melakukan kajian atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan risiko
setiap unit usaha secara periodik.
2. Persaingan bisnis
Persaingan dalam sektor farmasi dan produk kesehatan lainnya
semakin ketat dengan banyaknya produsen lokal maupun
internasional yang beroperasi. Persaingan tersebut timbul dalam
berbagai aspek, antara lain sumber daya keuangan dan
kemampuan operasional pesaing internasional yang lebih kuat,
serta inovasi produk, metode promosi dan pemasaran, daya beli
masyarakat yang terbatas serta kesiapan menghadapi
persaingan bisnis yang tidak sehat.
Penanganan risiko ini dilakukan dengan membangun
kemampuan riset dan pengembangan untuk meningkatkan
produk yang inovatif dan diversifikasi produk yang menjangkau
semua strata konsumen serta kegiatan intensif dalam
mengembangkan pasar domestik maupun internasional.
3. Kualitas
Produk yang berkualitas merupakan andalan Perseroan. Aspek
kualitas meliputi hasil proses bisnis Perseroan yang menyeluruh,
yaitu sejak tahap riset dan pengembangan hingga masa
kadaluarsa produk, termasuk kewaspadaan terhadap pemalsuan
produk yang terus menjadi salah satu focus utama Kalbe
sehingga dapat meningkatkan rasa kepercayaan konsumen
terhadap produk-produk Kalbe. Pengertian kualitas diartikan
secara luas, tidak hanya terbatas pada kualitas produk, namun
kualitas juga ditunjukkan dalam pelayanan yang diberikan,
sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya yang dibina,
serta riset dan pengembangan yang terus diupayakan.
Penanganan risiko kualitas ini, antara lain, dengan penerapan
CPOB (Cara Pembuatan Obat Baik) yang ketat, pengamanan fisik
dan sistem informasi yang memadai, serta monitoring secara
berkelanjutan atas produk yang akan maupun sudah beredar
serta yang mendekati masa kadaluarsa.