You are on page 1of 18

PUISI LAMA

A.PENGERTIAN
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
1. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama
B. MACAM-MACAM PUISI LAMA
1. MANTRA
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya
bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2.GURINDAM
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)
CIRI-CIRI GURINDAM:
a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
b. Berasal dari Tamil (India)
c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab
akibat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
3. SYAIR
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.
CIRI - CIRI SYAIR :
a. Setiap bait terdiri dari 4 baris
b. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c. Bersajak a – a – a – a
d. Isi semua tidak ada sampiran
e. Berasal dari Arab
contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)
4.PANTUN
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.
CIRI – CIRI PANTUN :
1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a – b – a – b
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)
MACAM-MACAM PANTUN
1. DILIHAT DARI BENTUKNYA
a. PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
2. SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait
merupakan jalinan atas beberapa bait.
CIRI-CIRI SELOKA:
a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga
c. Dan seterusnya
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
3. TALIBUN
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10
dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
4. PANTUN KILAT ( KARMINA )
CIRI-CIRINYA :
a. Setiap bait terdiri dari 2 baris
b. Baris pertama merupakan sampiran
c. Baris kedua merupakan isi
d. Bersajak a – a
e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
2. DILIHAT DARI ISINYA
2.1. PANTUN ANAK-ANAK
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
2.2. PANTUN ORANG MUDA
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
2.3. PANTUN ORANG TUA
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
2.4. PANTUN JENAKA
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
2.5. PANTUN TEKA-TEKI
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
Puisi Lama
pantun jenaka
nonton tv filmnya aci
sambil nonton makan kuaci
kalau kakak sudah benci
tutup pintu lalu kunci
pantun nasihat
beli sekayu kainkasa
cukup diukur dengan lerengnya
bangsa melayu menjaga bahasa
lengkap dengan sopan adapnya
pantun teka-teki
ada sebiji roda pedati
bentuknya bulat daripada besi
bila bermain diikat sekuat hati
dilempar hidup dipegang mati?
pantun remaja
apa guna pasang pelita
jika dengan sumbunya
apa guna bermain mata
kalau tidak dengan sungguhnya
Gurindam
barang siapa mengenal Allah
suruh dan tegahnya tiada ia mengalah
barang siapa mengenal diri
maka telah mengenal Tuhan yang bahri
barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terpedaya
Karmina
sudah gaharu cendana pula
sudah tahu masih bertanya pula
Syair
kalau anak pergi ke pekan
yu beli belanak beli
ikan panjang beli dahulu
kalau anak pergi berjalan
ibu cari sanakpun cari
induk senang cari dahulu
PUISI BARU
A.MACAM-MACAM PUISI BARU
1. DISTIKON
Distikon adalah sanjak 2 seuntai, biasanya bersajak sama.
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
2. TERZINA
Terzina adalah sanjak 3 seuntai.
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
3. QUATRAIN
Quatrain adalah sanjak 4 seuntai
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)

4. QUINT
Quint adalah sanjak 5 seuntai
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
5. SEXTET
Sextet adalah sanjak 6 seuntai.
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
6. SEPTIMA
Septima adalah sanjak 7 seuntai.
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)

7. STANZA ( OCTAV )
Octav adalah sanjak 8 seuntai
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
8. SONETA
Soneta adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13
di kota Florance.
CIRI – CIRI SONETA :
a. Terdiri atas 14 baris
b. Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
c. Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.
d. Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
e. Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
f. Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav ,
jadi sifatnya subyektif.
g. Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
h. Penambahan baris pada soneta disebut koda.
i. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
j. Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d

Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
B. FUNGSI SONETA
Pada masa lahirnya, Soneta dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan curahan hati.
Kini tidak terbatas pada curahan hati semata-mata, melainkan perasaan-perasaan yang lebih luas
seperti :
1. Pernyataan rindu pada tanah air
2. Pergerakan kemajuan kebudayaan
3. Ilham sukma
4. Perasaan keagamaan
C. SONETA DIGEMARI PARA PUJANGGA BARU
Faktor-faktor Soneta digemari oleh para Pujangga Baru antara lain :
1. Adanya penyesuaian dengan bentuk pantun ; yakni Octav dalam Soneta yang bersifat obyektif itu
hampir sejalan dengan sampiran pada pantun.
Sedangkan sextet Soneta yang sifatnya subyektif itu merupakan isi pantun.
2. Baris-baris Soneta yang berjumlah 14 buah itu cukup untuk menyatakan perasaan atau curahan
hati penyairnya.
3. Soneta dapat dipakai untuk menyatakan beraneka ragam perasaan atau curahan hati penyairnya.
D. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SONETA DENGAN PANTUN
1. PERSAMAAN SONETA DENGAN PANTUN
Pantun dan Soneta sama-sama mempunyai sampiran atau pengantar dan isi atau kesimpulan.
2. PERBEDAAN SONETA DENGAN PANTUN
a. Soneta puisi asli Italia, Pantun puisi asli Melayu
b. Satu bait Soneta terdiri terdiri dari 14 baris, satu bait Pantun terdiri atas 4 baris
c. Soneta berima bebas, pantun berima a-b-a-b

puisi pada prinsipnya dibangun seperti halnya cerpen, novel, drama dan roman yaitu atas
dasar unsur intrinsik dan ekstrinsik. Agar lebih jelas mari kita lihat penjelasan berikut :
1. UNSUR INTRINSIK
Unsur intrinsik adalah unsur pembentuk puisi yang berasal dari dalam sastra itu sendiri.
Jenis – jenisnya sebagai berikut :
1.Tema yaitu sesuatu yang menjadi dasar puisi,sesuatu yang menjiwai puisi,atau sesuatu
yang menjadi pokok masalah dalam puisi.
Contohnya : bencana alam, keindahan kehidupan, sosial, atau kegagalan hidup.
2.Diksi ( pilihan kata ) yaitu ketepatan penggunaan kata yang dapat menentukan kekuatan
daya sugesti, pengimajinasian atau ekspresi yang yang diungkapkan penyair.
Contoh : kata wanita penyair menggunakan kata bunga atau dara.
3. Majas.
Majas dalam puisi berfungsi sebagai berikut :
a. puisi menjadi nikmat untuk dibaca.
b. Menghasilkan kebahagiaan khayalan. ( imajinatif )
c. Menyampaikan makna yang lebih luas.
4. Rima yaitu pengulangan bunyi untuk membentuk keindahan bunyi.
Contoh : desir desau desah air mengalir
Rang rang rangkup batu bertangkup
Aku
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang kan merayu
5. Tipografi atau tata wajah yaitu penataan larik atau baris – baris puisi untuk membentuk
bait yang padu, sehingga menimbulkan aspek kekuatan makna dan ekspresi penyair.
2. UNSUR ESKTRINSIK
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra yang berasal dari luar karya sastra itu
sendiri. Unsur ini meliputi unsure agama, ekonomi, budaya, politik, biografi penyair.

Pengertian Novel
2.1. Pengertian Novel

Dari sekian banyak bentuk sastra seperti esei, puisi, novel, cerita pendek, drama, bentuk
novel, cerita pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya– karya modern klasik
dalam kesusasteraan, kebanyakan juga berisi karya– karya novel.

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling
banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan,
novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian
memang benar tapi juga ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan
hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia
merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita.
Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel adalah novel syarat utamanya adalah bawa ia mesti
menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya.

Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang
isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk
kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk
menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola – pola. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa novel serius punya fungsi social, sedang novel hiburan Cuma berfungsi personal.
Novel berfungsi social lantaran novel yang baik ikut membina orang tua masyarakat menjadi
manusia. Sedang novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak
membina manusia atau tidak, yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang mau cepat–
cepat membacanya.

Banyak sastrawan yang memberikan yang memberikan batasan atau definisi novel. Batasan
atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan
juga berbeda-beda. Definisi – definisi itu antara lain adalah sebagai berikut :

1. Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak
dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat
(Jakob Sumardjo Drs).

2. Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya social, moral,
dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M.
Pd).

3. Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsure, yaitu : undur intrinsik dan
unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran
sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd).

4. Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsure-unsur intrinsic
(Paulus Tukam, S.Pd)

2.1.1. Unsur-Unsur Novel

Novel mempunyai unsure-unsur yang terkandung di dalam unsure-unsur tersebut adalah :

1. Unsur Intrinsik

Unsure Intrinsik ini terdiri dari :

a. Tema

Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel (Drs.
Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd)

b. Setting

Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu,
tempat, social budaya (Drs, Rustamaji, M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd)

c. Sudut Pandang

Sudut pandang dijelaskan perry Lubback dalam bukunya The Craft Of Fiction (Lubbock, 1968).

Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa
yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.

2. Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar
daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.

3. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba
melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu
mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.

d. Alur / Plot

Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu
alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis
menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan
peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus Tukan, S.Pd)

e. Penokohan

Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara
bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)

f. Gaya Bahasa

Merupakan gaya yang dominant dalam sebuah novel (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)

2. Unsur Ekstinsik

Unsure ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain – lain, di luar
unsure intrinsic. Unsur – unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur –
unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus
Priantoro, S.Pd).

2.2. Unsur – unsur Novel Sastra

Novel sastra serius dan novel sastra hiburan mempunyai beberapa unsur yang membedakan
keduanya. Unsure – unsure novel sastra serius adalah sebagai berikut :

- Dalam teman : Karya sastra tidak hanya berputar – putra dalam masalah cinta asmara muda –
mudi belaka, ia membuka diri terhadap semua masalah yang penting untuk menyempurnakan hidup
manusia. Masalah cinta dalam sastra kadangan hanya penting untuk sekedar menyusun plot cerita
belaka, sedang masalah yang sebenarnya berkembang diluar itu.

- Karya sastra : Tidak berhenti pada gejala permukaan saja, tetapi selalu mencoba memahami secara
mendalam dan mendasar suatu masalah, hal ini dengan sendirinya berhubungan dengan kematangan
pribadi si sastrawan sebagai seorang intelektual.

- Kejadian atau pengalaman yang diceritakan dalam karya sastra bisa dialami atau sudah dialami
oleh manusia mana saja dan kapan saja karya sastra membicarakan hal – hal yang universal dan
nyata. Tidak membicarakan kejadian yang artificial (yang dibikin – bikin) dan bersifat kebetulan.

- Sastra selalu bergerak, selalu segar dan baru. Ia tidak mau berhenti pada konvensialisme. Penuh
inovasi.

- Bahasa yang dipakai adalah bahasa standard an bukan silang atau mode sesaat.

Sedangkan novel sastra hiburan juga mempunya unsure – unsure sebagai berikut :

- Tema yang selalu hanya menceritakan kisah asmara belaka, hanya itu tanpa masalah lain yang
lebih serius.

- Novel terlalu menekankan pada plot cerita, dengan mengabaikan karakterisasi, problem kehidupan
dan unsur-unsur novel lain.

- Biasanya cerita disampaikan dengan gaya emosional cerita disusun dengan tujuan meruntuhkan air
mata pembaca, akibatnya novel demikian hanya mengungkapkan permukaan kehidupan, dangkal,
tanpa pendalaman.

- Masalah yang dibahas kadang-kadang juga artificial, tidak hanya dalam kehidupan ini. Isi cerita
hanya mungkin terjadi dalam cerita itu sendiri, tidak dalam kehidupan nyata.

- Karena cerita ditulis untuk konsumsi massa, maka pengarang rata-ratatunduk pada hokum cerita
konvensional, jarang kita jumpai usaha pembaharuan dalam jenis bacaan ini, sebab demikian itu
akan meninggalkan masa pembacanya.

- Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang actual, yang hidup dikalangan pergaulan muda-mudi
kontenpores di Indonesia pengaruh gaya berbicara serta bahasa sehari-hariamat berpengaruh dalam
novel jenis ini.

2.3. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel sastra.

2.3.1. Nilai Sosial

Nilai sosial ini akan membuat orang lebih tahu dan memahami kehidupan manusia
lain.
2.3.2. Nilai Ethik

Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri yaitu novel yang isinya dapat
memausiakan para pembacanya, Novel-novel demikian yang dicari dan dihargai oleh
para pembaca yang selalu ingin belajar sesuatu dari seorang pengarang untuk
menyempurnakan dirinya sebagai manusia.

2.3.3. Nilai Hedorik

Nilai hedonik ini yang bisa memberikan kesenangan kepada pembacanya sehingga
pembaca ikut terbawa ke dalam cerita novel yang diberikan

2.3.4. Nilai Spirit

Nialai sastra yang mempunyai nilai spirit isinya dapat menantang sikap hidup dan
kepercayaan pembacanya. Sehingga pembaca mendapatkan kepribadian yang tangguh
percaya akan dirinya sendiri.

2.3.5. Nilai Koleksi

Novel yang bisa dibaca berkali-kali yang berakibat bahwa orang harus membelinya
sendiri, menyimpan dan diabadikan.

2.3.6. Nilai Kultural

Novel juga memberikan dan melestarikan budaya dan peradaban masyarakat,


sehingga pembaca dapat mengetahui kebudayaan masyarakat lain daerah.

2.4. Jenis Novel Hiburan

Jenis dari novel hiburan bermacam-macam menurut upaya, seperti :

a. Novel detektif

b. Novel roman

c. Novel mistery

d. Novel Gothis

e. Novel criminal

f. Novel science fiction(sf)

Novel hiburan ini merupakan bacaan ringan yang menghibur dan novel hiburan ini jauh
lebih banyak ditulis dan diterbitkan serta lebih banyak dibaca orang sebagai pembaca untuk jenis
novel hiburan ini jumlahnya amat banyak karena sifatnya yang personal dan isinya hanya kenyataan
semua dan gambaran fantasi pengarang saja.
Novel hiburan juga menceritakan hal-hal yang indah seperti cerita percintaan yang
sentimentil, sehingga pembaca sangat menyukainya. Novel hiburan ini juga diperhatikan oleh para
kritisi yang menyangkut masalah komersialnya, Novel ini gemari oleh semua golongan masyarakat
mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, baik laki-laki maupun dewasa.

Unsur Intrinsik
1) Tema, adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita
2) Alur (plot), merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan
sebab akibat
3) Latar atau Setting, merupakan tempat, waktu, dan suasana yang digunakan dalam
suatu cerita
4) Penokohan, adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter
tokoh-tokoh dalam cerita
5) Sudut pandang (point of view), adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita
6) Amanat, merupakan ajaran moral atau pesan dikatis yang hendak disampaikan
pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu.
b. Unsur Ekstrinsik
1) Latar belakang pengarang, seperti pendidikan, kondisi keluarga, jenis kelamin, dan
usia
2) Waktu dan tempat penulisan karya sastra itu
c. Nilai-nilai dalam Novel
Nilai bermakna sesuatu yang penting dan berguna bagi manusia. Dalam karya sastra,
misalnya Novel, nilai-nilai budaya, sosial, ataupun moral.
1. Nilai-nilai budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya cipta
manusia
2. Nilai-nilai sosial berkaitan dengan tata laku hubungan antara sesama manusia
(kemasyarakatan)
3. Nilai-nilai moral berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk

Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita
pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih
panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita
pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight
secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai
jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat
tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang
realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-
cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.
CERPEN

Cerpen merupakan genre sastra yang jauh lebih muda usianya dibandingkan dengan puisi dan
novel. Tonggak penting sejarah penulisan cerpen di Indonesia dimulai Muhamad Kasim dan Suman
Hasibuan pada awal 1910-an
Cerpen merupakan cerita yang pendek, hanya mengisahkan satu peristiwa (konflik tunggal), tetapi
menyelesaikan semua tema dan persoalan secara tuntas dan utuh. Awal cerita (opening) ditulis
secara menarik dan mudah diingat oleh pembacanya. Kemudian, pada bagian akhir cerita (ending)
ditutup dengan suatu kejutan (surprise).
Menurut Phyllis Duganne, seorang wanita penulis dari Amerika, cerpen ialah susunan kalimat yang
merupakan cerita yang mempunyai awal, bagian tengah, dan akhir. Setiap cerpen mempunyai tema,
yakni inti cerita atau gagasan yang ingin diucapkan cerita itu. Seperti halnya
penamaannya, cerita pendek, cerpen ialah bentuk cerita yang dapat dibaca tuntas dalam sekali
duduk.

Menurut Edgar Alan Poe (yang dianggap sebagai tokoh cerpen modern), ada lima aturan penulisan
cerpen, yakni sebagai berikut.

1. Cerpen harus pendek. Artinya, cukup pendek untuk dibaca dalam sekali duduk. Cerpen memberi
kesan kepada pembacanya secara terus-menerus, tanpa terputus-putus, sampai kalimat yang
terakhir.

2. Cerpen seharusnya mengarah untuk membuat efek yang tunggal dan unik. Sebuah cerpen yang
baik mempunyai ketunggalan pikiran dan action yang bisa dikembangkan lewat sebuah garis yang
langsung dari awal hingga akhir.

3. Cerpen harus ketat dan padat. Cerpen harus berusaha memadatkan setiap gambaran pada ruangan
sekecil mungkin. Maksudnya agar pembaca mendapatkan kesan tunggal dari keseluruhan cerita.

4. Cerpen harus tampak sungguhan. Seperti sungguhan adalah dasar dari semua seni mengisahkan
cerita. Semua tokoh ceritanya dibuat sungguhan, berbicara dan berlaku seperti manusia yang betul-
betul hidup.

5. Cerpen harus memberi kesan yang tuntas. Selesai membaca cerpen, pembaca harus merasa
bahwa cerita itu betul-betul selesai. Jika ujung cerita masih terkatung-katung, pembaca akan merasa
kecewa.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah
yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsure-unsur yang secara faktual
dapat dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik dalam karya sastra, khususnya
cerpen, meliputi tokoh/ penokohan, alur (plot), gaya bahasa, sudut pandang, latar (setting), tema,
dan amanat.

Berikut penjelasan mengenai unsur intrinsik.


1. Tokoh dan Karakter Tokoh
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter
menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh.
Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau
sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh
protagonis dan antagonis.

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-
norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan
pandangan dan harapan pembaca. Adapun tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan
terjadinya konflik. Tokoh antagonis merupakan penentang tokoh protagonis.

Ada beberapa cara penggambaran karakter tokoh dalam cerpen, di antaranya sebagai berikut.
 Melalui apa yang diperbuat tokoh. Hal ini berkaitan dengan bagaimana sang tokoh bersikap
dalam situasi ketika tokoh harus mengambil keputusan.
Contoh:
Dengan terburu-buru Wei meninggalkan kota, dan peristiwa itu tak lama kemudian sudah
terlupakan. Ia lantas pergi ke barat, ke ibu kota, dan karena dikecewakan oleh pinangan terakhir
yang gagal itu, ia mengesampingkan pikirannya dari hal perkawinan. Tiga tahun kemudian, ia
berhasil meminang seorang gadis dari keluarga Tan yang terkenal kebaikannya di dalam
masyarakat.
Sumber: Cerpen "Sekar dan Gadisnya", Ryke L.

 Melalui ucapan-ucapan tokoh. Dari apa yang diucapkan tokoh kita dapat mengetahui
karakternya.
Contoh:
Sumber: Dokumentasi Pribadi Buku kumpulan cerpen Malaikat Tak Datang Malam Hari karya Joni
Ariadinata.

"Apa yang tidak Ibu berikan padamu? Ibu bekerja keras supaya bisa menyekolahkanmu. Kau tak
punya kewajiban apa-apa selain sekolah dan belajar. Ibu juga tak pernah melarangmu melakukan
apa saja yang
kau sukai. Tapi, mestinya kamu ingat bahwa kewajiban utamamu adalah belajar. Hargai sedikit jerih
payah Ibu!" Di luar dugaannya anak itu menatapnya dengan berani. "Ibu tak perlu susah payah
menghidupi aku kalau Ibu keberatan. Aku bisa saja berhenti sekolah dan tidak usah menjadi
tanggungan Ibu lagi." Darah Sekar –ibu anak itu–serasa naik ke ubun-ubun.
Sumber: Cerpen "Sekar dan Gadisnya", Ryke L.

 Melalui penjelasan langsung. Dalam hal ini penulis menggambarkan secara langsung karakter
tokoh.
Contoh:
Memang, sebenarnya, semenjak dia datang, kami sudah membenci dia. Kami membenci bukan
karena kami adalah orang-orang yang tidak baik, tapi karena dia selalu menciptakan suasana tidak
enak. Perilaku dia sangat kejam. Dalam berburu dia tidak sekadar berusaha untuk membunuh,
namun menyiksa sebelum akhirnya membunuh. Maka, telah begitu banyak binatang menderita
berkepanjangan, sebelum akhirnya dia habiskan dengan kejam. Cara dia makan juga benar-benar
rakus. Bukan hanya itu. Dia juga suka mabuk-mabukan. Apabila dia sudah mabuk, maka dia
menciptakan suasana yang benar-benar meresahkan dan memalukan. Dia sering meneriakkan kata-
kata kotor, cabul, dan menjijikkan.

Sumber: Cerpen "Derabat", Budi Darma

2. Latar (Setting)
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita
secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,
menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut.

a.LatarTempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin
berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.

b.LatarWaktu
Latar waktu berhubungan dengan "kapan" terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.
c.LatarSosial
Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat
di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup,
istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.

3.Alur(Plot)
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya
mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Kehadiran alur
dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasa disebut juga susunan cerita
atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni
sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan
sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa tersebut meliputi:

-mulai melukiskan keadaan (situation);


- peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses);
- keadaan mulai memuncak (rising action);
- mencapai titik puncak (klimaks)
- pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement)

Pengarang menyusun peristiwa secara tidak berurutan. Pengarang dapat memulainya dari peristiwa
terakhir atau peristiwa yang ada di tengah, kemudian menengok kembali pada peristiwaperistiwa
yang mendahuluinya. Susunan yang demikian disebut alur sorot balik (flashback). Selain itu, ada
juga istilah alur erat dan alur longgar. Alur erat adalah jalinan peristiwa yang sangat padu sehingga
apabila salah satu peristiwa ditiadakan maka dapat mengganggu keutuhan cerita. Adapun alur
longgar adalah jalinan peristiwa yang tidak begitu padu sehingga apabila salah satu peristiwa
ditiadakan tidak akan mengganggujalancerita.

4.SudutPandang(PointofView)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk
mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah
tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya
bercerita dengan sudut pandang "aku"), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang
campuran.

5.GayaBahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang
lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan
penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.

6. Tema
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud
pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami
tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.

7.Amanat
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun
negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa
pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita. Adapun unsur ekstrinsik
adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi
bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut.

1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, dan penerapan
prinsip-prinsip psikologi dalam sastra.
3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK
KARYA SASTRA

Kelompok 1:

~ Moderator: Ali Imron

~ Penulis : - Abdul Azziz


- Aeni farhati
- Arbain

~ Penyaji : - Amalia T. I
- Atika Setyaningrum

MAN PURWOKERTO 2
Tahun 2010/2011

You might also like