Professional Documents
Culture Documents
DAN PENCEGAHAN
I. Pendahuluan
Dalam dekade terakhir ini ada kecenderungan kasus alergi pada anak
meningkat. Masalah alergi akan menjadi masalah yang cukup dominan pada
kesehatan anak di masa yang akan datang. Penyakit infeksi tampaknya akan semakin
berkurang karena semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pencegahan
penyakit infeksi. Kasus alergi pada anak belum banyak diperhatikan secara baik dan
benar baik oleh para orang tua atau sebagian kalangan dokter sekalipun.
II. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia angka kejadian alergi pada anak belum diketahui secara pasti,
tetapi beberapa ahli memperkirakan sekitar 25-40% anak pernah mengalami alergi
makanan. Di Negara berkembang angka kejadian alergi yang dilaporkan masih
rendah. Hal ini berkaitan dengan masih tingginya kesalahan diagnosis atau under
diagnosis dan kurangnya perhatian terhadap alergi dibandingkan dengan penyakit
infeksi saluran pernapasan atau diare yang dianggap lebih mematikan.
III. DEFINISI ALERGI
Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ
dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Tidak semua
reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan merupakan reaksi alergi murni, tetapi
banyak dokter atau masyarakat awam menggunakan istilah alergi makanan untuk
semua reaksi yang tidak diinginkan dari makanan, baik yang imunologik atau non
imunologik. Batasan lebih jelas dibuat oleh American Academy of Allergy and
immunology,The National Institute of Allergy and infections disease yaitu
Istilah umum untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan.
Reaksi ini dapat merupakan reaksi sekunder terhadap alergi makanan
(hipersensitifitas) atau intoleransi makanan.
Menurut cepat timbulnya reaksi maka alergi terhadap makanan dapat berupa
reaksi cepat (Immediate Hipersensitivity/rapid onset reaction) dan reaksi lambat
(delayed onset reaction).
V. PENYEBAB
Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik,
imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.
Faktor genetic
Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita . Bila
ada orang tua, keluarga atau kakek/nenek yang menederita alergi kita harus
mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang
menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 17 – 40%,.
Bila ke dua orang tua alergi maka resiko pada anak meningkat menjadi 53 - 70%.
Untuk mengetahui resiko alergi pada anak kita harus mengetahui bagaimana
gejala alergi pada orang dewasa. Gejala alergi pada orang dewasa juga bisa mengenai
semua organ tubuh dan sistem fungsi tubuh.
Adapun manifestasi klinik alergi pada dewasa dapat dilihat pada tabel 1. Bila
terdapat 3 gejala atau lebih pada beberapa organ, tanpa diketahui penyebab pasti
keluhan tersebut maka kecurigaan mengalami reaksi alergi semakin besar.
PENYEBAB ALERGI
Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor
pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau
hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor
psikis berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.
Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut
terjadinya serangan alergi. Bila terdapat pencetus alergi disertai terpapar penyebab
alergi maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak
terkena penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan
muncul. Hal ini yang dapat menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin,
kehujanan atau kelahan seorang penderita asma tidak kambuh. Berarti saat itu
penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu
dan sebagainya.
DALAM KANDUNGAN
Sensitisasi dalam kandungan sudah terjadi hal ini dapat dilihat bahwa terdapat
reaksi alergi susu sapi pada neonatus. IgE ibu tidak dapat melalui sawar plasenta, jadi
yang terjadi adalah partikel protein susu sapi yang beredar dalam darah ibu melewati
plasenta. Hal ini dapat dibuktikan bahwa terdapat proliferasi lomfosit pada tali pusat
neonatus. Bayi baru lahir sudah tersentisisasi sejak dalam kehamilan bila kadar IgE
spesifik tali pusat > 0,35 kU/l.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pencegahan penyebab alergi harus dilakukan
sejak dalam kandungan. Chandra dkk tahun 1986 meneliti 109 bayi yang berasal dari
keluarga atopi hingga usia 1 tahun. Prevalensi penyakit atopi berkurang bila sejak
trimester ke 3 hingga masa laktasi ibu dihindarkan dari susu sapi, telor, kacang dan
ikan.
BAYI BARU LAHIR HINGGA BAYI 1 TAHUN
Deteksi alergi sejak lahir dapat dilakukan dengan pemeriksaan IgE tali pusat,
bila kadarnya > p,9 kU/l dan anggota keluarga yang alergi maka resiko terjadi
gangguan atopi amatlah besar.
Manifestasi alergi pada anak sudah dapat diketahui sejak lahir hingga saat usia 1
tahun. Tanda dan gejala alergi pada usia tersebut telah diungkap di atas. Bila gejala
tersebut sudah terdeteksi sebaiknya kita sudah melakukan pencegahan alergi sejak
dini.
Bila terdapat riwayat keluarga baik saudara kandung, orangtua, kakek, nenek
atau saudara dekat lainnya yang alergi atau asma. Bila anak sudah
mengalami manifestasi alergi sejak lahir atau bahkan bila mungkin
deteksi sejak kehamilan maka harus dilakukan pencegahan sejak dini.
Resiko alergi pada anak dikemudian hari dapat dihindarkan bila kita
dapat mendeteksi sejak dini.
Ada beberapa upaya pencegahan yang perlu diperhatikan supaya anak terhindar
dari keluhan alergi yang lebih berat dan berkepanjangan :
• Hindari atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal
ini oleh ibu.
• Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian karpet, korden tebal,
kasur kapuk, tumpukan baju atau buku. Hindari pencetus binatang (bulu
binatang piaraan kucing dsb, kecoak, tungau pada kasur kapuk.
• Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti telor, kacang tanah dan
ikan di atas usia 2-3 tahun. Bila membeli makanan dibiasakan untuk
mengetahui komposisi makanan atau membaca label komposisi di produk
makanan tersebut.
• Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari makanan penyebab alergi.Bila ASI
tidak memungkinkan atau kalau perlu kurang gunakan susu hipoalergenik
formula.
• Bila timbul gejala alergi, identifikasi pencetusnya dan hindari.