Professional Documents
Culture Documents
OLEH
CITRAKESUMASARI
Penilaian Status Gizi
1. Antropometri 1. Survei
Konsumsi
2. Biokimia
2. Statistik vital
3. Klinis
3. Faktor Ekologi
4. Biofisik
DI INDONESIA :
MASALAH GIZI KURANG > GIZI LEBIH
Empat Masalah Gizi Kesmasy
1. KEP
2. GAKY
3. Anemia Gizi ( ANGI )
4. KVA
Pengertian dan Penentuan KEP
Marasmus Kwashiorkor
• Sangat kurus • Edema seluruh tubuh
• Wajah seperti orang tua terutama pada kai
• Perut cekung • Wajah membulat dan
• Kulit keriput, jaringan sembab
lemak sangat sedikit • Rambut kusam, mudah
dicabut
Edaran Dirjen Kesmas Depkes RI 31 Juli 2000 tentang :
PSG dan PKG
Untuk menyamakan standar PSG, telah diadakan temu
pakar gizi : 19-21 januari 2000 di Bogor dan
24-26 Mei 2000 di Semarang
yg merekomendasikan baku antropometri yang digunakan
di Indonesia adalah baku WHO-NCHS
BB/TB
Status gizi (sebutan) Keterangan
• Gemuk a >+2 SD
• Normal -2 SD s/d +2 SD
• Kurus (wasted) <-2 SD s/d –3 SD
• Sangat kurus <-3 SD
TABEL RUJUKAN WHO-NCHS
Tabel. Rujukan BB/ U untuk Anak Perempuan Usia 0-36
UMUR Nilai BB (Kg)
(bulan)
-3 SD -2 -1 SD Me +1 SD +2 SD +3 SD
SD
TB/U
40 37.5
35.6
35 • Dengan Berat Badan
31.6
29.5 Rendah:
30 26.4 turun dari 37.5 % (1989)
25 menjadi 26.4 % (1999)
20
• Dengan berat badan sangat
15 11.6
10.1 rendah:
10 8.1
6.3 7.2 meningkat sejak 1995 dan
5 turun pada tahun 1999.
0
1989 1992 1995 1998 1999
STATUS GIZI BALITA (BB/U) MENURUT PULAU,
SUSENAS 2002
ra i Papua
2200
2150
2100 2145
2050
2000
1950
1957
1900
1917
1850 1895
1800
1750
60
50 57 56.8
54
40
38.8
30
20
10
0
Perubahan
Ketidakcukupan Kemerosotan jaringan biokimia
Perubahan
anatomi
GIZI KURANG
Penyebab
Langsung
Penyebab
Utama
Akar
Masalah
Cukup Tidak
Daya beli
Baik
Tidak
Pengetahuan Gizi
Baik
Tidak
Keadaan Kesehatan
Baik Tidak
Masalah gizi ada
Masalah gizi tidak ada
Makanan bergizi perlu, tapi bukan satu-
satunya syarat untuk mencapai gizi baik.
h
kola
e
Dampak pada Keluarga & masyarakat tus S
Pu
Kurang
cantik
STERIL
Produktivitas &
Kerdil, dan Pendapatan
Kurus Turun
Produksi 28
telur kurang
Putera dari seorang ayah
dengan kretinisme
Dampak GAKY (UNICEF) ”gunung es”
Dampak tersembunyi :
30-70%
- Kerusakan otak
- Kehilangan energi
- Hipotiroid
De Long dkk, 1993
Penyebab Lain
• Agen goitrogenik:
– tiosionat
– tiourea
• Kelebihan Iodium
• Faktor keturunan
DIAGNOSIS KOMUNITAS
INDIKATOR:
• Ukuran gondok ; palpasi & ultrasonografi
• EYU ( Kadar iodium dalam urine )
• Kadar TSH darah
• Kadar yodium ASI
• Prevalensi kretinin
• % Keluarga yg mengkonsumsi garam beryodium
Klinik
Indikator GAKY Biokimia
KLASIFIKASI GOITER
1990 2001
Tidak teraba dan tidak 0 0
terlihat
Tiroid membesar > IA I
ruas terakhir ibu jari Teraba namun tidak
subjek terlihat pada posisi
Terlihat saat leher IB leher normal
tengadah
Visible pada posisi 2 2
kepala normal Membesar, jelas
Terlihat dan 3 tampak pada posisi
membesar kepala normal
Kriteria Epidemiologi untuk Menentukan
Endemisitas GAKY Berdasarkan
Pembesaran Kelenjar Gondok
Prevalensi Endemisitas
< 5% Non endemik
5.0% – <20% Endemik ringan
20.0% – <30% Endemik sedang
> 30% Endemik berat
GAKY dapat dan terjadi (melalui
pemeriksaan UEI) pada:
1. Daerah dengan prevalensi goiter (dengan palpasi)
yang normal
2. Wilayah pantai (coastal areas)
3. Kota besar (large cities)
4. Negara sangat maju (highly developed countries)
5. Daerah GAKY yang telah dianggap sudah normal
melalui program penanggulangan atau perubahan
konsumsi secara umum.
1998: 9,8 %
2003: 11,1 %
Prevalensi Gondok (TGR)
Indonesia 1989-2003
40
37.2
35
27.7
30
25
18.0
20
15 9.8 11.1
10
5
0
1989 1992 1995 1998 2003
Prevalensi TGR pada Anak
Sekolah, 1998 dan 2003
20
15
10.5 11.1
10.1 9.8 1998
10
2003
0
Sulsel Nasional
Tabel Prevalensi Gondok Pada Murid SD Menurut Tingkat
Pembesaran TGR dan VGR Propinsi Sulawesi Selatan
Derajat Gondok
No Dati I / II Sampel O IA IB II III TGR VGR
1 Selayar 1499 1436 60 3 0 0 4.20 0.00
2 Bulukum ba 2095 2018 74 3 0 0 3.68 0.00
3 Bantaeng 903 750 147 6 0 0 16.94 0.00
4 Jeneponto 1493 1447 43 3 0 0 3.08 0.00
5 Takalar 1796 1776 19 1 0 0 1.11 0.00
6 Gowa 2718 2654 63 1 0 0 2.35 0.00
7 Sinjai 2117 1850 205 57 3 2 12.61 0.24
8 Maros 2115 1929 180 6 0 0 8.79 0.00
9 Pangkep 2741 2577 163 1 0 0 5.98 0.00
10 Barru 1501 1411 72 14 4 0 6.00 0.27
11 Bone 7012 6134 737 118 23 0 12.52 0.33
12 Soppeng 1809 1729 76 4 0 0 4.42 0.00
13 Wajo 3157 2960 128 67 2 0 6.24 0.06
14 Sidrap 2279 2086 190 3 0 0 8.47 0.00
15 Pinrang 2415 2163 174 69 6 3 10.43 0.37
16 Enrekang 1518 1303 196 19 0 0 14.16 0.00
17 Luwu 6459 5794 588 76 1 0 10.30 0.02
18 Tana Toraja 2719 2427 282 10 0 0 10.74 0.00
19 Polm as 2731 1790 719 191 31 0 34.46 1.14
20 Majene 1218 916 174 75 52 1 24.79 4.35
21 Mam uju 1855 1394 332 127 2 0 24.85 0.11
22 Ujung Pandang 3310 3226 84 0 0 0 2.54 0.00
23 Parepare 900 900 0 0 0 0 0.00 0.00
Propinsi 56360 50670 4706 854 124 6 10.10 0.23
60
50 48.3 46.9
40 Sulut
34.1 39.2
33.3 Sulteng
30 26.1
Sulsel
23.9 19.33
20 Sultra
16.49
10 10.1
6.4
3.02
0
1980 1990 1998
Sumber : Thaha AR, dkk. 1998
Median Ekskresi Yodium dalam Urine (Ug/L)
Ibu Hamil
197 (122 - 272)
190 (116 - 251)
200
140 (82 - 235)
150
95 (51 - 166)
100
50
0
Sulut Sulteng Sulsel Sultra
WUS
Provinsi Terima Tidak
terima
Sumatra Barat 60.3% 39.6%
NusaTenggaraTimur 42.2% 57.8%
Sulawesi Tenggara 27.4% 72.6%
Maluku 12.0% 88.0%
Maluku Utara 11.2% 88.8%
INDONESIA 35.0% 65.0%
3. Universal Garam Beryodium
Penanggulangan GAKY Yang paling
efektif dan efisien
KARENA
Paling Sustainabel
Mengapa Garam Beryodium?
Dikonsumsi oleh seluruh anggota masyarakat tanpa perbedaan
status sosial ekonomi dan sepanjang tahun.
Umumnya diproduksi oleh satu senter untuk seluruh populasi
(kecuali daerah produksi garam).
Proses yang sederhana dan tidak memberikan reaksi kimia
yang negatif.
Berasal dari laut (kaya yodium) shg fortifikasi mengembalikan
yodium
Tdk memberi perubahan rasa, warna, dan bau.
Biaya fortifikasi yg relatif murah
KONSUMSI GARAM DENGAN
KANDUNGAN YODIUM CUKUP
TINGKAT RUMAH TANGGA 1995-2002
100
80
65.4 68.4
62.1 65.2 63.6 64.5
60 58.1
49.8
(%)
40
20
0
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
PERSENTASI RT YANG MENGKONSUMSI GARAM
BERYODIUM (Susenas, 1998) & (PemetaanGAKY, 1998)
100,00% 94%
Susenas
93,34%
90,00% 88% Pemetaan GAKY
80,00%
70,00% 62,24%
60,00% 53%
48,86%
50,00%
40,35%
40,00% 34%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Sulut Sulteng Sulsel Sultra
2003
73.4 12.7 14.1
adalah contoh
Universal
Garam beryodium
Bar Grafik Garam Beryodium & TGR Enam Kabupaten
di Sulawesi Selatan dengan TGR Tinggi
80
70
60
50 Tator
40 Enrekang
30 Polmas
20 Majene
10 Mamuju
0 Sinjai
TGR % Garam
Beryodium > 30
ppm
Bagaimana mencapai
Universal Garam Beryodium?
MASALAHNYA : KONTROL KUALITAS
a
a KOPERASI KELUARGA
a
a
a Pasar, Toko, Kedai, Pedagang keliling dll
a
4. Food Basis
PEMANFAATAN RUMPUT LAUT &
MAKANAN KAYA YODIUM
TUJUAN
JENIS Fe SUMBER
Dari makanan :
•Fe Heme Daging, ikan, unggas & hasil olahannya.
•Fe Nonheme Sayuran, biji-bijian, umbi-umbian &
kacang-kacangan
Eksogen :
•Fe fortifikasi Berbagai campuran Fe yang digunakan
bervariasi dalam potensi penyediaannya.
Persediaan dari fraksi yang dapat larut
oleh komposisi makanan
•Fe cemaran
Tanah, debu, air, panci besi, dll
FAKTOR-FAKTOR MAKANAN
1. Faktor-faktor yang memacu penyerapan zat
besi bukan hem
- Asam Askorbat (vitamin C)
- Daging, unggas, ikan dan makanan laut yang lain
- pH rendah (misalnya asam laktat)
2. Faktor-faktor yang menghambat
penyerapan zat besi non hem
- Fitat
- Polifenol, termasuk tannin
PENYERAPAN Fe
Faktor Makanan
• Enhancer
Vit. C, protein, PH Faktor Host
rendah (as. laktat) • Status Fe
• Inhibitor • Status kesehatan
Fitat, oksalat, (infeksi, malabsorbsi)
polifenol (tannin)
PENYERAPAN Fe
Sayuran
Kubis, mentah 54 – 60
Kubis, rebus 15
Kembang kol, mentah 60 – 96
Kembang kol, rebus 21
Kentang, mentah 12
Kentang, rebus 12 – 18
Ubi jalar, mentah 25 – 37
Ubi jalar, rebus 15
Bayam, rebus 7 – 25
Tomat, mentah 20 – 26
Lobak, rebus 17
KEBUTUHAN ZAT BESI BERDASARKAN ZAT BESI YANG
TERSERAP MENURUT USIA DAN JENIS KELAMIN
• Umur
• Kebutuhan fisiologis
• Persediaan Fe dalam tubuh
AKIBAT DEFISIENSI BESI
Bayi dan Anak
• Gangguan perkembangan motorik dan koordinasi
• Gangguan perkembangan bahasa dan kemajuan belajar
• Pengaruh pada psikologis dan kemampuan belajar
• Penurunan aktivitas fisik
Orang Dewasa Pria dan Wanita
• Penurunan kerja fisik dan daya pendapatan
• Penurunan terhadap daya tahan terhadap keletihan
Wanita Hamil
• Peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu
• Peningkatan angka kesakitan dan kematian janin
• Peningkatan risiko bayi BLR
PROGRAM PENANGGULAGAN
• Suplementasi (tablet/sirup)
• Fortifikasi
• Diversifikasi makanan
• ASI ekslusif (child care)
• KIE
• Obat cacing
• Multiple suplemen / fortification
DAMPAK ANEMIA GIZI
Balita & AUS :
•Tumbuh kembang anak
Bumil & bayinya :
terganggu
•Kekurangan
•Lemah, tidak aktif, Dewasa :
darah malas, cepat lelah & •Cepat lelah &
•Melahirkan BLR mengantuk, mudah
lesu
& prematur terkena infeksi
•Kapasitas kerja
•Sulit berkonsentrasi
•Keguguran •Produktivitas
•Kemampuan berpikir
•Risiko morbiditas •Low income
•Kecerdasan & daya
& mortalitas tangkap
•Prestasi belajar
DIAGNOSA KOMUNITAS &
PROGRAM INTERVENSI
Individu Populasi
• klinik - ringan
• laboratorium - sedang
• evaluasi diet - berat
PENDIDIKAN
SUPLEMEN Fe PENAGGULANGAN
PENYAKIT INFEKSI &
FORTIFIKASI PARASIT
Tabel 1. Composisi of Supplements and
Frequency of Intake
20
15
sebelum
10
sesudah
5
0
d (64) wk l wk h plasebo
(70) (64) (n=75)
Kenaikan Ferritin 6 Bulan Setelah Intervensi
8
6
4
2
0 ferritin
-2
-4
-6
d (n=64) wk l wk h plcb
(n=70) (n=64) (n=75)
Peningkatan Intake “Sorba” (ml)
Sebelum dan Sesudah Intervensi
350
300
250
200
uji I
150 uji II
100
50
0
placebo wk group dy group
Peningkatan Prestasi Belajar
Sebelum dan Sesudah Intervensi
7.7
7.6
7.5
7.4 uji I
uji II
7.3
7.2
7.1
plcebo wk group dy group
Peningkatan Kadar Hb (g/dL)
Sebelum dan Sesudah Intervensi
13
12.5
12
uji I
11.5 uji II
11
10.5
plasebo wk group dy group
Penurunan Prevalensi Anemia (%)
Sebelum dan Sesudah Intervensi
80
70
60
50
40 uji I
30 uji II
20
10
0
plasebo wk group dy group
Prevalensi Anemia (%) pada Anak Usia
12 –23 Bulan (n=1724)
90
80
70
60
50
40 Hb<11 g/dl
30 (%)
20
10
0
Jkt Mks Sby Smrg Rural
CJ
Prevalensi Anemia pada Ibu Tidak Hamil
(n=6461)
50
45
40
35
30
25
20 Hb<12 g/dL (%)
15
10
5
0
Jkt Mks Sby Smrg Rural
CJ
Tabel 5. Bioavailabilitas Relatif Zat Besi Nonheme dalam Beberapa Jenis Makanan