You are on page 1of 19

TEOLOGI sebagai “SOUNDTRACK”

Clive Marsh dalam The Expository


Times. 118:11, pp.536-541
TEOLOGI DAN BUDAYA POPULER
PPST UKDW
Presumsi
• Teologi kontekstual yang
mengabaikan media, seni dan
budaya dalam arti yang luas akan
menjadi miskin, terasing dan tidak
praktis
• Teologi yang berkembang dengan
acuan pada “budaya tinggi”
mungkin akan bermakna dan
dapat diterima oleh sebagian
kalangan gereja dan akademi.
Tetapi jika tidak “nyambung”
dengan kehidupan nyata, maka
kebenarannya patut dipertanyakan
Fokus
• Bagaimana pemahaman dan
perjumpaan masa kini dengan
budaya yang bersalutkan media
memengaruhi proses berteologi
Gereja dan Seni Musik
• Berbagai jenis musik telah menjadi
bagian dari sejarah gereja dan
sumber bahan teologi selama
berabad-abad.
• Budaya gereja adalah sebuah
bentuk budaya populer dalam arti
orang datang ke gereja pada
praktiknya = mendengar dan ikut
menyanyikan berbagai jenis musik
dalam setting yang entertaining
• Peran serta umat dalam nyanyian
gereja mulai dilakukan sejak
munculnya hymnodi modern
(hymn lebih dekat dengan lagu
pop ketimbang anthem)
Apakah “soundtrack”?
• Soundtrack = musik yang
mengiringi sebuah film, entah
sebagai latar belakang atau
sebagai serangkaian lagu yang
dipilih untuk memberi gambaran
tentang peristiwa
• CD yang berisi soundtrack
memunculkan kembali ingatan dan
emosi yang timbul ketika
menonton filmnya.
Mengapa teologi sebagai
soundtrack?
• Musik (khususnya musik populer)
mengiringi dan membentuk
kehidupan
• Perhatian pada ‘iringan musik bagi
kehidupan’  cara teologi
berfungsi bagi orang beriman
• Soundtrack merupakan gambaran
bagi teologi untuk berfungsi
sebagai “lirik” atau “iringan
penuh” bagi kehidupan.
Lirik musik sebagai liturgi publik
• Teologi harus bekerja dalam
konteks di mana “Yesterday”
(Beatles), “Isn’t She Lonely”
(Stevie Wonder), etc. adalah kata-
kata dan musik yang menjadi
ungkapan orang dalam mengalami
peristiwa-peristiwa kehidupan
• Musik dalam segala variasinya
berfungsi sebagai ‘agama implisit’
yang dapat kompatibel dengan
liturgi gereja
• Contoh: kebaktian pemakaman
Putri Diana
• Musik Elton John dengan lagu Bernie
Taupin “Candle in the Wind’
dimainkan bersama dengan Verdi,
Holst dan William Harris
Respon Teologi: Refleksi Awal
1. Untuk dapat merespon
perkembangan budaya, sebuah
teologi harus pertama-tama
menerimanya sebagai kenyataan
2. Teologi perlu menilai untung-rugi
yang terjadi dengan perubahan
budaya itu. Penting bagi teologi
untuk menyadari ‘apa yang
menggerakkan orang pada masa
kini’ tanpa buru-buru bersikap
menghakimi
3. Teologi perlu menyadari
keberagaman jenis musik yang
berfungsi sebagai ‘liturgi publik’
dalam masyarakat. Genre dan
gaya musik tertentu tidak perlu
dipandang bertentangan dengan
teologi. Kepelbagaian jenis musik
mencerminkan betapa
kompleksnya dunia budaya
4. Teologi perlu memerhatikan
kepelbagaian budaya sebagai
cerminan dari pergumulan orang akan
identitas diri dan moralitas (Menjadi
seperti apakah saya seharusnya?
Siapa yang harus saya andalkan?
Dengan komunitas macam apa saya
sebaiknya bergabung?)
Kesimpulan
• Teologi Kristen adalah sebuah
‘soundtrack’ klasik bagi kehidupan
manusia
• Teologi Kristen bukan satu-satunya
‘soundtrack’. Banyak ‘soundtrack’
lain yang juga dimainkan,
termasuk yang tidak bernuansa
teologis.
• Bahkan orang Kristen juga
mendengarkan soundtrack selain
teologi Kristen
• Saat ini akan lebih baik
memandang teologi dan
soundtrack yang lain dari budaya
masa kini sebagai yang saling
terkait ketimbang terpisah

You might also like