You are on page 1of 17

c 

   
    

Laura adalah seorang bayi cantik yang berbobot delapan pon. Ingatan pertama tentang
Laura adalah dia sangat tidak aktif. Dia muncul dan keluar dari rahim dengan pelan. Setelah
proses melahirkan, ia berbaring dengan tenang di tempat tidurnya, melihat sekeliling dengan
matanya yang terbuka lebar, seakan heran. Dia terkesiap segera setelah dilahirkan dan mulai
mengambil napas dalam-dalam secara teratur, jadi dia tidak membutuhkan stimulasi tambahan
dari dokter atau perawat. Warna nya berubah dari biru keunguan menjadi merah muda dalam
beberapa menit pertama, dan dia terbungkus beberapa lapis kain untuk menjaganya tetap hangat.
Tangan dan kakinya berwarna ungu dan terasa dingin ketika disentuh, kecuali pembungkusnya.
Tangan dan kakinya tetap berwarna demikian selama beberapa hari. Hanya ketika dia menangis
membuat sirkulasi nya membaik, sehingga warna dari anggota gerak tubuhnya menjadi lebih
baik. Namun, Laura jarang menagis.

Daniel adalah seorang bayi tampan berbobot 8 pon yang sungguh berjuang dan menangis
ketika dilahirkan. DIa tidak membutuhkan rangsangan tambahan untuk membuatnya bernapas,
dan warna kulitnya berubah menjadi warna merah muda yang tegas. Daniel sudah siap untuk
menagis ketika suster memandikan dan memakaikannya sebuah pakaian. Dia Berontak dengan
keras, mendorong tangan dan kakinya hingga lurus, menendang dan mendorong tangan suster
agar menjauh dari nya. Dia terggangu dari tidurnya lalu tiba ± tiba ia menjerit ± jerit. Dia
menagis dengan keras dan nyaring«. Bersamaan ketika ia menagis, warna kulitya berubah
menjadi ungu tua, tangan, kaki dan seluruh tubuhnya menegang, dan ia menjadi kaku. Dia tidak
dapat didiamkan dengan senandung, goyangan yang tenang, pelukan atau dengan sebuah botol.

Dari kejadian awal kehidupan mereka, Laura dan Daniel sangatlah berbeda. Laura adalah
bayi yang pendiam, kalem, dan pasif. Sedangkan Daniel bayi yang berisik, impulsif, dan tidak
sabaran. Ketika Laura ingin melihat dunia denagn tenang dari tempat tidurnya, Daniel tidak
pernah berhenti bergerak. Dia menggegam benda, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya dan
menagis dengan keras ketika benda ± benda tersebut diambil. Berry Brazelton, yang menulis
cerita mereka berdua sesaat setelah mereka berdua lahir akan memanggil Laura si µbayi tenang¶
dan Daniel si µbayi aktif¶
Beberapa tahun kemudian, baik Laura dan Daniel akan melewati berbagai perubahan
penting. Mereka akan mengembangkan keahlian motorik, belajar merangkak lalu berjalan.
Mereka akan memperoleh dan mengenal bahasa dalam waktu yang singkat. Namun, Bagaimana
tentang karakteristik dan temperamen mereka? Akankah Laura menumbuhkan sikap
kemaluannya, atau akankah ia berusaha untuk menghindar dari interaksi sosial seiring ia
bertambah dewasa? Bagaimana dengan Keaktifan alami Daniel? Akankah orang tuanya perlu
menjaganya dari keaggresifan nya, sehingga mereka dapat membantu Daniel untuk mengatasi
kebiasaanya itu? Haruskah mereka bersikap ketat dan keras, atau mereka harus menghindari
pemberian hukuman? Haruskah mereka menghiraukan kekhawatiran mereka, dan menerima
keaktifan Daniel sebagai bagian dari kepribadiannya?

Mungkin kalian semua akan berkata, tidak ada alasan yang jelas dan kuat untuk
menanyakan hal demikian. Namun ada kemungkinan, bahwa bayi seperti laura akan malu dan
pensiun sebagai orang dewasa, dan bayi seperti daniel akan tetap aktif, mandiri, agresif.
Kepribadian - kepribadian seperti ini cukup kuat.

Di bab ini, kita akan melihat faktor ± faktor yang membentuk kepribadian dan Perilaku
sosial. Kita akan menemukan bahwa beberapa kecenderungan kepribadian kita adalah warisan /
keturunan, dan sebagian lain merupakan proses pembelajaran dari pengalaman. Di dalam setiap
kasus, meskipun kecenderungan genetik dan kekuatan lingkungan saling berintraksi. Sebagai
contoh, Ibunya Laura berespon terhadap kepasifan alami Laura dengan kekhawatiran dan
ketakutan. Laura adalah anak pertamanya dan ia merasa tidak cukup sebagai seorang ibu. Ia
mengalami kesusahan di awal pemberian ASI kepada Laura. Walaupun Ia sudah diberitahu
untuk membuat Laura agar lebih sering menagis, namun Laura tetap jarang menagis. Setelah
seminggu dan seterusnya, Laura mulai makan dengan penuh semangat. Namun walaupun
demikan, ia tetap menjadi bayi yang pendiam, lebih suka berbaring di atas tempat tidurnya, dan
membuka lebar matanya.

Ibunya Laura beranggapan bahwa sikap malu putrinya itu diperparah oleh
ketidakmampuannya dia dalam merawat laura pada beberapa hari pertama. ³mungkin´,
Brazelton (1983) menulis, ³« Pada kepribadian dan sebagian attribut memang disiapkan untuk
mendapatkan penguatan dengan pola semacam ini´ (p.22).
ßrang ± orang dimana saja bertanya ± Tanya tentang perbedaan kepribadian. Bahkan
anak ± anak di dalam satu keluarga pun bisa sangat berbeda kepribadiannya. Sama seperti
perilaku, kepribadian dituntun oleh kombinasi dari faktor genetik dan lingkungan. Walaupun
demikian, komponen genetik dari kepribadian dan perkembangan sosial bisa saja lebih besar dari
yang sebelumnya sudah diperkirakan. Peneliti ± peneliti yang mempelajari perilaku manusia
(e.g., Plomin, 1989) telah menentukan bahwa perbedaan kepribadian memiliki dasar genetika
yang kuat.

Pembelajaran kepribadian merupakan salah satu domain utama dari ilmu psikologi. Kita
akan mengulas aspek ± aspek kepribadian yang lain pada bab 13. Pada bab ini, kita akan melihat
perkembangan sosial dan kepribadian dalam berbagai tahapan kehidupan, dari bayi hingga masa
tua. Kita akan mulai dengan meninjau sudut pandang utama di dalam bidang ini.

       


    

Meskipun pengembangan sosial dan kepribadian sering dibicarakan bersamaan, keduanya


harus sipisahkan. Pengembangan sosial meilputi cara bagaimana seseorang berinteraksi dan
berhubungan dengan orang lain yang akan berubah seiring bertambahnya usia. Pengembangan
kepribadian mengambarkan munculnya gaya pemikiran, perasaan, dan perilaku yang istimewa
yang membuat masing ± masing manusia menjadi individu yang unik. Keduanya berhubungan
dekat. Bagaimana kita berinteraksi dengan seseorang akan berdampak pada, diri kita akan
menjadi orang seperti apa (kepribadian kita yang istimewa / unik ), di satu sisi perilaku kita yang
istimewa dapat memberi dampak yang alami terhadap hubungan sosial kita.

Salah satu sudut pandang tertua mengenai pengembangan sosial dan kepribadian adalah
teori psychoanalytic Sigmund Freud, disebut juga pendekatan psychosexual untuk
pengembangan. Pandangan Freud mengenai pengembangan kepribadian pada masa kanak ±
kanak telah memberikan dampak yang hebat terhadap teori kepribadian. Pada bab ini, kita akan
membahas mengenai beberapa aspek freud saja. Kita akan belajar banyak tetang teorinya di Bab
13.

Freud percaya bahwa 5 tahun pertama dalam kehidupan diisi oleh keributan, seperti
seorang anak muda yang menghadapi dorongan seksual dan agresif dan rasa ingin tahu yang
besar. Bagaimana seorang anak belajar untuk merespon terhadap rangsangan tersebut, Freud
percaya, akan berlanjut untuk mempengaruhi kepribadian anak tersebut sepanjang hidupnya.
Meskipun kebanyakan ahli kepribadian modern menolak keras pedekatan freud, semua sadar
bahwa kejadian di masa kanak ± kanak dapat mempengaruhi perilaku seseorang hingga dewasa,
meskipun mereka tidak dapat menyadarinya- contoh lain dari Recurring Theme 3: ³ Sebagian
besar perilaku dikontrol oleh aktivitas yang tidak disadari.´

Erik Erikson menolak pendapat freud yang mengatakan bahwa resolusi dari dorongan
seksual dan agresif pada masa kanak ± kanak merupakan akar dari kepribadian. Malah, Ia
mengusulkan sebuah serial tentang 8 tantangan non seksual yang dihadapi manusia dari bayi
hingga masa tua. Keluarga dan situasi sosial lainnya adalah arena tempat tantangan ini terkuak.
Setiap tantangan mempunyai jalan keluar. Baik jalan keluar yang baik, maupun yang buruk, yang
berdampak terhadap pengembangan sosial dan kepribadian sesorang kelak nanti. Jalan keluar
yang baik menghasilkan gambaran dan perasaan yang positif, yang membuat mengahdapi
tantangan berikutnya menjadi lebih mudah. Jalan keluar yang buruk , berbanding terbalik,
meninggalkan seseoranga di dalam masalah, ketidakuntungan dalam tahapan perkembangan di
masa depan. Pendekatan erikson dimaksudkan sebagai teori psychososial dari pengembangan
kepribadian. Table 10-1 merangkum 8 tantangan dan 2 kemungkinan jalan kelaur untuk masing ±
masing tantangan.

Melihat lebih dekat kepada salah satu dari delapan tantangan dan bagaimana
kemungkinan tantangan tersebut dipecahkan akan membantu untuk mengilustrasikan Teori
Erikson. Pada tahapan pertama, kepercayaan dasar versus ketidakpercayaan. Pada tahun pertama
kehidupan, anak ± anak sepenuhnya bergantung kepada orang lain untuk memperhatikan mereka,
sehingga masalah utama yang mereka hadapi adalah apakah kebutuhan mereka akan dipenuhi
secara memadai atau tidak. Kebanyakan kebutuhan bayi terpenuhi dengan cepat, konsisten dan
dengan penuh kasih sayang. Mengacu kepada Erikson, bayi-bayi akan belajar untuk
mempercayai orang lain, dan melihat mereka sebagai seseorang yang dapat diandalkan dan
penuh kasih. Pada akhirnya, mereka akan memiliki kepercayaan dan keyakinan diri, ketika
mereka mulai mencari kemandirian dalam pengembangan tahap kedua. Sebaliknya, bayi yang
diabaikan, atau yang kebutuhannya tidak terpenuhi dengan konsisten, akan mulai timbul rasa
ketidakpercayaan terhadap orang lain. Mereka akan merasa tidak aman dalam mereka berjuang
untuk kemerdekaan, dan mungkin juga akan terus berlanjut ketika mereka berhubungan dengan
orang lain.

Pengembangan sosial dan kepribadian juga dapat dilihat dari        
. Tidak seperti teori psychososial dan Freudian, dengan fokus mereka pada tantangan batin
dan konflik, teori pembelajaran sosial menekankan peran lingkungan eksternal dalam
membentuk perilaku. misalnya, anak-anak terus-menerus mengamati bagaimana orang lain
bertindak, dan kadang-kadang meniru perilaku yang mereka lihat, terutama ketika orang-orang
yang mereka amati adalah orang-orang yang mereka cintai dan kagumi. ßelh karena itu, seorang
anak kecil bisa belajar menjadi simpatik terhadap seorang teman bermainnya yang terluka
dengan cara meniru bagaimana orang tuanya memperlakukan dia ketika dia terluka (proses ini
disebut belajar observasional, dijelaskan di dalam bab 6). Bagi ahli teori pembelajaran sosial,
maka, kepribadian dan perilaku sosial sebagian besar merupakan produk dari apa yang orang
belajar dari interaksi mereka dengan orang lain.

Pandangan keempat dari Pengembangan sosial dan kepribadian, disebut   
       , didasarkan pada gagasan bahwa seorang pemahaman anak tentang
dunia berubah seiring dengan pertambahan usia. Pada setiap tahap pengembangan, pemahaman
anak akan sangat mempengaruhi tingkah lakunya. Misalnya, anak-anak tidak dilahirkan dengan
pemahaman bahwa mereka adalah laki-laki dan perempuan. Pemahaman tentang dunia mereka
tidak dimulai sampai usia dua. Menurut perspektif perkembangan kognitif, seiring anak-anak
memperoleh pemahaman baru, perilaku mereka mulai berubah. Anak laki-laki mulai bertindak
lebih 'tomboy' dan perempuan lebih 'feminim'. pengetahuan baru mereka tentang apa yang 'benar'
untuk anak laki-laki dan perempuan mempengaruhi perilaku mereka.

Akhirnya, pengembangan kepribadian dapat dilihat dari perspektif biologis, yaitu


berdasarkan kecenderungan biologis yang diwarisi. Beberapa kecenderungan yang cukup non-
spesifik dimiliki oleh semua manusia, sebagai akibat dari sejarah umum evolusi. Salah satunya
adalah kecenderungan bayi untuk tersenyum pada wajah manusia. Bayi di seluruh dunia
mengembangkan perilaku yang kurang lebih sama- faktanya, kecendrungan tersebut bukanlah
sesuatu yang diajarkan orang tua kepada bayi mereka. Hubungan antara faktor genetik dan
kecenderungan perilaku adalah subjek dari bidang genetika perilaku. Komponen penting dari
genetika perilaku, bagaimanapun juga, adalah hal yang terus berubah dalam perilaku yang tidak
dapat dikaitkan dengan genetika.

Bab ini mencakup keempat perspektif pada pengembangan kepribadian dan sosial.
Daripada mencoba untuk menentukan perspektif yang benar, lebih baik kita menganggap mereka
sebagai pandangan ± pandangan yang saling melengkapi. Setiap pandangan menambahkan
gagasan berharga tentang bagaimana pengembangan kepribadian manusia diungkapkan.

= =          

=               


Kelahiran ± tahun pertama Bayi belajar untuk mempercayai orang lain
Kepercayaan Dasar vs Ketidakpercayaan untuk memuaskan kebutuhan dasar mereka.
Mereka yang menerima penolakan dan ketidak
konsistenan perhatian akan tumbuh menjadi
anak yang memiliki sikap ketidakpercayaan.
Tahun pertama ± tahun ketiga Anak ± anak ulai belajar mandiri dengan
Kemandirian vs Rasa malu dan ragu menguasai tugas ± tugas mudah. Mreka yang
gagal mengembangkan kemandirian akan
membuat mereka ragu dan merasa malu.
Tahun ketiga ± tahun ke enam Anak ± anak mengambil inisiatif dalam
Inisiatif vs Rasa bersalah mecoba aktivitas yang baru. Ketika inisiatif ini
membawa mereka ke dalam konflik dengan
orang lain, rasa bersalah dapat timbul. Terlalu
banyak rasa bersalah dapat mengambat
inisiatfi, ßleh karena itu anak ± anak harus
belajar untuk menyeimbangkan insiatif mereka
terhadap keinginan dan kebutuhan orang lain.
Tahun keenam ± Pubertas Anak ± anak harus belajar keahlian dari
Pekerja vs Terbelakang budayamereka. Mereka yang pekerja keras
memudahkan mereka untuk dapat
melakukannya dan mengembangkan rasa
penguasaan dan kemamanan diri. Mereka yang
gagal akan merasa terbelakang.

Remaja Remaja harus mengembangkan identitas diri,


Identitas vs Kebingungan peran rasa integritas bahwa mereka adalah orang
yang istimewa yang berbeda dari orang lain.
Mereka yang gagal untuk melakukan hal
tersebut, akan merasa bingung mengenai peran
mereka dikemudiaan hari.
Awal masa dewasa Dewasa muda berjuang untuk membentuk
Keintiman vs Pengurungan diri suatu keintiman hubungan dan jatuh cinta
dengan orang lain. Mereka yang gagal akan
merasa sendirian dan terisolasi (mengurung
diri).
Pertengahan masa dewasa Dewasa akan mencapai keberhasilan jika
Keberhasilan vs Stagnasi mereka mengembangkan rasa tanggung jawab
untuk membimbing generasi selanjutnya dan
produktif di dalam pekerjaan mereka. Mereka
yang gagal akan menjadi bosan, menyalahkan
diri sendiri dan stagnan
Masa tua ßrang tua mencapai rasa akan integritas diri
Integritas diri vs Putus asa jika mereka mampu melihat mundur tentang
kehidupan mereka dan meilhat mereka dulu
sebagai orang yang produktif dan terpuaskan.
Jika mereka melihat hidup mereka sebagai
orang yang tidak berguna, maka mereka akan
merasa putus asa.
   
      c  

Dalam bab 9, Anda telah diperkenalkan tentang Austin dan Lindsay, anak-anak dari salah satu
ini penulis buku ini. Austin hanya berumur tiga belas bulan ketika Lindsay lahir, namun ia sangat
tertarik pada adik barunya. Dia menatap tajam padanya, menyentuh lembut kulit lembutnya.
Ketika dia kembali menatapnya, keinginannya semakin bertambah untuk berinteraksi lebih
dengan adiknyan. Secara bertahap, ia mulai 'berbicara' padanya. Meningkatkan nada suaranya,
dan memperlambat laju bicaranya, ia berbisik, "ßh! Bayi, bayi, bayi ..."

Dari interaksi pertama mereka, bayi belajar untuk terlibat dalam memberikan hubungan
timbal balik. Jika dilihat, saat kelahiran seorang anak tidak tahu bahwa ada orang lain, maka
tugas ini sangat berat. Untungnya, bayi memiliki kecenderungan yang melekat kuat untuk
menanggapi wajah dan suara-suara orang lain dengan tidak hanya mendorong interaksi sosial,
tetapi merawat dan memberikan perlindungan. Apa itu tentang penampilan bayi dan perilakunya
yang menentukan proses-proses penting selanjutnya?

    ! 




ßrang dewasa merespon penuh cinta kepada bayi, sebagiannya karena mereka imut.
Bermuka bulat, pipi montok, dan matanya yang terbuka lebar. Mata Lindsay yang besar dan
lembut, figur seorang bayi yang membuat Austin terpesona. Meskipun bayi yang baru lahir tidak
mampu melakukan gerakan motorik halus, namun mereka bisa langsung melihat tatapan mereka.
Hanya dengan melihat orang-orang yang berbicara dengannya, Lindsay semakin berusaha untuk
melakukan interaksi sosial.

Dalam beberapa minggu lagi, Lindsay akan memulai pertukaran sosial ketika dia
menghasilkan senyum sosial pertamanya, senyum hati yang dipicu oleh sekedar melihat wajah
manusia. Charles darwin, pendiri evolusi, berteori bahwa senyum sosial membantu bayi untuk
bertahan hidup dengan menanamkan perasaan sukacita pada orang dewasa. bayi juga merespon
dengan cara-cara lain pada pengasuh. Mandel, Jusczyk, dan Pisoni (1995) menemukan bahwa
bayi merespon lebih baik untuk nama mereka sendiri (dibandingkan dengan nama lain yang
terdengar mirip). Nyatanya, bayi yang berumur 2 bulan nampak untuk mendengar keteraturan
dalam perkataan, bahkan jika dilakukan oleh orang yang berbeda (Jusczyk, Pisoni, & Mullenix,
1993). Dalam beberapa bulan pertama kehidupan, bayi kemungkinan akan merespons ketika
orangtua mengatakan nama nya.

Kecenderungan bayi untuk tersenyum dan menanggapi namanya menimbulkan


serangkaian interaksi yang kompleks. Ketika orang tua merespon dengan cinta dan sukacita, bayi
akan meningkatkan senyumnya yang menimbulkan respon orangtuanya. Jika orang tua tidak
menanggapi, bayi mungkin akan kurang cenderung tersenyum di masa depan, yang kemudian
bisa berdampak pada perilaku orang tua kelak. Kecenderugan bayi untuk tersenyum secara
langsung dibentuk oleh respon orang ± orang yang ada di sekitar lingkungannya.

Mengapa penting bagi bayi untuk mendorong orang lain untuk memelihara dan
melindungi mereka? Jawabannya adalah bahwa bayi sedang memasuki sebuah dunia dimana
mereka tidak mampu ³melakukannya´ sendiri . Lebih jauh dari itu species ± species lainnya
lainnya. Mereka harus lahir ketika kepala besar mereka masih dapat masuk melalui jalan lahir.
Jika kelahiran mereka ditunda sampai otak mereka lebih berkembang, kepala mereka akan begitu
besar yang menimbulkan resiko bagi keduanya. Kelahiran dini (prematur), bagaimanapun juga,
orang tua bayi harus menyediakan banyak perawatan dan perhatian. Jadi, kelucuan dan
keramahan yang melekat pada bayi mendorong sekelilingnya untuk membreikan perhatian penuh
dan kasih sayang yang diperlukan si anak / bayi untuk bertahan hidup di awal kehidupan.

Interaksi antara orang tua dan anak tidak diprogram untuk terungkap dalam cara tertentu.
Sebaliknya, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik orang tua dan anak. ßrang tua memiliki gaya
emosional mereka sendiri, suatu produk warisan dari kecenderungan mereka yang sangat
melekat, sejarah perkembangan, dan situasi saat ini. Dan bayi memiliki temperamen sendiri, atau
kecenderungan perilaku. Aspek temperamen yang berbeda-beda pada bayi meliputi tingkat
aktivitas, "soothability," "banyak bicara" mencari perhatian, tidak takut dalam situasi yang baru,
menampilkan emosi positif (senyum dan tawa), dan menampilkan emosi negatif (menangis,
cepat marah, dan menyusahkan) (Bates, 1987; Rothbart, 1986). Menariknya, frekuensi
menampilkan emosional positif dan negatif tidak selalu berbanding terbalik. Beberapa bayi
sering tersenyum dan tertawa, tetapi jarang mudah marah, dan sebaliknya. Tapi bayi lain
menunjukkan suasana hati positif dan negatif dengan frekuensi yang sama, dan yang lainnya
tetap sebagian besar yaitu netral (Belsky, Ikan, & Isabella, 1991; Goldsmith & Campos, 1991).
Penyebab perbedaan temperamen masing - masing bayi masih diperdebatkan, namun
banyak psikolog berpikir bahwa mereka secara substansial dipengaruhi oleh keturunan (Campos
et al., 1983; Kagan, 1995; Kagan, Reznik, & Snidman, 1988; Smolak, 1986). Perbedaan
temperamen muncul terlalu cepat setelah kelahiran yang akan dibentuk secara signifikan oleh
lingkungan eksternal yang berbeda. Bahkan di antara orang dewasa perbedaan kepribadian
tampaknya memiliki komponen genetik yang relatif kuat (Buochard & McGue, 1990). Kami
akan membahas dasar biologis perbedaan kepribadian dewasa dalam bab 13. Untuk saat ini,
ingatlah bahwa perbedaan perilaku bayi yang baru lahir merupakan sebagian berasal dari faktor
biologis.

Temperamen yang dibawa bayi ke dalam interaksi orang tua ± anak, berdampak juga
terhadap kepribadian orang tua bayi tersebut. Mereka dipengaruhi oleh situasi saat ini dan tingkat
kepuasan. Pertimbangkan bayi yang cenderung mudah tersinggung dan rewel. Jika orang tua
umumnya percaya diri dan santai, dan jika mereka tidak mengalami stres yang signifikan,
mereka mungkin akan merespon dengan tenang kerewelan si bayi, mencari petunjuk untuk apa
yang diinginkan anak dan membuat respons mereka lebih tenang dan lembut. Di sisi lain, jika
orang tua secara emosional belum dewasa dan mengalami kesulitan keuangan atau perkawinan,
mereka dengan mudah bisa tumbuh tidak sabar dengan bayi rewel mereka. Dalam kasus
keduanya, Figur orang tua dan situasi mempengaruhi bagaimana mereka menanggapi
temperamen bayi, dan tanggapan mereka akan mempengaruhi perilaku anak tersebut di
kemudiaan hari. Jika orang tua dapat menjadi lebih tenang, bayi akan cenderung kurang rewel,
namun, jika mereka menjadi marah dan tidak sabar, bayi cenderung menjadi lebih sulit untuk
tidak rewel. Proses seperti ini disebut sebagai pengaruh dua arah. ßrang tua dan anak terus-
menerus mempengaruhi satu sama lain seiring dengan perkembangan hubungan mereka.

Perkembangan dari hubungan sosial yang dini merupakan contoh yang baik tentang
bagaimana keturunan dan lingkungan berinteraksi. Misalnya, orang tua yang tenang oleh alam
(yaitu, memiliki kecenderungan genetik ke temperamen tenang) , cenderung membuat
lingkungan sekitarnya menjadi tenang. Dengan demikian, pengaruh genetik dan lingkungan
berkorelasi (kecuali dalam kasus anak yang diadopsi, tentu saja); keduanya meningkatkan
kemungkinan anak menjadi tenang (Scarr & McCartney, 1983)
Akhirnya, meskipun seorang anak bisa terlahir dengan kecenderungan tertentu yang
sebagian besar berasal dari genetik, kecenderungan tersebut dapat dimodifikasi dan disalurkan
oleh pengalaman bayi di kemudian hari. Gen, dengan kata lain, tidak selalu menentukan
karakteristik seseorang. Sebaliknya, seperangkat kemungkinan pengembangan yang diwariskan,
dapat didorong atau digagalkan oleh pengalaman (Scarr, 1984a). Rentang di mana kemungkinan
ini diwarisi dan dapat bervariasi berdasarkan pengaruh lingkungan disebut sebagai  
  . Dengan demikian, bayi dengan kencenderungan yang sangat keluar (mudah tersenyum
dan penuh semangat) bisa menjadi pendiam, bahkan menyendiri, jika orang dewasa
mengabaikan µtawaran¶ sosialnya (Kagan, 1984). Demikian pula, bayi yang sangat aktif dapat
berpengaruh terhadap baik melalui kegiatan atau relaksasi, tergantung pada pengalaman yang
orang lain berikan. Temperamen bayi, dengan kata lain, tidak tetap dan dapat berubah. Ini adalah
kumpulan kecenderungan perilaku yang kemungkinan mengalami perubahan melalui pengaruh
lingkungan (Belsky & Cassidy, 1994)

Ketika memasuki setengah tahun kedua kehidupan, bayi menunjukkan tanda-tanda


berkembangnya ikatan emosional atau kasih sayang dengan pengasuh mereka, termasuk ibu,
ayah, pengasuh / tempat penitipan anak, dan bahkan saudaranya yang lebih tua (Belsky &
Cassidy, 1994). Kasih saying tersebut dapat dilihat di dalam sukacita yang bayi berikan kepada
pengasuh mereka. Misalnya, bayi yang berumur tujuh bulan akan tersenyum, menggelegak, dan
mencium dengan gembira ketika ibu atau ayahnya datang untuk melihatnya di pagi hari. Dia
mungkin akan menangis keras jika orang tuanya tiba-tiba berbalik dan meninggalkan ruangan.
Ketika bayi sudah mampu untuk merangkak, mereka sering mengikuti pengasuh dari kamar ke
kamar (Maccoby & martin, 1983). Mereka ingin mempertahankan kontak visual dengan orang
yang merupakan sumber keamanan dan perlindungan mereka.

Para peneliti telah bertanya-tanya apa yang mendorong kedekatan bayi kepada orangtua.
Apakah karena para pengasuh menyediakan makanan dan keperluan lainnya, seperti yang
diusulkan Freud, atau apakah karena kenyamanan emosional yang diberikan pengasuh? Empat
dekade lalu, psikolog Harry Harlow dan rekan-rekannya melakukan penelitian untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam serangkaian studi klasik baru- baru ini. Mereka memisahkan
seekor monyet yang baru lahir dan dipisahkan dari ibu alami mereka, kemudian menggantinya
dengan "ibu pengganti." Dalam sebuah penelitian Harlow, bayi - bayi monyet dibesarkan di
dalam sangkar dengan dua ibu pengganti, yang satu terbuat dari kawat dan kaku. dan yang
lainnya ditutupi dengan kain terry lunak (Harlow, 1958; Harlow & Harlow, 1966,1969). Harlow
menemukan bahwa bahkan jika ibu kawat dilengkapi dengan dispenser susu, bayi-bayi masih
lebih suka bulu ibu yang dilapisi kain terry. Dalam keadaan tertekan, atau bahaya, bayi monyet
selalu berlari ke ibu mereka yang terbuat dari kain terry. Jadi, sensasi taktil / sentuhan yang
diberikan ibu monyet dengan kain terry, tampaknya mendorong pembentukan kasih sayang dan
ikatan batin para bayi monyet.

Pada bayi manusia, pembentukan ikatan kasih sayang dengan orang tua tidak diragukan
lagi lebih kompleks. Ikatan emosional bayi ke pengasuh tampaknya tumbuh tidak sederhana dari
sekedar pengalaman digendong dan dipeluk, namun dari lamanya proses interaksi sosial yang
sudah terjalin. Karena dalam kebanyakan keluarga bayi berulang kali berinteraksi ayah dan ibu
mereka bersamaan, bayi biasanya sudah memiliki ikatan emosional pada kedua orang tua mereka
pada usia yang hampir sama (Fox, Kimmerly, & Schafer, 1991; Lamb, 1987)

Meskipun hampir semua anak membentuk ikatan kasih sayang ketika pada masa bayi,
kekuatan dan kualitas ikatan tersebut sangat bervariasi. Mary Ainsworth dan koleganya
(Ainsworth, 1989; Ainsworth et al., 1978) menunjukkan bahwa sensitivitas pengasuh adalah
penentu penting dalam kualitas ikatan kasih sayang pada anak. Ketika pengasuh denga cepat ,
tepat, dan konsisten menanggapi kebutuhan bayi, maka anak cenderung mengembangkan  
     . Artinya, bayi mengharapkan pengasuh yang siap sedia dan responsif,
cepat dan efektif menangani marabahaya apapun yang mungkin dialami oleh nya. Sebaliknya,
pengasuh bayi yang tidak dapat diandalkan untuk memberikan kenyamanan kepada si bayi,
ketika diperlukan akan mengembangkan   . Pengasuh tersebut secara emosional tidak
peduli atau bahkan menolak bayi, sering menunjukkan perasaan mereka dengan berlebihan, yang
sama sekali tidak diharapkan oleh bayi. Lainnya mencoba untuk menanggapi kebutuhan bayi,
tetapi pada waktu lain gagal untuk melakukannya, dan ini hanya menambah penderitaan si bayi.

Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat keamanan yang terjalin akibat ikatan
emosioanl bayi dapat berdampak penting bagi perkembangan masa depan anak. Anak-anak yang
memiliki rasa aman sebagai bayi umumnya lebih bergantung dan lebih mudah bersosialisasi
sebagai anak-anak prasekolah daripada rasa cemasnya terhadap teman - temanya (Plunkett,
Klein, & Meisels, 1988; Sroufe, Fox, & Pancake, 1983; Waters, Wippman, & Sroufe, 1979).
Sebagai anak-anak prasekolah mereka juga cenderung memiliki lebih sedikit masalah perilaku
terutama aggresif yang berlebihan dan ketidakpatuhan dengan orang dewasa. Anak yang kurang
memiliki rasa aman lebih cenderung memiliki masalah perilaku ini , dan sering berlanjut
kemudian ketika masa kanak-kanak (Renken et al, 1989.). Temuan tersebut sejalan dengan teori
Erikson bahwa perkembangan kepercayaan dasar dalam interaksi orangtua-anak dini adalah
suatu hal yang penting. Rupanya, sebuah rasa aman adalah dasar emosional yang memungkinkan
seorang anak untuk mengatasi tuntutan dan tantangan baru.

Mengapa beberapa orang tua kurang mampu daripada yang lainnya untuk mendorong
rasa aman pada anak-anak mereka? Jawabannya, tampaknya terletak pada sejumlah faktor,
termasuk kepribadian orang tua, tingkat stres dan dukungan sosial dalam kehidupan mereka, dan
temperamen bayi mereka (atau setidaknya persepsi mereka tentang temperamen bayi).
Pertimbangkan hasil dari satu penelitian, yang pertama kali diikuti orang tua dan bayi mereka
dari beberapa bulan terakhir kehamilan sampai ulang tahun pertama bayi (Belsky & Isabella,
1988). Para peneliti menemukan bahwa bayi yang tidak memiliki rasa aman yang melekat pada
umur dua belas bulan cenderung memiliki ibu yang memiliki kekurangan pada dua ciri
kepribadian utama: stabilitas / kedewasaan emosioanal dan empati terhadap orang lain. Ibu dari
bayi yang tidak memiliki rasa aman yang melekat, tampaknya juga telah mengalami penurunan
terbesar dalam kepuasan perkawinan sejak bayinya lahir, ketika memiliki bayi dianggap sebagai
suatu kesulitan seiring bertambahnya umur, dan memiliki lingkungan sosial yang relatif tidak
ramah dan tidak mendukung. Faktor-faktor negatif berkontribusi terhadap ketidakamanan bayi
mereka secara kumulatif. Wanita yang mengalami semua dari faktor tersebut, hampir selalu
membesarkan bayi yang tidak memiliki rasa aman yang melekat, sedangkan wanita yang
mengalami tidak mengalami faktor tersebut hampir selalu membesarkan bayi yang memiliki rasa
aman yang melekat.

Penelitian ini hanya menjelaskan faktor yang dapat meningkatkan risiko anak tidak
memiliki rasa aman yang melekat. Selain stres terhadap bayi sulit untuk diurus, ketidakpuasan
perkawinan, dan kurangnya dukungan psikologis, orang tua dapat mengalami berbagai jenis
stres, termasuk masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan (kelelahan dari jam kerja
yang panjang, keprihatinan tentang kinerja, ketidakbahagiaan dengan pekerjaan); hubungan
dengan orang tua yang tidak baik, dan kekhawatiran keuangan (Fox, Kimmerly, & Scahfer,
1991; Hock & Schirtzinger, 1992). Semua faktor ini dapat mempengaruhi kualitas pengasuhan,
dan karena itu dapat menimbulkan resiko tersebut. Selanjutnya, para peneliti sekarang mengakui
peran hubungan ayah-anak mempengaruhi ikatan tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, sikap
masyarakat terhadap keterlibatan dari garis keturunan ayah (paternal) telah berubah. Meskipun
perempuan masih lebih bnyak mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga dari laki-laki, namun
seorang ayah sekarang diharapkan untuk secara aktif terlibat dalam perawatan anak (Scarr,
Phillips, McCartney, & Abbot-Shim, 1993). Dan bagaimana dengan efek jangka panjang untuk
membesarkan anak-anak di pusat penitipan anak? Pada bagian akhir bab ini akan membahas
lebih dalam lagi mengenai efek dari penitipan untuk orang tua yang bekerja.

   
      "   #  

Dalam rangka berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka, terutama dengan orang lain,
bayi mulai mengembangkan rasa diri. Ketika mereka tumbuh, mereka belajar untuk memahami
diri mereka sendiri: kemampuan dan keterbatasan, kepentingan dan tujuan. Menurut Damon &
Hart (1982), Pemahaman diri anak memiliki empat komponen:      , yang meliputi tubuh
anak dan harta benda;    , yang mencerminkan jenis perilaku yang anak dapat lakukan atau
tidak;     , atau bagaimana anak berinteraksi dengan orang lain; dan   
   , yang
berarti pemikiran pribadi anak, perasaan, sifat, dan keyakinan

Anak berkembang cenderung untuk mengembangkan komponen-komponen diri secara


berurutan. Anak-anak kecil pertama-tama belajar tentang diri fisik mereka. Anak berumur satu
tahun, misalnya, menanggapi bayangannya di cermin adalah orang lain. Secara bertahap, seiring
bertambahnya usia, anak ± anak akan mengenali bayangan tersebut adalah cerminan dari diri
mereka sendiri. Anak ± ank yang berada pada tingakatan pengembangan ini lebih bersikap
possesif dan ketidakinginan untuk berbagi sesuatu terhadap seklilingnya.

Seiring anak ± anak bertumbuh dewasa, mereka mulai belajar lebih lagi tentang diri fisik
mereka. Mereka menjadi sangat mandiri, tidak lagi ingin orangtua lakukan untuk mereka. Anak
berumur 3 tahun, misalnya, mungkin lebih memilih untuk menghabiskan sepuluh menit memakai
baju sendiri, bahkan jika pakaiannya tidak rapi dan berantakan. Ingat bahwa Erikson melihat ini
perjuangan seorang anak untuk mandiri sebagai tantangan yang harus dihadapi dari tahun kedua
dan ketiga kehidupan.
Ketika mereka memasuki sekolah dasar, anak ± anak belajar lebih lagi tentang diri aktif
mereka. Mereka menjadi semangat dan penuh hasrat untuk mengerjakan sesuatu yang dikerjakan
saudara atau teman mereka, dan tidak suka untuk dibilang ³tunggu sampai kamu besar´. Di
sekolah, mereka juga mengembangkan pemahaman akan kempampuan intelektual dan olahraga
mereka. Periode ini bertepatan dengan tingkat pengembangan ketiga dan keempat yang
dikemukakan oleh Erikson ( inisiatif vs rasa bersalah dan pekerja keras vs inferioritas).

Ketika anak ± anak mulai memasuki tahun awal remaja, mereka menjadi sadar akan diri
sosial mereka. Perasaan diterima oleh teman ± teman mereka menjadi suatu hal yang sangat
penting. Mereka mungkin mencoba sangat keras untuk dapat bergaul, seiring dengan tekanan
pergaulan yang semakin ketat. Pada pandangan Erikson, periode ini ditandai dengan dari
identitas vs kebingungan peran, sebagai remaja yang berusaha untuk memahami siapa yang
dirinya, yang berbeda (dan tidak bergantung) terhadap orang lain.

Akhirnya, seiring remaja secara bertahap dewasa menjadi dewasa muda, ketertarikan akan diri
psikologis mereka berkembang pesat. ³Dapat diterima´ menjadi hal yang kurang penting lagi
seiring remaja yang lebih dewasa menjadi sadar akan keyakinan pribadinya dan nilai-nilai
kehidupan, mungkin untuk pertama kalinya. Selama periode ini, orang muda mampu menjalin
hubungan cinta yang intim dengan orang-orang di luar keluarga, tahap 6 di teori Erikson
(keintiman versus isolasi)

Teori damon dan Hart tentang pemahaman diri tidak memabhas pengembangan setelah
masa remaja. Namun, konsep mereka tentang diri psikologis konsisten dengan dua tahap akhir
dari Erikson: generativity versus stagnasi dan integritas versus putus asa. Dalam arti, orang
dewasa membandingkan "diri psikologis ideal" mereka dengan " diri psikologis mereka
sebenarnya.´ ßrang dewasa yang tidak bahagia dengan diri psikologis mereka yang sebenarnya,
sering melakukan perubahan yang drastis. Kami akan membahas lebih lanjut mengenai
penegembangan pada dewasa di akhir bab ini.

 $ %          

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi psikolog adalah untuk menjelaskan dan
mendata banyaknya keragaman perilaku manusia. Bahkan dalam kasus antar saudara, perbedaan
± perbedaan yang kontras adalah suatu hal yang wajar. Perhatikan perbedaan antara William
James, salah seorang pendiri psikologi modern, dan saudaranya Henry James, novelis terkenal.
Sebagai anak, William James adalah orang yang aktif dan energik, dengan pembawaan yang
santai, suka berteman, dan periang. Sebaliknya, Henry adalah orang yang tenang dan pemalu,
lebih penyendiri. Apa yang menyebabkan perbedaan yang kontras di dalam kepribadian mereka
berdua? Bagaimana bisa dua anak dari orangtua yang sama ternyata begitu berbeda? Jawaban
atas pertanyaan ini terletak dalam interaksi yang rumit dari gen dan lingkungan.

Pada bagian ini kita akan membahas beberapa faktor genetik dan lingkungan yang
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Karena psikolog sering sering melakukan studi
mengenai faktor ± faktor ini secara tertutup, pertama - tama , kita akan melihat pengaruh
lingkungan dan kemudian dilanjutkan pada kekuatan genetik. Lalu kita akan mengalihkan
perhatian kita pada interaksi gen dan lingkungan.

 &  

Jika kita mendaftarkan semua pengaruh lingkungan tidak akan ada habisnya, dan
menentukan efek dari lingkungan pun sama saja sulitnya. Namun demikian, para psikolog telah
mengidentifikasi sekelompok kecil dari faktor lingkungan yang sangat penting dalam
membentuk perkembangan kepribadian. Pada bagian selanjutnya kita akan memeriksa dan
membahas ketiga kelompok kecil ini: gaya mengasuh anak, penganiayaan anak, dan perceraian.
Gaya mengasuh anak. Psikolog telah lama menduga bahwa orang tua mungkin berdampak besar
pada kepribadian anak-anak mereka. ßleh karena itu, para psikolog telah menghabiskan banyak
waktu untuk mengeksplorasi aspek-aspek perilaku orang tua, yang paling mempengaruhi
kepribadian anak. Satu peneliti yang telah mempelajari topik secara ekstensif adalah Diana
Baumrind (1967, 1984). Dia mulai dengan mengidentifikasi tiga profil kepribadian dasar dalam
kelompok anak-anak sekolah. Anak-anak dengan profil dewasa adalah anak yang energik,
memiliki emosional positif terhadap rekan-rekan mereka, rasa ingin tahu yang tinggi,
kepercayaan diri, dan kontrol diri. Anak-anak yang tidak puas akan merasa murung, gelisah,
mudah marah, sering bermusuhan, dan juga memiliki hubungan yang buruk dengan teman
sebaya mereka atau penarikan diri dari lingkungan sosial. Anak-anak yang belum dewasa adalah
anak yang impulsif, sulit diatur, dan rendah kemandirian, meskipun lebih ceria dan tangguh
dibandingkan dengan kelompok 2.
Baumrind kemudian menilai orangtua anak melalui wawancara pribadi, pengamatan dari
rumah ke rumah, dan studi laboratorium. Dia menemukan tiga tipe gaya mengasuh pada
orangtua yang khas. ßrang tua dari anak-anak dewasa adalah orang tua yang melindungi dan
responsif, namun tegas dalam menetapkan batas. Mereka fleksibel dalam pemikiran mereka dan
....

You might also like