You are on page 1of 5

KELOMPOK 1 :

1. PATUHUR ROSPI (0708784)


2. NUNUNG HAERANI (0708802)
3. RILMA AULIA S (0708805)
4. BQ INDAH FEBRIANI (0708798)
5. ZULFITRI (0708811)
6. AHMAD BAYADHI (0708787)

TELOMER

Telomer (telomere) adalah bagian paling ujung dari DNA linear.


Meskipun termasuk dalam untai DNA, telomer bukan tidak mengkode protein
apa pun, sehingga bukan merupakan gen. Telomer berperan penting dalam
menjaga kestabilan genom tiap sel. Dengan adanya telomer, penggandaan DNA
yang berlangsung sebelum pembelahan sel dapat dilakukan secara tuntas.
Telomer tersusun dari urutan basa-basa nukleotida dengan motif tertentu
yang berulang-ulang ratusan hingga ribuan kali merupakan konsekuensi dari
metode replikasi yang unik di daerah tersebut. Pada manusia, motif telomer yang
berulang adalah TTAGGG. Selain nukleotida yang menyusun untai DNA telomer,
terdapat pula berbagai protein yang bersama-sama menjalankan fungsi telomer.
Untuk memelihara telomer, diperlukan enzim khusus yang disebut telomerase.

Gambar 2. Posisi telomer pada kromosom

Fakta bahwa suatu DNA polimerase hanya dapat menambahkan


nukleotida pada ujung 3’ dari suatu polinukleotida yang sebelumnya sudah ada
menimbulkan masalah serius. Permasalahan tersebut timbul pada organisme
eukariotik yang memiliki bentuk DNA linear, khususnya di daerah lagging strand.
Sebagaimana yang kita ketahui, lagging strand disintesis dalam bentuk fragmen-
fragmen (fragmen Okazaki). Primer berupa RNA yang digunakan untuk proses
inisiasi pun pada akhirnya akan digantikan oleh RNAse H, diubah menjadi DNA
oleh DNA polimerase, serta digabungkan dengan fragmen sebelumnya dengan
menggunakan DNA ligase. DNA polimerase tidak akan dapat melakukan replikasi
DNA jika primer-nya sudah tergantikan. Hal tersebut menyebabkan adanya suatu
daerah untai tunggal DNA yang tidak dapat direplikasi pada bagian ujung
kromosom. Proses replikasi yang tidak selesai dengan sempurna itulah yang
disebut end replication problem. Jika hal tersebut terus terjadi maka molekul-
molekul DNA semakin lama akan menjadi semakin pendek sepanjang proses
replikasi yang terus berulang didalam sel. Jika sel membelah diri berkali-kali,
gen-gen yang penting mungkin bisa saja ikut hilang.
Sebelum membelah diri, sel akan menjalani beberapa fase. Salah satunya
adalah fase S (fase sintesis) yang memungkinkan penggandaan seluruh untai DNA
yang menyusun genom. Penggandaan DNA pada umumnya dilakukan oleh enzim
DNA-polimerase. Namun demikian, sintesis DNA yang dianut oleh DNA
polimerase tidak memungkinkan penggandaan pada bagian ujung DNA linar.
Dengan adanya struktur telomer yang khas dan enzim telomerase penggandaan
untai DNA dapat dilakukan secara menyeluruh.
Bila suatu sel tidak memiliki enzim telomerase, sel tersebut tidak mampu
menggandakan bagian paling akhir dari untai DNA-nya, walaupun tetap dapat
membelah diri. Hal tersebut menyebabkan untai DNA pada sel anakan menjadi
lebih pendek dari sel awal. Bila keadaan ini berlanjut terus-menerus seiring
dengan pembelahan sel, untai DNA menjadi terlalu pendek dan kestabilan genom
terganggu. Keadaan ini mengancam kelanjutan hidup sel, dan dapat mengaktifkan
program bunuh diri sel (apoptosis), atau sel berhenti membelah dan memasuki
tahap "jompo" (senescence).
Enzim telomerase pun dibutuhkan untuk mengatasi end replication
problem. Telomerase terdiri dari protein dan RNA. RNA-nya terdiri dari basa
nitrogen yang komplemen dengan sikuen daerah telomer dan berulang sebanyak
1,5 kali. Pada manusia, RNA telomerase manusia terdiri dari sikuen
“UAACCCUAA”. Telomerase akan memanjangkan bagian ujung 3’ pada DNA
dan tidak membutuhkan DNA template untuk melakukan hal tersebut. Komponen
RNA pada telomerase bertindak sebagai template untuk menambahkan nukleotida
pada bagian ujung kromosom. Setelah telomerase mensintesis DNA pada bagian
ujung (telomer), template RNA akan berpisah dengan DNA dan menempel
kembali pada bagian akhir dari DNA yang baru saja disintesis tersebut. Proses ini
berlangsung berulang kali pada ujung 3’ kromosom.
Pengulangan nukleotida pada bagian telomer dapat melindungi gen pada
bagian akhir kromosom melalui dua cara, yaitu bertindak sebagai buffer pada
bagian non coding DNA serta dengan cara berikatannnya protein tertentu yang
mencegah proses degradasi pada bagian ujung kromosom.
Sebelum membelah diri, sel akan menjalani beberapa fase. Salah satunya
adalah fase S (fase sintesis) yang memungkinkan penggandaan seluruh untai DNA
yang menyusun genom. Penggandaan DNA pada umumnya dilakukan oleh enzim
DNA-polimerase. Namun demikian, sintesis DNA yang dianut oleh DNA
polimerase tidak memungkinkan penggandaan pada bagian ujung DNA linar.
Dengan adanya struktur telomer yang khas dan enzim telomerase penggandaan
untai DNA dapat dilakukan secara menyeluruh.
Bila suatu sel tidak memiliki enzim telomerase, sel tersebut tidak mampu
menggandakan bagian paling akhir dari untai DNA-nya, walaupun tetap dapat
membelah diri. Hal tersebut menyebabkan untai DNA pada sel anakan menjadi
lebih pendek dari sel awal. Bila keadaan ini berlanjut terus-menerus seiring
dengan pembelahan sel, untai DNA menjadi terlalu pendek dan kestabilan genom
terganggu. Keadaan ini mengancam kelanjutan hidup sel, dan dapat mengaktifkan
program bunuh diri sel (apoptosis), atau sel berhenti membelah dan memasuki
tahap "jompo" (senescence).
Tidak adanya aktivitas telomerase pada kebanyakan sel-sel manusia
diperkirakan merupakan suatu mekanisme alami pertahanan terhadap ancaman
tumor. Karena telomerase menjaga kelestarian telomer yang berhubungan dengan
kemampuan membelah diri yang tak terbatas, kehadiran telomerase pada jenis sel
dan saat yang tidak tepat justru dapat menimbukan tumor.

Telomer Memperlambat Penuaan Sel


Peneliti saat ini mulai meneliti apa peran telomer di sel. Kelompok
Szostak mengidentifikasi sel ragi dengan mutasi yang menyebabkan pemendekan
bertahap dari telomer. Beberapa sel tumbuh dengan buruk dan berhenti
membelah. Blackburn dan asistennya membuat mutasi pada RNA telomerase dan
meneliti efek yang sama pada Tetrahymena. Pada kedua kasus tersebut, hal ini
menimbulkan penuaan sel prematur – penurunan fungsi sel akibat penuaan.
Sebaliknya, telomer fungsional malah mencegah kerusakan kromosom dan
memperlambat penuaan sel. Selanjutnya, kelompok Greider memperlihatkan
bahwa penuaan sel manusia diperlambat oleh telomerase. Penelitian tentang ini
telah banyak dan saat ini diketahui bahwa urutan DNA pada telomer menarik
protein yang membentuk penutup protektif di sekeliling akhir yang rapuh dari pita
DNA.
Potongan Puzzle yang Penting – Penuaan Manusia, Kanker dan Stem Sel
Penelitian ini memiliki dampak yang besar pada komunitas ilmuwan.
Banyak ilmuwan berspekulasi bahwa telomer memendek dapat merupakan alasan
penuaan, tidak hanya sel individual tapi juga pada organisme secara umum. Akan
tetapi proses penuaan telah berubah menjadi kompleks dan saat ini dipikirkan
bergantung pada beberapa faktor yang berbeda, telomer salah satu diantaranya.
Penelitian di wilayah ini akan semakin banyak. Kebanyakan sel normal tidak
membelah terlalu sering, oleh karena itu kromosom tidak punya risiko memendek
dan tidak membutuhkan aktivitas telomerase yang tinggi. Sebaliknya sel kanker
memiliki kemampuan untuk membelah tidak terbatas dan juga memelihara
telomernya. Bagaimana sel kanker menghindar dari penurunan fungsi seluler
karena penuaan? Satu penjelasan menjadi dengan penemuan bahwa sel kanker
sering memiliki aktivitas telomerase yang meningkat. Beberapa penelitian belum
dilakukan pada wilayah ini, termasuk percobaan klinis untuk mengevaluasi vaksin
yang melawan langsung sel dengan aktivitas telomerase meningkat.
Beberapa penyakit menurun saat ini diketahui menjadi penyebab defek
pada telomer, contohnya anemia aplastik kongenital. Penyakit turunan tertentu
dari kulit dan paru-paru juga disebabkan oleh defek telomerase.

REFERENSI
Nobelforsamlingen. Press Release. Available from:
http://nobelprize.org/nobel_prizes/medicine/laureates/2009/press.html

Watson, et al. (2003). Molecular Biology of The Gene. United States of America:
Pearson Education Inc.

You might also like