You are on page 1of 2

Obat yang mencegah pembekuan darah disebut antikoagulan, antitrombosit, dan thrombolitik.

Trombolitik digunakan untuk serangan akut akibat trombus.


Antikoagulan ada yang preparat parenteral (heparin), oral (warfarin, nicumalone, anisindione,
kumarin dan dicumarol), dan pengikat ion calcium (Na sitrat, asam oksalat, Na edetat).
Heparin afinitasnya meningkat terhadap thrombin dan faktor X. Penggunaan dosis yang tepat
sangat penting dan diperlukan monitoring terus-menerus. Pemberian parenteral dapat
menimbulkan nyeri dan hematome di area infeksi. Heparin memiliki molekul yang besar
sehingga sulit menembus placenta dan tidak masuk ke dalam ASI (tidak mempengaruhi janin
dalam kandungan). Efek sampingnya perdarahan. Peminum alkohol merupakan kontraindikasi
pemberian heparin karena mengganggu fungsi hepar. Antagonis heparin adalah protamin sulfat.
Antikoagulan oral penting diperhatikan interaksi obatnya. Phenilbutazone, corticosteroid,
chloramphenicol dapat meningkatkan respon antikoagulan oral. Antikoagulan oral pada dasarnya
merupakan antagonis vitamin K. Warfarin bisa diberikan intra muskular atau intravena. Pada
pasien hipotiroid yang diberikan warfarin, pemberian levothyroxin harus hati-hati karena berefek
pada kelainan kardiovaskularnya.
Antikoagulan pengikat ion Calcium, asam oksalat umumnya bersifat sangat toksik sehingga
tidak digunakan untuk manusia (hanya dipakai secara in vitro).
Untuk mengatasi perdarahan akibat penggunaan antikoagulan digunakan: protamin sulfat,
maphyton, synkaville.
Antitrombolitik digunakan untuk mencegah pembentukan trombus. Eptifibatid, Abciximud, dan
Tirofiban bekerja dengan menghambat agregasi platelet dengan berikatan pada reseptor
glikoprotein IIb/IIIa. Dipiridamol bekerja menghambat metabolisme adenosit, bekerja pada
prostasiklin. Dekstran digunakan sebagai profilaksis untuk pasien dengan kecenderungan
komplikasi thromboemboli (ex. pada waktu melahirkan, fraktur femur). Aspirin, dipiridamol,
clopidogrel, tiklopidin bisa menghambat agregasi trombosit.
Trombolitik digunakan pada saat thrombus sudah terbentuk. Obat ini bekerja dengan cara
berdifusi ke dalam bekuan darah dan mengaktifkan plasminogen (alteplase (tPa), reteplase,
streptokinase, urokinase, anispletase) yang digunakan untuk menghancurkan gumpalan-
gumpalan pada kondisi seperti trombosis vena, emboli paru, trombosis retina, juga infark
miokard.
Jika terjadi perdarahan akibat pemberian trombolitik perlu diberikat obat antifibrinolitik, seperti
asam aminokaproat, aprotinin, dan asam traneksamat, dapat melawan aksi trombolitik (namun
keamanan pemberian obat ini secara bersamaan belum didapatkan). Asam aminokaproat
merupakan penghambat yang bersaing dengan aktivator plasminogen dan penghambat plasmin.
Koagulan merupakan obat yang memudahkan pembekuan darah yang dipengaruhi oleh faktor
vaskular dan ekstravaskular. Pada area dengan infeksi endotel rusak sehingga mudah berdarah.
Pengendalian perdarahan dikenal dengan hemostatik lokal dan sistemik.
Bahan yang mempercepat pembekuan darah antara lain: fibrin (diberikan dengan thrombin
sebagai tahanan mekanik), thrombin (untuk perdarahan kecil merembes). Pada kasus epistaksis
bisa dengan vasokonstriktor. Jika terdapat fibrin clot, tidak boleh dibersihkan dulu karena bisa
berdarah lagi jika dibersihkan.
Hemostatik sistemik antara lain: carbarochrome salicylate (adona, efektivitasnya diragukan),
premarin (untuk perdarahan spontan, tidak untuk defisiensi faktor koagulan), asam aminokaproat
(untuk hemofilia karena defisiensi faktor VIII), asam trameksamat (juga sering digunakan),
kompleks faktor IX (untuk hemofilia karena defisiensi faktor IX), vitamin C dan vitamin K.
Untuk mengganti darah yang hilang, dapat dilakukan transfusi darah, plasma, atau fraksi darah.

You might also like