You are on page 1of 8

Kejadian Luar Biasa (KLB)

Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit di wilayah
tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang mengejutkan dan membuat panik
masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini kita sebut sebagai Kejadian Luar Biasa
(KLB), sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua penyakit menular yang dapat
menimbulkan KLB, penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan dan keracunan lainnya.
Penderita atau tersangka penderita penyakit yang dapat menimbulkan KLB dapat diketahui jika
dilakukan pengamatan yang merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan
terus-menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian data dan
pelaporan. Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB, maka perlu
dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengenal
sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasan
KLB tersebut di samping tindakan penanggulangan seperlunya (Depkes, 2000).
Hasil penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
upaya penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan penyebaran KLB,
termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya
penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak
yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB
sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Depkes, 2000).
Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Depkes, 2000). Suatu
penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit/penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
7. Propotional rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu atau tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : kolera, DHF/DSS
a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).
b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah
tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a) Keracunan makanan
b) Keracunan pestisida
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat
diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan
melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan
yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat
terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara
mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan
analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota
Surabaya, 2002).
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan
Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam
waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah
adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini,
dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian
wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil
pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A.,
2003).
Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans
dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning
Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang
menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa
pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes,
Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat,
sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah
DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi
jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit
DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003).http://indonesiannursing.com/
f3052923d10656

KLB (KEJADIAN LUAR BIASA)


Bagikan
31 Januari 2010 jam 13:32
PENGERTIAN KLB
Adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/
kematian yang bermakna secara eidemiologi pada suatu
daerah dalam suatu kurun waktu tetentu.
(Permenkes RI No.560/Menkes/Per/VIII/1989)

KRITERIA KLB :
1.Timbulnya suatu peny/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal
2.Peningkatan kejadian peny/kematian terus menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakit (jam,hari,mg,…)
3.Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,tahun)
4.Jumlah penderita baru dalam 1 bulan naik 2 X/lebih dibanding rata2/bulan
dalam tahun lalu.
5.Angka rata2/bulan selama setahun naik 2 X/lebih dibanding dengan
rata2/bulan tahun lalu
6.CFR dlm 1 kurun waktu naik 50 %/lebih dibanding periode sebelumnya.
7.Proportional rate (PR) 1 period naik 2 X/lebih dibanding period/tahun lalu
8.Kholera/DBD :
- Tiap kasus dari periode lalu (daerah endemis)
- 1 atau lebih penderita baru bila 4 mg sebelumnya daerah tersebut
dinyatakan bebas
9.Beberapa penyakit menetapkan 1 kasus KLB, Spt : keracunan
pestisida,

Karakteristik Penyakit yang berpotensi KLB:


1. Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
2. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan
3. Mempunyai masa inkubasi yang cepat
4. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

PENYAKIT-PENYAKIT BERPOTENSI WABAH/KLB :


1.Penyakit Karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever
2.Penyakit potensi wabah/KLB yng menjalar dalam waktu cepat/mempu-
nyai mortalitas tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi/elimi-
nasi dan memerlukan tindakan segera : DHF,Campak,Rabies, Tetanus
neonatorum, Diare, Pertusis, Poliomyelitis.
3.Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting :
Malaria, Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis,
Meningitis, Keracunan, Encephalitis, Tetanus.
4.Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah dan atau KLB,
tetapi masuk program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis,
Gonorrhoe, Filariasis, dll

SISTEM PELAPORAN :
Kel.1 & 2 : tdk wabah/KLB mingguan (W2)
Kel.1,2,3 & 4: bulanan dalam LB1
Kel.3 : bila wabah/KLB mingguan (W1),
sesudah selesai wabah/KLB bulanan

JENIS PELAPORAN KLB :


1. Laporan kewaspadaan
2. Laporan Kejadian Luar Biasa/Wabah (W1)
3. Laporan Penyelidikan KLB & Rencana
Penanggulangan KLB
4. Laporan Penanggulangan KLB
5. Laporan mingguan Wabah (W2)
6. Laporan bulanan KLB (LB-KLB) http://www.facebook.com/pages/Epidemiology-
Community/131672529879

DIARE

Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) seperti halnya Kolera
dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.Namun dengan tatalaksana
diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dpt ditekan seminimal mungkin. Pada bulan
Oktober 1992 ditemukan strain baru yaitu Vibrio Cholera 0139 yang kemudian digantikan Vibrio
cholera strain El Tor di tahun 1993 dan kemudian menghilang dalam tahun 1995-1996, kecuali
di India dan Bangladesh yang masih ditemukan. Sedangkan E. Coli 0157 sebagai penyebab diare
berdarah dan HUS ( Haemolytic Uremia Syndrome ). KLB pernah terjadi di USA, Jepang,
Afrika selatan dan Australia. Dan untuk Indonesia sendiri kedua strain diatas belum pernah
terdeksi.

Defenisi
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja , yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya. (3 kali atau
lebih dalam 1 hari.

Faktor yang mempengaruhi diare :


Lingkungan Gizi Kependudukan
Pendidikan Sosial Ekonomi dan Prilaku Masyarakat
Penyebab terjadinya diare :
Peradangan usus oleh agen penyebab :

1. Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa)


2. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia
3. Kurang gizi
4. Alergi terhadap susu
5. Immuno defesiensi

Cara penularan :
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang terkontaminasi tinja /
muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar
dipergunakan untuk menyuap makanan.

Istilah diare :
Diare akut = kurang dari 2 minggu
Diare Persisten = lebih dari 2 minggu
Disentri = diare disertai darah dengan ataupun tanpa lendir
Kholera = diare dimana tinjanya terdapat bakteri Cholera
Tatalaksana penderita diare yang tepat dan efektif :
Tatalaksana penderita diare di rumah
Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga (kuah sayur, air tajin, larutan gula garam, bila ada
berikan oralit)
Meneruskan pemberian makanan yang lunak dan tidak merangsang serta makanan ekstra
sesudah diare.
Membawa penderita diare ke sarana kesehatan bila dalam 3 hari tidak membaik atau :
1. buang air besar makin sering dan banyak sekali
2. muntah terus menerus
3. rasa haus yang nyata
4. tidak dapat minum atau makan
5. demam tinggi
6. ada darah dalam tinja
Kriteria KLB/Diare :
Peningkatan kejadian kesakitan/kematian karena diare secara terus menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut (jam, hari, minggu). - Peningkatan kejadian/kematian kasus diare 2 kali
/lebih dibandingkan jumlah kesakitan/kematian karena diare yang biasa terjadi pada kurun waktu
sebelumnya (jam, hari, minggu). - CFR karena diare dalam kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% atau lebih dibandingkan priode sebelumnya.

Prosedur Penanggulangan KLB/Wabah.

1. Masa pra KLB


Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan melaksanakan Sistem
Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan langkah-langkh lainnya :
1. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistik.
2. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
3. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
4. Memperbaiki kerja laboratorium
5. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain

Tim Gerak Cepat (TGC) :


Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan pengamatan dan penanggulangan
wabah di lapangan sesuai dengan data penderita puskesmas atau data penyelidikan
epideomologis. Tugas /kegiatan :

Pengamatan :
Pencarian penderita lain yang tidak datang berobat.
Pengambilan usap dubur terhadap orang yang dicurigai terutama anggota keluarga
Pengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang diduga tercemari dan sebagai sumber
penularan.
Pelacakan kasus untuk mencari asal usul penularan dan mengantisipasi penyebarannya
Pencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap penderita yang ditemukan di lapangan.

Penyuluhahn baik perorang maupun keluarga


Membuat laporan tentang kejadian wabah dan cara penanggulangan secara lengkap

2. Pembentukan Pusat Rehidrasi


Untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan.
Tugas pusat rehidrasi :
Merawat dan memberikan pengobatan penderita diare yang berkunjung.
Melakukan pencatatan nama , umur, alamat lengkap, masa inkubasi, gejala diagnosa dsb.
Memberikan data penderita ke Petugas TGC
Mengatur logistik
Mengambil usap dubur penderita sebelum diterapi.
Penyuluhan bagi penderita dan keluarga
Menjaga pusat rehidrasi tidak menjadi sumber penularan (lisolisasi).
Membuat laporan harian, mingguan penderita diare yang dirawat.(yang diinfus, tdk diinfus,
rawat jalan, obat yang digunakan dsb.
http://www.infeksi.com/inc/img/icons/header-left1.jpg
Penyakit Virus Coxsackie
1. Identifikasi
Faringitis vesikuler (herpangina) adalah penyakit akut yang sembuh sendiri tanpa pengobatan,
penyakit virus yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, berupa demam, sakit tenggorokan disertai
lesi pada faring berukuran 1 – 2 mm berbentuk papulovesikuler berwarna abu-abu dengan dasar
eritematus dan berkembang secara perlahan menjadi lesi yang sedikit lebih besar. Lesi ini yang
biasanya muncul pada dinding anterior faucium dari tonsil, palatum molle, uvula dan tonsilnya
sendiri, muncul sekitar 4 – 6 hari sesudah mulai sakit. Penyakit ini tidak fatal. Kejang demam
terjadi pada sekitar 5% dari kasus.
Stomatitis Vesikuler dengan eksantem (penyakit tangan, kaki dan mulut) berbeda dengan
faringitis vesikuler dimana pada penyakit ini lesi pada mulut lebih menyebar dan bisa timbul pada
permukaan buccal pada pipi dan gusi dan pada kedua sisi lidah. Lesi papulovesikuler yang muncul
dan bertahan 7 hingga 10 hari muncul dalam benuk eksantem terutama pada jari telapak tangan
dan telapak kaki kadang-kadang lesi berbentuk makulopapuler muncul pada bagian pantat.
Penyakit ini sembuh dengan sendirinya tanpa diobati. Kasus fatal pada anak-anak walaupun
pernah terjadi namun sangat jarang.
Faringitis limfonoduler akut, berbeda dengan faringitis vesikuler, pada penyakit ini lesi
nampak jelas, timbul, terpisah, modul berwarna putih hingga kekuningan dikelilingi oleh zona
eritema berukuran sekitar 3 hingga 6 mm. Biasanya lesi muncul di uvula, dinding tonsil bagian
anterior dan dinding posterior faring tanpa eksantem.

Stomatitis yang disebabkan oleh virus herpes simpleks perlu dibedakan karena pada infeksi virus
ini lesi lebih besar, lebih dalam, lebih sakit dan biasanya muncul di mulut bagian depan. Penyakit
ini jangan dikacaukan dengan stomatitis vesikuler yang disebabkan oleh virus stomatitis, biasanya
menyerang hewan ternak dan kuda, orang yang terserang biasanya pekerja yang mengolah
produk susu, mereka yang bekerja di peternakan dan dokter hewan. Penyakit mulut dan kuku
pada hewan ternak, domba dan babi jarang menular kepada petugas laboratorium yang
menangani virus namun manusia dapat menjadi pembawa mekanis dari virus dan menjadi sumber
KLB pada binatang. Virus secara serologis tidak dapat dibedakan dengan virus coxsackie B-5 yang
menyebabkan penyakit vesikuler pada babi yang bisa ditularkan kepada manusia.

Sindroma penyakit yang disebabkan oleh jenis virus coxsackie yang lain dapat dibedakan lebih
jelas pada waktu KLB. Virus bisa diisolasi dari spesimen yang diambil dari lesi dan nasofaring serta
tinja yang ditanam pada kultur sel dan atau yang disuntikkan kepada tikus. Karena banyak
serotipe bisa memberikan gejala penyakit yang sama dan antigen yang umum dipakai untuk
pemeriksaan kurang tersedia, maka prosedur diagnostik secara serologis tidak dilakukan secara
rutin kecuali virus dapat diisolasi untuk digunakan pada tes serologis.

2. Penyebab penyakit
Untuk faringitis vesikuler, penyebabnya adalah virus coxsackie grup A, tipe 1 – 10, 16 dan 22.
Untuk stomatitis vesikuler, penyebabnya adalah virus coxsackie grup A terutama tipe A16 dan
tipe 4, 5, 9 dan 10; grup B tipe 2 dan 5 dan yang jarang terjadi adalah enterovirus 71. Untuk
faringitis limfonoduler akut, penyebabnya adalah virus coxsakie grup A, tipe 10. Enterovirus
lain kadang-kadang dapat sebagai penyebab munculnya penyakit-penyakit ini.

3. Distribusi penyakit
Untuk faringitis vesikuler dan stomatitis vesikuler tersebar diseluruh dunia keduanya muncul
sporadis dan dalam bentuk wabah, insidens tertinggi terjadi pada musim panas dan awal musim
gugur terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun, tetapi kasus dewasa (terutama pada
dewasa muda) tidak jarang terjadi. KLB terbatas dari faringitis limfonoduler akut pada anak-anak
bisa terjadi pada musim panas dan awal musim gugur. Penyakit-penyakit ini sering muncul
sebagai KLB pada anak-anak (misalnya di tempat penitipan anak, tempat bermain anak-anak usia
pra-sekolah (3-5 tahun))

4. Reservoir – manusia

5. Cara penularan
Kontak langsung dengan discharge hidung dan tengorokan serta tinja dari orang yang terinfeksi
(yang mungkin tanpa gejala) dan melalui droplet yang menyebar melalui udara, tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebarkan oleh seranga, air, makanan atau melalui limbah.

6. Masa inkubasi – biasanya 3 – 5 hari untuk faringitis vesikuler dan stomatitis vesikuler, 5 hari
untuk faringitis limponoduler

7. Masa penularan – penularan terjadi selama periode akut dan mungkin berlangsung lebih lama
lagi semasih virus ini bisa ditemukan pada tinja, biasanya berminggu-minggu.

8. Kerentanan dan kekebalan


Semua orang rentan terhadap infeksi ini. Kekebalan spesifik mungkin terbentuk baik karena infeksi
tanpa atau infeksi dengan gejala klinis, lamanya kekebalan bertahan tidak diketahui. Serangan
kedua bisa terjadi pada grup A virus coxsackie dari tipe serologis yang berbeda.

9. Cara – cara Pemberantasan


A. Tindakan pencegahan
Mengurangi kontak antara orang ke orang, bila memungkinkan dengan cara mengurangi
kepadatan manusia dan memperbaiki ventilasi. Budayakan perilaku hidup bersih dan sehat
antara lain kebiasaan cuci tangan dan tindakan higienis lain di rumah.

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar


1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat. Laporan wajib diberikan jika terjadi wabah,
kasus individual tidak perlu dilaporkan. Kelas 4 (lihat tentang pelaporan penyakit menular)
2) Isolasi : Lakukan tindakan kewaspadaan enterik
3) Disinfeksi serentak : Lakukan disinfeksi terhadap discharge hidung dan tenggorokan. Cuci
atau buang barang-barang yang terkontaminasi. Berikan perhatian khusus kepada setiap
orang untuk mencuci tangan secara tepat jika menangani discharge, tinja dan benda-
benda yang terkontaminasi.
4) Karantina : tidak dilakukan
5) Imunisasi kontak : tidak dilakukan
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi : kecuali untuk mendeteksi kasus tambahan pada
kelompok-kelompok tertentu atau pada anak-anak prasekolah.
7) Pengobatan spesifik : tidak ada

C. Upaya – upaya penanggulangan wabah


Beritahukan kepada dokter praktek swasta bahwa telah terjadi peningkatan insiden penyakit
ini, disertai dengan penjelasan mengenai onset dan gejala klinisnya. Lakukan isolasi terhadap
kasus yang terdiagnosa dan terhadap semua anak-anak yang demam, dan terhadap mereka
yang diagnosanya masih belum diketahui dengan perhatian serta kewaspadaan spesifik
diberikan terhadap sekret saluran pernafasan dan tinja.

D. Implikasi bencana : tidak ada

E. Tindakan internasional : Manfaatkan Pusat kerjasama WHO

Jenis - jenis
Virus coxsackie merupakan anggota kelompok enterovirus dari keluarga Picornaviridae sebagai
penyebab dari kelompok penyakit yang akan dibicarakan pada bab ini seperti wabah mialgia,
konjungtivitis enteroviral hemoragika dan meningitis (lihat uraian setiap penyakit ini di dalam bab
masing-masing) dan karditis yang disebabkan oleh virus coxsackie (lihat bawah). Virus ini
menyebabkan penyakit yang menular pada bayi baru lahir dan ada bukti keterkaitan infeksi virus ini
dengan Juvenile Onset Insulin Dependent Diabetes.
FARINGITIS VESIKULER ENTEROVIRUS
( Herpangina, faringitis aftosa)
STOMATITIS VESIKULER ENTEROVIRUS DENGAN EKSANTEM
( Penyakit tangan, kaki dan mulut )
FARINGITIS LIMFONODULER ENTEROVIRUS
( Faringitis limfonoduler akut, Faringitis vesikuler )
http://www.pppl.depkes.go.id/catalogcdc/images/img_r2_c1.jpg

You might also like