Professional Documents
Culture Documents
TUGAS MINGGU KE - 8
Control tightness, control
system cost and controller
organizations
KP : A
Soenie Wijaya Halim 3053031
Faradita Rizka 3063186
Maria Febrina 3073021
Hendra Winata 3073076
Meylinda Lusiana D. 3073082
Leilani Ivana 3073804
Caroline Rima K. 3073809
Alfonsus Filbert 3073908
System pengendalian manajemen dapat menyebabakan indirect cost lebih besar dari direct cost.
Hal ini disebabkan adanya:
1. Behavioral Displacement
Penyimpangan perilaku merupakan efek samping penerapan system pengendalian
manajemen yang paling umum dan membebani perusahaan dengan indirect cost yang
signifikan. Penyimpangan perilaku ini terjadi karena MSC memicu terjadinya perilaku
yang tidak konsisten pada tujuan perusahaan maupun strategi yang diterapkan.
Behavioral displacement ini identik dengan control type accountability dimana
spesifikasi dari result atau kebutuhan action tidak sejalan atau tidak terpenuhi.
Beberapa bentuk dari pengendalian dapat menyebabkan masalah, yaitu:
♥ Penyimpangan perilaku dan result control
Dalam result control system, penyimpangan perilaku terjadi ketika perusahan atau
organisasi mendefinisikan suatu ukuran terhadap hasil yang tidak sejalan dengan
tujuan perusahaan yang sebenarnya.
Tidak sesuainya sasaran perusahaan dengan hasil yang didapatkan disebabkan
karena:
1. Rendahnya/ kurangnya pengertian tentang hasil yang diharapkan perusahaan.
Result control itu sendiri dapat mengakibatkan penyimpangan apabila adanya
ketidaksempurnaan dari hasil yang ingin dicapai.
2. Kecenderungan untuk mengkonsentrasikan pada persoalan yang konkret dan
dapat diperhitungkan daripada konsep, intagible yang mungkin lebih penting.
2. Gamesmanship
Gamesmanship berarti tindakan yang diambil karyawan untuk seolah-olah menunjukan
peningkatan indikator kinerja mereka tetapi tindakan tersebut tidak menghasilkan sesuatu
efek ekonomis yang positif.
Ada dua bentuk gamesmanship:
♥ Creation of slack resources
Slack pada bagian ini terkait dengan konsumsi sumber daya dari suatu organisasi
oleh karyawan melebihi dari yang dibutuhkan, dimana sumber daya tersebut tidak
sebanding dengan kontribusinya terhadap pencapaian tujuan organisasi.
♥ Data Manipulation
Manipulasi merupakan suatu usaha dari karyawan agar terlihat baik dengan cara
memalsukan data atau melaporkan data yang salah (falsification) dan mengubah
hasil laporan (data management), dimana hal ini kadangkala dapat menyebabkan
kerugian pada perusahaan. Selain itu efek yang ditimbulkan dari manipulasi yang
terlalu besar dapat merusak keakuratan semua sistem informasi pada sistem
pengendalian manajemen (MCS) pada perusahaan.
Operating Delays
Penundaan operasi merupakan suatu konsekuensi yang sering tidak dapat dihindari dari
preaction review dalam action control review dan dari hambatan perilaku. Operating delays
sering dihubungkan dengan action control, karena adanya:
Pre-action review Peninjauan kembali atas tindakan yang telah dilakukan.
Behavioral constrain Pemaksaan mengenai apa yang harus dilakukan.
Bureaucratic organizations Tata cara yang harus dilakukan oleh perusahaan.
Operating delays ini lebih efisien dalam situasi jangka panjang, sehingga tidak cocok bila
digunakan pada perusahaan yang menerapkan fast action. Operating delays ini dapat
menyebabkan reaksi manajerial yang mungkin diinginkan.
Negative Attitude
Walaupun suatu control telah dirancang dengan baik, masih saja dapat menimbulkan suatu
perilaku negatif, seperti tekanan dalam pekerjaan, konflik, frustasi dan pertentangan. Perilaku –
perilaku tersebut penting karena tidak hanya digunakan sebagai indikator kesejahteraan
karyawan, tetapi juga karena dapat menyebabkan banyak perilaku yang merugikan, misalnya
sikap main – main, kurangnya usaha, bolos kerja dan tingginya tingkat keluar-masuk karyawan.
Faktor – faktor penyebab perilaku negatif berasal dari kondisi ekonomi, struktur organisasi dan
proses administrasi.
Perilaku negatif yang disebabkan action control
Kebanyakan orang, khususnya para profesional, bereaksi negatif terhadap penggunaan
action control. Pre-action review dapat menyebabkan rasa frustasi pada manager ketika
mereka merasa bahwa tidak ada manfaat yang berguna pada review. Sama halnya yang
terjadi pada bawahan karena mereka merasa bahwa semua aspek pekerjaan mereka diatur
sedemikian rupa. Misalnya banyaknya larangan – larangan bahkan hingga ke hal yang
kecil.
CONTROLLERS
Pada perusahaan yang besar, biasanya fungsi dari manajemen financial biasanya dibagi
menjadi 2 peran, yakni:
1. Controller
Fungsi utamanya terkait dengan penyimpangan catatan financial, pelaporan dan
pengendalian. Sifat dari fungsi contoller sendiri adalah sentralisasi, tetapi pada
perusahaan besar lebih sering bersifat desentralisasi
Peran utama dari controller berada dalam lini manajemen dan dalam mendesain serta
mengoperasikan sistem pengendalian manajemen, di samping itu mereka juga terlibat
dalam menyiapkan rencana dan anggaran, evaluasi rencana dan pelaksanaan manajer
operasi serta ikut berpartisipasi dalam keputusan – keputusan manjemen. Controller
juga harus memainkan peranan management service dalam perusahaan, selain itu juga
harus tetap independen terhadap manajer perusahaan
Controller juga memegang tanggung jawab oversight untuk memperingatkan orang –
orang dalam perushaan apabila individu di dalam perusahaan melanggar norma etis
dan peraturan yang telah diberlakukan.
Untuk menjamin agar controller dapat memenuhi tugas manajemen secara efektif
dapat dilakukan upaya sebagai berikut:
a. Auditor internal dan komite audit dari dewan direksi dapat berfungsi sebagai
pengawas dari fungsi controller
b. Pengawasan personal atau budaya melalui seleksi dan pelatihan controller
yang digunakan
c. Solid-line reporting didesain untuk mengurangi alat emosional antara
controller unit bisnis dan unit operasi yang telah ditetapkan
2. Treasures
Fungsi utamanya terkait dengan meningkatkan dan mengelola modal
Fungsi umumnya lebih mengarah pada sifat sentralisasi
AUDITORS
Audit dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematis atas:
Secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti dengan
memperhatikan objek yang berkepentingan
Menentukan dan mempertimbangkan tingkat korespondensi antara objek
dan kriteria tertentu
Mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak – pihak yang berkepentingan
Kata ”proses sistematis” ini mengandung arti suatu fakta bahwa audit tidak diselesaikan
dengan sembarangan, ada 3 tahapan dalam proses audit:
1. Planning phase
Meliputi mengembangkan suatu pengertian kriteria yang ditetapkan dari
kelompok yang akan menggunakan laporan audit dan diperlukan skup audit. Hal ini
digunakan untuk mendesain suatu program audit yang mengidentifikasi tugas –
tugas spesifik yang harus dilaksanakan.
2. Obtaining and evaluating evidence
Meliputi kegiatan mengumpulkan bukti dan mengevaluasi bukti yang ada.
Proses ini objektif karena auditor bertindak sebagai pihak yang independent atas
apa yang akan diaudit.
Bergantung pada fokus dan skup audit, mengumpulkan bukti melalui
pengamatan, wawancara, meninjau laporan, perhitungan ulang, konfirmasi dan
analisis
3. Judgement
Laporan audit menjelaskan bukti yang telah diperiksa dan memberikan suatu
pendapat tentang bukti – bukti tersebut apakah telah sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Dalam menerbitkan laporan keuangan yang disertai dengan opini
seorang auditor pada intinya mempunyai tangung jawab atas opini tersebut dengan
resiko ekonomis atau kehilangan reputasi bila opini tersebut tidak benar atau tidak
sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
AUDIT COMMITTEES
Audit Committee diharapkan untuk dapat memberitahu dan mengawasi secara efektif
proses pelaporan keuangan perusahaan dan sistem pengendalian internal. Pada umumnya tugas
audit committee adalah untuk menerima tanggung jawab dewan direksi yang berhubungan
dengan pelaporan keuangan organisasi, Negara dan praktek pengendalian perusahaan. Dalam hal
itu audit committee menyewa auditor eksternal perusahaan dan mengawasi kinerja mereka.
Control Tightness
Menurut Merchant (1998), control tightness adalah sesuatu yang dianggap bagus, maksudnya
tingkat kepastian dari karyawan yang tinggi dapat dicapai dengan perilaku yang sesuai dengan
keinginan perusahaan. Menurut Anthony & Govindarajan (1998) dengan menjalankan control
tightness system dapat mengakibatkan dysfunctional effect yaitu :
1. Tindakan jangka pendek yang tidak sesuai dengan tujuan jangka panjang yang ingin
dicapai organisasi. Tekanan lebih yang dilakukan untuk mencapai tingkat profit saat ini,
membuat manager unit bisnis mengambil tindakan jangka pendek yang mungkin salah
dalam jangka panjang.
2. Untuk mencapai profit jangka pendek, manager – manager unit bisnis tidak menjalankan
tindakan – tindakan untuk jangka panjang.
3. Penggunaan profit budget sebagai satu – satunya tujuan dapat mengubah komunikasi
antara manager unit bisnis dengan senior manajemen.
4. Tight financial control dapat memotivasi manager untuk melakukan manipulasi terhadap
data dengan cara memalsukan data.
Sedangkan loose control bisa terjadi pada badan usaha dimana setiap karyawan memiliki
kebebasan tersendiri dalam bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, jadi karyawan
tidak dituntut apa – apa oleh perusahaan.
Management of Performance
Tight result control tergantung pada efektivitas pengukuran kinerja yang digunakan.
Result control tergantung pada pengukuran yang :
1. Tepat (precise)
2. Obyektif (objective)
3. Tepat waktu (Timely)
4. Dapat dimengerti (Understandable)
Reward or Punishment
Result control menjadi lebih ketat bila reward dan punishment secara langsung dan pasti
terhubung ke perwujudan dari hasil yang diinginkan. Direct link berarti result yang diartikan
secara otomatis dalam bentuk reward atau punishment, tanpa hambatan dan tidak ambigu. Define
link berarti tidak ada alasan yang dapat ditoleransi.
Reaksi setiap karyawan berbeda – beda terhadap reward dan punishment sehingga sulit
untuk memprediksi pengaruhnya pada karyawan. Meskipun tren manajemen compensation (yang
mengarah pada hubungan antara kompensasi dan kinerja badan usaha) lebih secara langsung dan
pasti, hasilnya relatif lemah untuk menajemen tingkat atas disebagian besar perusahaan.
Kami menggunakan Universitas Surabaya sebagai obyek kasus kami kali ini sebab akan
memudahkan kita dalam memahami jenis – jenis control yang akan kita pelajari, karena Ubaya
merupakan suatu organisasi yang paling dekat dengan kehidupan kita saat ini. Tujuan dari
control ini adalah untuk mencapai tujuan dari organisasi. Tujuan dari Ubaya ialah:
UBAYA bertujuan menghasilkan tenaga ahli dan ilmuwa, mengembangkan dan
menyebarluaskan ilmu dan teknologi serta mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, sesuai tuntutan masyarakat bisnis dan
industry.
Direct cost
Contoh Direct cost yang ada pada control di Ubaya:
• Ubaya menerapkan control terhadap kehadiran mahasiswa dengan membuat daftar
presensi dan dari control tersebut timbul direct cost berupa kertas, tinta, waktu, tenaga
kerja.
• MOB Ubaya sebagai salah satu bentuk personnel and cultural control yang diterapkan
Ubaya bertujuan untuk mengenalkan budaya, peraturan. Direct cost yang timbul: Biaya
untuk pelaksanaan MOB, waktu.
• Beasiswa aktivis, prestasi, penalaran merupakan suatu cost berupa reward dari control
terhadap kinerja mahasiswa baik secara akademis maupun non-akademis.
Negative Attitude
Contoh negative attitude yang timbul di Ubaya ialah:
• Titip Absen dari penerapan control terhadap kehadiran mahasiswa akan membuat
mahasiswa cenderung untuk berperilaku tidak jujur dan tidak bertanggung jawab.
• Mengenakan kaos dan celana pendek dari penerapan control kerapian dan kesopanan
akan membuat mahasiswa cenderung untuk berpakaian tidak rapi dan sopan saat sudah
lulus dan bekerja.
• Mahasiswa melakukan hal – hal negative untuk mendapatkan nilai IP yang bagus.
Contoh: menyontek, bekerja sama dengan teman untuk mendapatkan jawaban. Hal ini
terkait dengan control Ubaya terhadap tingkat pemahaman materi yang diberikan kepada
mahasiswa, dimana IP sendiri merupakan bentuk control dalam pendidikan universitas.
Indirect Cost
Indirect cost yang dapat timbul dari perilaku negative di atas ialah memburuknya nama baik dari
Ubaya sendiri. Memburuknya nama baik Ubaya dapat berdampak pada financial Ubaya. Oleh
sebab itu diperlukan pengendalian – pengedalian untuk menjaga baik input dan output Ubaya.
Controller
Bentuk controller dalam Ubaya sendiri dapat disebutkan, yaitu:
1. Dosen, sebagai controller selama proses belajar mengajar. Apakah mahasiswa menaati
peraturan selama mengikuti perkuliahan.
2. Bagian Admisi Registrasi Pengajaran (BARP), yang mengawasi daftar hadir mahasiswa.
Apakah mahasiswa sudah memenuhi standar mengikuti ujian (75% kehadiran).
3. Pengawas Ujian, yang mengawasi saat ujian berlangsung. Apakah mahasiswa sudah
memenuhi persyaratan untuk mengikuti ujian, serta menjaga agar mahasiswa menaati
peraturan ujian.
Tight Control
Salah satu bentuk tight control di Ubaya ialah control yang dilakukan pada saat ujian. Ada pun
peraturan selama ujian ialah:
Setiap mahasiswa diwajibkan:
• Membawa Kartu mahasiswa dan kartu Studi
• Menempati Ruang dan kursi yang ditentukan
• Meletakan tas, buku, catatan di tempat yang ditentukan sesuai petunjuk pengawas
• Mengisi presensi ujian dengan membubuhkan tanda tangan (bukan paraf) sesuai dengan
tanda tangan pada kartu mahasiswa
Setiap mahasiswa dilarang:
• Datang terlambat lebih dari 15 menit setelah ujian dimulai
• Meninggalkan ruang ujian tanpa izin pengawas
• Melakukan perbuatan yang menggangu ketenangan suasana ujian
• Pinjam-meminjam barang atau alat tulis sesama peserta ujian
• Melakukan berbagai tindak kecurangan
Mau atau tidak mahasiswa diharuskan untuk mentaati peraturan yang ada selama ujian
berlangsung. Apabila tidak maka ada sanksi yang telah ditentukan, yaitu:
• Peringatan oleh pengawas
• Tidak diperkenankan mengikuti ujian dan dikeluarkan oleh pengawas
• Pengguguran seluruh mata ujian yang sudah ditempuh pada masa ujian tersebut (SK
dekan / direktur)
• Pengguguran seluruh mata kuliah yang ditempuh pada semester yang bersangkutan (SK
dekan / direktur)
• Skorsing oleh rector/dekan/direktur
• Pemecatan oleh rector
Pada tight action control ini terdapat:
1. Behavioral Constraint
a. Physical Control
Identifikasi personal dilakukan dengan pembagian kelas berdasar nrp,
menunjukan kartu studi dan kartu mahasiswa yang berlaku merupakan bentuk
physical control saat ujian berlangsung.
b. Administrative Control
Mahasiswa hanya dapat mengerjakan mata ujian yang telah dia ambil dengan
menunjukan kartu studi semester berjalan.
2. Action Accountability
a. Congruent
Peraturan yang diterapkan pada saat ujian sudah sesuai untuk mencapai tujuan
dari Ubaya.
b. Specific
Peraturan tertulis yang di berikan ketika ujian sudah cukup detil dan terperinci.
c. Well Communicated
Peraturan dikomunikasikan dengan baik oleh pihak ubaya kepada mahasiswa,
baik dengan tertulis maupun lisan
d. Complete
Peraturan yang diberikan sudah lengkap beserta dengan batasan – batasan serta
larangan berikut dengan sanksinya.
3. Action Tracking
Action tracking dilakukan dengan menggunakan pengawas pada saat ujian. Hal ini juga
bertujuan agar ujian berjalan dengan efisien dan efektif.
BAB IV
Kesimpulan
Merchant, K.A., and W.A. Van der Stede 2003. Manajement Control System: Performance
Measurement, Evaluation and Incentives. Prentice-Hall: Upper-Saddle River, NJ