Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
teknik ekonomi mikro untuk menentukan secara serempak efisiensi alokasi dari
ekonomi makro dan akibat distribusi pendapatan yang berhubungan dengan itu
dasar untuk menilai prestasi pasar dan pembuat kebijakan dalam alokasi
sumberdaya (Besley, 2002). Definisi ini merupakan seperangkat alokasi nilai guna
(utility) yang dapat dicapai dalam suatu subyek masyarakat terhadap kendala dari
kesejahteraan sosial dengan pengujian kegiatan ekonomi dari individu yang ada
kesejahteraan itu dapat diukur baik dalam terminologi yang moneter atau sebagai
secara kardinal yang dalam dollar (rupiah) atau “utils”, atau diukur secara ordinal
dalam terminology nilai guna yang relatif. Metoda kardinal adalah jarang
ketelitian dari metoda tersebut diragukan. Ada dua sisi dari ekonomi
ekonomi adalah positif lebih luas dan berhadapan dengan " ukuran dari kue".
Distribusi Pendapatan adalah jauh lebih normatif dan berhadapan dengan "
ekonomi, tetapi juga nilai moral dan spiritual, nilai sosial dan nilai politik Islami.
alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka yang seirama dengan tujuan,
akan membantu menyediakan suatu arah yang tegas baik bagi pembahasan teoritis
semakin kecil dalam nilai guna (diminishing marginal utility). Pendekatan Neo-
Klasik lebih lanjut berasumsi bahwa semua individu mempunyai fungsi nilai guna
yang serupa, oleh karena itu hal tersebut mempunyai makna untuk
membandingkan nilai guna individu dengan nilai guna milik orang lain. Oleh
karena asumsi ini, hal tersebut memungkinkan untuk membangun suatu fungsi
individu.
4
oleh Pareto, Hicks, Kaldor, Boulding, Arrow, Robbin, Scitovsky, Galbrairh dan
perbedaan antara bagian efisiensi dari disiplin dan bagian distribusi serta
fungsi kesejahteraan sosial. Lebih lanjut, efisiensi tidak perlu memerlukan ukuran
kardinal nilai guna, nilai guna ordinal adalah cukup untuk analisis ini. Banyak
Kenneth Boulding sebagai salah satu pemikir ekonomi konpemtorer pada waktu
itu, bersejajaran dengan tokoh-tokoh lain seperti John Kenneth Galbraith, ragnar
Papandreou, Norman Buchanan, Paul Baran dan Milton Friedman. Lebih dari
setengah abad yang lalu, Howard S. Ellis dari University of California, Berkeley
terbit pula dengan editor Prof. Bernard F. Haley dari Stanford University
(Homewood: Irwin 1952), yang juga disponsori oleh the American Economics
Association. Kedua jilid buku ini sebagai kesatuan boleh dibilang merupakan
karya monumental dalam pemikiran ekonomi. Setengah abad yang lalu itu masih
dengan tegas dikatakan oleh Kenneth Boulding bahwa the subject matter of
5
welfare economic, berbeda dengan lain-lain bentuk welfare, harus didekati dari
konsep harta atau “riches” ekonomi. Dengan pendekatannya ini ia lebih lanjut
efficiency mencapai social optimum bila tidak seorangpun bisa lagi menjadi lebih
beruntung (better-off) tanpa membuat orang lain merugi (worse-off). Dalam pada
itu pemborosan (dalam konsepsi social optimum ini) masih terjadi bila seseorng
masih bisa menolong orang lain tanpa merugi. Apa yang dikemukakan Boulding
ini, dalam kaitan Vilfredo Pareto dan Francis Edgeworth, Alfried Marshall dan
A.C. Pigou, pada dasarnya adalah “old utilitarian” dan tidak terlepas dari
dua sejoli diangkat di sini sebagai paradigma klasikal oleh kaum Smithian. Inilah
“old welfare economics” yang berdasar pada utilitas, berorientasi harta atau
tingkat optimal yang menjadi titik tolak pemikiran kaum klasik Paretian ini (dan
membukakan kondisi untuk terbentuknya a good society (Sen, 2002) dan tidak
peka terhadap masalah distribusi. Welfare economics setengah abad yang lalu
yang sempit itu. Apa yang disebut sebagai “new welfare economics” mulai
sepanjang yang saya ketahui Arrow-lah yang mengawali secara teoritikal proses
transformasi ini. Bila proses transformasi ini saya kaitkan dengan paham
terbentuk suatu coherent collective mind and behavior. Ada suatu possibility
Sraffa (1926), John Robinson (1933) dan Chamberlain (1932) ikut menegaskan
(1992) “…. The privatization of social services and public enterprises are aimed at
altering property relations and hence the distribution of wealrh and political power
toward the greater empowerment of the rich, big business, and the rentiers at the
posisi kelompok kaya, kalangan bisnis besar dan kaum pemupuk rente ekonomi
welfare and competition (dianggap sebagi dua sejoli) akhirnya Tibor Scitovsky
pekerjaan (employment) dan stabilitas harga (price stability), tugas negara adalah
8
bahwa welfare economics barunya Reder dan Samuelson itu pun masih terbatas
pada masalah perlu tidaknya makna dan dimensi welfare di luar ekonomi an sich
pada dirinya efisiensi ekonomi merupakan suatu orde sosial ekonomi yang hidup
di dalam masyarakat. Namun bagi Prof. Baran, posisi welfare economics yang
melencengnya orde sosial ekonomi dari tujuan kehidupan ekonomi yang lebih
utuh dan mulia, dimana hubungan lembaga-lembaga ekonomi dan sosial pada
yang utuh, yaitu “… suatu masyarakat yang bebas dari keapatisan mental dan
psikis (mental and psychic stupor) yang diakibatkan oleh ideology kapitalis yang
Wicksell dan A.C. Pigou yang terganggu oleh munculnya keraguan terhadap “the
visible hand”. Baran memuji F. Bastiat dan J.B. Clark yang menempatkan
welfare berdasar stelsel laissez faire sebagai “iron low” yang mengabaikan noble
sentiments dan high ethical standards para protagon yang menghendaki prinsip-
prinsip ekonomi yang sehat dalam orde ekonomi. Paretian optimum, kata Baran,
menegaskan tidak terjadinya otomatisme pasar atau tidak adanya mekanisme built
Kita perlu pula mencatat apa yang dikemukakan oleh Abramovitz (1952),
bahwa “….Our interest in economic growth stems from, and is relevant to, our
interest in long term changes in economics welfare. But the two subjects are not
jangka panjang. Tetapi kedua subjek itu tidaklah sama). Dengan penegasannya ini
ia sepaham dengan Clark. Sampai saat ini kiranya masih berlaku, yaitu bahkan
saat ini banyak di antara kita yang berbicara mengenai growth namun
welfare).
makin berkembang, diawali antara lain oleh Robert A. Dahl dan Charles A.
10
Sementara itu, Oscar Lange melepaskan diri dari percaturan mengenai apakah
ekonomi “positif” atau “normatif”, apakah berdasar pada proposisi “what there
is” atau “what there ought to be “. Lange menegaskan bahwa lingkup ilmu
yang telah ditentukan secara politik. Tujuan ekonomi yang ia maksudkan itu
tidak bisa digunakan saat ini tanpa memainkan trik-trik mistik rohnya Adam
Smith, David Ricardo dan Stuart Mill. Berikut ini ia kemukakan dalam mengawali
bukunya yang terkenal itu : Dalam teori formal, ilmu politik dan ilmu ekonomi
acapkali dianggap sebagai kerabat jauh dan tidak begitu bicara satu sama lain.
tertentu dari politik dan ekonomi ke dalam teori utuh yang konsisten. Pada ujud
ilmu. Kedua tokoh ini menegaskan bahwa tidak akan ada teori yang dapat
menyatukan ilmu politik dan ilmu ekonomi kecuali teori ini mengeksplisitkan
politik dan ilmu ekonomi. Akhirnya dari situ perlu dapat ditarik suatu “rational
sosial action” untuk mencapai maksimisasi tujuan-tujuan good life, yang harus
secara optimal belaka. Efisiensi berdimensi sosial, politik, psikologi dan filosofi,
membuka jalan untuk suatu diskusi public yang lebih pelik, suatu yang open
(Oxford : Basel Blakwell, 1987) dan demikian pula Amitai Etziomi, seorang
(sosilog) yang melihat bahwa preferensi sosial itu ada secara indpenden, di mana
Amartya Sen a.l. dalam bukunya Rationality and Freedom (Cambride: Berknap of
Harvard University Press, 2002), bertitik tolak dari social preference, social
oleh Sen, yang memberi makna lebih pada well being (kesejahteraan dalam arti
diharapkan dapat lebih memberi makna well being yang lebih mapan, dengan
1994) mengajukan “performance criteria” untuk social welfare yang makin luas,
stability, security, inequality dan freedom yang harus dikaitkan dengan suatu
Karena penekanan pada keadilan inilah, para fuqaha telah meletakkan sejumlah
untuk semua dalam cara yang seimbang dan adil. Diantara kaidah-kaidah ini
lebih besar
• Suatu kerugian yang lebih besar dapt digantikan oleh kerugian yang lebih
mendapatkan kemaslahatan.
Semua qaidah ushul di atas jelas bertentangan dengan konsep Pareto Optimal
lebih banyak (orang-orang miskin). Karena itu, konsep ini dalam keadaan
Ekonomi Syariah
efisiensi mereka. Menurut ukuran ini dari kesejahteraan sosial, suatu situasi
adalah optimal hanya jika tidak ada individu dapat dibuat lebih baik tanpa
membuat orang lain lebih buruk. Kondisi ideal ini hanya dapat dicapai jika empat
untuk semua konsumen ( tidak ada konsumen dapat dibuat lebih baik tanpa
produksi setiap barang baik tanpa mengurangi produksi dari barang-barang yang
lain) Biaya sumber daya marginal harus sama dengan produk pendapatan
marginal untuk semua proses produksi (produk fisik marginal dari suatu faktor
14
harus sama dengan semua perusahaan yang memproduksi suatu barang) Rata-rata
dalam produksi. (proses produksi harus sesuai dengan keinginan konsumen) Ada
tidak efisien ( lihat dasar-dasar teori produksi), kegagalan pasar dan eksternalitas (
lihat juga biaya sosial), diskriminasi harga (lihat juga skimming harga),
penuruanan biaya rata-rata jangka panjang (lihat monopoli alami), beberapa jenis
pajak dan tariff. Untuk menentukan apakah suatu aktivitas sedang menggerakkan
ekonomi ke arah efisiensi Pareto, dua uji kompensasi yang telah dikembangkan,
setiap perubahan pada umumnya membuat sebagian orang lebih baik selagi
membuat orang yang lain tidak lebih buruk, maka uji ini menanyakan apa yang
Pareto optimal jika jumlah maksimum pemenang siap membayar lebih besar dari
Pareto optimal jika sejumlah maksimum yang kalah disiapkan untuk menawarkan
kepada pemenang dalam rangka mencegah perubahan yang kurang dari sejumlah
membatalkan perubahan. Uji kompensasi Hick melihat dari sudut pandang yang
kalah, sedangkan uji kompensasi Kaldor melihat dari sudut pandang pemenang.
Jika kedua kondisi dapat memuaskan yang kalah maupun yang menang maka
15
baik pemenang maupun yang kalah akan setuju bahwa aktivitas yang diusulkan
akan menggerakkan ekonomi ke arah Pareto optimal. Ini adalah dikenal sebagai
Efisiensi dalam pengertian Optimum Pareto yang netral nilai dan ekuilibrium
modern juga tidak muncul dalam literatur Islam. Ini tidak berarti bahwa konsep
efisiensi tidak dikenal. Konsep ini telah diidentifikasi dalam beberapa pengertian.
Salah satunya adalah dalam pengertian usaha untuk melakukannya yang terbaik.
untuk berbuat baik (ihsan) dalam segala hal,” dan bahwa “Allah menyukai orang
manusia dan alam dengan cara yang paling efisien dan adil. Efisiensi juga perlu
salah satu nasihat Abu Yusuf kepada Harun ar-Rasyid, yang didasarkan pada
hadits, pertanggungjawaban ini berlaku bagi semua sumber daya, termasuk usia
sumber-sumber daya, tidak pandang apakah itu SDM atau SDA, langka atau
buruk (kondisinya) karena naiknya harga. Namun, cara seperti ini tidak dapat
diterima dalam paradigma Islam karena perilaku seperti ini tidak hanya akan
merusak sumber-sumber daya yang telah disediakan oleh Allah sebagai suatu
dapat dibuat menjadi lebih bermanfaat jika kelebihan output tersebut tidak
dihancurkan, harga akan turun atau kelebihan itu dapat dibagikan kepada orang-
orang miskin. Begitu juga, waktu dan energi yang dipergunakan untuk shalat dan
karena hal itu akan menyebabkan, meskipun tidak selalu, penurunan output
sehingga menghambat maksimalisasi output dan laba. Namun, jika dipandang dari
sudut kontribusi si kaya yang akan dapat menciptakan character building dan
alasan lain, seperti yang ditunjukkan sebelumnya bahwa salah satu qaidah ushul
memandang bahwa syariat, dengan strategi dan nilai-nilai moral yang disediakan
untuk menanamkan nilai-nilai ini secara efektif dalam masyarakat, bukan saja
akan membantu menjamin keadilan dan kesejahteraan bagi semua, melainkan juga
ajaran Islam telah terbukti menjadi fondasi yang solid bagi peningkatan dan
stabilitas di dunia. Ibnu Khaldun juga menekankan bahwa sebuah negara tidak
(Chapra, 2001:61).
Pendapatan Syariah
Ada banyak kombinasi dari nilai guna konsumen, dagan produksi, dan
kombinasi konsisten dari faktor input dengan efisiensi. Sesungguhnya, ada suatu
Pareto optimal. Ada banyak optima yang merupakan titik batas berbagai
tetapi tak satu pun kondisi yang memenuhi untuk kesejahteraan sosial. Masing-
dari pendapatan. Maka bagaimana cara kita memutuskan Pareto optimal yang
mana yang paling diinginkan? Keputusan ini dibuat, baik secara diam-diam
Fungsi ini berwujud keputusan nilai tentang nilai guna yang hubungan antar
18
pribadi. Fungsi kesejahteraan sosial adalah suatu cara secara matematika yang
diperlakukan yang sama, bukan masalah pada tingkat awal nilai guna mereka.
Satu unit nilai guna tambahan untuk seorang yang miskin tidaklah dilihat untuk
segala nilai lebih besar dibanding suatu unit tambahan dari nilai guna untuk
Pada ekstrim yang lain adalah fungsi Max-Min yang diusulkan oleh John
anggota masyarakat itu yang mempunyai nilai guna paling kecil adalah yang
kecuali jika kegiatan itu meningkatkan posisi dari anggota masyarakat yang lebih
kurva indiferens sedemikian rupa sehingga dapat digunakan di dalam ruang grafis
yang sama sebagai fungsi yang lain yang saling berhubungan. Suatu kurva
indiferens sosial nilai guna adalah linier dan garis miring ke bawah yang
mengarah ke kanan. Kurva indiferens sosial Max-Min mengambil bentuk dari dua
garis lurus yang berpotongan sehingga membentuk suatu sudut 90 derajat. Suatu
kurva indiferens sosial yang digambar dari suatu fungsi kesejahteraan sosial
individu yang secara relatif kaya diperlukan untuk mengganti kerugian nilai guna
dari individu yang secara relatif miskin. Suatu fungsi kesejahteraan sosial yang
kasar dapat dibangun dengan mengukur nilai dolar subyektif dari barang dan jasa
pada pengertian surplus yang diperoleh suatu unit tertentu dari suatu factor
factor itu dalam posisi yang sekarang, tampaknya hal ini tidaklah bertentangan
dengan jiwa Islam. Dijelaskan bahwa sewa dan bunga sangatlah berbeda.
oleh Islam. Syarat-syarat pokonya ialah para majikan tidak akan mengisap para
pekerja dan dia harus membayar hak mereka sedangkan para pekerja tidak akan
mengeksploitir majikan mereka melalui serikat buruh, dan mereka juga harus
Ketiga, terdapat kontroversi antara riba dan bunga. Tapi bila arti riba
antara riba dan bunga. Suatu survai singkat tentang semua teori modern mengenai
jawaban yang jelas mengapa bunga harus dibayar. Di pihak lain teori Islam
tentang modal mengakui bahwa bagian modal dalam kekayaan nasional hanyalah
20
sejauh sumbangan yang akan ditentukan sebagai persentase berubah dari laba
daripada suatu persentase yang ditetapkan dari modal itu sendiri. Penulis cukup
yakin bila para pemimpin kaum Muslimin melakukan upaya yang tulus, maka
sangatlah mungkin untuk memiliki perekonimian yang bebas bunga. Tidak dapat
pokok kerja sama, saling bantu, dan menjadikan orang mementingkan diri
sendiri.
laba yang timbul dari spekulasi. Akhirnya, telah kami jelaskan beberapa prinsip
yang umumnya diterima dari hukum waris Islam, yang dewasa ini merupakan
suatu system tetap, ilmiah dan indah lagi harmonis. Sumbangan paling positif
dari hukum waris Islam ialah bahwa ia mengakui peran serta wanita dalam proses
seperti status dari teknologi dalam produksi, sumber alam yang yang tersedia,
yang paling sederhana ini bisa dilakukan dengan memecahkan tujuh penyamaan
secara serempak. Dalam persamaan Ekonomi yang sederhana ini misalnya hanya
mempunyai dua konsumen ( konsumen 1 dan konsumen 2), hanya dua produk
( produk X dan produk Y), dan hanya dua faktor-faktor produksi yaitu tenaga
kerja (L) dan modal (K)). Model dapat dinyatakan sebagai berikut :
kendala : K= Kx+ Ky (Jumlah modal yang digunakan untuk produksi dari barang
X dan Y)
menemukan sebuah solusi terhadap sebuah fungsi abstrak yang tidak secara
demikian, sebuah model seperti yang telah disebutkan di atas dapat dipandang
pencapaian distribusi pareto optimal dari kekayaan) merupakan paling tidak dapat
sederhana (model 2x2x2) dapat ditunjukkan secara grafik. Dalam Gambar 1.1,
batas yang mungkin produksi agregat, diberi label PQ menunjukkan seluruh titik
Gambar 1.1.
merupakan kombinasi yang sama dari produk yang diproduksi di titik A, dapat
dikonsumsi oleh dua konsumen dalam ekonomi yang sederhana. Preferensi relatif
kita mengubah kobinasi barang X dan Y yang individu 1 dan individu 2 memilih
masing titik pada kurva ini dapat digunakan untuk membuat fungsi nilai guna.
Fungsi nilai guna (utility function) dapat diturunkan dari titik-titik pada kurva
kontrak (contract curve). Beberapa fungsi nilai guna dapat diturunkan, satu untuk
masing-masing titik pada garis batas kemungkinan produksi (pada diagram di atas
PQ). Sebuah garis batas nilai guna (juga disebut sebuah garis batas nilai guna
utama) dapat diperoleh dari selubung luar seluruh fungsi nilai guna ini. Masing-
masing titik pada sebuah garis batas nilai guna sosial menggambarkan suatu
Pada Gambar 1.2, kurva MN merupakan sebuah garis batas nilai guna sosial.
Ttitik D berhubungan dengan titik B dari diagram sebelumnya. Titik D ada pada
garis batas nilai guna sosial karena rata-rata marginal substitusi pada titik B sama
titik C dalam diagram sebelumnya dan terletak di dalam garis batas nilai guna
sosial (menunjukkan inefisien) karena MRS pada titik C tidak sama dengan MRT
pada titik A. Meskipun seluruh titik pada garis batas nilai guna sosial utama
24
terhadap kurna indiferen sosial yang mungkin yang tertinggi yang diberi label SI.
Gambar 1.2.
Banyak yang meragukan apakah sebuah fungsi nilai guna kardinal (atau
menjumlahkan nilai guna beberapa orang yang mempunyai nilai guna marginal
uang yang berbeda (kaya dan miskin)? Beberapa tetap meragunak nilai dari
25
fungsi nilai guna ordinal. Mereka telah mengusulkan pengertian lain dari
fungsi “ketidakmauan untuk membayar” dan ukuran yang berorientasi pada harga
lain. Ukuran yang berbasis pada harga ini terlihat sebagai peningkatan
Secara eksplisit asumsi nilai dalam fungsi kesejahteraan dan seca implicit
sangat subyektif dan normatif. Ini dapat membuat controversial. Jika asumsi-
asumsi nilai ini tersembunyi atau diterima secara tidak kritis, ekonomi kesejahtn
Allah dari ilmu yang tidak bermanfaaat. Mengacu kepada doa ini, tes untuk
sejauh mana konmtribusi langsung atau tidak langsung dari sains tersebut
maqashidusy syariah yang akan dibahas dalam bab ini. Ilmu ekonomi pun tidak
dikecualikan. Sekalipun ilmu ekonomi Islam akan tetap berkonsentrasi pada aspek
keadaan optimum. Hanya ekuilibrium pasar yang harmoni, atau apaling tidak
dan bisa diterima. Mengingat optimum Pareto selalu dikaitkan dengan tiap-tiap
yang berarti bahwa ekulibrium pasar yang merefleksikan realisasi serentak tingkat
material dan manusianya dalam suatu cara di mana barang dan jasa yang
stabilitas ekonomi yang masuk akal dan dengan laju pertumbuhan masa depan
ketidakmampuan untuk mencapai suatu keadaan yang secara sosial lebih dapat
mencapai pemerataan (keadilan) optimal jika barang dan jasa yang diproduksi
memandang apakah mereka kaya atau miskin, pria atau wanita, muslim atau
kekayaan dan pendapatan yang adil tanpa berdampak buruk pada motivasi kerja,
disepakati terhadap pertanyaan tersebut baik dalam disiplin ataupun lintas disiplin
adalah pendapatan nyata rumah tangga yang dimiliki orang, yang disesuaikan
dan Lokshin, 2000). Ini dapat didefinisikan sebagai pendapatan total rumah
tangga dibagi dengan sebuah garis kemiskinan yang memberikan biaya dari
tingkat nilai guna (utility) beberapa referensi pada harga yang berlaku dan
diintepretasikan sebagai metrik uang yang nyata dari nilai guna yang
secara umum dari perilaku permintaan pada saat atribut-atribut rumah tangga
berubah (Pollack dan Wales, 1979). Masalah ini masih mengganggu jika
diaplikasikan dalam dunia nyata dan intepretasi kebijakan data pada kesejahteraan
yang terkenal adalah Human Development Index dari United Nations. Untuk
jelek”,”jelek”, “tidak baik”, “tidak jelek”,”baik”, dan “sangat baik”. Metode yang
lain didasarkan pada the Minimum Income Question (MIQ) yang bertanya apakah
merupakan kepuasan individu dalam arti yang luas, yaitu kepuasan individu
dengan domain yang kongkrit dari kehidupan merujuk pada Domain Satisfactions
(DS), yang dalam literature ekonomi terdiri dari Financial Satisfaction (FS), Job
Kelemahan dari konsep Pareto Optimal adalah tidak dapat digunakan untuk
nilai yang berubah-ubah dari alokasi tersebut. Pertimbangan nilai yang berubah-
Tetapi pertimbangan moral dan sosial dalam Islam yang saling berhubungan harus
semacam ini hanya dibatasi pada masyarakat Islam. Jika para ekonom tidak
keputusan investasi baru, maka keputusan tersebut tidak dapat memberikan setiap
rekomendasi mengenai setiap alokasi sumberdaya. Ini tidak ada cara yang
alokasi, produksi dan distribusi secara adil dan sah. Oleh karena itu, prinsip
akan membantu untuk membangun peringkat nilai guna (utility) dari kombinasi
yang berbeda dari barang yang dikonsumsi oleh anggota masyarakat Islam. Peta
30
Konsep nilai guna dalam Islam merupakan sebuah konsep yang lebih luas
barang atau jasa yang menguasai elemen dasar dan sasaran kehidupan manusia di
dunia. Ada lima elemen dasar kehidupan di dunia, yaitu kehidupan (al-nafs),
nasl). Semua barang dan jasa yang mempunyai kekuatan untuk menaikkan lima
elemen dasar ini yang dikatakan mempunyai maslahah dan barang dan jasa yang
Konsep barang juga berbeda dalam Islam. Dalam Islam barang merupakan
karunia yang terbaik dari Tuhan pada manusia. Menurut Al-Qur’an barang
konsumsi adalah barang yang melambangkan nilai moral dan ideologi mereka
(manusia). Dalam Al-Qur’an, barang dinyatakan dalam dua istilah, yaitu al-
tayyibat dan al-rizq. Kata al-tayyibat digunakan 18 kali, sedangkan kata al-rizq
digunakan 120 kali dalan Al-Qur’an. Al-tayyibat merujuk pada suatu yang bail,
suatu yang murni dan baik, sesuatu yang bersih dan murni, sesuatu yang baik dan
menyeluruh serta makanan yang terbaik. Al-rizq merujuk pada makanan yang
1975). Menurut Islam, barang konsumen adalah berdaya guna, materi yang dapat
31
material, moral, spiritual bagi konsumen. Sesuatu yang tidak berdaya guna dan
dilarang dalam Islam bukan merupakan barang dalam pengertian Islam. Dalam
barang dalam Islam adalah barang yang dapat dipertukarkan dan berdaya guna
dasar Syariah secara Islam. Memanglah, sebagian besar kriteria ini tumpang
tindih satu dengan yang lainnya. Meskipun, kriteria yang disebutkan tersebut
merupakan kriteria yang hanya indikatif, tetapi tidak yang mendalam. Kriteria
1991).
digambarkan dalam bagian ini dan diringkas dalam GAMBAR 1.3. Satu dari
distributif dan keadilan prosedural tidak sesederhana sebagai sebuah teori semata,
32
tetapi lebih sebagai sesuatu yang nyata dari perspektif fenomenologi pekerja.
bebas satu sama lain (Alexander dan Ruderman, 1987, Tyler dan Caine, 1981
para pekerja secara intuitif sadar atas perbedaan tersebut. Dua penyelidikan telah
Sheppard dan Lewicki (1987) meminta sebuah sampel atas para manajer yang
menggambarkan kejadian-kejadian kritikal dari perlakuan adil dan tidak adil yag
dilakukan para bos mereka sendiri, dan prinsip yang membuat tindakan-tindakan
Organizational
Justice
Procedural Distributive
Justice Justice
Greenberg (1986a)
Sheppard & Lewicki
(1987)
System Outcome
Satisfaction Satisfaction
Sumber: Greenberg,1996:31
GAMBAR 1.3.
KEADILAN DISTRIBUTIF VERSUS KEADILAN PROSEDURAL
Terdapat enambelas prinsip yang diidentifikasi, termasuk di antaranya
prinsip yang sesuai dengan kategori-kategori Leventhal dan gagasan Thibaut dan
yang wajar jika beberapa prinsip tambahan telah muncul. Sebagai contoh, aturan
yang dilaporkan oleh para responden, tetapi tidak terdapat dalam tulisan-tulisan
bebas dapat dikenali oleh para manajer. Mereka peduli dengan distribusi
penempatan kerja yang pantas dan adil serta imbalan-imbalan jabatan selain
spesifik, diperlukan sampel atas para manajer dari beberapa industri untuk
kategori yang dapat dipercaya muncul, yang mana kelompok manajer yang lain
kemudian diminta menanggapi atas arti penting yang mereka terima sebagai
temuan ini secara kuat menunjukkan bahwa para manajer sadar dan peduli
yang beragam dari keadilan prosedural (misalnya, Leventhal, 1980; Thibaut dan
Alexander dan Ruderman pada tahun 1987 menggunakan sebuah daftar perta-
menjadi penduga bagi tindakan-tindakan yang berbeda. Gagasan ini sesuai dengan
hasil penelitian Tyler yang dilakukan tahun 1984 terhadap evaluasi-evaluasi para
temuan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa keadilan prosedural secara kuat
tindakan yang berkaitan dengan institusi atau otoritas sebagai yang berlawanan
organisasional. Sebagai contoh, penelitian yang pernah dilakukan oleh Folger dan
dengan beragam kerja yang berhubungan dengan hasil-hasil dalam suatu cara
pada 1989 tentang reaksi para pekerja terhadap sistem keluhan organisasional.
dengan sistem keluhan yang secara signifikan lebih baik dibanding ukuran-ukuran
dipaksakan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tyler pada 1986 dalam
Jika sumber-sumber daya merupakan suatu bentuk amanah dari Allah dan
tujuan pokok syariat. Persaudaraan, salah satu tujuan syariat pokok lainnya akan
hampa sekiranya tidak diperkuat oleh keadilan dalam alokasi dan distribusi
keadilan merupakan salah satu tujuan pokok Allah menurunjan para rasul (al-
karena berfungsi sebagai batu loncatan bagi semua amal saleh, termasuk keadilan.
(Chapra,2001:56).
38
dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Pada masa Rasulullah dan Kulafaur Rasyidin,
disimpulkan berkenan dengan ajaran-ajaran dasar tersebut dan catatan sejarah dari
utusan-Nya adalah agar umat manusia mampu mendirikan keadilan, seperti firman
Allah :
bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca
2:30)
“Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS.5:8).
keadilan daripada ‘hak-hak asasi manusia’. Sumber hukum Islam yang pertama
39
sebuah piagam hak-hak asasi manusia yang mana memiliki kekuatan mengikat,
baik tanggungjawab moral maupun sistem hukum. Dan lebih lanjut, dilengkapi
dengan sumber hukum Islam yang kedua, yaitu perkataan dan perbuatan Nabi
Seluruh hak-hak asasi manusia yang diberikan oleh Islam didasarkan pada
yang diberikan oleh Islam didasarkan pada prinsip ‘Kemaslahatan umum’ (al-
a. Hak untuk hidup. Kehidupan manusia adalah suci dan tidak dapat
c. Semua orang adalah sama di hadapan hukum dan berhak terlindungi oleh
d. Setiap orang berhak untuk memiliki harta kekayaan baik secara pribadi
umum.
40
dalam keadaan bagaimanapun juga adalah anti Islam dan harus diakhiri.
tatanan ekonomi kesejahteraan dan keadilan syariah.. Segi yang paling patut
bagi seluruh rakyat, terlepas dari tahapan pembangunan sebuah negara. Hal ini
absolut’. Aspek yang kedua dari kesejahteraan yang berkeadilan yang adalah
hal ini, tinjauan Islam lebih fleksibel di mana garis pedoman untuk pola
manusia harus dilihat dalam segi pandangan Islam mengenai tempat manusia di
pada anak cucu Adam dan telah membuat ketetapan hal-hal yang baik untuk
mereka. Manusia merupakan wakil-Nya di muka bumi, dan adalah tugas manusia
untuk berbagi ‘hal-hal yang baik’ dari kehidupan. Tuhan telah menyediakan
41
umat manusia, apapun yang diciptakan di surga dan bumi, telah diciptakan untuk
hadiah untuk seluruh umat manusia dan apa saja yang menjadi milik seorang
individu akan diperlukan sebagai ’titipan’. Titipan ini tidak dapat dikatakan untuk
manusia dan bukannya kesukaran. Demikian sabda Nabi SAW dengan jelas
suatu kebaikan yang patut dihargai oleh Islam, dan setiap usaha mesti dilakukan
Islam menetapkan suatu prinsip bahwa kaum miskin memiliki ‘hak’ (haqq) atas
pendapatan dan kekayaan para anggota masyarakat yang mampu. Menurut Islam,
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh makanan dari sumber-sumber daya
pemberian Tuhan. Betapapun, untuk alasan tertentu, jika ada beberapa anggota
memenuhi kebutuhan dasar mereka dengan melalui usaha mereka sendiri, maka
miskin. Sebagai contoh, telah dinyatakan bahwa tidak ada perkara dimana
kekayaannya dengan cara yang diatur oleh Tuhan untuk mereka yang melarat dan
kaum fakir miskin. Bagi mereka yang melakukan infaq telah dijanjikan menjadi
mengungguli dalam memberi pertolongan kepada kaum miskin. Beliau juga tiada
gagal memelihara kebutuhan kaum fakir miskin tidak dapat dipandang Islami.
Demikian beliau pun memberi peringatan kepada para pengikutnya apabila ada
suatu tempat dimana seorang masih kelaparan di malam hari maka Tuhan akan
meninggalkan mereka.
Islam sangat peduli bahwa kaum miskin mesti ditolong dengan cara
tertentu yang tidak membuat harga diri mereka terluka. Cara yang terbaik untuk
orang untuk pergi dan mencari orang-ornag tertentu yang membutuhkan tetapi
43
apabila derma tersebut diikuti dengan suatu tindakan yang melukai perasaan si
penerima.
berbuat sesuai dengan ajaran moral untuk menolong kaum fakir miskin melalui
sebuah sistem jaminan sosial yang sangat kuat. Islam memerintahkan negara
bertugas menghimpun retribusi wajib yang dikenal dengan zakat dari hasil
tertentu dalam rangka menolong kaum fakir miskin yang dapat diperhitungkan
secara jelas. Sistem jaminan sosial ini diatur dijaman Nabi SAW. dan berfungsi
secara efektif pada periode Islam pertama dan dalam beberapa waktu tertentu pada
terdapat beberapa contoh dalam periode ini dimana pada daerah-daerah tertentu
tidak ditemukan seorang fakir miskin yang dipandang bisa memperoleh derma.
sebagai salah satu tujuan dasar dari kebijaksanaan negara. Dalam periode khalifah
pertama, Abu Bakar, ada segolongan penduduk yang telah menolak untuk
ini sehingga ia mengumumkan: ‘Jika seekor unta mati tanpa perawatan di tepi
sungai Eufrat, saya takut Allah akan meminta pertanggungjawaban saya terhadap
hal itu. Para ahli fiqh Islam telah menulis secara mendalam mengenai prinsip
gizi bagi setiap oarng harus diperhitungkan secara jelas untuk meringankan
menempati prioritas tinggi adalah pakaian dan perumahan. Para ahli fiqh Islam
Literatur para ahli hukum membatasi perbedaan antara tiga jenis kebutuhan
hal-hal yang berkaitan dengan usaha untuk menjaga nafs (fisik luar manusia)
melainkan juga hal-hal yang dapat melindungi din (agama), ‘Aql (intelek atau
melampaui batas-batas yang berlebihan. Adalah pandangan para ahli hukum Islam
pemenuhan daruriyyat dalam perkara apapun dan juga hajiyyat apabila sumber-
disebutkan tadi tidak dapat berlaku secara terus menerus dari waktu ke waktu.
Yang terpenting adalah jaminan pemenuhan kebutuhan dasar harus tersedia bagi
setiap individu, bahkan ketentuan yang jelas terhadap kebutuhan dasar tersebut
dan unsure-unsur pokok dim luar itu yang beragam dapat dipuaskan dalam waktu
kapan saja, harus diputuskan sesuai dengan kondisi yang nyata dan standar hidup
pemenuhan kebutuhan dasari bagi seluruh umat manusia, maka pandangan islam
penjelasan lebih lanjut bahwa Islam tidaklah mencari upaya pelenyapan semua
dari rencana Tuhan atas segala sesuatu. Al Qur’an mengemukakan bahwa Tuhan
46
meninggikan kehidupan dan derajat social beberapa orang di atas orang-orang lain
orang lain dalam pekerjaan mereka. Dalam perkataan lain, Islam menghargai
dari praktek – praktek yang eksploitatif. Akan tetapi, bukan berarti Islam
usaha yang jujur dari jenis kegiatan ekonomi yang beragam dan dibolehkan. Al
mereka sepadan dengan kecakapan dan usaha mereka. Walaupun Islam tidak
kaum kaya saja di antara kamu’ Ajaran Islam, baik yang berkaitan dengan
yang tegas. Keadilan social adalah salah satu aspek yang tidak dapat dicabut dari
terhadap pemenuhan kebutuhan dasar bagi seluruh umat manusia dalam setiap
keadaan dan waktu, maka Isalam tidak menetapkan standar yang kaku terhadap
Islam agar tingkat ketidak merataan pendapatan yang dapat diterima ditentukan
oleh masyarakat mengingat hal ini berkaitan dengan keadaan mereka sendiri.
fungsi pemanfaatan. Islam juga sama sekali mengutuk pemakaian kekayaan yang
ini mencerminkan adapt istiadat sosial sebuah masyarakat dan memiliki hubungan
yang penting dengan tingkat ketidakmerataan yang dapat diterima. Tidak ada cara
cukup diketahui oleh adat istiadat social dari sebuah masyarakat. Betapapun,
memang dapat dinyatakan secara umum bahwa adapt istiadat suatu masyarakat
yang didasari oleh semangat al – ‘adl dan al – ihsan, yang diperintahkan oleh Al
Qur’an dan Sunnah, dan sedikit bagian penduduk yang kaya memperturutkan
deprivasi dipandang relative oleh sebagian penduduk sebagai hasil dari tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar dan konsumsi menyolok yang dilakukan oleh kaum
maka periode Islam yang pertama memberikan demostrasi yang praktis mengenai
BAB 2
pemerintah terhadap produksi barang-barang dan jasa serta pemerataan hasil kotor
namun kurang lebih pemerataan pendapatan yang tidak adil, dapat diamati
diseluruh bagian masyarakat setiap waktu. Uraian gagasan dan kebijakan terhadap
menempati sebuah spektrum besar. Uraian ini tersusun mulai dari dukungan
perizinan untuk berperan secara penuh dalam kekuatan pasar bebas dengan sedikit
sekarang, dan bab ini diakhiri dengan sebuah identifikasi mengenai keunggulan
Sejak lama dalam sejarah manusia, sebagian besar proses produksi dan
distribusi diatur oleh tradisi. Dalam masyarakat masa lalu yang terikat tradisi, adat
sehari-hari dengan susah payah dan melalui usaha sendiri, dan mereka tidak
sebagaimana yang tersedia oleh kelompok tertentu. Keadaan ini kemudian diikuti
bagian Eropa, Timur Tengah, dan Asia tenggara. Kelompok mereka biasanya
lebih besar, lebih produktif dan kurang egaliter (Lenski, 1966). Namun demikian,
ketidakadilan jauh dari kenyataan jauh dari kenyataan karena tanah yang tersedia
mereka dimulai di Timur Tengah sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu dan
nafkah hidup seseorang. Pertambahan ini sebagian besar diambil oleh kepala suku
yang secara relatif hidup dalam kesenangan yang lebih besar dan juga untuk
juga muncul dalam periode ini. Pelaksanaan pemberian hadiah istimewa oleh
para kepala suku atau raja membangkitkan hak-hak yang istimewa bagi kaum
51
kesenangan hidup. Uang, yang pada saat itu dalam bentuk kulit kerang, dan ternak
berikutnya.
menikmati hak-hak properti terhadap seluruh tanah dan bisnis yang berada dalam
upeti, sewa dan jasa pelayanan, menjadi sumber penghasilan utama bagi
sekelompok kecil penduduk yaitu tidak lebih dari 2 persen dari jumlah penduduk
atau pendapatan yang sesungguhnya diambil dari sekelompok kecil penduduk itu.
nasional negara –negara agraria, dan biasanya kelas pemerintah dan penguasa
52
gabungan pendapatan antara keduanya bisa mendekati dua pertiga dari jumlah
keseluruhan (Lenski, 1966). Para petani, yang membentuk kelompok terbesar dari
menyambung hidup. Mereka juga menjadi sasaran dari kerja rodi atau kerja paksa.
Di berbagai daerah tertentu, para petani dibatasi tanah oleh hukum dan adat
agraria menimbulkan berbagai protes dari para pembaharu sosial pada saat itu
Islam menyediakan dasar kritikan moral yang tegas terhadap keberadaan tatanan
perekonomian. Pengaruh kemanusiaan yang kuat dari agama bervariasi dari abad
di jazirah Arab dan di antara wilayahnya pada periode Islam pertama, yang
Masyarakat Muslim memelihara bias egalitarian yang tegas untuk beberapa waktu
ajaran Islam yang dilakukan oleh kedua kelompok baik penguasa maupun yang
miskin sangat berkurang dan sistem jaminan sosial yang diatur oleh negara
petani atas nasibnya dan perjuangan yang terus menerus untuk membebaskan
pemberontakan petani pada periode ini di negara-negara Eropa dan daerah lainnya
255).
diiringi dengan keyakinan yang besar terhadap sifat baik perekonomian pasar
bebas sebagaimana yang dicontohkan dalam filosofi laisses-faire. Inti dari filosofi
ini adalah bahwa peranan kekuatan bersaing yang bebas dalam komoditi dan
komponen pasar, tidak dirintangi oleh pengaruh hak masyarakat untuk bertindak,
masyarakat yang dahsyat. Nasib orang-orang tidak bekerja bahkan lebih buruk
lagi. Dominasi laisses-faire meningkatkan sikap acuh tak acuh yang tidak
buruh dalam pandangan mereka sebagai bentuk komoditi lain yang harganya
persediaan dan permintaan. Sikap umum terhadap kemiskinan pada masa-masa itu
penghapusan bentuk keringanan kaum miskin yang terbatas (yang muncul pada
mempunyai hak untuk menuntut porsi makanan terkecil dari masyarakat, kecuali
berpikirnya bahwa kaum miskin tak berguna, maka ahli lainnya melihat
sosial…Sikap negatif yang sama diimpor oleh negara Amerika Serikat dimana
para pengamat memandang kemiskinan sebagai hasil dari perbuatan jahat atau
yang tersebar luas yang dihasilkan dari pelaksanaan sistem sosio-ekonomi itu
(Perlman, 1976:4-5).
ini, dan terhitung berbagai reformasi sporadis terjadi dari waktu ke waktu. Di
diberikan sesuai dengan skala harga roti, sehingga pendapatan minimum kaum
55
demikian, hukum ini tidak lama bertahan dan telah dihapus pada tahun 1834.
menyeluruh di seluruh dunia selama abad 20. dan memberikan jalan pada dua
terakhir. Meski kedua pendekatan ini memiliki perbedaan yang substantif akan
tetapi keduanya mewakili usaha perbaikan sosial melalui intervensi negara yang
yang memberi kesempatan kerja penuh dan stabilitas. Menurut Karl Marx,
tujuan-tujuan ini hanya dapat dicapai jika kapitalisme telah dirobohkan. Marx
barang dan jasa tetapi merasa bahwa akibat exploitasi kapitalis terhadap buruh,
56
pendapatan pribadi kecuali upah dihapuskan, dan para pekerja akan menerima
upah dengan nilai yang penuh terhadap apa yang mereka produksi sedikit dari apa
barang-barang dan jasa akan dilaksanakan dengan cara yang direncanakan oleh
jalan bagi komunisme dimana negara akan mengarah dan individu akan berperan
Engels, 1937).
kemauan demokrasi dari masyarakat yang tidak puas terhadap cara kerja sistem
negara yang tepat tetapi tanpa mengorbankan segi-segi fundamental dari sistem
kapitalisme. Mereka mengakui bahwa ada hal-hal tertentu dalam cara kerja
diperlihatkan untuk mencari jalan dan cara yang lebih adil dalam membagi
ketidakadilan pendapatan. Setelah peralihan abad, pemerintah dari negara ini tidak
yang cukup luas. Intervensi negara mengambil bentuk yang bragam seperti
secara aktif untuk mengurangi ketidak adilan pendapatan dan kekayaan, serta
dan kecemasan yang jelas terhadap kaum miskin menjadikan mereka memperoleh
Secara umum dapat dikatakan, negara-negara Dunia Ketiga yang mengikuti model
pendapatan dan kekayaan, maka negara-negara di dunia saat ini secara kasar dapat
sistem jaminan sosial yang baik, (2) negara-negara kapitalis tanpa sistem jaminan
59
sosial atau mempunyai sistem jaminan sosial yang kurang baik, (3) negara-negara
rendah dan menengah yang mempunyai sistem jaminan sosial yang baik. Juga
kapitalis dan negara-negara yang dianggap sosialis pun, terdapat perbedaan besar
yang sangat egalitarian merupakan tujuan sosialisme yang terbesar. Dalam teori
diperkenalkan di Russia pada tahun 1917. Sejak itu negara ini melaksanakan
lebih subur oleh petani (‘kulaks’), cara hidup buruh yang teratur dan penekanan
60
pada tahun 1928, dan sejak itu rencana lima tahun berturut-turut dimanfaatkan
kebijakan telah berhasil membuat Uni Soviet sebagai salah satu dari dua kekuatan
pelayanan medis yang gratis, dan tunjangan pensiun bagi penduduk usia lanjut.
kelompok berpendapatan tinggi dan rendah di Uni Soviet pada tahun 1971 adalah
satu berbanding tiga setengah (1:3,5), dan hampir satu pertiga dari keluarga-
negara Eropa Timur pada periode setelah Perang Dunia ke 2. Hingga tahun 1953,
negara-negara ini sangat dekat berhubungan dengan Uni Soviet dan kebijakan-
diterapkan di Uni Soviet. Lebih lanjut, negara-negara ini membuat lebih banyak
yang penting dari sebuah sistem terpusat (sentraisasi) di tahun 1950-an dengan
dari penduduk di negara-negara ini berkisar antara 6,6 sampai 11,2 persen
sementara itu bagian kelompok kaya yang berjumlah 20 persen dari penduduk
berkisar antara 34,3 sampai 40,7 persen. Juga telah dilaporkan bahwa dorongan
Sebelum revolusi di tahun 1949, Cina pada dasarnya marupakan negeri feodal
besar. Pada mulanya Cina memiliki sistem ekonomi yang sangat terpimpin
lebih besar sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dalam produksi mereka.
didorong untuk menarik investor luar negeri untuk melakukan joint venture atau
ekonomi. Sebagai hasil dari penekanan pembatasan upah dan perbedaan gaji,
negara sosialis lainnya. Meskipun negara ini tetap memiliki pendapatan perkapita
kecukupan jumlah bahan makanan dan pelayanan sosial yang banyak ragam
(Grutchy, 1977:628).
yang memiliki sifat tatanan ekonomi sosialis yang pokok. Menurut seorang analis,
hanya enam negara di Dunia Ketiga yang bisa diklasifikasikan sebagai sosialis
‘yang tak dapat dibantah lagi’. Negara-negara ini adalah Cina, Kuba, Kamboja,
Mongolia, Korea Utara dan Vietnam. Fakta yang ada membuktikan bahwa,
negara yang disebutkan tadi tercatat menampilkan prestasi yang lebih baik,
upaya mencapai pola pemerataan pendapatan yang lebih adil, akan tetapi mereka
63
teknologi, birokrasi yang tidak efisien dalam cara kerja negara yang
barang yang digunakan sehari-hari yang sedikit dan tidak tentu merupakan bidang
negara berbeda-beda, akan tetapi sesuatu telah muncul dalam pola pembaharuan
ekonomi yang umum. Hal ini terdiri dari pergerakan yang menjauh dari
manajemen pabrik, pemakaian yang lebih efektif terhadap insentif individu, dan
perhatian yang lebih besar pada kesejahteraan konsumen. Pada saat yang sama,
terhadap sifat sistem polotik mereka yang otoriter yang telah mengingkari hak dan
pluralistik demokrasi. Hal ini diketahui merupakan ekspresi yang paling konkrit
pada pergolakan polotik yang dapat disaksikan di beberapa negara Eropa Timur
selama tahun 1989 terakhir dan awal tahun 1991. Perekonomian negara-negara ini
sedang dalam keadaaan yang terus berubah dan jalannya peristiwa yang dipakai di
ketika Bismarck Jerman mensponsori asuransi kesehatan dan asuransi lanjut usia,
tahun 1908, program ini memuat asuransi sosial untuk kesehatan dan
Pengangguran yang berskala besar selama masa depresi berat di tahun 1930-an,
tahun 1929 Partai Demokrasi Sosial menjadi unsur terbesar dalam sistem politik
Corak politik dari partai yang berkuasa di negara-negara maju kapitalis lainnya
dalam periode waktu yang berbeda. Meskipun demikian, seluruh negara kapitalis
maju adalah bahwa pada umumnya ia dirancang untuk semua warga negara,
terlepas dari posisi keuangan seseorang. Fakta yang ada membuktikan bahwa
misalnya menurut survey tahunan yang terakhir dari Biro Sensus, pada tahun 1988
secara resmi ditemukan sekitar 13 persen dari penduduk berada dibawah garis
di empat negara maju, sekitar 10 persen dari penduduk di negara-negara ini yang
pendapatan nasional yang adil menjadi tujuan nasional yang dipertahankan secara
menjamin tujuan ini. Sebuah studi di 1976 yang dilakukan oleh Organisasi
yang dikelola’, kebijakan ekonomi yang dikejar di banyak negara maju tidak
persen dari jumlah keseluruhan pendapatan negara. Menurut studi yang sama,
66
persen rata-rata berbagi 5,5 persen dari jumlah keseluruhan pendapatan negara
(Kakwani, 1980:397-398).
yang dikenal dengan sebutan Dunia Ketiga. Kolonialisme adalah faktor terpenting
yang sedang
dan proporsi penduduk yang hidup dalam kemiskinan dan dalam memperbaiki
kotor nasional. Telah dilaporkan bahwa ‘GNP per kapita negara-negara sedang
berkembang tumbuh dengan tingkat rata-rata 3,4 persen setahun selama 1950-
1975 atau 3 persen jika Republik Rakyat Cina diabaikan. Keadaan ini lebih cepat
data yang berkaitan dengan 43 negara-negara non sosialis setelah periode Perang
pendapatan berkisar antara 1,9 sampai 7,5 persen di 14 negara yang diliputi oleh
studi sementara bagian 20 persen ari kelompok rumah tangga yang paling kaya
berkisar antara 43,4 sampai 66,6 persen. Keterangan mengenai dimensi kuantitatif
dari kemiskinan agak sedikit. Terdapat sangat sedikit perkiraan tentang ‘jurang
68
kemiskinan’ yang berbeda dari studi yang satu ke studi lainnya. Menurut salah
satu studi, 35,6 persen dari penduduk di sembilan negara Asia yang meliputi oleh
studi hidup dibawah garis kemiskinan. Persentase penduduk yang hidup dibawah
garis kemiskinan di tujuh negara Afrika yang diliputi oleh studi adalah sekitar 36
persen sedangkan angka untuk limabelas negara Amerika Latin adalah 13 persen.
para ahli ekonomi dan sosiologi dalam tahun-tahun terakhir. Sampai pada tahun
1960-an telah diyakini secara luas bahwa harapan yang terbaik untuk penurunan
bahwa tingkat pertumbuhan yang tinggi tidak memberikan suatu jaminan bahwa
keuntungan pertumbuhan tersebut akan turun mengalir kepada rakyat banyak. Hal
tetapi sedemikian jauh tidak ada kebulatan suara mengenai jalan terbaik yang
sebaiknya diikuti.
69
tetapi akan memperbaiki tahapan selanjutnya. Alasan dibalik hipotesa ini adalah
dari sektor tradisional ke sektor moderen. Ketidak adilan dalm sektor tradisional
lebih sedikit dari pada dalam sektor moderen. Sebagai mana sektor berkembang
luas seiring dengan pembangunan, maka peningkatan berat badan pada bagian
tinggi, kecenderungan ini dibalikan dimana terdapat arus pendapatan yang lebih
sektor modern yang lebih luas. Berdasarkan hipotesa ini, diusulkan bahwa
terlalu banyak memperhatikan pola pemerataan pola pendapatan pada tahap awal
bukanlah sebuah hukum alam. Ia kurang memiliki dasar teori yang kuat dan
bahwa dorongan strategi pembangunan dan hasil struktur ekonomi lebih jauh
manfaat pertumbuhan yang lebih adil. Sebuah kerangka kerja kebijakan untuk
strategi semacam ini telah lama dibahas dalam lingkungan akademis akan tetapi
gagasan ini menjadi populer ketika pusat pembangunan penelitian Bank Dunia
permasalahan tersebut. Kesimpulan utama dari kajian ini adalah bahwa perbaikan
persen selama periode waktu yang terus menerus adalah memungkinkan melalui
pendapatan yang rendah dihasilkan dari kurangnya modal fisik, akses pada infra
struktur, dan masukan yang beraneka ragam, maka kebijakan pemerintah harus
dasar kaum miskin. Pendekatan ini dengan tegas dikemukakan oleh Organisasi
luas, seperti air minum yang sehat, kebersihan transportasi umum, serta sarana-
yang sedang berkembang tidak bisa tercapai jika tanpa redistribusi pendapatan
yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah kemiskinan dapat dinilai dari hasil-
hasil pelaksanaan simulasi yang diadakan oleh ILO pada tahun 1970-an dan
bahwa nilai GNP akan naik secara terus menerus sebesar 6 persen setiap tahun
dan jumlah penduduk diberbagai daerah akan meningkat secara lamban sesuai
kebutuhan dasar yang ditaksir secara hati-hati selama periode 30 tahun, maka
bagian dari 20 persen kelompok paling miskin dari penduduk akan lebih dari dua
kali lipat jika dibandingkan dengan bagian dari mereka pada tahun 1970-an di
negara-negra tropis Afrika bagian dari kelompok miskin akan meningkat 3-4 kali.
kebutuhan dasar akan menjadi semakin lebih besar jika tingkat pertumbuhan GNP
umum diakui bahwa tidak akan ada harapan untuk memberantas kemiskinan
terhadap komitmen pemerintah yang kuat untuk mencari solusi yang efektif dalam
ciri-ciri yang istimewa dari struktur dasar masyarakat, maka elemen-elemen yang
perwalian ini, Islam mencoba untuk mengilhami para pengikutnya dengan rasa
tanggung jawab yang kuat terhadap kesejahteraan setiap orang dimasyarakat. Inti
dari konsep perwalian ini adalah bahwa Tuhan adalah pemilik segala sesuatu yang
ada di dunia, dan apa yang dipegang oleh manusia sebagai barang milik
mempunyai sifat sebagai titipan yang diberikan atas kehendak Tuhan. Jika konsep
ini mengendap dalam jiwa manusia maka akan jelas akan mendatangkan tatanan
manusia, dan hal ini termasuk keadilan ekonomi, dalam pengertian dimana
dan negara diambil dari Al Qur’an dan perkataan dan perbuatan Nabi SAW yang
berarti bahwa tidak ada hal-hal tertentu yang sama antara pendekatan Islam
pendapatan dan kekayaan yang adil (merata). Akan tetapi, sangatlah ditentang
produksi tidak dimonopoli oleh negara dan masyarakat bebas untuk menggunakan
75
sendiri. Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara sosialis itu sendiri mulai
menyadari kekurangan dari penghapusan harta milik pribadi, dan dalam hal ini
Islam, kedaulatan adalah milik Tuhan. Dengan demikian, kekuasaan negara hanya
Berkaitan dengan hal ini, beberapa ukuran yang telah diadopsi dari sejarah
Islam. Misalnya, cara hidup yang digunakan oleh negara sosialis tertentu untuk
mengakhiri pengangguran dan kemiskinan tidak bisa dibuat sebagai bagian dari
berdasarkan system Islam pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan pasar meski
Akan tetapi, secara eksklusif ia bersandar pada alat negara untuk mencapai tujuan
ini. Di lain pihak, Islam mewajibkan peranan infaq yang menonjol (pemberian
umum oleh kekuasaan negara dan dapat berbeda-beda tergantung dari pilihan-
masyarakat sosialis juga ditentukan oleh para penguasa negara, dan dengan
77
demikian tidak banyak diperlukan kebijakan fiscal dan moneter untuk memberi
dalam system Islam keputusan produksi pada dasarnya tidak diatur oleh kekuatan
permintaan, dan pemakaian control harga tidaklah disukai kecuali dalam keadaan
yang luar biasa. Perbedaan upah secara umum ditentukan oleh kekuatan pasar.
Kekuatan pasar diperkenankan untuk beroperasi dalam komponen pasar yang lain
pendapatan.
mengambil bentuk dari masa periode Islam yang pertama, yaitu masa Rasulullah
dan Kulafaur Rasyidin. Para ahli hukum menyetujui bahwa, terlepas dari tahap
pandangan yang dapat memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang tetap
tercabut dari keperluan hidup yang mendasar. Tidak ada kekuatan tertentu yang
berkembang bahkan tidak berpikiran untuk membuat sistem jaminan sosial yang
komprehensif. Malahan sekarang perasaan umum yang nampak adalah bahwa hal
yang sangat kaya saja. Dan meskipun berkembang perhatian yang semakin besar
terhadap kaum miskin, namun kenyataan yang ada menunjukkan bahwa negara-
negara kapitalis tetap tidak memiliki ‘perlindungan yang aman’ bagi kaum
miskin.
sangat berkembang selama abad ini memperoleh sejumlah dukungan pada saat itu.
Akan tetapi, tidak seperti sistem Islam (Syariah), sistem jaminan sosial tersebut
tidak berdasarkan pada kesucian agama apapun sehingga manfaat yang mengalir
79
Pada kenyataannya, berbagai lobi muncul dari kelompok yang lebih menyukai
jangkauan bahwa disejumlah Negara yang memiliki system jaminan sosial yang
baik tidak ditemukan komitmen pemerintah yang tegas bahwa setiap orang yang
dengan hal ini, dalam system Islam, setiap manusia harus mendapat jaminan
bahwa perlindungan yang sah harus diberikan sesuai dengan prinsip pemenuhan
miskin menerima transaksi yang relative sedikit dari masyarakat, dan sejumlah
80
(Siddiqi, 1988:251-286).
Sifat yang sangat istimewa dari sistem jaminan sosial Islam adalah bahwa
multi cabang dan tidak hanya membatasi dirinya pada mendermakan uang kepada
kaum miskin untuk penyambung hidup belaka. Pada kenyataannya, system ini
dirancang menurut sifat alamiah dan apat menggunakan cara-cara yang beragam
bahwa system jaminan social bahkan dibayarkan untuk biaya perkawinan bagi
orang-orang yang tidak bekerja’ daripada menolong orang-orang yang secara tak
1966:115-119).
kebanyakan ahli waris, bagian yang terbaik pada dasarnya adalah program
81
pension, yang baik pengusaha maupun pekerja turut mengambil andil dalam
untuk membayar para pensiunan. Artinya bahwa, setiap generasi dari pekerja
memberikan bantuan pada kelompok non-kerja atau yang tidak memenuhi syarat
untuk bekerja secara mutlak menginginkan perlakuan yang sama. Sifat system
jaminan social Islam mempunyai cirri yang berbeda. Unsur pension sama sekali
wajib bagi masa depan. Sistem jaminan sosial Islam hanya mencerminkan dana
solidaritas dimana dana tersebut diperoleh dari bagian kelompok penduduk yang
Kebaikan yang memenuhi syarat dari system jaminan sosial Islam tidaklah
kemiskinan. Akan tetapi, hanya ada satu unsur dari kerangka kerj kebijaksanaan
berada dalam urutan yang paling tinggi dalam prioritas social dari ekonomi
kesejateraan dan keadilan syariah yang paling khas adalah memuat ‘batasan-
(pedoman yang diberikan oleh Al Qur’an dan Sunnah) yang wajib dilaksanakan,
ukuran lainnya yang dipakai harus tidak melanggar ajaran-ajaran Islam dan harus
yang adil, Islam tidak mengandalkan badan pemerintahan sendiri tetapi mencoba
dengan zakat yang diperolehnya hanya dapat digunakan untuk tujuan-tujaun yang
telah ditetapkan. Selama ruang lingkup zakat adalah pada kelompok penduduk
kemiskinan selama masih ada kemiskinan, hal ini berlaku sebagai tujuan
redistribusi. Secara luas, zakat dikeluarkan untuk bentuk aset-aset yang produktif,
penduduk miskin.
dibandingkan dengan hukum warisan dan adat istiadat yang lazim dibanyak
83
terhadap kelompok penduduk yang lemah oleh penyewa uang pribadi, yang
memungut tingkat bunga yang sangat tinggi, tidak dapat dibenarkan dalam
hukum-hukum lainnya berbeda, memberikan hak yang sah bagi kerabat dekat
tertentu untuk menuntut bantuan pemeliharaan dari mereka yang berada dalam
membantu secara sukarela kerabat-kerabat mereka yang miskin dan apabila ajaran
khas dalam mengatur hasil keuntungan dari berbagai faktor-faktor produksi untuk
menolak keuntungan apapun yang diperoleh dari modal uang kecuali jika pemilik
modal bersedia berbagi resiko bisnis (usaha) yang berasal dari modal tersebut.
Berbagi laba/rugi dipandang sebagai sistem yang lebih adil. Ajaran-ajaran Islam
84
menekankan bahwa buruh harus dijamin dengan ‘upah yang adil’ yang
setiap kali pemilik factor produksi tampak mengeksploitasi pihak yang lemah
pihak yang lemah dan mencegah keuntungan yang tidak patut dalam transaksi
bisnis apapun. Pada masa periode Islam yang pertama sebuah lembaga khusu
dibuat yang dikenal dengan hisbah, selain hal-hal lainnya, yang memiliki
dalam hal tertentu tidak diperintahkan oleh syariah. Pada kenyataannya, syariah
kebijaksanaan yang terperinci mesti disusun oleh para penguasa negara sesuai
ajaran-ajaran Islam.
85
penekanan dan nuansa kebijaksanaan. Khususnya, hal ini dapat diketahui dalam
hal peranan ‘kedaulatan konsumen’ dan kebijakan moneter, fiscal dan kebijakan
permintaan ini. Pengalokasian sumber daya yang dihasilkan dari interaksi antara
permintaan dan persediaan ini dianggap optimal. Dilain pihak, ajaran-ajaran Islam
menilai optimalitas alokasi sumber daya berasal dari sudut pandang al’adl (adil).
Para ahli hukum menggariskan perbedaan antara tiga jenis kebutuhan manusia
hidup) dan tahsiniyyat (budi pekerti). Para ahli hukum juga mengindikasikan
pemenuhan daruriyyat terlebih dulu dari pada kedua kategori lainnya. Lebih
lanjut, dalam Ekonomi kesejahteraan dan keadilan syariah, komposisi hasil tidak
86
bisa dibiarkan untuk menentukan sendiri kekuatan pasar tetapi harus diatur
pemerintah lainnya tidak dapat menjadi nilai netral dalam Ekonomi kesejahteraan
rendah kepada klien kaya yang mengambil kredit dalam jumlah yang besar.
dibatasi oleh sejumlah norma yang diuraikan dalam syariah. Negara tidak bisa
pengeluaran pemerintah. Banyak ahli hukum yang mengkaitkan hal ini dengan
87
pemerintah. Ajaran-ajaran Islam juga menekankan pajak harus diambil hanya dari
biaya ‘pengeluaran pokok’ dan beban pajak harus didistribusikan secara adil.
keadilan dalam pemerataan beban pajak, dan kebijakan ‘keuangan yang bijaksana’
persaingan dan munculnya struktur pasar yang oligopolistik dalam banyak bidang
disebutkan tadi sebagai ‘kapitalisme monopoli’. Serupa dengan hal ini, di banyak
dengan perdagangan, bea cukai, dan perindustrian serta perizinan terhadap pola
peranan yang sangat penting dalam Ekonomi kesejahteraan dan keadilan syariah
kekayaan dalam batasan-batasn yang diterima. Hal ini tanpa menyebutkan bahwa
pemerataan yang adil. Islam mencoba untuk membuat para pengikutnya memiliki
yang adil dapat dicapai sementara kebebasan individu terpelihara dan cara hidup
yang teratur dihindari. Ada satu bagian dalam buku ini yang mengemukakan
ini diatasi dengan memasukkan nilai-nilai moral yang mendorong manusia untuk
melihat lebih jauh dari kepentingan dirinya sendiri. Meningkatkan gagasan saling
maka perbuatan baik menjadi perilaku yang rasional dan dapat diharapkan
BAB 3
KESIMPULAN
dengan suatu cara dimana kebutuhan dasar seluruh masyarakat dapat terpenuhi.
suatu prinsip bahwa kaum miskin “berhak” atas pendapatan dan kekayaan anggota
hidup dan berhenti mencari bantuan dari orang-orang lain kecuali dalam keadaan
keadilan syariah adalah perubahan yang dinamis dari waktu ke waktu melalui
swasta tetapi juga memberi hak bagi Negara untuk mempengaruhi dan mengatur
kesempatan kerja yang layak secara maksimum merupakan tuntutan yang terkuat
utama mengatur praktek bisnjios adalah untuk mencegah pengkayaan yang tidak
92
patut dari beberapa orang atas pengeluaran banyak orang dan juga untuk
kesempatan yang adil. Hak memiliki harta kekayaan pribadi di dalam Islam
tidak diamalkan, maka Negara dapat turut campur tangan demi kepentingan
keadilan social. Pemerataan harta kekayaan orang yang sudah meninggal harus
dijalankan dengan cara tegas sesuai dengan hokum-hukum warisan Islam yang
menolak hak keuntungan apapun jika ia hanya dipinjamkan pada orang lain untuk
bebrapa waktu yang ditentukan. Hal ini berarti bahwa tidak seorangpun dalam
memungut bunga.
faktor keuntungan yang adil. Ajaran-ajaran Islam menekankan agar buruh dijamin
makanan kepada kaum miskin adalah sama dengan mendustakan agama. Jumlah
diperinci secara khusus menurut ketentuan yang jelas. Betapapun, petunjuk umum
dalam salah satu ayat dalam Al Qur’an bahwa setiap pertambahan kekayaan diatas
memberikan hak yang sah terhadap kerabat dekat tertentu untuk menuntut bantuan
sukarela kepada kerabat dekat yang miskin, akan tetapi jika ajaran-ajaran ini
harus memiliki nilai keadilan dan berhenti dari mempertambah ketidak adilan
kekayaan dan mendapatkan hasil campuran yang sesuai dengan batasan prioritas
zakat (hak orang yang miskin) agar memainkan peranan utama. Bagian terbesar
Islam diharapkan dating dari hasil perolehan zakat. Betapapun, sekiranya hasil
harus ditamabhkan dari dana anggaran umum sejumlah yang dianggap perlu.
dan kebijaksanaan masa kuno hingga masa modern terhadap kemiskinan dan
kesamaan dan perbedaan antara pendekatan Islam dengan dua pendekatan yang
dipengaruhi oleh dua sistem terbesar yaitu kapitalisme yang dikelola dan
sosialisme. Terlihat bahwa meskipun Islam berbagi dengan sosialisme dalam hal
pemerataan pendapatan dan kekayaan yang adil, namun Islam dengan tegas
pemerintah dari sistem jaminan sosialnya. Dari sejarah kapitalisme terlihat bahwa
sampai seperempat abad yang pertama dari abad ini, negara-negara yang sangat
maju dari negara kapitalis tidak berfikir untuk membuat sebuah sistem jaminan
95
sosial yang komprehensif. Dan sampai sekarangpun ada pemikiran umum bahwa
yang sangat kayalah yang mampu melakukannya. Fakta yang ada adalah bahwa
meski terdapat perhatian yang berkembang terhadap keadaan kaum miskin, akan
keamanan’ bagi kaum miskin. Bertentangan dengan hal ini, ajaran-ajaran Islam
mengikat negara untuk mengorganisir sebuah sistem jaminan sosial yang dapat
menjamin pemenuhan kebutuhan dasar bagi seluruh rakyat, terlepas dari tahap-
tahap pembangunan sebuah negara dan sistem jaminan sosial dan income per
kapita negara tersebut. Studi ini juga mencatat titik-titik perbedaan yang utama
antara pendekatan Islam dan sistem jaminan sosial dari negara-negara yang
penekanan dan nuansa dari kebijaksanaan. Hal ini dapat diketahui dari peranan
DAFTAR PUSTAKA
Jilid V.
Ahmad, Ziauddin. 1998. Islam, Proverty and Income Distribution. The Islamic
Fondation, Lahore
Edward Elgar.
HomeWood, hal.255-283
London.
Bornstein, Morris. 1973. Plan and Market, Economic Reform in Eastern Europe,
Braudel, Fernand. 1982. Civilization and Capitalism, Harper & Row, hal.251-255.
Chapra, M. Umer, 1970. The Economic System of Islam : Discussion of its Goal
United Kingdom.
______________, 1979. The Islamic Welfare State and its Role in the Economy,
______________, 1992. Islam and the Economic Challenge Order, The Islamic
Chittagong, Banladesh
Crone, P. 1987. Meccan Trade and Rise of Islam, Oxford, Basil Blackwell
Friedman, Thomas L., 2001. The Lexus and The Olive Tree: Undertanding
(Terjemahan dari Judul Asli: The Third Way: The Renewal of Social
Houghton.
hal.32.
Dryden Press.
Press, hal.397-398.
Kegley, Charles W., Wittkopfl Eugene R. , 2001. The Global Agenda: Issues and
hal.208-209
Press, London.
Marx, Karl. dan Engels, Friedrich. 1937. Manifesto of the Communist Party.
Nadwi, S.Abu Hasan Ali.1975. The Four Pillars of Islam, Majlis Nashreyat-e-
Number 3, Oct-Dec..
101
Nomani, Shibli. 1962. Seeratun Nabi, Matbee Maarif Azamgarh, Karachi, Vol.1,
hal.573.
Ornati, Oscar. 1966. Proverty Amid Affluence, A Report on Research Project, The
Qureshi, Anwar Iqbal, 1946. Islam and the Theory of Interest, Lahore, Sh. Md.
Ashraf.
Apr-Jun.
Karachi, hal.1
102
Samuelson, P.A. dan Nordhaus, William D. 1985. Economics, Edisi kedua belas,
Sarker, Abdul Awwal. 1999. Islamic Business Contracts : Agency Problems and
Sen, Amartya. 1998. Social Choice, Welfare Distribution and Poverty, Trinity
& Company, New York – London, Edisi pertama, Tebal: (xxii + 282)
halaman.
103
Perkumpulan PraKarsa.
Lexington. Hal.76-77.
Wilson, R.,1983. Banking and Finance in the Arab Middle East, Macmillan,
London.
of Binghamton.