Professional Documents
Culture Documents
Mata Pelajaran :
Fisika
Satuan Pendidikan :
SMA / MA
Kelas / Semester :
X /2
Standar Kompetensi :
4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada
berbagai perubahan energi.
Kompetensi Dasar : 4.1 Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat.
Indikator :
Menjelaskan pengertian kalor
Membedakan kalor dengan suhu
Menganalisis pengaruh kalor terhadap suhu zat
Menganalisis pengaruh kalor terhadap wujud zat
Menjelaskan hubungan antara perubahan suhu dengan perubahan wujud
Menganalisis pengaruh kalor terhadap bentuk zat
Menganalisis pengaruh suhu terhadap volume gas
Menganalisis pengaruh suhu terhadap tekanan
Menganalisis pengaruh tekanan terhadap volume gas
Mengemukakan manfaat pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
Menyebutkan cara mengatasi permasalahan akibat pemuaian dalam kehidupan sehari-
hari.
Konsep Prasyarat
Massa
Massa jenis
Wujud zat
Gerak partikel
Bentuk zat
Tekanan udara
Konsep Esensial
Kalor
Suhu
Kalor jenis
Kapasitas kalor
Kalor laten
Perubahan fase
Koefisien muai panjang
Koefisian muai luas
Koefisien muai volume
1
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
Koefisien muai
Perubahan
memiliki Koefisien muai luas
Koefisien muai
Bagan Materi
Definisi kalor
KALOR
Definisi suhu
Kalor jenis
SUHU
ZAT Kapasitas kalor padat
cair
Kalor laten
WUJUD ZAT
Pemuaian volume
Pemuaian Zat Cair
BENTUK ZAT Pengaruh suhu terhadap
volume gas
Pemuaian gas
Pengaruh suhu terhadap
tekanan
pengaruh tekanan
Manfaat pemuaian terhadap volume gas
2
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
Konsep Daya
Aspek-Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor
Aspek
No Konsep Esensial Contoh terapan
Kognitif Afektif Psikomotor
1 Suhu Di daerah pantai, siang
hari kita merasakan panas
dan pada malam hari kita
merasakan dingin.
2 Kalor jenis Di pesisir pantai terjadi
angin laut di siang hari
dan angin darat di malam
hari.
3 Perubahan wujud Terjadinya hujan adalah
Zat proses perubahan wujud
air.
4 Kalor laten Perubahan wujud dari es
(0oC) menjadi air (0oC).
5 Koefisien muai Peristiwa
membengkoknya rel
kereta api.
Apabila gelas yang berisi air ledeng kita celupkan ke dalam bak yang berisi
air panas, maka air ledeng tersebut akan mengalami kenaikan suhu dan air panas
mengalami penurunan suhu. Ini menunjukkan terjadinya perpindahan energi dari
benda bersuhu tinggi (air panas) ke benda yang bersuhu lebih rendah (air ledeng).
Begitu pula apabila gelas yang berisi air ledeng tersebut kita masukan ke dalam bak
yang berisi air es maka air ledeng akan mengalami penurunan suhu dan air es
mengalami kenaikan suhu. Uraian ini mempertegas kesimpulan bahwa perpindahan
energi secara alami selalu terjadi dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu lebih
rendah.
Energi yang berpindah disebut kalor. Dengan demikian dapat kita
definisikan kalor sebagai energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih
tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan.
Apakah Perbedaan antara Kalor dengan Suhu ?
Karena kalor timbul akibat adanya perbedaan suhu, maka sampai dengan
pertengahan abad ke delapan belas istilah kalor dan suhu memiliki arti yang sama.
Joseph Black pada tahun 1760 merupakan orang pertama yang menyatakan perbedaan
anrata suhu dan kalor.
Suhu kita kenal sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda.
Pengertian yang lebih tepat, suhu merupakan ukuran energi kinetik molekuler internal
rata-rata sebuah benda. Sedangkan kalor adalah sesuatu yang mengalir dari benda
panas ke benda yang lebih dingin untuk menyamakan suhunya.
Anda dapat memberikan kalor pada suatu zat dengan cara memanaskannya.
Jika sebuah benda dipanaskan, maka salah satu kemungkinan yang terjadi suhu benda
akan naik. Sebaliknya, Anda dapat mengurangi kalor suatu benda dengan cara
mendinginkannya, maka suhu benda akan turun. Dengan demikian, salah satu akibat
pemberian atau pengambilan kalor adalah perubahan suhu.
a) Kalor Jenis
Salah satu akibat pemberian atau pengambilan kalor adalah perubahan
suhu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa besarnya kenaikan suhu suatu zat
berbanding lurus dengan banyaknya kalor yang diterima oleh zat tersebut,dan
berbanding terbalik dengan massa zat.
∆T
Gambar 1.
Berdasarkan hasil percobaan, kenaikan suhu
zat berbanding lurus dengan kalor yang
(oC) diterima zat tersebut.
4
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
Besarnya kalor untuk menaikkan suhu satu satuan massa zat bergantung
pada jenis zat. Oleh karena itu, kalor jenis adalah banyaknya kalor yang
diperlukan suatu zat untuk menaikkan suhu 1 kg zat tersebut sebesar 1oC.
Berdasarkan definisi tersebut maka hubungan antara banyaknya kalor yang
diserap oleh suatu benda dengan kalor jenis zat serta kenaikan suhu zat dituliskan
dalam persamaan berikut:
Q
Q=mc ∆ T atau c=
m∆ T
(1)
dengan:
Q = banyaknya kalor (kalori atau joule)
m = massa benda (gram atau kg)
c = kalor jenis (kal.g-1. oC-1 atau J.kg-1.oC-1)
∆ T = perubahan suhu (oC)
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan bahwa perubahan suhu yang
diakibatkan oleh jumlah kalor yang sama pada zat yang berbeda adalah tidak
sama. Dengan demikian, setiap zat memiliki kalor jenis tertentu. Contohnya, 1 kg
air dan 1 kg minyak goreng masing-masing diberikan kalor yang sama banyaknya,
ternyata kenaikkan suhu minyak goreng jauh lebih tinggi daripada kenaikkan suhu
air. Hal tersebut disebabkan air memiliki kalor jenis yang jauh lebih besar
dibanding minyak goreng. Jadi untuk membedakan zat-zat dalam hubungannya
dengan penyerapan kalor, digunakan konsep kalor jenis. Suatu zat yang memiliki
kaor jenis besar akan sulit mengalami kenaikkan suhu ketika dipanaskan.
b) Kapasitas Kalor
Untuk benda yang bermassa tetap, nilai mc pada persamaan (1) memiliki
nilai tetap pula. Nilai mc dapat dipandang sebagai suatu kesatuan. Oleh karena itu,
mc diberi nama khusus yaitu kapasitas kalor. Kapasaitas kalor dapat diartikan
sebagi kemampuan menerima atau melepaskan kalor dari suatu benda untuk
merubah suhu sebesar 1oC.
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu benda
sebanding dengan kapasitas kalor benda tersebut, dan sebanding pula dengan
perubahan suhunya.
Kapasitas kalor (C) dapat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang
diperlukan suatu zat untuk menaikkan suhu sebesar 1oC.
Hubungan antara banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda dengan
kapasitas kalor benda serta kenaikkan suhu benda dituliskan dalam bentuk
persamaan:
Q
mc=C= atau Q=C ∆ T
∆T (2)
dengan:
Q = banyaknya kalor (kalori atau joule)
C = kapasitas kalor (kaloC-1 atau JoC-1)
∆ T = perubahan suhu (oC)
5
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
Kalor yang diserap oleh suatu zat tidak selalu menyebabkan suhunya naik.
Zat dapat berada dalam tiga wujud tetapi dalam kondisi tertentu, yaitu wujud padat,
cair, dan gas. Akibat pengaruh kalor terhadap zat maka zat tersebut dapat berada
dalam ketiga wujud tersebut. Pada saat terjadi perubahan wujud, misalnya dari padat
menjadi cair atau sebaliknya, dan dari cair menjadi gas atau sebaliknya, selalu disertai
dengan pelepasan atau penyerapan kalor. Akan tetapi, perubahan wujud tidak disertai
dengan perubahan suhu. Jadi, saat terjadi perubahan wujud, suhu zat tersebut tetap.
a) Proses Melebur dan Membeku
Perubahan wujud zat dari padat menjadi cair disebut mencair atau melebur,
sebaliknya perubahan wujud zat dari cair menjadi padat disebut membeku.
Perhatikan gambar 2.
Dari grafik dapat diamati, es
pada suhu -5oC menyerap kalor
sehingga suhu es naik menjadi
0oC ( tetap berwujud es).
Kemudian, es pada suhu 0oC
dipanaskan atau diberikan
kalor, dan ternyata suhu es tidak
Gambar 2
Grafik perubahan wujud dari es
mengalami perubahan, tetapi es
menjadi air berubah wujud menjadi air.
Kemudian, air pada suhu 0oC
dipanaskan sehingga mengalami kenaikan suhu.
Kalor yang dibutuhkan untuk melebur disebut kalor laten peleburan atau
kalor lebur (Lf), sedangkan kalor yang dilepaskan ketika zat membeku disebut
kalor laten pembekuan atau kalor beku (Lf). Berdasarkan hasil percobaan
menunjukkan bahwa kalor lebur = kalor beku. Jadi, kalor lebur suatu zat dapat
didefinisikan sebagai kalor yang diperlukan oleh satu satuan massa zat untuk
melebur seluruhnya pada titik leburnya.
Jika suatu zat massanya m kg, untuk meleur seluruhnya dibutuhkan kalor
sebesar Q joule. Berdasarkan definisi ini, kalor lebur (Lf) zat tersebut dapat
dituliskan menjadi
Q
Lf = atau Q=m Lf (3)
m
dengan:
Q = banyaknya kalor (kalori atau joule)
m = massa benda (gram atau kg)
Lf = kalor lebur (Jkg-1)
6
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
Q
Lv = atau Q=m Lv
m (4)
dengan:
Q = banyaknya kalor (kalori atau joule)
m = massa benda (gram atau kg)
Lv = kalor uap (Jkg-1)
Tabel 1. Titik lebur, titik didih, kalor lebur, dan kalor uap beberapa zat
7
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
Gambar 3
Grafik perubahan suhu dan perubahan wujud terhadap penyerapan kalor oleh air
Berikut proses yang terjadi pada pemanasan air dari es hingga mendidih dan
menguap:
1. Proses A-B
Suhu es –ToC menyerap kalor sebesar Q1 sehingga suhunya menjadi 0oC, dan
tetap berwujud es.
Q 1=m es c es ∆ T es =m es c es (0 °−(−T ) )=m es c es T
2. Proses B-C
Terjadi perubahan wujud dari es (0oC) menjadi air (0oC), pada suhu tetap.
Q 2=mes Lf (kalor lebur)
3. Proses C-D
Suhu air 0oC naik hingga mencapai suhu 100oC, tetapi masih dalam wujud cair
Q 3=mair c air ∆T air =m air c air ( 100 ° C−0 ° C ) =m air c air 100° C
8
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
4. Proses D-E
Terjadi perubahan wujud dari air (100oC) menjadi uap (100oC), pada suhu
tetap
Q2=mes Lv (kalor uap)
9
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
Jika wujud padat (es) dipanaskan pada tekanan rendah, dibawah tekanan
titik tripelnya, es tidak akan melebur tetapi akan langsung menjadi uap.
Peristiwa tersebut dinamakan sublimasi. Kalor yang diperlukan untuk
sublimasi per satuan massa disebut kalor sublimasi. Proses sebaliknya
yaitu perubahan uap langsung menjadi padat juga disebut proses
sublimasi. Proses sublimasi juga dapat terjadi pada suhu tetap, dengan
melakukan perubahan tekanan dibawah tekanan tripelnya.
Perhatikan Gambar 6.
Dibawah tekanan titik didih normalnya atau dibawah titik kritis C, jika
tekanan permukaan zat cair diturunkan untuk suhutetap (dibawah
100oC), wujud cair (air) akan dapat berubah menjadi uap. Jadi, walaupun
dibawah suhu 100oC air dapat berubah wujud menjadi uap jika tekanan
permukaannya diturunkan. Proses sebaliknya juga dapat berlangsung
dibawah titik normalnya jika pada suhu tetap tekanan uap dinaikkan, uap
akan mengembun menjadi air.
Perhatikan Gambar 7.
10
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
Dibawah titik tripel, wujud padat pada suhu tetap dapat berubah menjadi
wujud cair dengan menambah tekanannya. Penambahan tekanan akan
dapat mencairkan es. Proses sebaliknya juga dapat terjadi yaitu pada
suhu tetap dibawah titik tripelnya, jika tekanan tekanan zat cair
diturunkan maka akan terjadi perubahan wujud cair menjadi wujud
padat. Bandingkan dengan proses penguapan pada suhu tetap, yaitu pada
bagian b sebelumnya.
Perubahan wujud zat dari satu fase ke fase lain disebut perubahan fase
atau transisi fase. Suhu zat selama proses transisi adalah tetap dan suhu tersebut
dinamakan suhu transisi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan
fase adalah suhu zat dan tekanan permukaannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, pengaruh tekanan terhadap perubahan fase
tersebut dapat dilihat dan diamati pada contoh berikut ini. Jika Anda memanaskan
air di daerah dekat pantai dan di daerah pengunungan, apakah air akan mendidih
pada suhu yang sama? Di daerah dekat pantai yang tekanan udaranya sekitar 1
atm atau 101 kPa, air akan mendidih pada suhu 100 oC, tetapi di daerah
pengunungan yang memiliki tekanan udara di bawah 101 kPa, air akan mendidih
pada suhu di bawah 100oC. Jadi, perubahan fase dari air ke uap dipengaruhi oleh
tekanan udara dari luar.
Salah satu akibat dari pengaruh kalor yaitu terjadinya perubahan bentuk zat.
Zat tersusun atas atom. Kumpulan atom-otom membentuk molekul. Molekul-molekul
pembentuk zat senantiasa bergerak dan menimbulkan gaya tarik-menarik. Jika
dipanaskan gerakan molekul-molekulnya semakin cepat. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya dorongan antara satu molekul dan molekul yang lain sehingga jarak
antarmolekulnya menjadi lebih besar. Molekul-molekul akan menempati ruang yang
lebih besar. Peristiwa tersebut dinamakan pemuaian.
11
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
∆l
lT
Pada umumnya satuan suhu yang digunakan adalah derajat Celcius, sedangkan
dalam SI digunakan skala Kelvin.
12
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
∆l
α=
l 0 ∆T (5)
b) Pemuaian Luas
Jika Anda memiliki sebuah pelat besi atau pelat tembaga ataupun selembar
kaca yang akan dipasang sebagai kaca jendela, benda-benda tersebut akan memuai
kearah panjang dan lebar. Pemuaian dalam dua arah ini disebut muai luas. Jadi,
pemuaian luas adalah perkalian antara muai panjang dengan muai lebar. Oleh
karena muai lebar juga merupakan muai panjang maka koefisien muai luas dapat
diartikan sebagai dua kali koefisien muai panjang.
13
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
∆l
A0
l0
l0
∆l
Sebuah bidang pada suhu To memiliki luas Ao. Jika terjadi kenaikan suhu
pada bidang tersebut sebesar ∆ T sehingga suhunya menjadi T1, bidang akan
mengalami pertambahan luas sebesar ∆ A sehingga luas bidang menjadi At.
A0 =l o2
∆ A=2 ( l o ∆ l ) + ( ∆ l )2 ……………………... (a)
Dari pemuaian panjang diketahui
∆ l=α ( l 0 ∆ T ) ……………………… (b)
Substitusikan persamaan (b) ke persamaan (a) sehingga akan didapatkan
∆ A=2 l o ( α l o ∆ T ) + ( ∆ l )2
∆ A=2 α l o2 ∆ T + ( ∆ l )2 =2 α A o ∆ T + ( ∆ l )2………… (c)
Karena ∆ l jauh lebih kecil dibandingkan dengan l o, maka ( ∆ l )2 dapat diabaikan.
Dengan demikian, persamaan (c) dapat dituliskan menjadi ∆ A=2 α Ao ∆ T . karena
koefisien muai lebar (β) merupakan dua kali koefisien muai panjang β=2 α, maka
persamaanya akan menjadi
∆ A=β A o ∆ T ………………………………… (d)
At = A0 ( 1+ β ∆T ) (7)
c) Pemuaian Volume
Perlu disadari bahwa benda tidak memuai hanya dalam arah panjang saja,
tetapi dalam semua arah (tiga dimensi). Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui
perubahan yang terjadi pada volume sebuah benda jika terjadi perubahan suhu
pada benda tersebut. Dalam hal ini yang digunkan adalah koefisien muai ruang.
V t =V 0 (1+ γ ∆ T ) (8)
dengan γ =3 α .
15
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
dalam gelas 2 mengalami perubahan volume yang lebih besar dibandingkan dengan
perubahan volume yang dialami raksa yakni dalam gelas 3.
Jika zat padat memiliki koefisien muai panjang, luas, dan ruang, zat cair hanya
memiliki koefisien muai volume (ruang) saja yang dilambangkan dengan γ . Hal ini
disebabkan zat cair tidak dapat diukur dalam satu dimensi dan dua dimensi. Zat cair
hanya dapat diukur dalam tiga dimensi, yaitu volumenya. Jika volume zat cair pada
suhunya T 0 adalah V 0, kemudian zat cair itu dipanaskan sehingga suhunya menjadi T 1
dan terjadi pemuaian. Jika volumenya bertambah sebesar ∆ V , pertmabahan volume
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut
∆ V =γ V 0 ∆ T =γ V 0 ( T 1−T 0 )
Setelah suhunya naik, volumenya menjadi V t =V o +∆ V
V t =V 0 (1+ γ ∆ T ) (9)
Persamaan (9) ini sama dengan persamaan (8) yaitu persamaan muai volume
pada zat padat. Perlu diingat kembali bahwa persamaan (9) tidak berlaku pada air yang
bersuhu antara 0oC sampai dengan 4oC karena adanya anomaly air. Akan tetapi, di luar
batas suhu tersebut persamaan (9) tetap berlaku.
3) Memuaian Gas
Ketika Anda mempelajari tetang pemuaian zat padat dan zat cair, hanya muncul
dua variable atau peubah yaitu volume (V) dan suhu (T). dalam pembahasan tentang
pemuaian gas, akan dibahas tiga peubah, yaitu satu peubah lainnya adalah tekanan (p).
akan tetapi, jika Anda ingin mengetahui hubungan antara volume V dan suhu T, tekanan p
harus dibuat tetap. Demikian juga jika Anda ingin mengetahui hubungan antara p dan T,
maka V dibuat tetap.
Untuk mengetahui adanya pemuaian pada gas, lakukan pengamatan seperti pada
gambar 10.
Gambar 10
Percobaan untuk mengetahui
adanya pemuaian gas.
Jika gas atau udara yang ada dalam botol kaca berisi udara dipanaskan, akan
tampak adanya gelembung-gelembung gas atau udara yang keluar lewat pipa yang
dimasukkan ke dalam air. Peristiwa ini menunjukkan telah terjadi pemuaian gas atau
udara di dalam botol kaca berisi udara sehingga ada partikel-partikel yang terdesak keluar
dari labu gelas.
a. Pengaruh suhu terhadap volume gas
Untuk tekanan (p) tetap, kenaiakan suhu gas akan meningkatkan volume
gas. Jika Anda ingin menentukan muai volume suatu gas yang disebabkan oleh
16
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
kenaikan suhu maka tekanan gas harus dijaga agar tetap. Berdasarkan hasil
percobaan, muai volumenya pada tekanan tetap memenuhi persamaan:
V T =V 0 ( 1+ γ ∆ T ) (10)
dengan γ adalah koefisien muai volume gas pada tekanan tetap.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh bahwa koeisien muai volume untuk
1
semua gas berlaku γ = ° C−1 sehingga persamaan (10) akan menjadi
273
∆T
V T =V 0 1+( 273 ) (11)
pT = p0 (1+ γ ∆ T ) (12)
1
dengan γ = ° C−1 sehingga persamaan (12) dapat dituliskan menjadi
273
∆T
(
pT = p 1+
273 ) (13)
dengan p0 adalah tekanan gas awal dan pT adalah tekanan gas setelah suhunya
dinaikkan. Dalam SI, tekanan gas diukur dalam satuan pascal (Pa) atau Nm-2.
17
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
4) Manfaat Pemuaian
Mengeling Pelat Logam
Pernahkah Anda mendengar kata keling atau mengeling? Yang dimaksud
dengan mengeling yaitu menyambung dua pelat dengan menggunakan paku
keling. Paku keling dalam keadaan panas berpijar dimasukkan ke dalam lubang
sambungan kedua pelat. Supaya paku pelat dapat menjepit pelat dengan kuat,
bagian tajam dipukul sehingga melebar. Paku seolah-olah memiliki dua kepala
untuk menjepit kedua pelat. Setelah dingin, kedua paku akan menjepit kedua
pelat lebih kuat lagi.
Hal ini dapat dimanfaatkan misalnya untuk memasang roda logam pada
sebuah lokomotif. Untuk menghasilkan suatu “ban baja” yang bisa menempel
kuat pada roda, diameter dalam ban baja dibuat sedikit lebih kecil daripada
diameter luar roda. Ban baja kemudian dipanaskan sehingga memuai dan
diameternya menjadi lebih besar dari diameter roda. Dengan demikian, ban baja
bisa dipasang pada roda. Ketika ban baja ini mendingin, ia mengerut (menyusut)
sehingga pasangan ban baja ini sangat kuat.
Gambar 11.
Mengeling pelat logam
Bimetal
Setiap logam memiliki koefisien mulai yang berbeda sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dibuat sebuah keping bimetal. Bimetal merupakan dua belah
pelat logam yang terbuat dari bahan yang memiliki koefisien muai berbeda dan
direkatkan satu sama lain dengan cara di las atau dikeling. Bimetal berfungsi
sebagai saklar otomatis pada beberapa peralatan elektronik. Bimetal pada saat
dingin bentuknya lurus. Akan tetapi, jika suhunya naik bimetal akan melengkung
ke arah logam yang memiliki koefisien muai panjang yang lebih kecil. Perhatikan
gambar 12. Koefisien muai panjang besi lebih kecil daripada koefisien muai
panjang kuningan.
18
Menganalisis Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
Gambar 12.
(a) Bimetal sebelum dipanaskan
(b) Bimetal sesudah dipanaskan
Gambar 13.
Rangkaian alarm kebakaran
Jika anda akan membuat alarm kebakaran untuk digunakan di rumah atau
perkantoran, Anda dapat menggunakan skema rangkaian pada gambar tersebut.
Dalam rangkaian alarm kebakaran, bimetal digunakan sebagai saklar atau sensor
otomatis penghubung atau pemutus rangkaian. Ketika suhu udara disekitar
bimetal meningkat, bimetal akan melengkung sehingga terjadi sentuhan pada
kontak penghubung akan menyebabkan mengalirnya arus listrik dalam rangkaian
sehingga bel listrik akan mendering secara otomatis.
19